Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Hepatitis ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah hepatitis  ini dapat memberikan manfaat


maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 11: PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORITIS HEPATITIS
1. Definisi
2. Anatomi fisiologi
3. Patofisiologi
4. Etiologi
5. Klasifikasi hepatitis
6. Cara pencegahan hepatitis
7. Pengobatan hepatitis
8. WOC
9. Penatalaksanaan medis
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS
1. Pengkajian
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Diagnosa keperawatan
5. Intervensi keperawatan

BAB 111: PENUTUP

A. kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit
dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95%
kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)

Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia.
Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya
bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429).
Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker
hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa
10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan
terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air
seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit
tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.

Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga
ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis
menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang
meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15
persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10
persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala
sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.

Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan
menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-
90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan
kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan
kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)

Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau
penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh
hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini
haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga
klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui
rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau
tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih
ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi
masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau
bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian
makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat
diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)

Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota keluarga
menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap menghadapi resiko
terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga penderita mampu
menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air
bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum,
mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga
kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan
teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan
bahkan dapat menyebabkan kematian.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat,


disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi
penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan,
penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.

B. Rumusan masalah
Bagaimana teoritis keperawatan dalam kasus hepatitis ini?
C. Tujuan
a. Mengenal apa itu hepatitis
b. Mengenal konsep dasar penyakit hepatitis
c. Mengetahui konsep teoritis hepatitis
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Konsep teoritis hepatitis


1. Definisi
Hepatitis adalah peradangan hati. Peradangan ini mungkin disebabkan oleh virus,
toksin, atau kimia(termasuk obat). Jaundis biasanya berkembang dan hati melunak.
Gejala ini bergantung pada agen penyebab dan tingkat kerusakan organ. Ada beberapa
tipe hepatitis seperti virus, toksik, kronik dan alkoholik.
(Black & Hauks,2014)
2. Anatomi fisiologi hepar

Hepar merupakan organ yang mempunyai dua lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri.
Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh firusa segmentasi kanan.
Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh hligamentum falsiforme.

Setiap lobus hepar terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan lobulus. Diantara
lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid yang merupakan cabang
venaporta dan arteri hepatika. Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik mononuklear / sel kuffer
yang berfungsi menelan bakteri dan benda asing dalam darah.
Arteri hepatika menyuplai darah ke hepar 1/3 dari darah yang masuk ke hepar dan 2/3
berasal dari vena porta. Arteri hepatika membawa darah beroksigen dan vena porta membawa
darah yang kurang beroksigen dari vena mesenterika superior, inferior dan sona slpanikus
yang menerima darah dari pangkreas, limfa, lambung, usus dan kandung empedu. Vena porta
membawa nutrien, sisa metabolisme dan toksik dari organ pencernaan ke hepar untuk
diproses, didektosifikasi.

Fungsi hepar:

1. Produksi empedu
Komponen empedu:
 Air
 Garam empedu
 Bilirubin
 Kolesterol
 Asam lemak
 Sodium
 Potasium
 Kalsium
 Klorida
 Ion bikarbonad

Garam empedu diproduksi dengan prukursannya adalah kolesterol yang berasal


dari makanan/ disentesis oleh hepar melalui metabolisme lemak. Garam empedu
mempunyai 2 fungsi:

 Pengemulsi= empedu menurunkan tegangan permukaan partikel lemak


sehingga membantu pemecahan lemak
 Membantu absorbsi asam lemak, menglisarida, kolesterol dan lemak lain

2. Metabolisme karbohidrat
 Glikolisis, konversi glukosa menjadi glikogen
 Glikogenolisis, pemecahan glikogen menjadi glukosa
 Penyimpanan glikogen
 Konversi galaktesa dan fruktosa menjadi glukosa
 Glukonegogenesis, konversi asam amino menjadi glukosa
3. Metabolisme lemak
 Oksidasi asam lemak
 Pembentukan lipoprotein
 Sintesis kolesterol dan fosfolipit
 Sintesis lemak dari protein dan karbohidrat

4. Metabolis protein
 Katabolisme as. Amino
 Pembentukan area untuk pengeluaran amonia dari dalam tubuh diekskresikan
melalui ginjal dan intestinal
 Pembentukan protein plasma
 Albumin
 Protombin
 Fibrinogen
 Protein pembekuan( faktor V, VI, VII, IX dan X)
 Brotransformasi lemak, obat dan substansi lain

5. Sirkulasi
Setiap menit hepar memproses 16 bagian dari 1 ltr darah yang bersirkulasi melalui
sinusoid. Sehinga hepar merupakan resekrosis yang menyimpan darah dalam jumlah
banyak.

3. Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari
hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri . sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada- sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubu oleh
respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya,
sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah bilirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk kedalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
bilirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.

Akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi
retensi( akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi kedalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

4. Etiologi
a. Infeksi virus

Type A Type B Type C Type D Type E

Metode Fekal oral Parenteral Parenteral Parenteral Fekal-oral


transmisi melalui seksual, jarang seksual, perinatal,
orang lain perinatal orang ke memerlukan
orang, koinveksi
perinatal dengan type
B

keparahan Tak ikterik parah Menyebar luas, Peningkatan Sama


dan dapat insiden dengan D
asimtomatik berkembang kronis dan
sampai kronis gagal hepar
akut

Sumber Darah, feces, Darah, saliva, Terutama Melalui Darah,


virus saliva semen. melalui darah darah feces,
Sekresi saliva
vagina

b. Reaksi toksik terhadap obat-obatan : menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering
disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut
c. Alkohol : menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya mejadi alkohol sirosis
d. Bahan-bahan kimia

5. Klasifikasi Hepatitis

1. Hepatitis A

Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya melalauigelas atau
sendok bekas yang di pakai penderita hepatitis A. Kadang - kadangdapat juga melalui
keringat penderita atau melalui jarum suntik bekas yang di pakai pada penderita pengdapa
hepatitis A.

2. Hepatitis B

Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada ibuhamil bila
terserang virus ini dapat menularkan pada bayinya yang ada dalamkandungan atau waktu
menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah yang banyak di jumpai pada penyakit
hepatitis B. Pada saat ini jenis hepatitis yang paling banyak di pelajari ialah hepatitis B dan
telah dapat pula di cegah melaluivaksinasi. Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada
populasi orang dewasa,kelompok tertentu dan orang yang memiliki cara hidup tertentu
berisiko tinggi.

3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab terseringinfeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkandengan cara yang
sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah.Populasi yang paling sering
terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu yangmenerima produk darah, potensial
risiko terhadap pekerja perawatan kesehatandan keamanan masyarakat yang terpajan pada
darah. Masa inkubasinya adalahselama 18-180 hari.

4. Hepatitis D

Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individuyang mengedap infeksi kronik
HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bilaindividu telah mempunyai HBV, dan darah
infeksius melalui infeksi HDV.Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi,
hemofili, resipientranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai
HBV).Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan
resikotimbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian

5. Hepatitis E

Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti airyan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup padaatau perjalanan
pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan pula sering pada dewasa.

6. pengobatan hepatitis

A. Hepatitis A

- Beristirahat total.

- Sering minum air putih untuk menjaga kecukupan cairan tubuh.

- Tetap makan walaupun nafsu makan menurun.

- Makan dengan porsi sedikit dan menghindari makanan berlemak, untuk


mencegah mual dan muntah.

- Menghindari minuman beralkohol.

- Menggunakan pakaian longgar untuk mengurangi rasa gatal.


B.Hepatitis B
Penderita hepatitis B kronis akan diberikan obat antivirus guna melawan virus,
menurunkan risiko kerusakan hati, dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Obat
antivirus yang dapat diberikan untuk melawan virus hepatitis B adalah:
- Entecavir
- Tenofovir
- Lamivudine
- Adefovir
- Telbivudine
Obat antivirus tidak dapat digunakan untuk menghilangkan infeksi hepatitis B,
tetapi hanya mencegah perkembangan virus. Oleh karena itu, penderita hepatitis B
kronis perlu melakukan kontrol secara berkala ke dokter gastroenterologi dan
hepatologi untuk melihat perkembangan penyakit, mengevaluasi pengobatan, dan
mendeteksi dini komplikasi yang mugkin terjadi.

C. Hepatitis C
Regimen pengobatan hepatitis C di masa lalu membutuhkan suntikan
ribavirin dan interferon setiap minggu selama 48 minggu. Perawatan ini memiliki
risiko efek samping yang signifikan dan kadang-kadang mengancam jiwa. Pengobatan
ini memiliki tingkat kesembuhan sekitar 60% dengan efek samping yang membuat
tubuh tidak nyaman. Jika diperlukan, obat-obatan lain seperti simeprevir, sofobuvir,
daclatasvir, kombinasi ledipasvir dan sofosbuvir, serta kombinasi ombitaisvir,
paritaprevir dan ritonavir juga dapat diberikan.
Saat ini, obat terbaru hepatitis C disebut direct antiviral agent (DAA) juga
mulai digunakan untuk mengobati hepatitis C. Obat ini terbukti lebih aman, efektif,
dan dapat ditoleransi tubuh. Waktu penyembuhan hepatitis C dengan DAA juga lebih
singkat, yaitu sekitar 4 bulan.

D. Hepatitis D
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang memuaskan untuk hepatitis D.
Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah kerusakan hati. Interferon-alpha
adalah satu-satunya obat yang menunjukkan efek terapi pada penyakit ini.
Pengobatan menggunakan interferon pada pasien dilakukan dengan penyuntikkan
setiap minggu dan dapat berlangsung selama 12-18 bulan. Meskipun demikian,
terkadang setelah pengobatan interferon selesai dijalani, pasien masih dapat
memberikan hasil positif pada pengetesan virus HDV. Pendekatan akhir untuk
menghilangkan hepatitis D adalah menghilangkan hepatitis B. Jika hepatitis B
masih positif, Hepatitis D masih infeksius.
Pengobatan hepatitis D terfokus pada observasi terhadap pemeriksaan fungsi
hati. Khusus bagi penderita hepatitis D yang sudah mengalami kerusakan hati
akibat sirosis ataupun fibrosis, dapat menjalani operasi cangkok hati. Operasi ini
dilakukan dengan mengangkat hati pasien yang sudah rusak dan menggantinya
dengan hati yang masih sehat yang diperoleh dari donor.
Pasien harus selalu rutin menjalani program kontrol yang dijadwalkan oleh
dokter. Program kontrol yang dianjurkan adalah paling tidak setiap 6 bulan untuk
memantau perkembangan infeksi hepatitis D dan juga hepatitis B kronis

E. Hepatitis E

Setelah seseorang terdiagnosis hepatitis E, pengobatan pertama yang akan


dilakukan dokter adalah terapi imunosupresi. Cara pengobatan tersebut dilakukan
untuk mengurangi jumlah virus HEV dalam darah. Terapi ini disebut dapat
mengurangi hingga 30 persen virus dalam darah pengidap hepatitis E.

Namun, jika cara ini tidak berhasil mengurangi jumlah virus dalam darah,
maka pengobatan biasanya akan dilanjutkan dengan terapi antivirus. Cara yang
digunakan adalah dengan monoterapi ribavirin (600–1000 miligram dalam satu
hari), untuk minimal tiga bulan. Pada tahap yang lebih parah, hepatitis E biasanya
harus diobati dengan prosedur transplantasi hati.
7. WOC

8. Penatalaksanaan medis
a) Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
b) Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
c) Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di
metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.
d) Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
e) Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan
penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk
menentukan apakah perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik.
f) Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi
orang-orang yang mengandung resiko terinfeksi.
g) Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hepatitis
1. Pengkajian
a. Biodata klien
Meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No.MR.
b. Riwayat kesehatan
1) Data demografi
Apakah klien tinggal/ bekerja dilingkungan yang terpapar dengan infeksi
virus dan bahan-bahan kimia
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien biasa datang dengan keluhan : demam, sakit kepala, nyeri pada
kuadran kanan atas mual, muntah, ikterik, lemah, letih, lesu, dan anoreksia
3) Riwayat kesehatan dahulu
-penyakit apa yang pernah diderita pasien
-kebiasaan minum alkohol
-pernah menjalani operasi batu empedu
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit hepatitis fdan
penyakit infeksi lain
c. Pemeriksaan Fisik
1. Review Of Sistem (ROS)
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai
kesakitan, konjungtiva anemis, Suhu badan 38,50 C
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak
terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : Urine berwarna gelap
e. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi
(anoreksia)
f. Abdomen :
 Inspeksi : abdomen ada benjolan
 Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
 Palpasi : pada hepar teraba keras
 Perkusi : hypertimpani
2. Pengkajian fungsional Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Makan  : Tidak nafsu makan, porsi makan  tidak habis, habis 3 sendok  disebabkan
Mual muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c. Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat
d. Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di
atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya,
e. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen,
mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya
pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h. Pola reproduksi / seksual
pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual
pada wanita).
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
j. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis
kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan
cobaan dari Allah SWT.
d. Pemeriksaan penunjang
a) Tes fungsi hati (abnormal 4-10 x dari normal)
b) AST (SGOT). ALT(SGPT)
a. Awalnya meningkat, dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian
menurun
c) Darah lengkap
a. SDM menurun karena penurunan terhadap SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan pendarahan
d) Leukopenia : trombositopenia makan ada(splenomega;i)
e) Difeninsial darah lengkap :leukositosis, monositosis, limfosit atipikal dan sel plasma
f) Alkali fosfatase : meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
g) Feses : warna tanah liat, penurunan fungsi hati
h) Albumin serum : menurun
i) Gula darah : hiperglikemia/ hipoklikemia
j) Anti HAV IG.M : positif pada tipe A
k) HBs A : positif pada tipe B /negatif pada tipe A
l) Masa protombrin : memanjang
m) Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100 ml
n) Bropsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis
o) Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim hati
p) Urinalisa : peningkatan bilirubin, protein/ hematuria

2. Diagnosa keperawatan teoritis


1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare, ketidakmampuan
mengabsorbsi nurtien, dan ketidakmampuan mencerna makanan
2) Hambatan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
3) Diare b.d infeksi
(Black & Hawks, 2014)
3. Intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Ketidakseimbangan Status nutrisi: asupan Manajemen diare (0460)


nutrisi: kurang dari makanan dan cairan (1008)
Definisi:manajemen dan
kebutuhan tubuh
Definisi: jumlah makanan penyembuhan diare
b.d diare,
cairan yang masuk kedalam
ketidakmampuan Aktivitas –aktivitas:
tubuh lebih dari suatu periode
mengabsorbsi
24 jam  Tentukan riwayat
nurtien, dan
diare
ketidakmampuan  100801 asupan
 Ambil tinja untuk
mencerna makanan makanan secara oral
pemeriksaan kultur
 100803 supan cairan
dan sensitifitas bila
secara oral
diare berlanjut
 100804 asupan
 Ajari pasien cara
cairanintravena
penggunaan obat
 100805 asupan nutrisi
antidiare secara tepat
parenteral
 Instruksikan pasien
atau anggota
keluarga untuk
mencatat warna,
volume, keluarga,
dan konsistensi tinja
 Evaluasi kandungan
nutrisi dari makanan
yang sudah
dikonsumsi
sebelumnya
 Anjurkan pasien
menghindari
makanan pedas dan
yang menimbulkan
gas dalam perut
 Anjurkan pasien
untuk mencoba
menghindari
makanan yang
mengandung laktosa
 Identifikasi faktor
yang bisa
menyebabkan diare
 Monitor tanda dan
gejala diare
 Instruksikan pasien
untuk memberitahu
staf setiap kali
mengalami episode
diare
 Amati turgor kulit
secara berkala
 Ukur diare / output
pencernaan

2 Hambatan rasa Status kenyamanan: fisik Manajemen nyeri (1400)


nyaman b.d gejala (2010)
Definisi: pengurangan atau
terkait penyakit
Definisi: kenyamanan fisik reduksi nyeri sampai pada
yang berkaitan dengan tingkat kenyamanan yang
sensasi tubuh dan mekanisme dapat diterima oleh pasien
homeostatis
 Lakukan pengkajian
 201001 kontrol nyeri komprehensif
terhadap gejala yang meliputi
 201002 kesejahteraan lokaso, karakteristik,
fisik onset/durasi,
 201003 relaksasi otot frekuensi, kualitas,
 201004 posisi yang intensitas atau
beratnya nyeri dan
nyaman faktor pencetus
 201005 baju yang  Gunakan strategi
nyaman komunikasi
 201006 perawatan terapeutik untuk
pribadi dan kebersihan mengetahui
 201007 intake pengalaman nyeri
makanan dan sampaikan
 201008 intake cairan penerimaan pasien

 201009 tingkat energi terhadap nyeri

 201010 suhu tubuh  Gali pengetahuan

 201011 kepatenan dan kepercayaan

jalan napas pasien mengenai


nyeri
 201012 saturasi
oksigen  Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
 201014 sesak napas
terhadap kualitas
 201015 perasaan sulit
hidup pasien
bernapas
 Gali bersama pasien
 201016 sindrom RLS
faktor yang dapat
 201017 nyeri otot
menurunkan atau
 201018 sakit kepala
memperberat nyeri
 201019 mual
 201020 muntah
 201021 diare

3 Diare b.d infeksi Konstinensi usus (0500) Manajemen saluran cerna


(0430)
Definisi: mengontrol
pengeluaran feses dari usus Definisi: pembentukan dan
pemeliharaan pola yang
 050008 mengenali
teratur dalam hal eliminasi
keinginan untuk
saluran cerna
defekasi
 050006 tekanan  Catat tanggal buang
spingter memadai air besar terakhir
untuk mengontrol  Monitor buang air
buang air besar besar termasuk
 050007 persarafan frekuensi,
sfingter fungsional konsistensi, bentuk,
 050009 merespon volume, dan warna
keinginan untuk BAB dengan tepat
secara tepat waktu  Lapor peningkatan
 050017 menjaga frekuensi dan / atau
lingkungan yang bising usus bernada
bebas hambatan untuk tinggi
eliminasi mandiri  Lapor berkurangnya
 050015 bisisng usus
menggambarkan  Monitor adanya
hubungan asupan tanda dan gejala
makanan dengan diare
konsistensi feses  Catat masalah BAB
 050018 memantau ynag sudah ada
jumlah dan sebelumnya
konsistensi feces  Berikan cairan
 050019 eliminasi hangat setelah
secara mandiri makan dengan cara
 050004 diare yang tepat memulai
program latihan
saluran cerna
dengan cara yang
tepat

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh
infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.

Hepatitis terdiri dari beberap jenis, yaitu :

 hepatitis A
 hepatitis B
 hepatitis C
 hepatitis D
 hepatitis E
 kemungkinan hepatitis F dan G

Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis hampir
tidak mungkin dibedakan satu sama lain.

Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena  sampai saat ini belum
ada  obat yang dapat membunuh virus, sehingga satu-satunya jalan  untuk mencegah hepatitis
virus adalah dengan vaksinasi.

B. Saran

Dalam hal ini yang perlu kita lakukan untuk mencegah penyakit ini sebaiknya masyarakat
lebih menjaga diri dari keterpaparan penyakit ini dan lebih dini untuk memeriksakan diri ke
dokter. Infeksi hepatitis terjadi dengan menyerang salah satu organ paling penting yaitu hati.
Untuk mengurangi keterpaparan infeksi hepatitis dapat dilakukan usaha-usaha pengobatan
sebagai berikut :

 Memeriksakan diri ke dokter


 Pemberian obat secara rutin
 Pemberian vaksin
 Menjalankan pola hidup sehat
 Hindari aktifitas berat
Mudah-mudahan dengan saran yang kami berikan dapat membantu dalam pengurangan
jumlah penderita hepatitis di kalangan masyarakat terutama di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Wijaya,Andra Saferi dan Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika
Joyke M. Black & Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.: Manajemen
Klinis untuk hasil yang diharapkan Edisi & Buku 2. Singapura:Elsevier.

ASKEP TEORITIS HEPATITIS


DISUSUN OLEH KEL 6:

1. RANIKA PUTRI
2. SISKA WATI
3. ANISA PUTRI
4. MONALISA
5. ZAIDATUL NADIA

Dosen pembimbing:

Ns. Vivi Syofia Sapardi, S.Kep.,M.Kep


PROGRAM STUDI Dlll KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA. 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai