Anda di halaman 1dari 21

Beranda

DOWNLOAD PATHWAY
DOWNLOAD LEAFLAT

PUSTAKA PERAWAT
Beranda
LAPORAN PENDAHUUAN
ARTIKLE KESEHATAN
SAP

Categories
ANAK
ARTIKEL KESEHATAN
HIPERTENSI
JURNAL
laporan pendahuluan
MATERNITAS
MEDIKAL BEDAH
PENYULUHAN
SAP
TULANG

Home ANAK , laporan pendahuluan LAPORAN PENDAHULUAN DISENTRI

LAPORAN PENDAHULUAN DISENTRI

By Teguh Wahyudi 14.30 No comments

A. PENGERTIAN

Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan

anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri

invasive. Penyebab utama disentriakut yaitu shigella, penyebab lain Campylobacter Jejuni,

danpenyebab yang jarang dialami adalah E.ColiEnterohemoragik dan Salmonella. Pada orang
dewasa muda, disentri sering disebabkan oleh Entamoeba Histalytica, tetapi jarang menjadi

penyebab disentri pada anak-anak. (Sodikin, 2011)

Disentriadalahpenyakitsemacamdiaredengangejalaumumbuang air

besardenganbentukkotoran yang cair.Perbedaandisentridaridiareadalahadabercak-bercakdarah di

kotoran.Setiaptahunpenyakitdisentrimenjadipenyebabkematiansatujuta orang di

negaraberkembangdankebanyakandarimerekaadalahanak-anak (Thompson, 2012).

Disentrimerupakansuatuinfeksi yang menimbulkanluka yang menyebabkantukakterbatas di

colon yang ditandaidengangejalakhas yang disebutsebagaisindromadisentri, yakni:

1. Sakit di perut yang sering disertaidengantenesmus

2. Berak-berak

3. Tinjamengandungdarahdanlendir

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya yang disertai dengan darah dan sering kalii

menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat

disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). (Nanda, 2015: 203)

B. KLASIFIKASI

Ada duamacamdisentri yaitu:

1. Disentribasilier

Disentri basilier merupakan penyakit disentri yang disebabkan karena serangan bakteri seperti

Shigella , Eschericia coli enteroinvasif, dan Salmonella.

2. Disentri amoeba

Disentri amoeba merupakan penyakit yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica.

C. ETIOLOGI

1. Bakteri (Disentribasiler)
a. Shigella, penyebabdisentri yang terpentingdantersering ( 60%) kasusdisentri yang

dirujuksertahampirsemuakasusdisentri yang beratdanmengancamjiwadisebabkanolehShigella.

b. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)

c. Salmonella

d. Campylobacter jejuni, terutamapadabayi.

2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkanEntamoebahystolitica, lebihseringpadaanakusia> 5

tahun.

Di masyarakat industry, S.Sonneiadalahpenyebabdisentribasilier yang paling sering,

denganS.Flexneripenyebab paling seringkedua. Di masyarakatpra industry S.Flexneriadalah yang

paling sering,denganS.Sonneipenyebab yang paling seringkedua. S.Dysentriaeserotip I

cenderungterjadipada epidemic massif, walaupun basil ini juga endemic di Asia.( Sodikin, 2011)

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeriabdomen berat

2. Demam tinggi

3. Muntah

4. Anoreksia

5. Toksisitas menyeluruh

6. Mendadak ingin buang air besar dan nyeri saat defekasi

7. Perut kembung dan nyeri

8. Suara usus hiperaktif

9. Nyeri rektum pada pemeriksaan digital


10. Tinja berlendir darah namun beberapa anak tidak pernah menjelek sampai stadium diare

berdarah, sedang pada yang lain tinja pertama berdarah.


E. ANATOMI FISIOLOGI

1. Mulut

Merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan. Di mulut berlangsung dua jenis

pencernaan, yaitu:

Pencernaan mekanik yang dilakukan oloh gigi dan lidah, berupa pengunyahan,

pergerakan otot-otot lidah dan pipi untuk mencampur makanan dengan air ludah sebelum

makanan ditelan.

Pencernaan secara kimia yang dilakukan oleh kelenjar ludah, yaitu pemecahan amilum

menjadi maltosa.

a) Lidah

Berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanik, membantu proses mengunyah,

menelan, membedakan bermacam rasa. Untuk mendukung fungsi mengenali rasa, pada

permukaan lidah terdapat papilla-papila yang di dalamnya terdapat puting-puting pengecap


rasa. Macam rasa yang dapat dibedakan oleh lidah adalah manis, asam, asin, dan pahit.

Selain itu, lidah juga peka terhadap panas, dingin, dan tekanan.

b) Kelenjar Ludah

Merupakan kelenjar penghasil ludah atau air liur (saliva) yang terdiri dari tiga pasang.

Kelenjar parotis berada di bawah telinga, yang berfungsi menghasilkan ludah berbentuk

cair.

Kelenjar submandibularis berada di rahang bagian bawah, berfungsi menghasilkan getah

yang mengandung air dan lendir.

Kelenjar sublingualis berada di bawah lidah, berperan menghasilkan getah yang

mengandung air dan lender.

Ludah dalam pencernaan makanan berperan untuk memudahkan dalam menelan makanan

dengan cara membasahi dan melumasi makanan. Ludah mengandung enzim ptyalin

(amylase) yang berperan mengubah zat karbohidrat (amilum) menjadi maltose (gula

sederhana). Enzim ptyalin akan berfungsi maksimal jika berada pada pH 6,8-7 dan

padasuhu37C.

c) Gigi

Berfungsi untuk memotong dan mengoyak makanan yang masuk ke mulut (sebagai alat

pencernaan mekanik). Tujuan makanan dipotong dan dikoyak menjadi lebih kecil agar

mudah untuk dicerna oleh lambung. Perkembangan gigi dimulai saat anak berusia sekitar

enam bulan. Gigi yang pertama kali tumbuh disebut gigi susu. Selanjutnya, pada us ia 6-14

tahun gigi susu akan diganti menjadi gigi sulung, selanjutnya akan berkembang menjadi gigi

tetap.

Gigi susu terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi taring dan 4 gigi seri pada rahang atas.
Pada rahang bawah terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi seri dan 4 gigi seri. Gigi

tetap memiliki rumusan 6 gigi geraham belakang, 4 geraham depan, 2 gigi taring, dan 4 gigi

seri pada masing-masing rahang, baik rahang atas maupun rahang bawah.

2. Lambung

Setelah makanan dikunyah di dalam mulut selanjutnya dibawa ke lambung melalui

kerongkongan. Makanan dapat turun ke lambung atas bantuan kontraksi otot-otot

kerongkongan tersebut. Selama di lambung, makanan akan diproses secara kimiawi

menggunakan enzim-enzim pencernaan, diantaranya:

Renin, zat renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya untuk mengendapkan

protein susu dari air susu ibu (ASI).

Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk memecah protein menjadi pepton.

Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.

Lipase, zat lipase fungsinya untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

3. Usus 12 Jari

Makanan diproses dalam lambung sekitar 3-4 jam, setelah itu dibawa menuju usus 12 jari

dan akan dicerna dengan bantuan enzim-enzim dari pankreas. Disamping itu juga terdapat

empedu yang dihasilkan oleh hati fungsinya untuk mengemulsikan lemak kemudian

dialirkan ke usus 12 jari.

4. Usus Halus

Setelah itu makanan dibawa ke usus halus untuk diserap kandungannya, seperti lemak

diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa,
dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Sedangkan vitamin dan mineral dapat

langsung diserap oleh usus halus tanpa dicerna.

5. Usus Besar

Kemudian makanan yang tidak dicerna usus halus akan menuju usus besar dan menjadi

fases. Air yang masih ada dalam usus besar akan diserap kembali ke usus besar.

6. Anus

Sisa makanan yang tidak diserap akan dibuang melalui anus.

F. PATOFISIOLOGI
Sifat virulensi dasar yang dimiliki bersama oleh semua shigella adalah kemampuannya

menginvasi sel epitel kolon. Sifat ini dikodekan pada plasmid besar (120-140 MD) yang

menyebabkan sintesis kelompok polipeptida yang terlihat pada invasi dan pembunuhan sel.

Shigella yang kehilangan virulensi plasmidnya tidak lagi berperan sebagai patogen. Escerichia

coli yang secara alamiah atau antifisial mengadung plasmid beperilaku seperti shigella.

Disamping sifat virulensi utama yang dikode plasmid, faktor-faktor yang dikode secara

kromosom juga diperlukan untuk virulensi penuh; beberapa sifat dari kromosom ini penting

untuk semua shigella (misal, sintesis lipopolisakarida) sedang yang lain hanya penting pada

beberapa serotip (misal, sintesis sigotoksin). Sigotoksin suatu eksotoksin kuat penghambat

sintesis protein dihasilkan dalam jumlah yang berarti hanya oleh serotip 1 S. Dysenteriae dan E.

Coli tertentu (E coli enterohemoragik, atau E coli penghasil toksin seperti shiga ). Fase diare

berair shigellosis dapat disebabkan oleh enterotoksin unik; enterotoksin shigella 1 (SHET-1),

dikode pada kromosom bakteri dan SHET-2 dikode pada plasmod virulensi.

Shigella memerlukan amat sedikit inokulum agar menimbulkan sakit. Penelanan

sebanyak 10 organisme S. Dysenteriae serotip 1 dapat menyebabkan disentri pada beberapa


individu yang rentan. Hal ini berbeda dengan organisme seperti vibriocholerae, yang

memerlukan penelanan 108-1010 organisme agar menimbulkan sakit. Pengaruh inokulum

menjelaskan kemudahan penularan shigella dari orang ke orang yang berbeda dengan

vibriocholerae.

(Behrman, 2012)
G. PATHWAY

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang menurut Nanda (2015:204) sebagai berikut :

1. Pemeriksaan tinja

2. Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam

tinja

3. Benzidin test

4. Mikroskopis : leukosit fecal (pertanda adanya koltis), darah fecal

5. Biakan tinja

6. Media agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS

7. Pemeriksaan darah rutin: leukositosis (5000-15000 sel/mm3), kadang-kadang dapat ditemukan

leukopenia.

I. PENATALAKSANAAN

1. Diet Tinggi Kalori/Tinggi Protein.

Biasanya pada penderita disentri mengalami malnutrisi yang biasanya disebabkan adanya

malabsorbsi karbohidrat, vitamin, dan mineral. Penderita disarankan untuk makan makanan

dalam bentuk yang relatif lembek (dengan tujuan mengurangi kerja usus).

2. Terapi dehidrasi

Terapi dehidrasi berdasarkan derajat dehidrasi.

3. Antibiotik

Pengobatan dengan antibiotik yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko

komplikasi dan kematian. Pilihan utama untuk disentri basilier adalah Kortimoksazol
(Trimetropin 10mg/kg/hari dan Sulfametoksazol 50mg/kg/hari) dibagi dalam 2 dosis selama 5

hari.

Alternatif yang dapat diberikan antara lain:

a. Ampisilin 100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis

b. Cefixime 8 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis

c. Ceftriaxone 50 mg/kg/hari dalam dosis tunggal IV atau IM

d. Asam nalidiksat 55 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis

Terapi antibiotik untuk disentri amoeba yaitu metronodazol 30-50 mg/kg/hari dibagi dalam 3

dosis selama 10 hari.

4. Antipiretik

Antipiretik berfungsi untuk menghambat produksi prostalgladin yang memacu peningkatan suhu

lewat hipotalamus sehingga dapat menurunkan demam.

(Nanda, 2015:204-205)

J. KOMPLIKASI

Menurut Samik Wahab (2012:183) komplikasi dari disentri antara lain :

a. Dehidrasi dengan resiko gagal ginjal atau kematian

b. Sepsis dan koagulasi intravaskular tersebar

c. Hemolisis

d. Anemia

e. Sindrom hemolitik uremik


K. FOKUS PENGKAJIAN

a. Identitas

Identitas klien harus diketahui oleh perawat meliputi nama, umur, kenis kelamin, alamat rumah,

agama, pekerjaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan, dna pekerjaan

klien/asuransi kesehatan.

b. Riwayat penyakit saat ini

BAB warna kuning kehujauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja dan bahkan berbusa.

Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, dan penyakit GI lainnya. Serta penggunaan obat-obatan

terkait.

d. Riwayat nutrisi

Perlu dikaji mengenai pola nutrisi yang dikonsumsi oleh seseorang dan jenis jenis makanan yang

dikonsumsi sehari harinya,

e. Riwayat lingkungan

Perlu kita kaji bagaimana lingkungan sekitar seseorang. Apakah lingkungan dapat dikatakan

higienis atau tidak. Seperti keadaan air untuk mencuci makanan, suhu tempat menyimpan

makanan, kebersihan lingkungan serta kebersihan alat makan.


L. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan menurut Nanda (2015:205) adalah sebagai berikut :

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi dampak sekunder dari diare.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output

berlebihan dan intake yang kurang.

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi pasda lumen.

4. Keletihan berhubungan dengan penurunan absorbsi nutrisi menjadi energi.

5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap

diare.

M. FOKUS INTERVENSI
Intervensi keperawatan menurut Nanda (2015) sebagai berikut :
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi dampak sekunder dari diare.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam hipertermi dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal.

b. Nadi dan RR dalam rentang normal.

Intervensi :

a. Monitor TTV.

b. Selimuti pasien.

c. Berikan kompres hangat pada lipat paha dan aksila.

d. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebabn demam.

e. Kolaborasi pemberian antipiretik.


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output

berlebihan dan intake yang kurang.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Ketidakseimbanagan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

b. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Intervensi :

a. Kaji adanya alergi makanan.

b. Monitor intake dan output.

c. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.

d. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.

e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

pasien.

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi pasda lumen.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Gangguan rasa nyaman dapat

teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Status lingkungan nyaman.

b. Status kenyamanan meningkat.

Intervensi :

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan.


b. Bantu pasien untuk mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.

c. Ajarkan teknik relaksasi.

d. Dorong keluarga untuk menemani anak.

e. Kolaborasi pemberian obat.

4. Keletihan berhubungan dengan penurunan absorbsi nutrisi menjadi energi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam keletihan dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik.

Intervensi :

a. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.

b. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.

c. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai kenutuhan.

d. Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas (tingkatkan periode istirahat).

e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi.

5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap

diare.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam resiko ketidakseimbangan elektrolit

dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

a. TTV dalam batasan normal.

b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus

yang berlebihan.

Intervensi :
a. Monitor TTV dan status dehidrasi.

b. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian.

c. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

d. Berikan cairan IV dalam suhu ruangan.

e. Kolaborasi pemberian cairan IV.


DAFTAR PUSTAKA

Behrman, et al. 2012.Nelson ilmu Kesehatan Anak.Edisi 15. Jakarta: EGC

NANDA . 2013. DiagnosaKeperawatan. Jakarta: EGC

NANDA .2015.Diagnosa Keperawatan.Yogyakarta:Mediaction Publisisng

Sodikin. 2011. AsuhanKeperawatanAnak: GangguanSistem Gastrointestinal danHepatobilier. Jakarta:


SalembaMedika

Thompson N, 2012. WabahDisentri Gaya BaruAncamDunia.Artikel.


http://www.jpnn.com/read/2012/08/08/136228 /Wabah-Disentri-Baru-Ancam-Dunia- Diakses
pada tangga l2 Mei 2016jam 13.00 WIB.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Categories: ANAK, laporan pendahuluan

Related Posts:

Laporan Pendahuluan Atresia Esophagus v\:*


{behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:*
{behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} Read More

laporaan pendahuluan diare v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:*


{behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape
{behavior:url(#default#VML);} Read More

LAPORAN PENDAHULUAN ATRESIA REKTI v\:*


{behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:*
{behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} Read More

LAPORAN PENDAHULUAN DISENTRI Normal 0 false false false false


IN X-NONE X-NONE Read More
LP ATRESIA BILIER (BILLIARY ATRESIA) Normal 0 false false false
IN X-NONE X-NONE Read More

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Search

Komentar
Popular
Tags
Blog Archives

LP MIOMA UTERI

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI A. PENGERTIAN Mioma adalah


penyakit yang berjenis tumor. Berbeda dengan penyakit kanker, miom...

LAPORAN PENDAHULUAN DISENTRI

A. PENGERTIAN Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam


feses, menyebabkan anoreksia, penurunan berat bad...


LAPORAN PENDAHULUAN TYPOID

LAPORAN PENDAHULUAN TYPOID A. Pengertian Typoid Abdominalis adalah


penyakit infeksi akut yang biasanya terjadi pada saluran pen...

LP OSTEOMIELITIS

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITIS PENGERTIAN Osteomielitis adalah


infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan bila di ...

laporaan pendahuluan diare

A. PENGERTIAN Diare pada dasarnya adalah seringnya frekuwensi buang air besar
dari biasanya yang konsistensi yang lebih encer. Beri...

Laporan Pendahuluan Atresia Esophagus

A. PENGERTIAN Atresia berarti buntu, dengan demikian atresia esofagus adalah


kelainan bawaan dimana ujung saluran esofagus buntu,...

LP ATRESIA BILIER (BILLIARY ATRESIA)

A. Pengertian Atresia bilier yaitu suatu defek konginetal yang merupakan hasil dari
tidak adanya atau obstruksi satu atau lebih ...

LAPORAN PENDAHULUAN ATRESIA REKTI

A. Pengertian Atresia ani terjadi karena tidak adanya lubang di tempat yang
seharusnya berlubang karena cacat bawaan (Dewi, 2011 ...

SAP Angka Kematian Ibu

SATUAN ACARA PE NYULUHAN Pokok Bahasan : Angka Kematian Ibu


Sub Pokok Bahasan : Mencegah Kematia...

LAPORAN PENDAHULUAN ENTEROKOLISTIS NEKROTIKA

LAPORAN PENDAHULUAN ENTEROKOLISTIS NEKROTIKAN Pengertian


Enterokolisti s nekrotikan ( necrotizing enterocolistis , NEC ) adalah...

Labels
ANAK
ARTIKEL KESEHATAN
HIPERTENSI
JURNAL
laporan pendahuluan
MATERNITAS
MEDIKAL BEDAH
PENYULUHAN
SAP
TULANG

Blog Archive
2017 (11)
o Februari (2)
o Januari (9)
LAPORAN PENDAHULUAN ENTEROKOLISTIS NEKROTIKA
LAPORAN PENDAHULUAN DISENTRI
laporaan pendahuluan diare
LAPORAN PENDAHULUAN ATRESIA REKTI
Laporan Pendahuluan Atresia Esophagus
LP ATRESIA BILIER (BILLIARY ATRESIA)
LP Apendiksitis
BUAH PENURUN HIPERTENSI
LAPORAN PENDAHULUAN TYPOID

2016 (2)

Blogroll
About
Copyright 2017 PUSTAKA PERAWAT | Powered by Blogger
Design by FThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com |
NewBloggerThemes.com

Anda mungkin juga menyukai