Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG

“EBOLA”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pembimbing :
Ns. Kiki Rizki Amelia, M.Kep

Disusun Oleh
Kelompok 1 :
1. Cecep Agus Setiawan C.0105.18.003
2. Dedeh Kurniati C.0105.18.004
3. Marina Retti Jayanti
C.0105.18.014
4. Nurajijah C.0105.18.016
5. Tedi Sutisna C.0105.18.027

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI


Jl. Kerkof No. 243, Cimahi-Leuwigajah
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. DEFINISI
Ebola virus disease (EVD) juga dikenal dengan istilah Ebola hemorrhagic
fever atau demam berdarah Ebola. Belum lama ini dunia kembali digemparkan
dengan munculnya wabah EVD di daerah Afrika Barat terutama di Liberia, Guinea,
dan Sierra Leone yang berlangsung sejak tahun 2014 sampai sekarang. Wabah ini
merupakan wabah EVD terbesar dan paling kompleks sejak virus ini pertama kali
diidentifikasi pada tahun 1976 di Sudan dan Zaire.1Di Indonesia, sampai saat ini
belum ada laporan kasus positif EVD. Pada tahun 2014, 2 orang tenaga kerja
Indonesia asal Kediri, Jawa Timur, dilaporkan diduga terjangkit EVD setelah pulang
dari Liberia, dan setelah dilakukan pemeriksaan medis menunjukkan keduanya tidak
tertular virus Ebola.Virus ini sangat mudah menular dan sangat Ebola Virus Disease –
Masalah Diagnosis dan mematikan, serta belum ditemukan vaksin yang terbukti
efektif dan efisien untuk manusia. Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang
adekuat, sehingga mengurangi risiko tertular virus. Sampai saat ini penelitian terhadap
virus Ebola terus berlangsung secara progresif. Pengenalan penyakit pada fase awal,
rehidrasi cairan, dan pengobatan simptomatik yang adekuat dapat meningkatkan
kelangsungan hidup

2. ETIOLOGI
Virus Ebola berasal dari genus Ebolavirus, famili Filoviridae. Famili
Filoviridae memiliki garis tengah 800 nm dan panjang mencapai 1000 nm. Virus
Ebola mengandung molekul lurus dan RNA negatif. Apabila dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron, bentuk virus seperti berfilamen, atau kelihatan
bercabang. Terdapat juga virus yang berbentuk “U”, “b” dan berbentuk bundar.

Gambar virus ebola


Genus Ebolavirus terdiri dari 5 spesies yang berbeda, yaitu:

1. Bundibugyo ebolavirus (BDBV)

2. Zaire ebolavirus (EBOV)

3. Reston ebolavirus (RESTV)

4. Sudan ebolavirus (SUDV)

5. Taï Forest ebolavirus (TAFV)

Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Zaire ebolavirus (EBOV), dan Sudan


ebolavirus (SUDV) dikaitkan dengan wabah demam berdarah Ebola yang luas di
Afrika, sementara Reston ebolavirus (RESTV) dan Taï Forest ebolavirus (TAFV)
tidak ditemukan kaitannya dengan kejadian di Afrika. Spesies Reston ebolavirus
(RESTV) ditemukan di Filipina dan Cina. Spesies ini dapat menginfeksi manusia,
tetapi tidak ditemukan laporan penyakit atau kematian pada manusia

3. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi virus Ebola mulai dari hari ke-2 sampai hari ke- 21, umumnya
antara 5 sampai 10 hari. Gejala-gejalanya antara lain demam, perdarahan, nyeri
kepala, nyeri otot dan sendi, radang tenggorokan, lesu, disertai muntah, diare, dan
nyeri perut. Perdarahan mulai muncul hampir bersamaan dengan munculnya ruam
makulopapular, yaitu pada hari ke- 5 – 7, terjadi di berbagai tempat seperti mulut,
mata, telinga, hidung, dan kulit. Perdarahan hanya terjadi pada kurang dari 50%
penderita dan bahkan tidak ditemui pada beberapa kasus fatal.
Dapat juga ditemukan edema pada wajah, leher, dan daerah genital (skrotum/
labia) dan hepatomegali. Bila sistem imun penderita kuat, maka dalam 10 – 12 hari
setelah onset demam dapat berangsur – angsur menghilang. Pasien meninggal
biasanya karena tidak meresponsnya sistem imun terhadap virus. Tingkat kematian
dapat mencapai 50% sampai 90%

4. MANIFESTASI LABOLATORIUM
Leukopenia adalah tanda awal yang sering ditemukan, diikuti neutrofilia pada
tahap lanjut. Nilai trombosit cenderung turun sampai 50.000/ µL. Kadar alanine
aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST) meningkat progresif
dan jaundice ditemukan pada sebagian kasus. Serum amilase dapat meningkat dan
dapat diasosiasikan dengan nyeri perut. Proteinuria sering ditemukan, menandakan
adanya gangguan fungsi ginjal.

5. PATOFISIOLOGI
Virus ebola dapat ditularkan melalui kontak dengan host yang terinfeksi
seperti kelelawar pemakan buah, dan mamalia lainnya (Kumulungui. et al, 2006)
Transmisi virus ebola juga dapat melalui kontak langsung dengan luka, atau cairan
tubuh lainnya seperti feces, saliva, keringat, urin, muntah, ASI dan semen pasien yang
terjangkit ebola (National Center for Emerging and Zoanolic Infectious Disease,
2005)
Filovirus yang menginfeksi ke host melewati transmisi kontak langsung
dengan cairan tubuh akan bereplikasi di monosit, makrofag, sel dendrit, sel endotel,
fibroblas, hepatosit, dan sel adrenal (Blaser, et al, 2014) Filovirus yang menginfeksi
fagosil mononuklear memicu produksi dan pelepasan faktor protein prokoagulan dan
sitokin proinflamasi sehingga menyebabkan berbagai kerusakan di tubuh (Bennett, et
al) Inkubasi virus ini berlangsung selama 7-10 hari, namun bisa lebih cepat (2 hari)
atau lebih lama (21 hari) (Michalek. et al, 2015)
Michalek. et al menambahkan, gejala klinis muncul dengan onset yang
mendadak. seperti demam yang diikuti dengan gejala yang mirip dengan flu, yakni
sakit kepala, malaise, myalgia. kemudian muntah dan diare. Hanya 30 50% pasien
yang mengalami gejala hemoragik. Pada kasus yang berat, gejala ebola
dikarakteristikkan dengan kerusakan hati, gagal ginjal yang diikuti dengan kerusakan
multipel organ (multi-organ failure) dan komplikasi sistem saraf pusat. Kematian
disebabkan oleh kerusakan multipel organ dan perdarahan berat. Pada fase terminal
penyakit, pasien yang terinfeksi mengalami perdarahan sangat berat di gastrointestinal
yang disebabkan oleh DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) yang kasusnya
relalif jarang terjadi. Pada kasus yang tidak fatal atau asimptomatik biasanya
dikaitkan dengan respon spesifik lgM dan IgG, respon cepat dan awal inflamasi,
termasuk interleukin β, interleukin 6, dan tumor necrosis factor α.
Saat infeksi virus, deplesi dan nekrosis limfoid sering ditemukan di
limpa,timus, dan nodus limfe. Banyak sel limfoid menjadi apoptosis sehingga terjadi
deplesi limfoid dam limpopenia progresif. Terjadi nekrosis fokal di berbagai organ di
tubuh. Kelaman koagulasi merupakan karakieristik utama dari infeksi filovirus.
Banyak studi histologi dan biokimia membuktikan munculnya DIC. Mekanisme DIC
belum sepenuhnya dikelahui. Hasil dari banyak studi memaparkan pelepasan faktor
jaringan prokoagulan dan makrofag dan monosit yang terinfeksi berperan utama
dalam perkembangan koagulan yang abnoml. (Bennett. et. al, 2014)
lnfeksi filovirus yang juga dikarakteristikkan dengan sistem imunitas yang
tersupresi dan respon inflamasi sistemik dapat menyebabkan kerusakan vaskular dan
sistem imunitas, yang berujung pada kerusakan multipel organ dan syok. Terdapat
penelitian yang menyatakan filovirus menyebar di tubuh melewati nodus limfe, liver,
dan limpa (Michalek, et af, 2015)

6. KLASIFIKASI
Virus Ebola sendiri dibagi dalam 4 subtipe. Tiga tipe termasuk yang
menyerang manusia (Ebola-Zaire, Ebola-Ivory Coast dan Ebola-Sudan) Satu tipe
yang menyerang khusus hewan primata (Ebola-Reston)
7. PATHWAYS

DIARE

RISIKO GANGGUAN
KETIDAKSEIMBAN INTEGRITAS
GAN ELEKTROLIT KULIT/JARINGAN
DEFISIT NUTRISI
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa tes yang dipakai untuk mendiagnosis ebola dalam beberapa hari
setelah munculnya gejala. Tes tersebut mendeteksi genetik material virus atau
keberadaan antibodi melawan patogen. Tes yang paling akurat adalah tes polymerasa
chain reaction (PCR), teknik yang melihat materi genetik dari virus. "PCR adalah tes
yang sangat definitif. Tes ini bisa mengambil jumlah virus sangat sedikit," kata
Hirsch. Tetapi, hasil tes PCR bisa saja negatif pada tiga hari pertama setelah
seseorang menunjukkan gejala. "Seseorang bisa dirawat di rumah sakit selama 3-5
hari sebelum diagnosis dikonfirmasi," kata Dr.Sandro Cinti, pakar penyakit menular
dari University of Michigan Hospital System. Pasien yang diduga terinfeksi memang
sebaiknya diisolasi sampai hasil tesnya diketahui. Sambil menunggu, dokter juga akan
melakukan beberapa tes penyakit lain yang punya gejala mirip, seperti malaria, yang
lebih mudah dideteksi dari pada ebola. Tes lainnya adalah melihat antibodi yang
diproduksi sistem imun tubuh dalam merespon virus. Tes yang disebut dengan
antigen-capture enzyme-linked immunosorbnet assay (ELISA) ini butuh waktu lebih
dari 3 hari untuk menunjukkan hasil positif. Adanya antibodi juga bisa dideteksi
setelah pasien pulih. Begitu seorang pasien positif terdiagnosis ebola, peneliti akan
mengisolasi virusnya dan melakukan kultur dengan sel hidup. Tetapi mengkultur
ebola sangat berbahaya dan hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan tingkat
keamanan tinggi. Tujuan dari kultur virus ini adalah mengetahui cara kerja virus
menginfeksi sel dan mencari tahu cara mengobatinya.

9. PENATALAKSANAAN KLINIS
 Medis (Keperwatan)
Ada pun perawatan lainnya yang dianjurkan oleh dokter, termasuk serum
eksperimental yang menghancurkan sel terinfeksi. Dokter melakukan
perawatan menggunakan:
a) Terapi oksigen.
b) Transfusi darah.
c) Terapi cairan dan elektrolit.
d) Meresepkan obat tekanan darah.
e) Pengobatan untuk infeksi lainnya
 Farmakologis

Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus untuk mengobati pasien
Ebola. Transfusi darah atau plasma dari pasien Ebola yang sudah sembuh
dapat bermanfaat, karena terdapat antibodi terhadap virus Ebola. Saat ini
terapi yang dianjurkan terdiri dari pemeliharaan keseimbangan cairan dan
elektrolit, serta transfusi darah dan plasma untuk mengendalikan apabila
terjadi pendarahan di dalam tubuh penderita Ebola.

Obat yang dirancang untuk mencegah replikasi virus Ebola telah


dikembangkan dan diuji pada monyet yang terinfeksi Ebola. Salah satu terapi
tersebut ditemukan untuk melindungi lebih dari 60% monyet rhesus yang
terinfeksi Ebola ketika obat tersebut diberikan dalam waktu 30-60 menit
setelah terinfeksi.

Pada tahun 2010 telah disetujui untuk melakukan uji perawatan pada
manusia. Pengobatan dan perawatan ini cukup menjanjikan bagi orang-orang
yang tidak sengaja terinfeksi di laboratorium atau rumah sakit.

Pengobatan lain yang sedang sikembangkan yaitu ZMapp. Merupakan


campuran tiga antibodi yang saling berikatan dengan protein pada virus Ebola.
Pengobatan ini diberikan kepada individu yang terinfeksi selama wabah Ebola
pada tahun 2014-2016. Sayangnya, efektivitas ZMapp masih diragukan.

Vaksin eksperimental sedang dikembangkan untuk mengobati pasien


Ebola, termasuk vaksin yang dikenal sebagai VSV-EBOV. Vaksin ini terbukti
sangat efektif dalam mencegah penyebaran virus Ebola di antara orang-orang
yang melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi. Ketika VSV-EBOV
disuntikkan, tubuh orang yang divaksinasi akan menghasilkan antibodi
terhadap protein virus Ebola, sehingga mendapatkan kekebalan tubuh.
10. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
 IDENTITAS PASIEN
Nama : mencatat nama lengkap pasien yang terserang ebola
Usia : mencatat usia pasien
Jenis Kelamin : Genre pasien (Laki-laki/Perempuan)
Alamat : Tempat tinggal pasien (mengkaji daerah pasien)
Pendidikan : Pendidikan pasien saat ini
Status : Menikah atau belum (adanya kemungkinan istri/suami/ anaknya
sedang terserang virus penyakit ebola)
Suku dan warga negara : mengetahui wilayah pasien berpotensi terserag ebola
atau tidak
Diagnosa medis : Untuk mengetahui diagnosa pasien sebelum pengkajian saat
masuk rumah sakit
 KELUHAN UTAMA
Alasan/keluhan yang menonjol pada saat pasien terinfeksi virus ebola untuk
datang ke RS biasanya demam yang disertai nyeri otot dan kelemahan fisik
 RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Timbul demam mendadak, kelemahan yang sangat, nyeri otot, sakit kepala
dan sakit tenggorokan yang disertai dengan muntah, diare ruam, gangguan
fungsi ginjal dan hati, dan dalam beberapa kasus, terjadi perdarahan internal
dan eksternal (perdarahan pada gusi dan melena). Pada pemeriksaan lab
ditemukan penurunan tajam sel darah putih dan trombosit serta terjadinya
peningkatan enzim hati.
 RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Penyakit apa yang pernah di derita oleh pasien
 RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi apa saja yang pernah dilakukan oleh pasien
 RIWAYAT GIZI
Pasien dengan EVD (ebola virus disease/infeksi virus ebola) sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi
ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang nebcukupi,
maka pasien dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
 PEMERIKSAAN FISIK
Breath : Takipnea
Blood : Mata merah, hipotensi, hipovolemia, takikardi
Brain :-
Bladder :-
Bowel : Biasanya pasien mual, muntah dan sakit perut
Bone : Biasanya klien kelemahan, kelelahan

11. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : - Replikasi Hipertermi
DO :
- Kulit teraba Neutrofill
dingin
- Menggigil Risiko inflamasi
- Suhu tubuh sistemik
dibawah nilai
normal Demam
- Akrosianosis
- Bradikardi Hipertermi

- Dasar kuku
sianotik
- Hipoglikemia
- Hipoksia
- Pengisian
kapiler >3
detik
- Konsumsi
oksigen
meningkat
- Ventilasi
menurun
- Piloereksi
- Takikardia
- Vasokontriksi
perifer
- Kutis
memorata
(pada
neonatus)
2. DS : Neutrofill Diare
- Urgency
- Nyeri/kram Risiko inflamasi
abdomen sistemik
DO :
- Defekasi lebih Demam
dari 3 kali
dalam 24 jam Distress
- Feses lembek Gastrointestinal
atau cair
- Frekuensi Diare
peristaltik
meningkat
- Bising usus
hiperaktif
3. DS : - Viremia sistemik Defisit Nutrisi
DO :
- IMT>25 Pasien simptomatik
Kg/m2 (pada (gejala sistemik)
dewasa) atau
berat dan Cemas berlebih
panjang badan
lebih dari Defisit Nutrisi
presentil 95
(pada anak <2
tahun) IMT
pada presentil
ke 85-95 (pada
anak 2-18
tahun)
- Tebal lipatan
kulit trisep
>25mm
4. DS : - Demam Gangguan Integritas
DO : Kulit/Jaringan
- Kerusakan Distress
integritas Gastrointestinal
jaringan
dan/atau Diare
lapisan kulit
- Nyeri Risiko kekurangan
- Perdarahan volume cairan
- Kemerahan
- Hematoma Gangguan integritas
kulit/jaringan
5. DS : - Distress Risiko
DO : - Gastrointestinal ketidakseimbangan
elektrolit
Diare

Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
6. DS : - Limfoid Risiko Infeksi
DO :-
Respon imun tidak
adekuat

Risiko Infeksi

12. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertermi b.d replikasi d.d
DS : -
DO :
- Kulit teraba dingin
- Menggigil
- Suhu tubuh dibawah nilai normal
- Akrosianosis
- Bradikardi
- Dasar kuku sianotik
- Hipoglikemia
- Hipoksia
- Pengisian kapiler >3 detik
- Konsumsi oksigen meningkat
- Ventilasi menurun
- Piloereksi
- Takikardia
- Vasokontriksi perifer
- Kutis memorata (pada neonatus)
2. Diare b.d neutrofill d.d
DS :
- Urgency
- Nyeri/kram abdomen
DO :
- Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
- Feses lembek atau cair
- Frekuensi peristaltik meningkat
- Bising usus hiperaktif
3. Defisit Nutrisi b.d viremia sistemik d.d
DS : -
DO :
- IMT>25 Kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan panjang badan lebih dari
presentil 95 (pada anak <2 tahun) IMT pada presentil ke 85-95 (pada anak 2-
18 tahun)
- Tebal lipatan kulit trisep >25mm
4. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d demam d.d
DS : -
DO :
- Kerusakan integritas jaringan dan/atau lapisan kulit
- Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d Distress Gastrointestinal (tidak ada DS
dan DO)
6. Risiko infeksi b.d limfoid (tidak ada DS dan DO)
13. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Hipertermia Tupan Hipertermia Hipertermia

DS : - Setelah dilakukan Observasi Observasi


DO : intervensi keperawatan  Indetifikasi penyebab  Untuk mengetahui apa
- Kulit teraba dingin selama 3x24 jam pasien hipertemia penyebab hipertermi pada
- Menggigil diharapkan Hipertermia  Momitor suhu tubuh pasien
- Suhu tubuh kembali normal  Momitor kadar elektolit  Pemantau suhu tubuh
dibawah nilai  Momitor haluaran urine apakah mengalami kenaikan
Tupen
normal  Momitor komlikasi yang sangat drastiss atau
- Akrosianosis Setelah dilakukan
akibat hipertemia tidak
- Bradikardi intervensi keperawatan
Teraupik  Untuk memantau kadar
- Dasar kuku selama 8 jam dengan
elektrolit yang ada pada
kriteria hasil :  Sediakan lingkungan
sianotik tubuh pasien
- Hipoglikemia yang dingin
- Kulit teraba hangat  Memantau seberapa sering
- Hipoksia  Longgarkan atau lepas
- Tidak menggigil pasien mengeluarkan urine
- Pengisian kapiler pakaian
- Suhu tubuh normal  Memantau akibat dari
>3 detik  Basahi dan kipasi seluluh
- Tidak terjadi komplikasi hipertermia
- Konsumsi oksigen tubuh
akrosianosis
meningkat  Berikan cairan oral ganti
- Detak jantung
- Ventilasi menurun linen setiap hari atau
normal
- Piloereksi - Tidak ada asianotik lebih sering jika
- Takikardia - Gula darah normal mengalami hiperhidrosis
Terapeutik
- Vasokontriksi - Tidak terjadi  Lakukan pendingian
perifer hipoksia eksternal  Untuk menyeimbangkan
- Kutis memorata - Pengisian kapiler  Hindari pemberian suhu lingkungan dengan
(pada neonatus) <3 detik antipiretik suhu tubuhnya
- Konsumsi oksigen  Berikan oksigen, bila  Agar tidak menambah atau
normal perlu meningkatkan suhu pasien
- Ventilasi normal akibat pakaian yang ketat
- Tidak terjadi Edukasi  Agar pasien merasa nyaman
piloereksi  Agar pasien tidak dehidrasi
 Ajurkan tirah baring
- Detak jantung  Untuk mencegah terjadinya
Kolaborasi
normal perkembangan bakteri
- Tidak terjadi Kolaborasi pemberian cairan dan akibat keringat pasien
vasokontriksi elektolit intravena, jika perlu  Agar suhu pasien sesuai
perifer dengan lingkungan
- Tidak terjadi kutis  Untuk menghindari efek
memorata samping atau komplikasi
yang tidak diinginkan
 Untuk memperlancar
saturasi oksigen pasien
Edukasi

 Untuk memberi rasa


nyaman pasien dan
berbaring dengan teknik
yang benar
Kolaborasi

Agar pemberian cairan dan


elektrolit melalui intravena sesuai
dengan dosis
2. Diare b.d demam d.d Tupan Manajemen Diare Manajemen Diare
DS : Setelah dilakukan tindakan
Observasi : Observasi :
- Urgency keperawatan selama 3x24
- Nyeri/kram jam, diharapkan diare  identifikasi penyebab  untuk mengetahui penyebab

abdomen dapat teratasi. diare (mis.inflamasi diare

DO : gastrointestinal, iritasi  untuk mengetahui riwayat


- Defekasi lebih dari gastrointestinal,proses pemberian makanan yang
Tupen
3 kali dalam 24 infeksi,malabsorpsi, telah dimakan klien
jam Setelah dilakukan tindakan ansietas, stress, efek obat  untuk mengetahui gejala
- Feses lembek atau keperawatan selama 3x24 obatan, pemberian botol invaginasi yang terjadi pada
cair jam, diharapkan demam susu) klien
- Frekuensi dapat tertasi dengan  identifikasi riwayat  untuk memonitor warna,
peristaltik kriteria hasil : pemberian makanan volume, frekuensi dan
meningkat  identifikasi gejala konsistensi tinja
 Tidak terjadi
- Bising usus invaginasi (mis.tangisan  untuk memonitor tanda dan
urgensi
hiperaktif keras, kepucatan pada gejala hypovolemia yang
 Nyeri atau keram
bayi) dialami klien
di abdomen teratasi
 monitor warna, volume,  untuk memonitor iritasi dan
 BAB lancer
frekuensi dan konsistensi ulserasi kulit di daerah
 Feses mengeras
tinja perinal klien
dan normal
 monitor tanda dan gejala  untuk memonitor jumlah
 Tidak terjadi
hypovolemia pengeluaran diare klien
peningkatan
(mis.takikardia, nadi  untuk memonitor keamanan
ferekuensi
teraba lemah, tekanan penyiapan makanan klien
peristaltic
darah turun, turgor kulit
 Bising usus normal Terapeutik :
turun, mukosa mulut
kering, CRT melambat,  mencegah terjadi dehidrasi
BB menurun) pada diare

 monitor iritasi dan  agar tidak terjadi dehidrasi


ulserasi kulit di daerah yang berat
perinal  untuk mengatasi dehidrasi
 monitor jumlah yang berat
pengeluaran diare  untuk pemeriksaam darah
 monitor keamanan lengkap dan elektrolit
penyiapan makanan  untuk kultur

Terapeutik : Edukasi :

 berikan asupan cairan  agar klien makan makakan


oral (mis.larutan garam porsi kecil dan sering secara
gula, oralit, Pedialyte, bertahap
renalyte)  agar klien menghindari
 pasang jalur intravena makanan pembentuk gas,
 berikan cairan intravena pedas dan mengandung
(ringer asetat, ringer laktosa
laktat) jika perlu  agar klien melanjutkan
 ambil sample darah pemberian asi
untuk pemeriksaam
kolaborasi :
darah lengkap dan
elektrolit  untuk berkolaborasikan

 ambil sample feses untuk pemberian obat antimotilitas

kultur, jika perlu  untuk mengkolaborasikan


pemberian obat
Edukasi :
antispasmodic/spasmolitik
 anjurkan makakan porsi  untuk mengkolaborasikan
kecil dan sering secara pemberian obat obat
bertahap pengeras feses
 anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
 anjurkan melanjutkan
pemberian asi

kolaborasi :

 kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
Loperamide,
difenoksilat)
 kolaborasi pemberian
obat
antispasmodic/spasmoliti
k (mis.papaverin, ekstrak
belladonna, mebeverine)
 kolaborasi pemberian
obat obat pengeras feses
(mis.atapulgit, smektit,
kaolin-pektin)
3. Defisit nutrisi b.d Tupan Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
kurangnya asupan
Setelah dilakukan Obsevasi Observasi
makanan d.d
intervensi keperawatan
DS:  Identifikasi status nutrisi  Untuk mengetahui status
selama 3x24 jam pasien
DO : keadaaan lemah dan  Identifikasi alergi dan nutrisi pasien sehingga tepat
diharapkan deficit nutrisi
kurus intoleransi makanan dalam memberikan asupan
kembali normal
 Identifikasi makanan nutrisi
yang disukai  Untuk menghindari
 Identifikasi kebutuhan makanan yang
Tupen
kalori dan jenis nutrien menyebabkan pasien alergi
Setelah dilakukan
 Identifikasi perlunya dan intoleransi makanan
intervensi keperawatan
penggunaan selang  Untuk mengetahui makanan
selama 8 jam dengan
nasogastric yang disukai sehingga
kriteria hasil :
 Monitor asupan makanan pasien dapat meningkatkan
 Berat badan  Monitor berat badan nafsu makannya
rentang ideal  Monitor hasil  Untuk mengetahui seberapa
 Bising usus pemeriksaan lab perlu masih menggunakan
hiperaktif Terapeutik bantuan selang NGT
 Otot mengunyah  Untuk memantau asupan
 Lakukan oral hygiene
normal makanan pasien
sebelum makan, jika
 Membrane mukosa perlu  Memantau penemu twitter
normal  Fasilitasi menentukan berat badan pasien sebelum
 Tidaka ada pedoman diet dan sekarang
Sariawan (mis.piramida mkanan)  Mata hasil pemeriksaan
 Serum albumin  Sajikan makanan secara laboratorium untuk
normal menarik dan suhu yang penindakan lebih lanjut
 Kekuatan rambut sesuai
Terapeutik
normal  Berikan makanan tinggi
 Tidak terjadi Diare serat untuk mencegah  Untuk memberi rasa
konstipasi nyaman pasien saat makan

 Berikan makanan tinggi dan menambah nafsu makan

kalori dan tinggi protein  Untuk mempermudah

 Berikan suplemen pasien dalam melakukan

makanan, jika perlu pedoman diet

 Hentikan pemberian  Untuk menambah rasa nafsu

makanan melalui selang makan pasien

nasogastric jika asupan  Untuk menjaga pasien dari


oral dapat ditoleransi konstipasi
Edukasi  Untuk mempercepat
penyembuhan pada pasien
 Anjurkan posisi duduk,
 Untuk penambah daya nafsu
jika perlu
 Ajarkan diet yang makan pasien jika perlu
diprogramkan  Untuk memenuhi rasa
Kolaborasi nyaman pasien dalam hal
pemenuhan asupan nutrisi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan Edukasi
(mis Pereda nyeri,
 Untuk yang mendirikan
antiemetic), jika perlu
pasien Bagaimana posisi
 Kolaborasi dengan ahli
duduk yang benar dan
gizi untuk menentukan
memandirikan pasien
jumlah kalori dan jenis
beserta keluarga mengenai
nutrient yang
diet yang diprogramka
dibutuhkan, jika perlu
Kolaborasi

 Sebagai terapi pasien dalam


meredakan nyeri Jika perlu

Agar memberikan asupan nutrisi


kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan
4. Gangguan integritas kulit Tupan Perawatan integritas kulit Perawatan integritas kulit
DS : Setelah dilakukan tindakan
Observasi Observasi
DO: Adanya benjolan di keperawatan selama 3x24
mata kanan jam, diharapkan Gangguan  Identifikasi penyebab  Untuk mengetahui
integritas kulit dapat gangguan integritas kulit perubahan sirkulasi
teratasi. Perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban,
Terapeutik
akibat suhu lingkungan
Tupen
 Ubah posisi tiap 2 jam ekstrim, dan penurunan
Setelah dilakukan tindakan Jika tirah baring mobilitas pada pasien.
keperawatan selama 3x24  Lakukan pemijatan pada
jam, diharapkan gangguan area penonjolan tulang
integritas kulit dapat jika perlu
berkurang dengan kriteria  Bersihkan perineal
Terapeutik
hasil : dengan air hangat
terutama selama periode  Untuk mencegah adanya
 Adanya benjolan pada
diare luka baru yaitu dekubitus
mata kanan tertangani
 Gunakan produk  Untuk mencegah keadaan
berbahan petrolium atau yang ada pada pasien
minyak pada kulit kering  Untuk tetap menjaga
 Gunakan produk personal hygiene pada
berbahan ringan atau pasien
alami dan hypoallergenic  Untuk menghindari adanya
pada kulit sensitif kulit kering
 Untuk mencegah adanya
 Hindari produk berbahan iritasi pada kulit karena
dasar alkohol pada kulit kulit yang begitu sensitif
kering  Sebagai pencegahan untuk
menghindari kulit dari
Edukasi
iritasi dan bertambah
 Anjurkan menggunakan keringat kulit
pelembab misalnya
Edukasi
lotion dan serum
 Anjuran minum air yang  Untuk menjaga kulit kering
cukup dan iritasi kulit
 Anjurkan meningkatkan  Sebagai cara alami untuk
asupan nutrisi menjaga integritas kulit
 Anjurkan meningkatkan  Untuk memenuhi
asupan buah dan sayur kebutuhan dalam
 Anjurkan menghindari penyembuhan adanya
terpapar suhu ekstrim kerusakan pada integritas
 Anjurkan menggunakan kulit
tabir surya spf minimal  Untuk mempercepat
30 saat berada di luar penyembuhan pada pasien
rumah yang menderita gangguan
 Anjurkan mandi dan integritas kulit
menggunakan sabun  Untuk menghindari
secukupnya kerusakan integritas kulit
lebih lanjut
 Untuk menjaga kulit dari
jahatnya sinar matahari dan
untuk menjaga kulit dari
kanker kulit
 Tetap menjaga personal
hygiene pasien dan menjaga
keseimbangan integritas
kulit akibat pemakaian
sabun

5 Risiko ketidakseimbangan Tupan Pemantauan Elektrolit Pemantauan Elektrolit


elektrolit Tidak terjadi Observasi Observasi
DS : - ketidakseimbangan  identifikasi kemungkinan  Agar kita bisa mengatasi
DO : - elektrolit penyebab penyebab yang
ketidakseimbangan memungkinkan terjadinya
Tupen
elektrolit ketidakseimbangan
Setelah dilakukan
 monitor kadar elektrolit elektrolit
intervensi keperawatan
serum  Agar kita bisa memantau
selama 6 jam resiko
 monitor mual, muntah kadar elektrolit serum
infeksi b.d kebutuha dan diare pasien
elektrolit tubuh pasien  monitor kehilangan  Agar tidak terjadi
teratasi cairan, jika perlu ketidakseimbangan
 monitor tanda dan gejala elektrokit
hipokalemia (mis.  Agar kebutuhan cairan
Kelemahan otot, interval pasien normal
QT memanjang,  Agar kita mengetahui
gelombang T datar atau sejauh mana kekuatan otot
terbalik, depresi segmen pasien
ST, gelombang U,  Agar kita bisa memonitor
kelelahan, parestesia, kondisi pasien
penurunan refleks,  Agar kita bisa memantau
anoreksia, konstipasi, kondisi tubuh pasien
mitilitas, usus menurun,  Agar kita mengetahui
pusing, depresi kekuatan otot wajah pasien
pemapasan)  Agar kita mengetahui rasa
 Monitor tanda dan gejala sakit yang dirasakan pasien
hiperkalemia (mis. Peka  Agar kita mengetahui
rangsang, gelisah, mual, normal atau tidaknya
muntah, takikardia pernafasan pasien
mengarah ke bradikardia,  Agar kita mengetahui
fibrilasi/takikardia sejauh mana otot refleks
vebtrikel, gelombang T pasien
tinggi, gelombang P
datar, kompleks QRS
tumpul, blok jantung Terapeutik

mengarah asistol)  Agar kita bisa memantau


 monitor tanda dan gejala kondisi pasien secara teratur
hiponatremia (mis.  Agar bisa dijadikan arsip
Disorientasi, otot apabila akan dilakukan
berkedut, sakit kepala, suatu tindakan
membrane mukosa
kering, hipotensi
postural, kejang, letargi, Edukasi
penurunan kesadaran)
 Agar pasien tidak cemas
 Monitor tanda dan gejala
 Agar pasien merasa tenang
hipernatremia (mis.
Haus, demam, mual,
muntah, gelisah, peka
rangsang, membran
mukosa kering,
takikardia, hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
 monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis. peka
rangsang, tanda CH
postek, spasme otot
wajah, tanda trauseau
[spasme karpal], kram
otot, interval QT
memanjang)
 monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia (mis.
Nyeri tulang, haus,
anokreksia, letargi,
kelemahan otot, segmen
QT memendek,
gelombang T lebar,
komplek QRS lebar,
interval PR memanjang)
 monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis.
Depresi pernapasan,
apatis, tanda Chvostek,
tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
 Monitor tanda dan gejala
hipernagnesemia (mis.
Kelemahan otot, refleks,
bradikardia, depresi SSP,
letargi, koma, depresi)

Terapeutik

- Atur interval waktu


pemantauan sesuai
dengan kondisi ppasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

- Jelaskan tujuan prosedur


pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
6 Resiko infeksi Tupan Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
DS : - Observasi Obsevasi :
Tidak terjadi infeksi
DO : -  Monitor tanda dan gejala  Untuk mengontrol pasien
infeksi local dan sistemik jika terjadi adanya tanda
Tupen gejala dari infeksi local dan
Terapeutik sistemik
Setelah dilakukan
 Batasi jumlah
intervensi keperawatan
pengunjung Terapeutik
selama 8 jam resiko
 Berikan perawatan kulit  Untuk mencegah infeksi
infeksi b.d prosedur
pada area edema yang ditularkan oleh orang
tindakan invasif insisi
 Cuci tangan sebelum dan lain
jaringan tubuh sudah
sesudah kontak dengan  Untuk mengurangi
berkurang
pasien dan lingkungan terjadinya infeksi
pasien  Untuk menghindari
 Pertahankan teknik terjadinya infeksi
aseptic pada pada pasien nosokomial
berisiko tinggi  Untuk memotong rantai
infeksi
Edukasi Edukasi :
 Jelaskan tanda dan gejala  Agar pasien mengethui
infeksi tanda dan gejala dari infeksi
 Ajarkan cara mencuci  Agar pasien dapat
tangan yang benar melakukan langkah mencuci
 Ajarkan etika batuk tangan yang benar untuk
 Ajarkan cara memeriksa mengurai terjadinya infeksi
kondisi luka atau luka  Mengurai terjadinya
operasi penularan dan dapat
 Anjurkan meningkatkan melakukan etika batuk
asupan nutrisi dengan benar
 Anjurkan meningkatkan  Agar pasien dapat mandiri
asupan cairan dalam mengotrol kondisi
luka
Kolaborasi  Agar tidak terjadinya
Kolaborasi pemberian imunisasi, kekurangan cairan atau
jika perlu dehidrasi
Kolaborasi
Menambah kekebalan tubuh pasien

Anda mungkin juga menyukai