TENTANG
“EBOLA”
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pembimbing :
Ns. Kiki Rizki Amelia, M.Kep
Disusun Oleh
Kelompok 1 :
1. Cecep Agus Setiawan C.0105.18.003
2. Dedeh Kurniati C.0105.18.004
3. Marina Retti Jayanti
C.0105.18.014
4. Nurajijah C.0105.18.016
5. Tedi Sutisna C.0105.18.027
TINJAUAN TEORITIS
1. DEFINISI
Ebola virus disease (EVD) juga dikenal dengan istilah Ebola hemorrhagic
fever atau demam berdarah Ebola. Belum lama ini dunia kembali digemparkan
dengan munculnya wabah EVD di daerah Afrika Barat terutama di Liberia, Guinea,
dan Sierra Leone yang berlangsung sejak tahun 2014 sampai sekarang. Wabah ini
merupakan wabah EVD terbesar dan paling kompleks sejak virus ini pertama kali
diidentifikasi pada tahun 1976 di Sudan dan Zaire.1Di Indonesia, sampai saat ini
belum ada laporan kasus positif EVD. Pada tahun 2014, 2 orang tenaga kerja
Indonesia asal Kediri, Jawa Timur, dilaporkan diduga terjangkit EVD setelah pulang
dari Liberia, dan setelah dilakukan pemeriksaan medis menunjukkan keduanya tidak
tertular virus Ebola.Virus ini sangat mudah menular dan sangat Ebola Virus Disease –
Masalah Diagnosis dan mematikan, serta belum ditemukan vaksin yang terbukti
efektif dan efisien untuk manusia. Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang
adekuat, sehingga mengurangi risiko tertular virus. Sampai saat ini penelitian terhadap
virus Ebola terus berlangsung secara progresif. Pengenalan penyakit pada fase awal,
rehidrasi cairan, dan pengobatan simptomatik yang adekuat dapat meningkatkan
kelangsungan hidup
2. ETIOLOGI
Virus Ebola berasal dari genus Ebolavirus, famili Filoviridae. Famili
Filoviridae memiliki garis tengah 800 nm dan panjang mencapai 1000 nm. Virus
Ebola mengandung molekul lurus dan RNA negatif. Apabila dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron, bentuk virus seperti berfilamen, atau kelihatan
bercabang. Terdapat juga virus yang berbentuk “U”, “b” dan berbentuk bundar.
3. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi virus Ebola mulai dari hari ke-2 sampai hari ke- 21, umumnya
antara 5 sampai 10 hari. Gejala-gejalanya antara lain demam, perdarahan, nyeri
kepala, nyeri otot dan sendi, radang tenggorokan, lesu, disertai muntah, diare, dan
nyeri perut. Perdarahan mulai muncul hampir bersamaan dengan munculnya ruam
makulopapular, yaitu pada hari ke- 5 – 7, terjadi di berbagai tempat seperti mulut,
mata, telinga, hidung, dan kulit. Perdarahan hanya terjadi pada kurang dari 50%
penderita dan bahkan tidak ditemui pada beberapa kasus fatal.
Dapat juga ditemukan edema pada wajah, leher, dan daerah genital (skrotum/
labia) dan hepatomegali. Bila sistem imun penderita kuat, maka dalam 10 – 12 hari
setelah onset demam dapat berangsur – angsur menghilang. Pasien meninggal
biasanya karena tidak meresponsnya sistem imun terhadap virus. Tingkat kematian
dapat mencapai 50% sampai 90%
4. MANIFESTASI LABOLATORIUM
Leukopenia adalah tanda awal yang sering ditemukan, diikuti neutrofilia pada
tahap lanjut. Nilai trombosit cenderung turun sampai 50.000/ µL. Kadar alanine
aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST) meningkat progresif
dan jaundice ditemukan pada sebagian kasus. Serum amilase dapat meningkat dan
dapat diasosiasikan dengan nyeri perut. Proteinuria sering ditemukan, menandakan
adanya gangguan fungsi ginjal.
5. PATOFISIOLOGI
Virus ebola dapat ditularkan melalui kontak dengan host yang terinfeksi
seperti kelelawar pemakan buah, dan mamalia lainnya (Kumulungui. et al, 2006)
Transmisi virus ebola juga dapat melalui kontak langsung dengan luka, atau cairan
tubuh lainnya seperti feces, saliva, keringat, urin, muntah, ASI dan semen pasien yang
terjangkit ebola (National Center for Emerging and Zoanolic Infectious Disease,
2005)
Filovirus yang menginfeksi ke host melewati transmisi kontak langsung
dengan cairan tubuh akan bereplikasi di monosit, makrofag, sel dendrit, sel endotel,
fibroblas, hepatosit, dan sel adrenal (Blaser, et al, 2014) Filovirus yang menginfeksi
fagosil mononuklear memicu produksi dan pelepasan faktor protein prokoagulan dan
sitokin proinflamasi sehingga menyebabkan berbagai kerusakan di tubuh (Bennett, et
al) Inkubasi virus ini berlangsung selama 7-10 hari, namun bisa lebih cepat (2 hari)
atau lebih lama (21 hari) (Michalek. et al, 2015)
Michalek. et al menambahkan, gejala klinis muncul dengan onset yang
mendadak. seperti demam yang diikuti dengan gejala yang mirip dengan flu, yakni
sakit kepala, malaise, myalgia. kemudian muntah dan diare. Hanya 30 50% pasien
yang mengalami gejala hemoragik. Pada kasus yang berat, gejala ebola
dikarakteristikkan dengan kerusakan hati, gagal ginjal yang diikuti dengan kerusakan
multipel organ (multi-organ failure) dan komplikasi sistem saraf pusat. Kematian
disebabkan oleh kerusakan multipel organ dan perdarahan berat. Pada fase terminal
penyakit, pasien yang terinfeksi mengalami perdarahan sangat berat di gastrointestinal
yang disebabkan oleh DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) yang kasusnya
relalif jarang terjadi. Pada kasus yang tidak fatal atau asimptomatik biasanya
dikaitkan dengan respon spesifik lgM dan IgG, respon cepat dan awal inflamasi,
termasuk interleukin β, interleukin 6, dan tumor necrosis factor α.
Saat infeksi virus, deplesi dan nekrosis limfoid sering ditemukan di
limpa,timus, dan nodus limfe. Banyak sel limfoid menjadi apoptosis sehingga terjadi
deplesi limfoid dam limpopenia progresif. Terjadi nekrosis fokal di berbagai organ di
tubuh. Kelaman koagulasi merupakan karakieristik utama dari infeksi filovirus.
Banyak studi histologi dan biokimia membuktikan munculnya DIC. Mekanisme DIC
belum sepenuhnya dikelahui. Hasil dari banyak studi memaparkan pelepasan faktor
jaringan prokoagulan dan makrofag dan monosit yang terinfeksi berperan utama
dalam perkembangan koagulan yang abnoml. (Bennett. et. al, 2014)
lnfeksi filovirus yang juga dikarakteristikkan dengan sistem imunitas yang
tersupresi dan respon inflamasi sistemik dapat menyebabkan kerusakan vaskular dan
sistem imunitas, yang berujung pada kerusakan multipel organ dan syok. Terdapat
penelitian yang menyatakan filovirus menyebar di tubuh melewati nodus limfe, liver,
dan limpa (Michalek, et af, 2015)
6. KLASIFIKASI
Virus Ebola sendiri dibagi dalam 4 subtipe. Tiga tipe termasuk yang
menyerang manusia (Ebola-Zaire, Ebola-Ivory Coast dan Ebola-Sudan) Satu tipe
yang menyerang khusus hewan primata (Ebola-Reston)
7. PATHWAYS
DIARE
RISIKO GANGGUAN
KETIDAKSEIMBAN INTEGRITAS
GAN ELEKTROLIT KULIT/JARINGAN
DEFISIT NUTRISI
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa tes yang dipakai untuk mendiagnosis ebola dalam beberapa hari
setelah munculnya gejala. Tes tersebut mendeteksi genetik material virus atau
keberadaan antibodi melawan patogen. Tes yang paling akurat adalah tes polymerasa
chain reaction (PCR), teknik yang melihat materi genetik dari virus. "PCR adalah tes
yang sangat definitif. Tes ini bisa mengambil jumlah virus sangat sedikit," kata
Hirsch. Tetapi, hasil tes PCR bisa saja negatif pada tiga hari pertama setelah
seseorang menunjukkan gejala. "Seseorang bisa dirawat di rumah sakit selama 3-5
hari sebelum diagnosis dikonfirmasi," kata Dr.Sandro Cinti, pakar penyakit menular
dari University of Michigan Hospital System. Pasien yang diduga terinfeksi memang
sebaiknya diisolasi sampai hasil tesnya diketahui. Sambil menunggu, dokter juga akan
melakukan beberapa tes penyakit lain yang punya gejala mirip, seperti malaria, yang
lebih mudah dideteksi dari pada ebola. Tes lainnya adalah melihat antibodi yang
diproduksi sistem imun tubuh dalam merespon virus. Tes yang disebut dengan
antigen-capture enzyme-linked immunosorbnet assay (ELISA) ini butuh waktu lebih
dari 3 hari untuk menunjukkan hasil positif. Adanya antibodi juga bisa dideteksi
setelah pasien pulih. Begitu seorang pasien positif terdiagnosis ebola, peneliti akan
mengisolasi virusnya dan melakukan kultur dengan sel hidup. Tetapi mengkultur
ebola sangat berbahaya dan hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan tingkat
keamanan tinggi. Tujuan dari kultur virus ini adalah mengetahui cara kerja virus
menginfeksi sel dan mencari tahu cara mengobatinya.
9. PENATALAKSANAAN KLINIS
Medis (Keperwatan)
Ada pun perawatan lainnya yang dianjurkan oleh dokter, termasuk serum
eksperimental yang menghancurkan sel terinfeksi. Dokter melakukan
perawatan menggunakan:
a) Terapi oksigen.
b) Transfusi darah.
c) Terapi cairan dan elektrolit.
d) Meresepkan obat tekanan darah.
e) Pengobatan untuk infeksi lainnya
Farmakologis
Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus untuk mengobati pasien
Ebola. Transfusi darah atau plasma dari pasien Ebola yang sudah sembuh
dapat bermanfaat, karena terdapat antibodi terhadap virus Ebola. Saat ini
terapi yang dianjurkan terdiri dari pemeliharaan keseimbangan cairan dan
elektrolit, serta transfusi darah dan plasma untuk mengendalikan apabila
terjadi pendarahan di dalam tubuh penderita Ebola.
Pada tahun 2010 telah disetujui untuk melakukan uji perawatan pada
manusia. Pengobatan dan perawatan ini cukup menjanjikan bagi orang-orang
yang tidak sengaja terinfeksi di laboratorium atau rumah sakit.
- Dasar kuku
sianotik
- Hipoglikemia
- Hipoksia
- Pengisian
kapiler >3
detik
- Konsumsi
oksigen
meningkat
- Ventilasi
menurun
- Piloereksi
- Takikardia
- Vasokontriksi
perifer
- Kutis
memorata
(pada
neonatus)
2. DS : Neutrofill Diare
- Urgency
- Nyeri/kram Risiko inflamasi
abdomen sistemik
DO :
- Defekasi lebih Demam
dari 3 kali
dalam 24 jam Distress
- Feses lembek Gastrointestinal
atau cair
- Frekuensi Diare
peristaltik
meningkat
- Bising usus
hiperaktif
3. DS : - Viremia sistemik Defisit Nutrisi
DO :
- IMT>25 Pasien simptomatik
Kg/m2 (pada (gejala sistemik)
dewasa) atau
berat dan Cemas berlebih
panjang badan
lebih dari Defisit Nutrisi
presentil 95
(pada anak <2
tahun) IMT
pada presentil
ke 85-95 (pada
anak 2-18
tahun)
- Tebal lipatan
kulit trisep
>25mm
4. DS : - Demam Gangguan Integritas
DO : Kulit/Jaringan
- Kerusakan Distress
integritas Gastrointestinal
jaringan
dan/atau Diare
lapisan kulit
- Nyeri Risiko kekurangan
- Perdarahan volume cairan
- Kemerahan
- Hematoma Gangguan integritas
kulit/jaringan
5. DS : - Distress Risiko
DO : - Gastrointestinal ketidakseimbangan
elektrolit
Diare
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
6. DS : - Limfoid Risiko Infeksi
DO :-
Respon imun tidak
adekuat
Risiko Infeksi
Terapeutik : Edukasi :
kolaborasi :
kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
Loperamide,
difenoksilat)
kolaborasi pemberian
obat
antispasmodic/spasmoliti
k (mis.papaverin, ekstrak
belladonna, mebeverine)
kolaborasi pemberian
obat obat pengeras feses
(mis.atapulgit, smektit,
kaolin-pektin)
3. Defisit nutrisi b.d Tupan Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
kurangnya asupan
Setelah dilakukan Obsevasi Observasi
makanan d.d
intervensi keperawatan
DS: Identifikasi status nutrisi Untuk mengetahui status
selama 3x24 jam pasien
DO : keadaaan lemah dan Identifikasi alergi dan nutrisi pasien sehingga tepat
diharapkan deficit nutrisi
kurus intoleransi makanan dalam memberikan asupan
kembali normal
Identifikasi makanan nutrisi
yang disukai Untuk menghindari
Identifikasi kebutuhan makanan yang
Tupen
kalori dan jenis nutrien menyebabkan pasien alergi
Setelah dilakukan
Identifikasi perlunya dan intoleransi makanan
intervensi keperawatan
penggunaan selang Untuk mengetahui makanan
selama 8 jam dengan
nasogastric yang disukai sehingga
kriteria hasil :
Monitor asupan makanan pasien dapat meningkatkan
Berat badan Monitor berat badan nafsu makannya
rentang ideal Monitor hasil Untuk mengetahui seberapa
Bising usus pemeriksaan lab perlu masih menggunakan
hiperaktif Terapeutik bantuan selang NGT
Otot mengunyah Untuk memantau asupan
Lakukan oral hygiene
normal makanan pasien
sebelum makan, jika
Membrane mukosa perlu Memantau penemu twitter
normal Fasilitasi menentukan berat badan pasien sebelum
Tidaka ada pedoman diet dan sekarang
Sariawan (mis.piramida mkanan) Mata hasil pemeriksaan
Serum albumin Sajikan makanan secara laboratorium untuk
normal menarik dan suhu yang penindakan lebih lanjut
Kekuatan rambut sesuai
Terapeutik
normal Berikan makanan tinggi
Tidak terjadi Diare serat untuk mencegah Untuk memberi rasa
konstipasi nyaman pasien saat makan
Terapeutik
Edukasi