Anda di halaman 1dari 5

Asuhan Keperawatan pada Gangguan Eliminasi Alvi :

PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi alvi


difokuskan pada riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
diagnostik.

a. Riwayat Keperawatan

Pada riwayat keperawatan, hal-hal yang harus dikaji antara lain:

1. Pola defekasi
a) Frekuensi (berapa kali per hari atau per minggu?)
b) Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c) Apa penyebabnya?
2. Perilaku defekasi
a) Apakah klien menggunakan laksatif?
b) Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3. Deskripsi feses
a) Warna
b) Tekstur
c) Bau
4. Diet
a) Makanan apa yang memengaruhi perubahan pola defekasi klien?
b) Makanan apa yang biasa klien makan?
c) Makanan apa yang klien hindari/pantang?
d) Apakah klien makan secara teratur?
5. Cairan. Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari.
6. Aktivitas
a) Kegiatan sehari-hari (mis. olahraga)
b) Kegiatan spesifik yang dilakukan klien (mis. penggunaan laksatif,
enema, atau kebiasaan mengonsumsi sesuatu sebelum defekasi)
7. Penggunaan medikasi. Apakah klien bergantung pada obat-obatan
yang dapat memengaruhi pola defekasinya?
8. Stres
a) Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?
b) Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stres?
c) Bagaimana respons klien terhadap stres? Positif atau negatif?
9. Pembedahan atau penyakit menetap
a) Apakah klien pernah menjalani tindakan bedah yang dapat
mengganggu pola defekasinya?
b) Apakah klien pernah menderita penyakit yang memengaruhi
sistem gastrointestinalnya?

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada daerah abdomen, rektum,


anus, dan feses.

1. Abdomen.
Pemeriksaan dilakukan pada posisi telentang, hanya bagian
abdomen saja yang tampak.
 Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas,
adanya distensi atau gerak peristaltik.
 Auskultasi. Dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas,
frekuensi, dan kualitasnya.
 Perkusi. Lakukan perkusi pada abdomen untuk menegtahui adanya
distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah pada bagian
kanan atas dan seterusnya.
 Palpasi. Lakukan palpasi untuk mengetahui konsistensi abdomen
serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen.
2. Rektum dan anus.
Pemeriksaan dilakukan pada posisi lototomi atau sims.
 Inspeksi. Amati daerah perianal untuk melihat adanya tanda-tanda
inflamasi, perubahan warna, lesi, lecet, fistula, konsistensi,
hemoroid.
 Palpasi. Palpasi dinding rektum dan rasakan adanya nodul, massa,
nyeri tekan. Tentukan lokasi dan ukurannya.
3. Feses.
Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, bau, warna, dan
jumlahnya. Amati pula unsur abnormal yag terdapat pada feses.

c. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

 Anoskopi
 Prostosigmoidoskopi
 Protoskopi
 Rontgen dengan kontras

PENETAPAN DIAGNOSTIK

Menurut NANDA (2003), masalah keperawatan untuk eliminasi alvi


meliputi:

 Inkontinensia alvi
 Konstipasi
 Risiko konstipasi
 Persepsi konstipasi
 Diare

Masalah-masalah di atas dapat memengaruhi banyak area fungsi


manusia dan menjadi etiologi untuk diagnosis NANDA lainnya, seperti
Risiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan diare yang lama,
Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan inkintinensia
alvi, Harga diri rendah yang berhubungan dengan ostomi, dan lain
sebagainya.
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Eliminasi Urine
PENGKAJIAN
a. Riwayat Keperawatan
Tanyakan kepada klien secara cermat dan menyeluruh tentang hal-hal
berikut.
1) Pola Berkemih
Pertanyaan terkait pola berkemih sifatnya individual. Ini bergantung
pada individu, apakah pola berkemihnya termasuk dalam kategori
normal atau apakah ia merasa ada perubahan pada pola berkemihnya.
Selain itu tanyakan pila factor-faktor yang memengaruhi pola
berkemihnya.
2) Frekuensi Berkemih
5 kali/kali hari, tergantung kebutuhan seseorang. Lalu 70% miksi
pada siang hari, sedangkan sisanya dilakukan pada malam hari,
menjelang dan sesudah bangun tidur. Berkemih dilakukan saat
bangun tidur dan sebelum tidur.
3) Volume Berkemih
Kaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya
ketidakseimbangan cairan dengan membandingkannya dengan
volume berkemih normal.
4) Asupan dan Haluan Cairan
Catat haluaran urine selama 24jam. Kaji kebiasaan minum klien
setiap hari (jenis dan jumlah cairan yang diminum) dan catat asupan
cairan pr oral, lewat makanan, lewat cairan infus, atau NGT (jika
ada)
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik perkemihan meliputi:
1) Abdomen
Kaji dengan cermat adanya pembesaran, distensi kandung kemih,
pembesaran ginjal, nyeri tekan pada kandung kemih

2) Genitalia

Kaji kebersihan daerah genitalia. Amati adanya bengkak,


rabas atau radang pada meatus uretra. Pada laki-laki, kaji adanya
lesi, pembesaran skrotum, atau nyeri tekan. Sedangkan pada
wanita, kaji adanya lesi, nodul, dan adanya radang pada labia
minora maupun mayora.

3) Urine
Kaji karakteristik urine klien, bandingkan dengan karakteristik
urine normal.
c. Tes Diagnostik
1) Pemeriksaan Urine
Hal yang perlu dikaji meliputi warna, kejernihan, dam bau urine.
Untuk melihat adanya kejanggalan, bisa dilakukan pemeriksaan
protein, glukosa, dll.
2) Tes Darah
Pemeriksaan meliputi BUN, bersihan kreatinin, nitrogen
nonprotein (NPN), sistoskopi, intravenous pyelogram (IVP)

PENETAPAN DIAGNOSIS

Menurut Nanda (2003), masalah keperawatan untuk eliminasi urine


meliputi satu masalah umum dan beberapa masalah khusus. Masalah
umumnya adalah gangguan eliminasi urine, sedangkan masalah
khususnya meliputi:
a. Inkontinensia urine fungsional
b. Inkontinensia urine refleks
c. Inkontinensia urine stress
d. Inkontinensia urine total
e. Inkontinensia urine urgensi

Masalah-masalah diatas juga dapat menjadi etiologi untk masalah


keperawatan lain seperti risiko infeksi, harga diri rendah, risiko
gangguan integritas kulit, risiko deficit volume cairan, dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai