Anda di halaman 1dari 4

SISTEM ELIMINASI

A. ELIMINASI BOWEL
1. Definisi :
Eliminasi Bowel / buang air besar (BAB) atau disebut juga defakasi merupakan feses
normal tubuh yang pentin g bagi kesehatan untuk mengeluarkan sampah dari tubuh.
Sampah yang dikeluarkan ini disebut feses atau stool.
Gangguan eliminasi bowel merupakan suatu keadaan individu yang mengalami
gangguan pada sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar
yaitu gangguan eliminasi BAB.
Karakteristik feses normal :
 Warna : kuning / coklat
 Konsistensi : lembab, terbentuk
 Bau : aromatik ( dipengaruhi oleh makanan yang dimakan)
 Frekuensi : bervariasi dari 1-3 x sampai setiap 3 hari
 Bentuk : silindris
 Jumlah : 100-400 g setiap hari ( bervariasi sesuai dengan diet)
 Kandungan lemak : <6 g/ 24 jam
 Mukus : negative
 Darah : negative
 Pus : negative
 Parasit : negative

2. Pengkajian Eliminasi Bowel


 Pengkajian perawatan pada klien dengan gangguan eliminasi bowel difokuskan
pada riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnosis.
 Riwayat Keperawatan
Pada riwayat keperawatan, hal-hal yang harus dikaji antara lain:
a. Pola defekasi
 Frekuensi
 Apakah frekuensi tersebut perna berubah
 Apa penyebabnya
b. Perilaku defekasi
 Apakah klien menggunakan laksatif
 Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi
c. Deskripsi feses
 Warna ( N= kuning / coklat)
 Tekstur (N= lembab, berbentuk)
 Bau ( N= aromatik)
d. Diet
 Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi
klien?
 Makanan apa yang biasa klien makan?

1
 Makanan apa yang klien hindari?
 Apakah klien makan scara teratur?
e. Cairan
Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari
f. Aktivitas
 Kegiatan sehari-hari misalnya olah raga.
 Kegiatan spesifik yang dilakukan klien, misalnya penggunaan
laksatif, enema, atau kebiasaan mengkonsumsi sesuatu sebelum
defekasi.
g. Penggunaan medikasi
Apakah klien bergantung pada obat-obatan yang dapat mempengaruhi
pada defekasinya?
h. Stress
 Apakah klien mengalami stres berkepanjangan?
 Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stress?
 Bagaimana respons klien terhadap stres? Positif? Negative?
i. Pembedahan atau penyakit menetap
 Pemeriksaan fisik
a. Abdomen
Pemeriksaan dilakukan pada posisi telentang, hanya bagian abdomen
saja yang tampak, dengan cara :
 Inspeksi : Amati abdomen untuk melihat bentuknya,
kesimetrisannya.
 Auskultasi : Dengarkan bising usus lalu perhatikan intensitas,
frekuensi dan kualitasnya.
 Perkusi : Untuk mengetahui adanya distensi berupa cairan,
massa atau udara.
 Palpasi : Lakukan palpasi untuk mengetahui konsistensi
abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan
abdomen.
b. Rectum dan Anus
Pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims
 Inspeksi : Amati daerah perianal untuk melihat adanya tanda-
tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, lecet, fistula, konsistensi,
hemoroid.
 Palpasi : Palpasi dinding rectum dan rasakan adanya nodul,
massa, nyeri tekan, tentukan bentuk dan ukuran
c. Feses
Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, bau, warna, dan
jumlahnya. Amati pula unsur abnormal pada feses.

3. Alat Peraga
 Stetoscope
 Tali cm (centimeter)

2
4. Diagnosa Keperawatan
 Diare b.d proses infeksi pada saluran pencernaan, malabsorbsi
 Konsipasi b.d ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan intake cairan dan serat
 Gangguan inkontinensia alvi b.d kekurasakan spincter rectum, akibat
pembedahan pada rectum.

B. ELIMINASI BLEDDER
1. Definisi
Sistem perkemihan terbentuk darai organ ginjal, ureter, vesika urinari dan uretra.
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat kurang lebih
125 g, terletak pada posisi di sebelah lateral vertebra thorakalis bawah, beberapa
centimetr di sebelah kanan dan kiri garis tengah.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir melewati glomerolus. Air
dan molekul- molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang
besar tetap tertahan dalam aliran darah.
Komposisi utama dari urin adalah air. Selain itu elektrolit, ureum, produk lain dari
meteabolisme protein seperti creatinin, fosfat dan sulfat , dan juga asam urat juga
terkandung dalam urin.
Eliminasi urin dikendalikan oleh kontraksi sfingter uretra eksterna. Otot ini berada
dibawah kendali volunter dan diinervasi oleh sarah yang berasal dari medula spinalis dari
daerah sakral. Ketika muncul keinginan untuk berkemih, sfinter uretra eksterna akan
melemas dan muskulus detrusor ( otot polos kandung kemih) berkontraksi serta
mendorong urin keluar dari dalam kandung kemih melalui uretra.

2. Pengkajian
 Pengkajian perawatan pada klien dengan gangguan eliminasi bledder difokuskan
pada riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnosis.
 Riwayat Keperawatan
Pada riwayat keperawatan, hal-hal yang harus dikaji antara lain:
 Kaji kebiasaan minum air putih sehari-hari, pola diet serta asupan vitamin
harian.
 Kaji kebiasaaan pola bak, output/ jumlah urine 24 jam, warna, bau amoniak,
kekeruhan dan ada atau tidaknya sedimen.
 Kaji keluhan gangguan frekuensi bak, adanya disuria, oliguri, anuria, retensi
urin, nocturia, inkontinensia, dan hematuria serta riwayat infeksi saluran
kemih.
 Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang tekait
dengan sistem perkemihan.

 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
 Atur posisi pasien dengan tidur terlentang, minta klien membuka
bajunya. Perhatikan sekitar abdomen klien. Lakukan inspeksi pada
abdominal jika terdapat massa di abdominal atas, massa keras dan padat,
kemungkinan terjadi keganasan atau infeksi perinefritis.

3
 Melihat keadaan lokalis sistem perkemihan ( ginjal, kandung kemih, alat
genitalia, rectum,dll).
 Melihat adanya penggunaan alat bantu seperti : kondom kateter, folleys
kateter, silikon kateter, atau urostomi atau suprapubik kateter.
2. Palapasi.
a. Palpasi ginjal kanan
1) Letakan tangan kiri pemeriksa dibelakang penderita, paralel pada kosta
ke -12, dengan ujung jari pemeriksa menyentuh sudut kosto vertebral.
Angkat dan cobalah mendorong ginjal kanan ke ke depan (anterior).
2) Letakkan tangan kanan pemeriksa dengan lembut pada kuadran kanan
atas, disebelah lateral dan sejajar terhadap otot rectus ( musculus restus
abdominis dekstra).
3) Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak inspirasi,
tekanlah tangan kanan pemeriksa dalam-dalam ke kuadran atas, di
bawah arkus kosta, dan cobalah menangkap ginjal di antara kedua tangan
pemeriksa.
4) Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-
pelan lepaskan tekanan tangan kanan pemeriksa dan rasakan bagaimana
ginjal akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba
(normalnya jarang teraba), tentukan ukurannya, kontur dan ada/ tidaknya
nyeri tekan.
b. Palpasi ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita. Gunakan
tangan kanan pemeriksa untuk menyangga dan mengangakat dari belakang,
dan tangan kiri untuk meraba pada kuadran kiri atas. Lakukan pemeriksaan
seperti ginjal kanan. Ginjal kiri yang normal janrang dapat teraba.
3. Perkusi
Perkusi adalah tindakan menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam,
untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di
bawah. Perkusi yang dilakukan pada sistem perkemihan yaitu:
Perkusi tidak langsung menggunakan kepalan, plesimeter menjadi tagan yang
pasif, diletakan pada tubuh ketika pleksimeter ( kepalan dari tangan yang
dominan) mengetuk. Metode perkusi bermanfaat untuk menilai nyeri tekan
costovertebral angle (CVA) ginjal.

3. Alat Peraga : -

4. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan eliminasi urin
 Inkontinensia urin
 Retensi urin
 Resiko Inkontinensia urin

Anda mungkin juga menyukai