Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR TUGAS MAHASISWA

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


“SISTEM PERKEMIHAN”

Disusun Oleh:

Azza Nita Rahayu

201901009

Tingkat II

AKADEMI KEPERAWATAN PASAR REBO

2021

JAKARTA TIMUR
A. Pengertian Sistem Perkemihan
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh
larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).

Sistem urinaria terdiri atas:

1. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.


2. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
3. Kandung kemih, yang bekerja sebagai penampung.
4. Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

B. Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis yang sistematik mencakup : keluhan utama pasien, riwayat penyakit
saat ini yang sedang di derita klien, seperti : keluhan sistemik yang merupakan
penyulit dari kelainan urologi, seperti malaise, pucat, uremia yang merupakan
gejala gagal ginjal, atau demam akibat infeksi dan keluhan lokal, seperti nyeri,
keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas. Selain itu perlu adanya
pengkajian terhadap riwayat penyakit lain yang pernah dideritanya maupun
pernah diderita keluarganya. Beberapa pertanyaan yang biasa diajukan kepada
klien adalah :
a) Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan
ada/tidaknya sedimen.
b) Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta
riwayat infeksi saluran kemih.
c) Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait
dengan sistem perkemihan.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan komponen pengkajian kesehatan yang bersifat
obyektif. Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk
digunakan selama pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Dua perkecualian untuk aturan ini, yaitu jika usia pasien atau tingkat keparahan
gejala memerlukan pemeriksaan ekstra dan ketika abdomen yang diperiksa.

A. Inspeksi
Posisi pasien terlentang. Inspeksi pada abdomen, catat ukuran,
kesimetrisan, warna kulit, tekstur, turgor kulit, adanya massa atau
pembengkakan, distensi, dan luka. Kulit dan membran mukosa yang pucat,
indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Penurunan turgor kulit
merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan
cairan. Inspeksi pada sistem perkemihan meliputi :
1. Keadaan umum sistem perkemihan
2. Keadaan lokalis sistem perkemihan (ginjal, kandung kemih, alat genitalia,
rectum)
3. Penggunaan alat bantu seperti : condom catheter, folleys catheter, silikon
kateter atau urostomy atau supra pubik kateter.
B. Palpasi
Palpasi yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah
kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang
telah diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik
pada permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan
memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan
mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah
terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang
dapat teraba. Palpasi juga efektif untuk menilai menganai keadaan cairan pada
ruang tubuh.

C. Perkusi
Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan
tangan.Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang
dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi
langsung kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi
jari tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan plessimeter
menjadi tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan
dari tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat
untuk menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.
Pada pemeriksaan fungsi sistem perkemihan pada saat dilakukan perkusi
mungkin akan dirasakan nyeri pada lokasi yang sakit. Sehingga perlu
diperhatikan dalam melakukan tindakan perkusi agar dilakukan dengan hati-
hati dengan memperhatikan ekspresi klien.

(A) Perkusi tak langsung pada daerah costovertebral (CVA)


(B) Perkusi langsung pada CVA
D. Auskultasi
Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut
kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising)
pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran
darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).

3. Pemeriksaan Ginjal
Ginjal terletak pada regio posterior, dilindungi oleh iga. Sudut costovertebral
adalah regio dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok pada ginjal. Pada
level yang lebih bawah pada kwadran kanan atas, pool bawah ginjal kanan,
kadang-kadang dapat diraba. Vesica urinaria yang terisi penuh dan uterus hamil
dapat diraba di atas simpisis pubis. Beberapa hal penting yang
diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah cahaya ruangan cukup baik, klien harus
rileks, pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis pubis.
Kondisi rileks dari klien dapat diperoleh dengan cara :
1. Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2. Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada posisi
fleksi (bila diperlukan)
3. Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas kepala
akan menarik dan menegangkan otot perut
4. Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, dan kuku harus pendek.
Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat telapak tangan jadi
hangat.
5. Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan tak di
inginkan.
6. Jika perlu ajak klien berbicara sehingga pasien akan lebih relak.
7. Jika klien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan klien
sendiri dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan tangan
pemeriksa menggantikan tangan klien.
8. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan emosi
klien.

Gambaran ginjal dari posterior

a. Inspeksi
Atur posisi pasien dengan tidur terlentang, minta klien membuka bajunya.
Perhatikan sekitar abdomen klien. Lakukan inspeksi pada abdominal jika
terdapat massa di abdominal atas, massa keras dan padat kemungkinan terjadi
keganasan atau infeksi perinefritis.
1. Menilai kebiasaan kandung kemih, output / jumlah urine 24 jam, warna,
kekeruhandan ada / tidaknya sedimen.
2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya disuria dan hematuria,
serta riwayatinfeksi saluran kemih.
3. Pemeriksaan penggunaan kondom kateter, folleys kateter, kateter silikon
atau urostomy atau supra pubis kateter.
4. Mempertimbangkan kembali sejarah pengobatan dan penilaian diagnostik
yang berhubungan dengan sistem kemih.
b. Palpasi
a. Ginjal kanan
 Atur posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
 Letakkan tangan kiri di bawah costa 12.
 Letakkan tangan kanan dibagian atas, sedikit di bawah lengkung iga
kanan.
 Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kiri menekan kebawah
sementara tangan kanan mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi
tekan tangan kiri kuat dan dalam. Mintalah penderita untuk
menahan napas dan membuang napas. Pelan-pelan, lepaskan tekanan
tangan kanan anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali ke
posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba (normalnya jarang
teraba), tentukan ukurannya, contour, dan ada/tidaknya nyeri tekan.

b. Ginjal kiri
Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya :
 Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita.
 Gunakan tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari
belakang.
 Letakkan tangan kiri di kuadran kiri atas.
 Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan. Ginjal kiri yang normal
jarang dapat teraba.

Teknik palpasi bimanual pada ginjal kanan


c. Perkusi
Perkusi ginjal dilakukan untuk mengkaji adanya nyeri. Perkusi ginjal
dilakukan pada akhir pemeriksaan. Perkusi costovertebral ginjal
(costovertebral angle).
- Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk
- Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut costovertebral/costovertebral
angel (setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan
tangan kanan yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri. Lakukan perkusi
ginjal dengan cukup kekuatan sampai pasien dapat merasakan pukulan.
- Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri, jika terdapat nyeri
mengindikasikan adanya batu atau pyelonephritis.

4. Pemeriksaan ureter
Ureter tidak bisa dilakukan pemeriksaan di luar, harus digunakan diagnostik
lain seperti BNO,IVP, USG, CT Renal. Cyloscopy tetapi keluhan pasien dapat
dijadikan petunjuk adanya masalah pada ureternya, seperti pasien mengeluh
sakit di daerah abdomen yang menjalar kebawah, hal ini yang disebut dengan
kolik dan biasanya berhubungan dengan adanya distensi ureter dan spasme ureter
dan adanya obsrtuksi karena batu.

5. Pemeriksaan Vesika Urinaria


a. Inspeksi
1). Perhatikan bagian abdomen bagian bawah, Kandung kemih adalah organ
berongga yang mampu membesar untuk mengumpulkan dan mengeluarkan urin
yang dibuat ginjal.
2). Didaerah supra pubis apakah adanya distensi. Normalnya kandungan kemih
terletak dibwah simpisis pubis. Tetapi setelah membesar organ ini dapat dilihat
distensi pada area supra pubis.

b. Palpasi
Palpasi vesika urinary untuk memeriksa adanya kesimetrisan, lokasi,
ukuran, dan sensasi. Dalam kondisi normal, vesika urinaria tidak teraba.
Adanya distensi/pembesaran vesika urinaria dapat dipalpasi di area antara
simfisi pubis dan umbilical. Langkah-langkah palpasi vesika urianaria:
- Atur posisi pasien supinasi.
- Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah mendekati simfisis.
- Palpasi adanya distensi kandung kemih/vesika urinaria.

c. Perkusi
Secara normal, vesika urinaria tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin
di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi
sampai setinggi umbilicus. Sebelum melakukan perkusi vesika urinaria,
lakukan palpasi untuk mengetahui fundus vesika urinaria. Setelah itu
lakukan perkusi di atas area suprapubic. Jika vesika urinaria penuh atau
sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup)
di atas simphysis pubis. Langkah-langkah perkusi vesika urinaria:
- Atur posisi pasien supinasi
- Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area umbilicus.Vesika
urinaria dalam

6. Pemeriksaan uretra
Urethra tidak bisa diperiksa dari luar perlu pemeriksan penunjang seperti BNO,
CYSTOCOPY, yang bisa di identifikasi adalah urin yang keluar.

7. Pemeriksaan Meatus
Pemeriksaan meatus bukan pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan fisik sistem
perkemihan. Pemeriksaan ini sering dilakukan pada pasien dengan gangguan
sistem perkemihan infeksi.
Langkah-langkah pemeriksaan dengan inspeksi pada meatus:

1. Pada pasien laki-laki


- Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri
- Gunakan sarung tangan
- Pegang penis dengan dua tangan, tekan ujung gland penis untuk membuka
meatus urinary. Lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan,
discharge/cairan, luka, pada meatus.

2. Pada pasien perempuan


- Atur pasien dalam posisi litotomi
- Gunakan sarung tangan
- Buka labia mayora dengan tangan yang dominan, lihat meatus
adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus.
DAFTAR PUSTAKA

Sri Mulyani, Diyono. 2013. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH: Sistem Pencernaan (Dilengkapi Contoh Kasus dengan Aplikasi
NNN (NANDA NOC NIC)). Jakarta: Kencana.

Syaiffudin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa


Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai