o
o
o
o
o
Untuk
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Untuk memperoleh data obyektif, pastikan bahwa dinding abdomen pasien dalam
keadaan relaks dan kandung kemihnya kosong. Kemudian gunakan urutan
pemeriksaan abdomen secara tepat.
Selanjutnya, auskultasi abdomen. Lakukan ini sebelum perkusi dan palpasi karena
perkusi dan palpasi dapat meningkatkan peristalsis, yang mungkin menyebabkan
misinterpretasi bunyi usus.
Catat karakter dan frekuensi bunyi usus. Bunyi usus normal dapat terjadi
5 sampai 30 kali per menit, tetapi dengarkan sampai 5 menit sebelum
memutuskan apakah bunyi usus adalah tidak ada sama sekali.
Selain itu, auskultasi untuk mendeteksi berbagai bunyi vaskuler atau
bruits.
Perkusi abdomen untuk mengkaji densitas relatif isinya. Karena udara dalam usus,
tympany merupakan bunyi yang predominant. Dullness mungkin terdengar diatas
kandung kemih yang penuh, jaringan adiposa, cairan, atau massa.
o Perkusi untuk menentukan batas hati dan ginjal.
o Gunakan perkusi pertama secara tidak langsung untuk mengkaji
costovertebral angle tenderness.
o Jika kita mencurigai ascites, gunakan perkusi untuk menguji adanya
gelombang cairan dan bunyi tumpul.
Terakhir, palpasi abdomen untuk menilai ukuran, lokasi, dan konsistensi organ
tertentu dan memeriksa apakah massa abnormal atau lunak.
o
Kemudian palpasi hati pada kuadran kanan atas, limpha pada kuadran kiri
atas, ginjal pada kedua sisi, dan aorta sedikit kekiri garis midline.
Sphygmomanometer
Stetoskop
Thermometer
Sarung tangan
Penutup bagian tubuh (lembaran kain, selimut mandi, atau handuk, sesuai
kebutuhan)
Plester hipoalergenik
Meteran
Pengalas
Tissue wajah
Alcohol pad
Persiapan peralatan
Atur suhu dalam ruang pemeriksaan, dan tutup pintu. Rasional: untuk mencegah drafts
dan memberikan privacy. Lapisi meja pemeriksaan dengan kain bersih atau disposable
paper. Kemudian siapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan.
Implementasi
1. Konfirmasi identitas pasien menggunakan dua identifier pasien menurut
kebijakan setempat.
2. Lakukan hand higin.
3. Kaji riwayat kesehatan pasien untuk memperoleh data subyektif tentang pasien
dan memahami area masalah dan perubahan fisik yang mengikuti. Selidiki
keluhan utama pasien. (Lihat Menggali gejala pasien.)
4. Jelaskan maksud pemeriksaan fisik dan jawab pertanyaan pasien.
5. Tawarkan pasien untuk berkemih dahulu jika mungkin. Kumpulkan spesimen urin
jika diminta. Rasional: mengosongkan kandung kemih meningkatkan rasa
nyaman pasien selama pemeriksaan.
6. Bantu pasien melepaskan pakaian, dan berikan pakaian periksa. Kemudian ukur
dan catat berat badan, tinggi badan, dan tanda-tanda vital.
Prosedur
Temuan abnormal
1.
2) Kesimetrisan abdomen
No
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Bulges, masses.
Herniakeluarnya
isi
abdomen
melalui lubang abnormal dalam
dinding otot (lihat tabel 21-3).
2.
3) Pemeriksaan umbilikus
No
Prosedur
Temuan abnormal
1.
2.
4) Pemeriksaan kulit
No
Prosedur
Temuan abnormal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Prosedur
Temuan abnormal
1.
b. Pemeriksaan auskultasi
1) bunyi usus dan bunyi vaskuler
Auskultasi abdomen dilakukan terakhir karena perkusi dan palpasi dapat
meningkatkan peristalsis, yang dapat memberikan interpretasi palsu
bunyi usus.
No
1.
Prosedur
Gunakan diafragma stetoskop untuk
mendengarkan bunyi usus dengan
pitch relatif tinggi. Pegang stetoskop
dengan ringan pada kulit; dorongan
dengan kuat dapat merangsang
bunyi usus berikutnya (gambar 2111). Mulai auskultasi pada kuadran
kanan bawah pada area katup
ileosekal
karena
bunyi
usus
normalnya terdengar disini.
Gambar. 21-11
Temuan abnormal
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Ketika
pemeriksa
mendengarkan
abdomen,
catat
adanya
bunyi
vaskuler atau bruits. Gunakan
tekanan kokoh, cek diatas aorta,
arteri renal, arteri iliaka, dan arteri
femoral, khususnya pada orang
dengan hipertensi (gambar 21-12).
Umumnya, suara tersebut tidak ada.
Gambar. 21-12
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Prosedur
1.
2.
Temuan abnormal
3.
Scratch Test.
Salah satu teknik terakhir adalah
scratch test, dimana membantu
menentukan batas hati ketika
abdomen melebar atau otot abdomen
tegang. Letakkan stetoskop diatas
hati. Dengan salah satu kuku tangan,
gores dengan tekanan pendek diatas
abdomen, mulai pada kuadran kanan
bawah dan berpindah secara
progresif ke atas menuju hati
(gambar 21-16). Ketika bunyi goresan
pada stetoskop menjadi membesar,
pemeriksa lalu membuat batas silang
dari organ berongga dibawahnya ke
organ yang padat.
Gambar. 21-16
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Suara
tumpul
melebihi
hgaris
midaksila
mengindikasikan
pembesaran limpa, dapat terjadi
pada mononucleosis, trauma, dan
infeksi.
2.
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Perkusi
kepalan
tangan
tidak
langsung
menyebabkan
jaringan
bervibrasi selain menghasilkan bunyi.
Untuk menilai ginjal, letakkan satu
tangan diatas iga ke 12 pada sudut
costovertebra di punggung (gambar
21-18). Ketuk tangan dengan sisi
ulna kepalan tangan pemeriksa.
Seseorang yang normal merasakan
gedebuk
tetapi
tidak
nyeri.
(walaupum langkah ini dijelaskan
disini dengan teknik perkusi, namun
pemeriksaan
ini
umumnya
merupakan
urutan
pemeriksaan
lengkap pada toraks, dimana pasien
duduk dan pemeriksa berdiri di
belakangnya.)
Gambar. 21-18
Prosedur khusus
No
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Gelombang cairan
No
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Prosedur
Temuan abnormal
1.
2.
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Tahanan otot.
Kekakuan.
2.
3.
4.
Gambar. 21-24
5.
Pemeriksaan Hati
No
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Teknik Hooking
No
Prosedur
1.
Temuan abnormal
Pemeriksaan limpha
No
Prosedur
Temuan abnormal
1.
2.
Gambar 21-28b
Pemeriksaan Aorta
No
Prosedur
Temuan abnormal
1.
Prosedur
Temuan abnormal
1.
3.
Obturator Test.
Test obturator dilakukan bila curiga
ada appendiksitis. Dalam posisi
pasien supinasi, angkat kaki kanan,
fleksikan pada pinggul dan 90 derajat
pada lutut (Gambar 21-33). Pegang
Apa yang kamu lakukan ketika anda pertama kali tahu hal tersebut?
Apa yang memicu hal tersebut? Stress? Posisi? Aktivitas tertentu? An argument?
(untuk tanda seperti mata keluar kotoran: Apa yang menyebabkan hal itu atau
memperburuk? Untuk gejala psikologis seperti depressi: Apakah depressi terjadi
setelah peristiwa tertentu?)
Apa yang mengurangi gejala? Perubahan diet? Perubahan posisi? Minum obat?
Meningkatkan aktivitas?
Seberapa sering gejala anda alami saat ini? Seberapa banyak hal itu mencegah
anda dari melakukan aktivitas? Apakah gejala yang dirasakan lebih parah atau
sebaliknya lebih ringan dari gejala sebelumnya?
Apakah menyebar?
Pada kasus nyeri, apakah nyeri menjalar ke punggung atau lengan, ke leher,
atau ke kaki?
Severity (Keparahan)
Bagaimana rerata gejala pada skala 1 ke 10, dimana 10 merupakan yang paling
parah?
Seberapa parah gejala dirasakan saat memburuk? Apakah hal itu memaksa anda
untuk tiduran, duduk, atau memperlambat?
Timing (Waktu)
Seberapa sering anda mengelami gejala? Per jam? Per hari? Per minggu? Per
bulan?
Kapan anda biasanya mengalami gejala? Sepanjang hari? Saat malam hari? Pada
waktu pagi hari? Apakah sampai membangunkan anda? Apakah gejala terjadi
sebelum, selama, atau setelah makan? Apakah terjadi pada musim tertentu?
Dapatkan data biografi, meliputi nama pasien, alamat, nomor telepon, contact
person, jenis kelamin, usia, tanggal lahir, tempat lahir, status perkawinan,
pendidikan, agama, pekerjaan, suku, bangsa, dan latar belakang budaya, serta
nama orang yang tinggal bersama pasien.
Tanyakan tentang obat yang diminum pasien, termasuk obat resep, obat dibeli di
warung, dan ramuan herbal. Tulis nama obat, dosis, frekuensi, rute, kapan pasien
terakhir minum obat, dan apa fungsi obat tersebut.
Gali peran pasien dan pola hubungan, termasuk konsep diri, pengaruh agama
dan budaya, peran dan hubungan keluarga, pola reproduksi dan seksualitas,
sistem dukungan sosial, dan pertimbangan psikososial lain.
TEKNIK
TEMUAN NORMAL
PERTIMBANGAN KHUSUS
Observasi kontur
abdomen.
Inspeksi abdomen
terhadap karakteristik
kulit, kesimetrissan,
kontur, peristalsis, dan
pulsasi.
Auskultasi keempat
kuadran abdomen.
Perkusi timpani
Palpasi memberikan
informasi tentang lokasi,
ukuran, dan kondisi
struktur yang mendasari.
paha.
menilai kepatenan
pembuluh darah.
Dokumentasi
Dokumentasikan hasil temuan normal dan abnormal dalam cara yang terorganisasi
menurut sistem tubuh yang berhubungan. Catat nama dokter yang diberitahu terhadap
hasil temuan abnormal dan intervensi yang diorder. Dokumentasikan respon pasien
terhadap intervensi dimaksud.
Referensi
1. Bickley, L., and Szilagyi, P. Bates' Guide to Physical Examination and History
Taking, 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2009.
2. Centers for Disease Control and Prevention. "Guideline for Hand Hygiene in
Health-Care Settings," Morbidity and Mortality Weekly Report 51(RR-16):1-144,
October 2002. (Level I)
3. Jensen, S. Nursing Health Assessment: A Best Practice Approach, Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2011.
4. Rutala, W.A., et al. (2008). "Guideline for Disinfection and Sterilization in
Healthcare Facilities, 2008" [Online]. Accessed January 2011 via the Web at
http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/pdf/guidelines/Disinfection_Nov_2008.pdf.
(Level 1)
5. World Health Organization. (2009)."WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health
Care: First Global Patient Safety Challenge. Clean Care is Safer Care." Geneva:
World Health Organization. [Online]. Accessed January 2011 via the Web at
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597906_eng.pdf. (Level I)
Nama skill
Tujuan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
12
.
13
.
14
.
15
.
16
.
17
.
18
.
19
.
20
.
21
.
22
Ya
Tidak
NA