Anda di halaman 1dari 27

SOP

Melakukan wawancara riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik


Pengantar
Perawat melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap ketika pasien masuk ke fasilitas
kesehatan dan melakukan pemeriksaan kembali secara parsial jika kondisi pasien
memungkinkan. Pemeriksaan yang lengkap meliputi riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Riwayat kesehatan meliputi keluhan utama,
riwayat penyakit saat ini, riwayat medis dan bedah umum, riwayat keluarga, riwayat
sosial, dan review of systems.
Pemeriksaan fisik mengikuti metode khusus dan format dari rambut ke kaki. Persiapan
pasien meliputi memberikan penjelasan tentang maksud pemeriksaan dan mengatur
posisi & menutupi bagian yang diperiksa sebelum dan sesudah diperiksa. Selama
prosedur ini, perawat harus melakukan setiap upaya untuk mengenal dan respek
terhadap perasaan pasien (terutama rasa malu dan kecemasan) serta memberikan rasa
nyaman dan mengikuti kewaspadaan keselamatan yang wajar.
Abdomen rongga oval tubuh terbesar dari diafragma sampai ke pinggir pelvis. Batas
abdomen dibelakang oleh vertebra kolumna dan otot paravertebra dan pada sisi dan
depan oleh kubah iga terbawah dan otot abdomen.
Untuk memudahkan deskripsi, dinding abdomen dibagi menjadi empat kuadran oleh
garis vertikal dan horizontal menyilang di umbilikus (Gambar 1.1).

Gambar 11. Pembagian kuadran dalam pemeriksaan fisik abdomen

Kuadran atas kanan abdomen berisi:


o Hati
o Kandung empedu,
o Duodenum,
o Kepala pankreas,
o Ginjal kanan dan kelenjar adrenal,
o Fleksura hepatika pada kolon,
o Dan bagian kolon ascenden dan tranversum.

Kuadran atas kiri berisi:


o Lambung,
o Limpa,

o
o
o
o
o

Lobus kiri hati,


Badan pankreas,
Ginjal kiri dan kelenjar adrenal,
Fleksura splenik kolon,
Dan bagian kolon transversum dan descenden.

Kuadran bawah kanan abdomen berisi:


o Sekum,
o Umbai cacing,
o Ureter kanan,
o Dan ovarium kanan dan tuba fallopian (pada wanita), atau korda sperma
kanan (pada laki-laki).
Kuadran bawah kiri berisi:
o Bagian kolon descenden,
o Kolon sigmoid,
o Ureter kiri,
o Dan ovarium kiri dan tuba fallopian (pada wanita), atau korda sperma kiri
(pada laki-laki).
Struktur tambahan terletak pada garis tengah abdomen, meliputi:
o Aorta,
o Kandung kemih (jika membesar),
o Dan uterus (jika melebar pada wanita).

Bagian ini memperlihatkan poin kritis tentang pemeriksaan abdomen secara


subyektif dan obyektif.

Untuk
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Untuk memperoleh data obyektif, pastikan bahwa dinding abdomen pasien dalam
keadaan relaks dan kandung kemihnya kosong. Kemudian gunakan urutan
pemeriksaan abdomen secara tepat.

Pertama, inspeksi abdomen.


o Catat kontur dan kesimetrisan, bentuk umbilikus, dan kondisi kulit.
o Cari adanya pulsasi atau gerakan.
o Observasi pola pertumbuhan rambut pubis dan sikap pasien.

Selanjutnya, auskultasi abdomen. Lakukan ini sebelum perkusi dan palpasi karena
perkusi dan palpasi dapat meningkatkan peristalsis, yang mungkin menyebabkan
misinterpretasi bunyi usus.

memperoleh data subyektif, tanyakan pertanyaan untuk menyelidiki:


Selera makan,
Dysphagia (atau kesulitan swallowing),
Intoleransi terhadap makanan,
Nyeri abdomen,
Mual dan muntah,
Kebiasaan BAB dan penggunanaan laksatif,
Riwayat abdomen lalu,
Berbagai obat yang digunakan saat ini,
Dan nutrisi.

Catat karakter dan frekuensi bunyi usus. Bunyi usus normal dapat terjadi
5 sampai 30 kali per menit, tetapi dengarkan sampai 5 menit sebelum
memutuskan apakah bunyi usus adalah tidak ada sama sekali.
Selain itu, auskultasi untuk mendeteksi berbagai bunyi vaskuler atau
bruits.

Perkusi abdomen untuk mengkaji densitas relatif isinya. Karena udara dalam usus,
tympany merupakan bunyi yang predominant. Dullness mungkin terdengar diatas
kandung kemih yang penuh, jaringan adiposa, cairan, atau massa.
o Perkusi untuk menentukan batas hati dan ginjal.
o Gunakan perkusi pertama secara tidak langsung untuk mengkaji
costovertebral angle tenderness.
o Jika kita mencurigai ascites, gunakan perkusi untuk menguji adanya
gelombang cairan dan bunyi tumpul.

Terakhir, palpasi abdomen untuk menilai ukuran, lokasi, dan konsistensi organ
tertentu dan memeriksa apakah massa abnormal atau lunak.
o

Mulai dengan palpasi ringan untuk mendapatkan kesan permukaan kulit


secara menyeluruh dan otot superfisial. Catat adanya guarding.

Selanjutnya, lakukan palpasi dalam, tekan sedalam 5 sampai 8 sentimeter.


Jika pemeriksa mendeteksi massa, catat lokasinya, ukuran, bentuk,
konsistensi, permukaan, mobilitas, gerakan, dan kelembutan.

Kemudian palpasi hati pada kuadran kanan atas, limpha pada kuadran kiri
atas, ginjal pada kedua sisi, dan aorta sedikit kekiri garis midline.

Jika diperlukan lakukan prosedur spesial. Contoh, kaji rebound tenderness


atau inspiratory arrest, atau lakukan iliopsoas muscle test.

Ketika memeriksa abdomen, lakukan juga promosi kesehatan. Diskusikan tindakan


untuk mempromosikan kesehatan hati dan perilaku yang dapat meningkatkan risiko
hepatitis. Jelaskan tiga penyebab utama hepatitis yaitu infeksi hepatitis A, hepatitis
B, dan hepatitis C, dan vaksinasi yang tersedia untuk hepatitis A dan hepatitis B.
Peralatan
Meskipun peralatan yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan fokus pemeriksaan,
berikut alat yang paling umum digunakan:
Timbangan berat badan dengan pengukur tinggi badan

Sphygmomanometer

Jam tangan dengan detik

Stetoskop

Thermometer

Baju periksa untuk pasien

Meja pemeriksaan atau tempat tidur pasien

Sarung tangan

Penutup bagian tubuh (lembaran kain, selimut mandi, atau handuk, sesuai
kebutuhan)

Plester hipoalergenik

Lampu senter kecil

Meteran

Fecal occult blood test kit

Pengalas

Pelumas larut air

Tissue wajah

Form pengkajian keperawatan

Alcohol pad

Persiapan peralatan
Atur suhu dalam ruang pemeriksaan, dan tutup pintu. Rasional: untuk mencegah drafts
dan memberikan privacy. Lapisi meja pemeriksaan dengan kain bersih atau disposable
paper. Kemudian siapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan.
Implementasi
1. Konfirmasi identitas pasien menggunakan dua identifier pasien menurut
kebijakan setempat.
2. Lakukan hand higin.
3. Kaji riwayat kesehatan pasien untuk memperoleh data subyektif tentang pasien
dan memahami area masalah dan perubahan fisik yang mengikuti. Selidiki
keluhan utama pasien. (Lihat Menggali gejala pasien.)
4. Jelaskan maksud pemeriksaan fisik dan jawab pertanyaan pasien.
5. Tawarkan pasien untuk berkemih dahulu jika mungkin. Kumpulkan spesimen urin
jika diminta. Rasional: mengosongkan kandung kemih meningkatkan rasa
nyaman pasien selama pemeriksaan.
6. Bantu pasien melepaskan pakaian, dan berikan pakaian periksa. Kemudian ukur
dan catat berat badan, tinggi badan, dan tanda-tanda vital.

7. Bantu pasien ke meja pemeriksaan jika perlu. Kebutuhan terhadap pengaturan


posisi dan penutup bagian tubuh bervariasi sesuai system tubuh dan bagian
tubuh yang akan diperiksa. Untuk sistem abdomen, atur posisi pasien supinasi/
terlentang dan pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien. Pada pasien wanita,
taruh handuk diatas payudara dan dada bagian atas selama pemeriksaan
abdomen. Turunkan selimut sampai batas simphisis pubis, tidak melebihi batas
ini.
8. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen dengan urutan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fisik abdomen secara inspeksi
1) Kontur abdomen
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Berdiri di sisi kanan pasien dan


lihat
ke
abdomen.
Kemudian
membungkuk atau duduk untuk
menatap
menyilang
abdomen.
Kepala pemeriksa harus lebih tinggi
sedikit dari permukaan abdomen.
Tentukan profil abdomen dari batas
bawah iga ke tulang pubis. Kontur
menjelaskan
status
nutrisi
dan
rentang normal dari datar ke bulat
(lihat gambar 21-7a).

Temuan abnormal bila didapatkan


bentuk abdomen Scaphoid, bentuk
abdomen protuberant, dan distensi
abdomen (lihat gambar 21-7b).

Gambar. 21-7a. Kontur abdomen


normal

Gambar. 21-7b. Kontur abdomen


abnormal

2) Kesimetrisan abdomen
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Pancarkan sinar menyilang abdomen


mengarah
ke
petugas,
atau
memanjang
melewati
panjang
pasien, abdomen harus simetris
bilateral
(Gambar
21-8).
Catat
adanya tonjolan terlokalisasi, massa
yang terlihat, atau bentuk asimetris.
Meskipun tonjolan kecil diperkuat
dengan
bayangan
sinar
lampu
pemeriksa. Pindah ke kaki meja
pemeriksaan
untuk
mengecek
kesimetrisan.
Gambar. 21-8

Bulges, masses.
Herniakeluarnya
isi
abdomen
melalui lubang abnormal dalam
dinding otot (lihat tabel 21-3).

2.

Minta pasien untuk menarik napas


dalam,
tahan
sebentar
untuk
memeriksa
adanya
perubahan.
Abdomen seharusnya tetap simetris
dan rata. Atau minta pasien untuk
melakukan sit-up tanpa mengangkat
tangan.

Catat adanya pembengkakan lokal.


Mungkin terlihat hernia, pembesaran
hati atau limpa.

3) Pemeriksaan umbilikus
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Normal terdapat pada midline dan


cekung, tanpa tanda diskolorisasi,
peradangan, atau hernia. Umbilikus
menjadi menonjol pada kehamilan.

Menonjol pada asites, atau terdapat


massa dibawahnya (lihat tabel 21-1).

2.

Umbilikus merupakan tempat yang


umum untuk piercings pada wanita
muda. Tempat tersebut seharusnya
tidak memerah atau mengeras.

Sangat cekung pada obesitas.


Membesar dan menonjol pada hernia
umbilikal.
Warna periumbilikal kebiru-biruan
terjadi
pada
perdarahan
intraabdomen (Cullen's sign).

4) Pemeriksaan kulit
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Permukaan rata dan datar, dengan


warna homogen. Kulit abdomen
merupakan tempat yang baik untuk
menilai pigmentasi karena terlindung
dari sinar matahari.

Kemerahan dengan peradangan


lokal.
Kekuningan/Jaundice (dilihat terbaik
pada cahaya siang hari natural).
Kulit yang berkilauan dan tegang
terjadi pada ascites.

2.

Salah satu perubahan pigmen adalah


striae
(lineae
albican),
putih
keperakan, linear, tanda bergerigi
panjang 1 sampai 6 cm (Gambar 219). Striae terjadi ketika serat elastis
dalam lapisan retikuler kulit rusak
setelah regangan cepat atau lama,
seperti
pada
kehamilan
atau
penambahan berat badan berlebihan.
Striae terakhir bisa berwarna pink
atau biru; kemudian berganti menjadi
putih silver.
Gambar. 21-9

Striae juga terjadi bersamaan dengan


ascites.
Striae terlihat biru-ungu pada
Cushing's syndrome (hormon
adrenokortikal menyebabkan kulit
mudah pecah dan rusak dari
peregangan normal).

3.

Nevi berpigmen (mola), area makula


atau papula berbatas coklat umum
terdapat di abdomen.

Warna tidak biasa atau perubahan


dalam bentuk mola (pelajari pada
pengkajian integumen).
Petekie.

4.

Normal, tidak ada lesi, meskipun


anda bisa menulis luka parut bedah
sembuh. Jika luka parut ada, gambar
lokasinya dan panjangnya dalam
sentimeter pada rekam medis,
(Gambar 21-10). (Catatan, seseorang
jarang lupa operasi masa lalu ketika
menyampaikan riwayat kesehatan.
Jika pemeriksa mencatat adanya luka
parut saat ini, tanyakan tentang hal
tersebut.). Luka parut karena bedah
memberikan sinyal kemungkinan
adanya adhesi dan jaringan ikat
berlebihan.
Gambar. 21-10

Angioma kutan (spider nevi) terjadi


pada hipertensi porta atau penyakit
hati.
Lesi, ruam (lihat pengkajian
integumen).

5.

Vena biasanya tidak terlihat, tetapi


jaringan vena kecil mungkin dapat
terlihat pada seseorang yang kurus.

Vena melebar, menonjol terjadi pada


hipertensi porta, cirrhosis, ascites,
atau obstruksi vena kava. Vena
terlihat jelas pada malnutrisi sebagai
akibat dari jaringan adiposa yang
tipis.

6.

Turgor kulit yang baik merefleksikan


nutrisi yang sehat. Cubit dengan
lembut
lipatan
kulit;
kemudian
lepaskan untuk melihat kembalinya
kulit segera ke posisi awalnya.

Turgor yang buruk terjadi pada


dehidrasi, sering menyertai penyakit
gastrointestinum.

5) Pulsasi atau Gerakan


No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Secara normal, pemeriksa dapat


melihat pulsasi dari aorta dibawah

Pulsasi nyata pada aorta terjadi


dengan melebarnya tekanan nadi

kulit pada area epigastrik, terutama


pada seseorang yang kurus dengan
dinding otot relaksasi. Gerakan napas
juga
terlihat
pada
abdomen,
terutama pada laki-laki. Terakhir,
gelombang
peristalsis
kadangkadang terlihat pada orang yang
sangat kurus. Peristalsis berdesir
lambat
dan
oblik
menyilang
abdomen.

(contoh., hipertensi, insufisiensi


aorta, thyrotoxicosis) dan pada
aneurisma aorta.
Peristalsis terlihat jelas, bersamaan
abdomen
yang
menggelembung,
mengindikasikan obstruksi usus.

6) Pemeriksaan distribusi rambut abdomen


No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Pola pertumbuhan rambut pubis


normal berbentuk diamond pada lakilaki dewasa dan bentuk segitiga
terbalik pada perempuan dewasa.

Pola akan terganggu bila terdapat


abnormalitas hormon atau endokrin,
penyakit hati kronik.

7) Pemeriksaan ekspresi tubuh


No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Seseorang yang nyaman terlihat


cukup relaks pada meja pemeriksaan
dan memiliki ekspresi wajah ramah
dan
santai,
meskipun
sedang
bernapas.

Kegelisahan dan terus mencari posisi


nyaman terjadi pada nyeri kolik pada
gastroenteritis atau obstruksi usus.
Diam absolut, menahan gerakan,
terjadi pada nyeri peritonitis.
Lutut fleksi; wajah meringis; dan
bernapas tidak teratur, cepat juga
mengindikasikan nyeri.

b. Pemeriksaan auskultasi
1) bunyi usus dan bunyi vaskuler
Auskultasi abdomen dilakukan terakhir karena perkusi dan palpasi dapat
meningkatkan peristalsis, yang dapat memberikan interpretasi palsu
bunyi usus.
No
1.

Prosedur
Gunakan diafragma stetoskop untuk
mendengarkan bunyi usus dengan
pitch relatif tinggi. Pegang stetoskop
dengan ringan pada kulit; dorongan
dengan kuat dapat merangsang
bunyi usus berikutnya (gambar 2111). Mulai auskultasi pada kuadran
kanan bawah pada area katup
ileosekal
karena
bunyi
usus
normalnya terdengar disini.
Gambar. 21-11

Temuan abnormal

2) Pemeriksaan bunyi usus


No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Catat karakter dan frekuensi bunyi


usus. Bunyi usus berasal dari
gerakan udara dan cairan melalui
usus
halus.
Tergantung
pada
berlalunya waktu sejak makan, bunyi
usus luas dapat terjadi. Bunyi usus
terdengar pitch tinggi, gurgling
(berkumur), bunyi seperti air terjun,
terjadi ireguler dimanapun sebanyak
5 sampai 30 kali per menit. Jangan
mengganggu ketika sedang dihitung.
Putuskan jika bunyi usus normal,
hipoaktif, atau hiperaktif.
Hipoaktif: setiap menit
Normal: setiap 15-20 detik
Hiperaktif: setiap 3 detik

Dua pola bunyi usus berbeda jelas


mungkin terjadi:
a. Bunyi hiperaktif yaitu bunyi
keras, pitch tinggi, sibuk,
berdering merupakan sinyal
meningkatnya motilitas.
b. Bunyi hipoaktif atau tidak
terdengar setelah
pembedahan abdomen atau
peradangan pada peritoneum.
Salah satu jenis bunyi usus hiperaktif
merupakan hal yang cukup umum.
Yaitu hiperperistalsis ketika
pemeriksa merasakan menggeram
pada lambung, disebut
borborygmus. Sedangkan bunyi
abdomen diam adalah tidak umum;
pemeriksa harus mendengarkan
selama 5 menit dengan melihat jam
sebelum memutuskan apakah bunyi
usus sama sekali tidak ada.

3) Pemeriksaan bunyi vaskuler


No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Ketika
pemeriksa
mendengarkan
abdomen,
catat
adanya
bunyi
vaskuler atau bruits. Gunakan
tekanan kokoh, cek diatas aorta,
arteri renal, arteri iliaka, dan arteri
femoral, khususnya pada orang
dengan hipertensi (gambar 21-12).
Umumnya, suara tersebut tidak ada.
Gambar. 21-12

Catat lokasi, pitch, dan lama bunyi


vaskuler.
Bruit sistolik yaitu bunyi tiupan
pulsasi dan terjadi dengan stenosis
atau oklusi arteri.
Vena berdengung (Venous hum dan
gesekan peritoneal (peritoneal
friction rub) jarang dijumpai (lihat
tabel 21-5).

PEMERIKSAAN PERKUSI TIMPANI UMUM dan LEBAR HATI


Perkusi untuk mengkaji densitas relatif isi abdomen, menentukan batas organ,
dan memeriksa adanya cairan atau massa abnormal.
Pemeriksaan timpani umum
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Pertama, perkusi dengan ringan


keempat kuadran untuk menentukan
banyaknya bunyi timpani dan tumpul
(gambar 21-13). Perpindahan
ketukan searah jarum jam. Timpani
seharusnya lebih dominan karena
udara dalam usus naik ke permukaan
ketika posisi seseorang supinasi.
Gambar. 21-13

Tumpul terjadi diatas kandung kemih


yang penuh, jaringan adiposa, cairan,
atau massa.
Hiperresonan terdapat pada ruang
yang terisi gas.

Pemeriksaan lebar hati


No

Prosedur

1.

Selanjutnya, perkusi untuk


menentukan batas organ. Ukur tinggi
hati pada garis midklavikula kanan.
(Agar letak garis midklavikula
konsisten, ingat untuk mempalpasi
sendi akromioklavikular dan
sternoklavikular dan pastikan garis
terdapat ditengah antara keduanya.)

2.

Mulai di area resonansi paru, dan


perkusi
kebawah
pada
ruang
interkosta sampai perubahan bunyi
ke kualitas tumpul (Gambar 21-14).
Beri tanda, umumnya terletak pada
ruang interkosta ke lima. Kemudian
temukan suara timpany abdomen
dan perkusi ke atas pada garis
midklavikula
kanan.
Beri
tanda
perubahan suara dari timpani ke
tumpul, normal terletak pada batas
kosta kanan.
Gambar. 21-14

Temuan abnormal

3.

Ukur jarak antara dua tanda; jarak


normal lebar hati pada orang dewasa
adalah 6 sampai 12 cm (Gambar 2115). Tinggi batas hati berkorelasi
dengan tinggi seseorang; semakin
tinggi seseorang akan memiliki hati
yang lebih panjang. Laki-laki juga
memiliki batas hati yang lebih lebar
daripada perempuan pada tinggi
badan yang sama. Secara
keseluruhan, rerata lebar hati adalah
10.5 cm untuk wanita dan 7 cm untuk
wanita.
Gambar. 21-15

Hati yang teraba mengindikasikan


pembesaran hati atau hepatomegali.
Deteksi yang akurat batas hati
terkacaukan dengan suara tumpul
diatas ruang interkosta ke lima,
dimana terjadi pada penyakit paru
(contoh., effusi pleura atau
konsolidasi). Deteksi yang akurat
pada batas bawah dikacaukan ketika
suara tumpul terdorong ke atas pada
ascites atau kehamilan atau adanya
gas karena kembung pada kolon,
dimana mengaburkan batas hati.
Salah satu variasi terjadi pada orang
dengan emphysema kronis, dimana
hati bergeser ke bawah oleh
hiperinflasi paru. Walaupun
pemeriksa mendengar perkusi
tumpul dengan jelas dibawah batas
kosta kanan, batas hati tetap dalam
batas normal.
Perkiraan klinik lebar hati adalah
penting untuk menentukan
hepatomegali dan memonitor
perubahan ukuran hati. Meskipun,
ukuran ini hanya perkiraan kasar;
lebar hati bisa diremehkan karena
deteksi batas atas yang tidak akurat.

Scratch Test.
Salah satu teknik terakhir adalah
scratch test, dimana membantu
menentukan batas hati ketika
abdomen melebar atau otot abdomen
tegang. Letakkan stetoskop diatas
hati. Dengan salah satu kuku tangan,
gores dengan tekanan pendek diatas
abdomen, mulai pada kuadran kanan
bawah dan berpindah secara
progresif ke atas menuju hati
(gambar 21-16). Ketika bunyi goresan
pada stetoskop menjadi membesar,
pemeriksa lalu membuat batas silang
dari organ berongga dibawahnya ke
organ yang padat.

Gambar. 21-16

Pemeriksaan tumpul limpha


No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Limpha seringkali dikaburkan dengan


isi lambung, tetapi pemeriksa dapat
menemukannya dengan melakukan
perkusi didapatkan suara tumpul dari
ruang interkosta ke 9 sampai ke 11
hanya dibelakang garis midaksila kiri
(gambar 21-17). Area tumpul splenic
normalnya tidak lebih lebar dari 7 cm
pada orang dewasa dan seharusnya
tidak melanggar timpani normal
diatas gelembung udara di lambung.

Suara
tumpul
melebihi
hgaris
midaksila
mengindikasikan
pembesaran limpa, dapat terjadi
pada mononucleosis, trauma, dan
infeksi.

2.

Sekarang perkusi pada ruang


interkosta terbawah pada garis aksila
anterior kiri. Hasilnya didapatkan
suara timpani. Minta pasien untuk
bernapas dalam. Normalnya, bunyi
timpani tetap ada selama inspirasi
penuh.
Gambar. 21-17

Ditempat ini yaitu garis aksila


anterior, perubahan bunyi perkusi
dari timpani ke tumpul pada saat
inspirasi penuh merupakan tanda
perkusi limpha positif,
mengindikasikan splenomegaly.
Metode ini akan mendeteksi
splenomegali ringan sampai sedang
sebelum limpha dapat dipalpasi,
seperti terjadi pada mononucleosis,
malaria, atau sirosis hepatis.

Pemeriksaan kelembutan sudut costovertebral


No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Perkusi
kepalan
tangan
tidak
langsung
menyebabkan
jaringan
bervibrasi selain menghasilkan bunyi.
Untuk menilai ginjal, letakkan satu
tangan diatas iga ke 12 pada sudut
costovertebra di punggung (gambar
21-18). Ketuk tangan dengan sisi
ulna kepalan tangan pemeriksa.
Seseorang yang normal merasakan
gedebuk
tetapi
tidak
nyeri.
(walaupum langkah ini dijelaskan
disini dengan teknik perkusi, namun
pemeriksaan
ini
umumnya
merupakan
urutan
pemeriksaan
lengkap pada toraks, dimana pasien
duduk dan pemeriksa berdiri di
belakangnya.)
Gambar. 21-18

Nyeri tajam terjadi pada peradangan


ginjal atau area paranephrik.

Prosedur khusus
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Pada saat pemeriksa mencurigai


seseorang mengalami ascites (cairan
bebas dalam rongga peritoneum)
karena abdomen menggelembung,
panggul bengkak, dan umbilikus
menonjol dan bergeser ke bawah.
Pemeriksa dapat membedakan
ascites dari distensi gas dengan
melakukan tes dua perkusi.

Ascites terjadi pada gagal jantung,


hipertensi porta, cirrhosis, hepatitis,
pancreatitis, dan kanker.

Gelombang cairan
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Pertama, test gelombang cairan


berdiri di sisi kanan pasien. Letakkan
sisi ulna tangan pemeriksan yang lain
atau tangan pasien sendiri tepat
pada garis midline abdomen (gambar
21-19). (hal ini akan menghentikan
transmisi melewati kulit ketukan
yang akan datang.) letakkan tangan
kiri pemeriksa pada flank kanan
pasien. Dengan tangan kanan
pemeriksa, menyentuh menyilang
abdomen dan berikan flank kiri
pukulan kuat.
Gambar. 21-19 Gelombang cairan.

Test gelombang cairan positif terjadi


pada jumlah cairan ascites banyak.
Jika ada ascites, tiupan akan
menghasilkan gelombang cairan
melalui abdomen dan pemeriksa
akan merasakan perbedaan ketukan
dengan tangan kiri pemeriksa. Jika
abdomen menggelembung dari gas
atau jaringan adiposa, pemeriksa
tidak akan merasakan perubahan.

Pemeriksaan perpindahan tumpul.


No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Tes ascites cara kedua dengan


melakukan perkusi terhadap
perpindahan tumpul (shifting
dullness). Pada seseorang yang
supinasi, cairan ascites menempati
bagian bawah oleh gravitasi,
memindahkan usus yang berisi udara
ke atas. Pemeriksa akan mendengar
suara timpani ketika melakukan
perkusi diatas abdomen karena usus
yang berisi gas melayang diatas
cairan (Gambar 21-20). Kemudian
lakukan perkusi ke sisi bawah
abdomen. Jika ada cairan, akan
didapatkan perubahan suara dari
timpani ke tumpul ketika pemeriksa
mencapai batas cairan. Beri tanda
bagian ini.
Gambar. 21-20

Perpindahan tumpul merupakan


tanda positif dengan adanya volume
cairan ascites berjumlah banyak:
suara tumpul tidak akan terdeteksi
bila cairan kurang dari 500 ml.

2.

Sekarang atur posisi pasien miring ke


kanan (rolling pasien ke arah
pemeriksa) (Gambar 21-21). Cairan
akan bergravitasi ke sisi dependen
(pada
kasus
ini,
kanan),
memindahkan isi usus yang lebih
ringan ke atas. Mulai perkusi sisi atas
abdomen dan bergerak ke bawah.
Perubahan suara dari timpani ke
tumpul terjadi ketika pemeriksa

Kedua tes, gelombang cairan dan


perpindahan tumpul, bukan tes yang
akurat
sepenuhnya.
Pemeriksaan
ultrasound merupakan alat definitif.

mencapai batas cairan, tetapi pada


saat ini batas tumpul lebih tinggi,
naik
ke
umbilikus.
Batas
perpindahan
tumpul
ini
mengindikasikan adanya cairan.
Gambar. 21-21

PEMERIKSAAN PALPASI AREA PERMUKAAN DAN DALAM


Lakukan palpasi untuk menilai ukuran, lokasi, dan konsistensi organ
tertentu dan mendeteksi massa abnormal atau ketidaknyamanan di
perut. Karena sebagian besar orang cenderung melindungi abdomen
secara alami, anda perlu tindakan tambahan untuk merelaksasi otot.
1. Tekuk lutut pasien.
2. Posisi tangan rendah dan paralel ke abdomen. Posisi tangan yang
tinggi dan menunjuk ke bawah membuat siapapun tegang.
3. Minta pasien bernapas tenang (hirup melalui hidung, dan keluarkan
lewat mulut).
4. Berbicara dengan nada rendah dan tenang. Berbicara menjadikan
seseorang relaks.
5. Coba bayangkan dengan pikiran. Contoh, anda katakan, Sekarang
Saya ingin anda membayangkan sedang mengantuk di pantai, dimana
matahari menghangatkan ototmu dan bunyi ombak menidurkan anda.
Mulai relaksasikan anda.
6. Pada orang yang mudah geli, biarkan tangan pasien menjadi alas
tangan pemeriksa. Gerakkan mengikuti arah palpasi; orang tidak akan
geli terhadap anggota badan sendiri.
7. Alternatif lain, lakukan palpasi setelah auskultasi. Pertahankan
stetoskop ditempatnya dan raba sekitarnya, melakukan palpasi sambil
berpura-pura melakukan auskultasi. Orang tidak menganggap
stetoskop sebagai obyek yang membuat rasa geli. Pemeriksa dapat
sedikit mengangkat stetoskop ketika seseorang sudah menyesuaikan
diri dengan sentuhan.
Palpasi ringan dan dalam
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Mulai dengan palpasi ringan.


Dengan jari mengerucut, tekan kulit

Tahanan otot.
Kekakuan.

sedalam 1 cm (Gambar 21-22).


Buat gerakan memutar dengan
lembut, geser jari tetap menempel di
kulit. Kemudian angkat jari (jangan
ditarik) dan gerakan mengikuti arah
jarum jam ke lokasi berikutnya di
abdomen. Tujuannya disini bukan
untuk mencari organ tetapi untuk
membentuk kesan secara
menyeluruh terhadap permukaan
kulit dan otot superfisial. Teruskan
pemeriksaan sampai selesai
walaupun ditemukan area yang
lunak. Metode ini menghindari nyeri
dan kekakuan otot yang dapat
mengaburkan palpasi dalam
selanjutnya dalam pemeriksaan.
Gambar. 21-22

Massa yang besar.


Lunak.

2.

Ketika melakukan palpasi melingkar


abdomen, bedakan antara tahanan
otot dan kekakuan tanpa disengaja.
Tahanan disengaja terjadi ketika
seseorang merasa dingin, tegang,
atau geli. Bila bilateral, dan
pemeriksa merasakan sedikit
relaksasi otot selama
menghembuskan napas. Gunakan
cara relaksasi untuk mencoba
mengatasi jenis tahanan ini, atau
tahanan akan mengganggu palpasi
dalam. Jika kekakuan tetap ada,
kemungkinan terjadi secara tidak
disengaja.

Kekakuan yang tidak disengaja


terjadi karena kekerasan otot seperti
papan kayu konstan. Hal ini
merupakan mekanisme proteksi yang
menyertai peradangan akut pada
peritoneum. Bila terjadi unilateral,
dan pada area yang sama biasanya
menjadi sangat nyeri ketika
seseorang mengalami peningkatan
tekanan intraabdominal ketika
berusaha duduk.

3.

Sekarang lakukan palpasi dalam


menggunakan teknik yang sama
diuraikan sebelumnya, tetapi tekan
kebawah 5 sampai 8 cm (Gambar 2123). Bergerak mengikuti arah jarum
jam, periksa keseluruh abdomen.
Gambar. 21-23

4.

Untuk mengatasi tahanan yang


sangat besar atau abdomen yang
obese, gunakan teknik bimanual.
Letakkan kedua tangan dengan ujung
jari saling bersatu (Gambar 21-24).
Ujung jari tangan atas untuk
menekan; ujung jari tangan yang
bawah relaksasi dan dapat
dikonsentrasikan untuk merasakan
palpasi. Dengan teknik lain, catat
lokasi, ukuran, konsistensi, dan
mobilitas organ yang terpalpasi dan
adanya abdormalitas seperti
pembesaran, kelunakan, atau massa.

Gambar. 21-24

5.

Memastikan apa yang pemeriksa


rasakan lebih sulit daripada yang
terlihat. Pemeriksa yang belum
berpengalaman menyatakan bahwa
abdomen semua bagian dirasakan
sama, seperti ketika mereka
menekan sofa dengan tangan. Hal ini
akan membantu jiak mengingat
anatomi dan memvisualisasikan apa
yang ada di dalam setiap kuadran
ketika pemeriksa melakukan palpasi.
Ingat juga bahwa beberapa struktur
dapat dipalpasi secara normal,
sebagaimana diilustrasikan pada
gambar 21-25.
Gambar. 21-25

Teraba empuk terjadi pada


peradangan lokal, peradangan
peritoneum atau organ yang
mendasarinya, dan pembesaran
organ berkapsul yang teregang.
Perabaan empuk ringan normal ada
ketika melakukan palpasi kolon
sigmoid. Perabaan empuk yang lain
sebaiknya diselidiki.
Jika pemeriksa mengidentifikasi
massa, pertama bedakan antara
massa dengan struktur yang dapat
dipalpasi normal atau organ yang
membesar. Kemudian tentukan hal
berikut:
a. Lokasi
b. Ukuran
c. Bentuk
d. Konsistensi (lunak, tegas, keras)
e. permukaan (lembut, nodular)
f. Mobilitas (termasuk gerakan
dengan bernapas)
g. Pulsatilitas
h. Kelembutan

Pemeriksaan Hati
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Selanjutnya, palpasi organ spesifik,


mulai dengan hati pada kuadran
kanan atas (Gambar. 21-26).
Letakkan tangan kiri pemeriksa
dibawah punggung pasien paralel
terhadap iga ke 11 dan 12 dan
angkat untuk mendorong isi
abdomen. Letakkan tangan kanan
petugas pada kuadran kanan atas,
dengan jari sejajar terhadap garis
tengah. Tekan ke bawah dengan
mantap dan dibawah batas kosta
kanan. Minta pasien untuk bernapas
dalam. Adalah normal bila dirasakan
batas hati bertemu ujung jari sebab
diafragma menekan selama
menghirup napas. Hati teraba seperti
tonjolan teratur tegas. Hati seringkali
tidak teraba dan pemeriksa tidak
merasakan tonjolan apapun.
Gambar. 21-26

Kecuali diafragma ditekan, hati dapat


dipalpasi lebih dari 1 sampai 2 cm
dibawah batas kosta kanan bila
membesar. Catat dalam sentimeter
penurunannya dan catat
konsistensinya (keras, nodular) dan
kelembutannya (lihat tabel 21-6.)

Teknik Hooking
No

Prosedur

1.

Metode alternatif palpasi hati


dilakukan pada posisi pemeriksa
berdiri disamping bahu pasien dan

Temuan abnormal

putar tubuh pemeriksa ke kanan agar


supaya pemeriksa menghadap ke
kaki pasien (Gambar 21-27). Jari
tangan pemeriksa berpegangan pada
batas kosta dari sisi atas. Minta
pasien untuk mengambil napas
dalam. Coba rasakan pinggir tonjolan
hati dengan jari tangan pemeriksa.
Gambar. 21-27

Pemeriksaan limpha
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Limpha normal tidak dapat dipalpasi


dan harus membesar tiga kali dari
ukuran normal untuk dapat diraba.
Untuk mencari limpha, pegang
dengan tangan kiri abdomen dan
ujung jari mencapai sisi kiri belakang
pada iga ke 11 dan 12 (Gambar 2128 A). Angkat untuk menyangga.
Letakkan tangan kanan menyilang
pada kuadran atas kiri dengan jari
mengarah ke aksila kiri dan sedikit
inferior ke batas iga. Tekan ke bawah
dan dalam dan dibawah batas kosta
kiri dan minta pasien untuk bernapas
dalam. Pemeriksa seharusnya tidak
merasakan tonjolan apapun.
Gambar. 21-28a

Limpha membesar pada


mononucleosis dan trauma. Jika
pemeriksa merasakan pembesaran
limpha, rujuk pasien dan jangan
melanjutkan untuk mempalapsinya.
Limpha yang membesar sangat
rapuh dan dapat ruptur dengan
mudah dengan palpasi berlebihan.
Uraikan dalam sentimeter,
melebarnya limpha dibawah batas
kosta.

2.

Bila limpha membesar akan bergeser


dan membentur ujung jari pemeriksa.

Gambar 21-28b

Limpha dapat tumbuh sangat besar


sehingga mencapau kuadran bawah.
Bila kondisi ini dicurigai, mulai
memeriksa lebih rendah agar tidak
terlewatkan. Posisi alternatif yaitu
rolling pasien ke sisi kanan untuk
memindahkan limpha agar lebih
maju dan ke bawah (Gambar 21-28
B).
kemudian
palpasi
sebagai
dijelaskan sebelumnya.

Pemeriksaan Aorta
No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Menggunakan ibu jari dan jari


telunjuk yang berhadapan, lakukan
palpasi pulsasi aortik pada abdomen
atas sedikit ke kiri garis midline
(Gambar. 21-30). Bila normal, teraba
2.5 sampai 4 cm pada orang dewasa
dan pulsasi pada arah anterior.
Gambar. 21-30

Melebar dengan aneurysm (lihat


tabel 21-5 dan 21-6).
Pulsasi lateral menonjol dengan
aneurisme aortik.

Prosedur khusus Praktik lanjut


No

Prosedur

Temuan abnormal

1.

Rebound Tenderness (Blumberg's


Sign).
Kaji rebound tenderness ketika
seseorang melaporkan nyeri
abdomen atau ketika perawat ingin
mendapatkan tenderness selama
palpasi. Pilih tempat yang jauh dari
area yang sangat nyeri. Pegang
dengan telapak tangan 90 derajat,
atau garis tegak lurus, ke abdomen.
Tekan kebawah secara dalam dan
pelan; kemudian lepaskan dengan
cepat (Gambar 21-31, A,B). Tindakan
ini membuat struktur yang melekuk
dengan palpasi mengalami pantulan

Rasa nyeri saat tekanan dilepaskan


mengkonfirmasi
adanya
rebound
tenderness, merupakan tanda nyata
peradangan peritoneum. Peradangan
peritoneum menyertai appendiksitis.

(rebound) secara tiba-tiba. Respon


normal atau negatif menunjukkan
tidak ada nyeri saat tekanan
dilepaskan. Lakukan tes ini pada
akhir pemeriksaan, karena hal ini
dapat menyebabkan nyeri parah dan
kekakuan otot.

Gambar. 21-31 Rebound tenderness.


2.

Inspiratory Arrest (Murphy's Sign).


Palpasi hati normalnya tidak
menyebabkan rasa nyeri. Pada
seseorang dengan peradangan
kandung empedu, atau cholecystitis,
dapat terjadi rasa nyeri. Letakkan jari
tangan dibawah batas hati. Minta
pasien untuk melakukan napas
dalam. Respon normal adalah napas
dalam dapat dilakukan dengan penuh
tanpa rasa nyeri.

Bila tes menunjukkan positif, ketika


hati descenden menyentuh kandung
empedu yang meradang terhadap
tangan pemeriksa, seseorang
merasakan nyeri tajam dan
menghentikan inspirasi di tengahtengah secara tiba-tiba.

3.

Iliopsoas Muscle Test.


Lakukan iliopsoas muscle test ketika
nyeri abdomen akut dicurigai
apendiksitis. Dalam posisi pasien
supinasi, minta pasien mengangkat
kaki kanan posisi lurus, fleksi pada
pinggul (Gambar 21-32); kemudian
tangan pemeriksa menekan ke
bawah diatas bagian terbawah paha
kanan ketika pasien mencoba
mengangkat kakinya. Bila test
negatif, pasien tidak merasakan
perubahan.

Bila otot iliopsoas meradang (dimana


terjadi
pada
appendiks
yang
meradang
atau
mengalami
perforasi), nyeri dirasakan pada
kuadran kanan bawah.

Gambar. 21-32 Iliopsoas muscle test.


4.

Obturator Test.
Test obturator dilakukan bila curiga
ada appendiksitis. Dalam posisi
pasien supinasi, angkat kaki kanan,
fleksikan pada pinggul dan 90 derajat
pada lutut (Gambar 21-33). Pegang

Appendik yang mengalami perforasi


mengiritasi
otot
obturator,
menghasilkan nyeri.

pergelangan kaki dan rotasikan kaki


secara
internal
dan
eksternal.
Penilaian yaitu respon negatif atau
normal adalah tidak nyeri.

Gambar. 21-33 Test obturator.


9. Desinfeksi stetoskop dengan alkohol swab.
10. Lakukan hand higin.
11. Dokumentasikan prosedur.
MENGGALI GEJALA PASIEN
Pahami dengan jelas gejala pasien merupakan hal yang esensial untuk melakukan
pemeriksaan fisik selanjutnya. Salah satu metode untuk mendapatkan pemahaman
menggunakan alat mnemonic PQRST sebagai penuntun.
Provocative atau palliative

Apa yang kamu lakukan ketika anda pertama kali tahu hal tersebut?

Apa yang memicu hal tersebut? Stress? Posisi? Aktivitas tertentu? An argument?
(untuk tanda seperti mata keluar kotoran: Apa yang menyebabkan hal itu atau
memperburuk? Untuk gejala psikologis seperti depressi: Apakah depressi terjadi
setelah peristiwa tertentu?)

Apa yang mengurangi gejala? Perubahan diet? Perubahan posisi? Minum obat?
Meningkatkan aktivitas?

Apa yang memperburuk gejala?

Quality atau quantity

Bagaimana anda menjelaskan gejalabagaimana hal tersebut dirasakan, dilihat,


atau didengar?

Seberapa sering gejala anda alami saat ini? Seberapa banyak hal itu mencegah
anda dari melakukan aktivitas? Apakah gejala yang dirasakan lebih parah atau
sebaliknya lebih ringan dari gejala sebelumnya?

Region atau radiasi

Dimanakah gejala terjadi?

Apakah menyebar?

Pada kasus nyeri, apakah nyeri menjalar ke punggung atau lengan, ke leher,
atau ke kaki?

Severity (Keparahan)

Bagaimana rerata gejala pada skala 1 ke 10, dimana 10 merupakan yang paling
parah?

Seberapa parah gejala dirasakan saat memburuk? Apakah hal itu memaksa anda
untuk tiduran, duduk, atau memperlambat?

Apakah gejala dirasakan membaik, memburuk, atau tetap?

Timing (Waktu)

Pada tanggal dan jam berapa gejala pertama kali terjadi?

Bagaimana jalannya gejala? Tiba-tiba? Berangsur-angsur memburuk?

Seberapa sering anda mengelami gejala? Per jam? Per hari? Per minggu? Per
bulan?

Kapan anda biasanya mengalami gejala? Sepanjang hari? Saat malam hari? Pada
waktu pagi hari? Apakah sampai membangunkan anda? Apakah gejala terjadi
sebelum, selama, atau setelah makan? Apakah terjadi pada musim tertentu?

Seberapa lama episode gejala berakhir?

Dapatkan data biografi, meliputi nama pasien, alamat, nomor telepon, contact
person, jenis kelamin, usia, tanggal lahir, tempat lahir, status perkawinan,
pendidikan, agama, pekerjaan, suku, bangsa, dan latar belakang budaya, serta
nama orang yang tinggal bersama pasien.

Tanyakan tentang kesehatan dan pola penyakit, keluhan utama, status


kesehatan yang lalu dan saat ini, status kesehatan keluarga, dan kondisi sistem
tubuh.

Tanyakan tentang obat yang diminum pasien, termasuk obat resep, obat dibeli di
warung, dan ramuan herbal. Tulis nama obat, dosis, frekuensi, rute, kapan pasien
terakhir minum obat, dan apa fungsi obat tersebut.

Tanyakan pola promosi dan perlindungan kesehatan yang dimiliki, termasuk


keyakinan kesehatan, kebiasaan personal, siklus tidur dan bangun tidur, latihan,
rekreasi, nutrisi, tingkat stress dan skill koping, status sosioekonomi, kondisi
kesehatan lingkungan, dan bahaya lingkungan kerja.

Gali peran pasien dan pola hubungan, termasuk konsep diri, pengaruh agama
dan budaya, peran dan hubungan keluarga, pola reproduksi dan seksualitas,
sistem dukungan sosial, dan pertimbangan psikososial lain.

MELAKUKAN PEMERIKSAAN ABDOMEN


Tabel berikut memberikan petunjuk pemeriksaan dari kepala ke kaki secara sistematis.
Teknik pemeriksaan dikelompokkan menurut regio tubuh dan posisi perawat-pasien
untuk memastikan pemeriksaan berlangsung seefisien mungkin dan menghindari
keletihan pada pasien. kolom pertama menjelaskan teknik pengkajian menggunakan
setiap sistem tubuh atau regio tubuh. Kolom kedua merupakan daftar temuan normal
untuk pasien dewasa. Kolom ketiga merupakan pertimbangan khusus, termasuk
maksud dari teknik serta pertimbangan keperawatan dan perkembangan.

TEKNIK

TEMUAN NORMAL
PERTIMBANGAN KHUSUS

Observasi kontur
abdomen.

Kontur datar atau bulat


simetris

Teknik ini menjelaskan


apakah abdomen distended
atau scaphoid.

Pada anak dan remaja


memiliki abdomen
membulat.

Inspeksi abdomen
terhadap karakteristik
kulit, kesimetrissan,
kontur, peristalsis, dan
pulsasi.

Kontur simetris, tidak


ada lesi, striae, rash,
atau gerakan peristaltic
yang terlihat.

Inspeksi dapat mendeteksi


hernia insisional atau
umbilikal, atau
abnormalitas yang
disebabkan oleh obstruksi
usus.

Auskultasi keempat
kuadran abdomen.

Bunyi usus normal pada


keempat kuadran; tidak
ada bruits

Auskultasi abdomen dapat


mendeteksi bunyi usus
abnormal.

Perkusi dari bawah


payudara kanan ke arah
area inguinal mengikuti
garis midklavikula
kanan.

Perkusi tumpul diatas


hati; timpani pada
abdomen

Perkusi pada area ini


membantu mengevaluasi
ukuran hati.

Perkusi dari bawah


payudara kiri ke bawah
ke arah area inguinal
mengikuti garis
midklavikula kiri.

Perkusi timpani

Perkusi yang menunjukkan


tumpul pada area ini dapat
mendeteksi pembesaran
limpha.

Palpasi pada empat


kuadran abdomen.

Organ tidak lunak tanpa


massa

Palpasi memberikan
informasi tentang lokasi,
ukuran, dan kondisi
struktur yang mendasari.

Palpasi ginjal pada


setiap sisi abdomen.

Ginjal tidak dapat diraba


atau ginjal nyeri,
berbatas tegas, keras
(jika teraba)
Hati tidak teraba atau
hati lunak, keras dengan
batas regular, bulat (jika
teraba)

Teknik ini mengevaluasi


kondisi ginjal secara umum.

Teknik ini mengevaluasi


kondisi hati secara umum.

Prosedur ini untuk


mendeteksi adanya
splenomegaly (pembesaran
limpa).

Palpasi dimaksudkan untuk

Palpasi hati pada batas


kosta kanan.

Palpasi limpa pada


batas kosta kiri.

Limpa tidak dapat diraba

Palpasi denyut nadi


femoralis pada lipatan

Denyut reguler, dan kuat

paha.
menilai kepatenan
pembuluh darah.
Dokumentasi
Dokumentasikan hasil temuan normal dan abnormal dalam cara yang terorganisasi
menurut sistem tubuh yang berhubungan. Catat nama dokter yang diberitahu terhadap
hasil temuan abnormal dan intervensi yang diorder. Dokumentasikan respon pasien
terhadap intervensi dimaksud.
Referensi
1. Bickley, L., and Szilagyi, P. Bates' Guide to Physical Examination and History
Taking, 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2009.
2. Centers for Disease Control and Prevention. "Guideline for Hand Hygiene in
Health-Care Settings," Morbidity and Mortality Weekly Report 51(RR-16):1-144,
October 2002. (Level I)
3. Jensen, S. Nursing Health Assessment: A Best Practice Approach, Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2011.
4. Rutala, W.A., et al. (2008). "Guideline for Disinfection and Sterilization in
Healthcare Facilities, 2008" [Online]. Accessed January 2011 via the Web at
http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/pdf/guidelines/Disinfection_Nov_2008.pdf.
(Level 1)
5. World Health Organization. (2009)."WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health
Care: First Global Patient Safety Challenge. Clean Care is Safer Care." Geneva:
World Health Organization. [Online]. Accessed January 2011 via the Web at
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597906_eng.pdf. (Level I)

Nama skill
Tujuan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
12
.
13
.
14
.
15
.
16
.
17
.
18
.

LEMBAR OBSERVASI KOMPETENSI


: Wawancara riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
: Mengkaji pasien secara fisik menurut standar asuhan

Aspek yang dinilai


Menyiapkan peralatan sesuai kebutuhan.
Atur suhu dalam ruangan dan tutup pintu.
Pasang linen pada meja pemeriksaan.
Konfirmasi identitas pasien menggunakan minimal dua
identifier pasien.
Kaji riwayat kesehatan pasien.
Tanyakan keluhan utama pasien.
Kumpulkan data biografi.
Tanyakan tentang pola sehat dan sakit pasien, status
kesehatan keluarga, dan kondisi sistem tubuh.
Tanyakan tentang obat yang diminum oleh pasien.
Tanyakan pola promosi kesehatan pasien.
Tanyakan pola peran dan hubungan pasien.
Jelaskan maksud pemeriksaan fisik dan jawab pertanyaan
yang diajukan pasien.
Lakukan hand higin.
Bantu pasien melepas baju, dan berikan baju periksa.
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan pasien.
Bantu pasien ke meja pemeriksaan. Atur posisi.
Ukur tanda-tanda vital
Lakukan pemeriksaan fisik (uraikan).

19
.
20
.
21
.
22

Observasi kontur abdomen.


Inspeksi abdomen terhadap karakteristik kulit,
kesimetrissan, kontur, peristalsis, dan pulsasi.

Auskultasi keempat kuadran abdomen.

Perkusi dari bawah payudara kanan ke arah area


inguinal mengikuti garis midklavikula kanan.

Perkusi dari bawah payudara kiri ke bawah ke arah


area inguinal mengikuti garis midklavikula kiri.

Palpasi pada empat kuadran abdomen.

Palpasi ginjal pada setiap sisi abdomen.

Palpasi hati pada batas kosta kanan.

Palpasi limpa pada batas kosta kiri.

Palpasi denyut nadi femoralis pada lipatan paha.


Lakukan hand higin.
Bersihkan dan desinfeksi peralatan yang digunakan menurut
kebijakan setempat.
Lakukan hand higin.
Dokumentasikan prosedur.

Ya

Tidak

NA

Anda mungkin juga menyukai