PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
otot dasar pelvis yang berlanjut sebagai liang anal atau anus. Usus besar
mengabsorpsi air, mensekresi mukus, dan menghilangkan sampah
pembuangan mengalir ke seluruh rongga abdominal.
Ginjal terletak jauh di dalam ruang retroperitoneal pada kedua kuadran
atas abdomen. Masing-masing ginjal melekat dari torakal 12 sampai lumbal
vertebra 3. Ginjal kanan biasanya letaknya lebih rendah dari ginjal kiri. Organ
ini dengan selektifnya menyaring, mengabsorbsi kembali, mensekresikan air
dan elektrolit yang terkandung dalam system sirkulasi dengan maksud untuk
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan memusnahkan sampah.
Kandung kemih adalah organ berongga, mampu membesar, yang
mengumpulkan dan mengeluarkan urin yang dibuat oleh ginjal. Normalnya
organ ini terletak di bawah dimpisis pubis, tetapi setelah membesar organ ini
dapat terpalpasi tepat diatas tulang pubis.
Hati adalah organ yang terletak di kuadran kanan atau tepat dibawah
diafragma. Fungsi hati meliputi pembentukan protein serum, produksi cairan
empedu, metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein, detoksifikasi substansi
asing, penyimpanan vitamin dan zat besi, produksi antibody, produksi faktor
koagulasi darah, dan metabolisme bilirubin.
Kandung empedu adalah organ yang berbentuk seperti kantung yang
berfungsi untuk mengentalkan dan menyimpan cairan empedu untuk
emulsifikasi lemak yang masuk ke usus halus.
Pancreas terletak di belakang dan di bawah lambung. Organ ini adalah
kelenjar eksokrin yang mengeluarkan enzim pencernaandan juga merupakan
sebuah kelenjar endokrin yang mengeluarkan insulin.
Limpa terletak di dalam kuadran kiri atas, berada di atas ginjal kiri dan
tepat di bawah diafragma. Organ ini berfungsi untuk menyaring darah dan
untuk membentuk limfosit dan monosit. Limfe juga mengandung
percabangan kapiler dan vena yang menyimpan dan melepaskan darah.
Terdapat juga beberapa organ reproduksi yang terletak di dalam rongga
abdomen. Aorta abdomen menembus diafragma melewati rongga abdomen,
tepat di sebelah kiri garis tengah. Setinggi setara dengan umbilicus aorta ini
bercabang menjadi dua arteri besar iliaka (Potter, 1996).
3
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) bagian anterior abdomen. (b) bagian posterior abdomen. Sumber:
Saladin, Kenneth S. 2018. Anatomy & physiology : the unity of form and function.
New York: McGraw-Hill.
4
abdomen menjadi Sembilan daerah dilakukan dengan cara membuat dua garis
vertical bayangan yang lurus dari titik tengah inguinal eke arah superior dan
dua garis horizontal bayangan, yaitu satu garis setinggi batas bawah tulang
rusuk dan satu garis yang lain setinggi krista iliaka (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 pembagian abdomen menjadi empat kuadran dan sembilan bagian.
Sumber: Berman, Audrey. 2012. Kozier & Erb’s fundamentals of nursing : concepts,
process, and practice. USA: Pearson Education.
2. Persiapan Alat
Peralatan berikut ini digunakan untuk memeriksa abdomen (Potter, 1996):
a. Stetoskop
b. Pencahayaan yang cukup
c. Penggaris kecil
d. Pita pengukur
e. Pensil gambar
f. Bantal kecil
3. Persiapan Klien
a. Untuk membantu klien rileks, tawarkan kesempatan untuk mengosongkan
kandung kemihnya sebelum pemeriksaan dimulai.
b. Ruangan sebaiknya hangat, dada atas dan tungkai sebaiknya ditutupi.
c. Bukalah abdomen mulai dari prosesus xipoideus sampai simpisis pubis
d. Pastikan bahwa pencahayaan baik.
5
e. Klien berbaring terlentang dengan tangan di kedua sisi dan sedikit
menekuk. Bantal kecil dapat diletakkan di bawah lutut untuk
menyokongnya dan melemaskan otot-otot abdomen (McConnell, 1990).
f. Sebuah bantal kecil dapat juga diletakkan di belakang kepala untuk
merelaksasikan otot-otot abdominal.
g. Jagalah agar tangan anda dan stetoskopnya dalam keadaan hangat untuk
membantu relaksasi klien.
(Potter, Patricia A. 1996. Pengkajian Kesehatan. Alih Bahasa Oleh
Jakarta: EGC).
4. Riwayat Kesehatan
Kelengkapan dan keakuratan pengkajian abdomen bergantung pada
ketepatan perawat dalam menanyakan riwayat kesehatan serta pada
kemampuan perawat dalam mengaitkan respons pasien dengan data hasil
pengkajian fisik. Dalam mengkaji abdomen/system pencernaan, perawat juga
harus mendapatkan informasi tentang jenis makanan pasien, nafsu makan
pasien, pencernaan, pola defekasi, obat yang diminum, serta gangguan
pencernaan yang pernah dan sedang dialami.
Data riwayat kesehatan yang dikumpulkan dapat meliputi pola sehat-sakit
(status kesehatan sekarang, status kesehatan dahulu, status kesehatan
keluarga, pertimbangan perkembangan), pola pemeliharaan kesehatan, dan
pola peranan-kekerabatan (Morton, 1991). Untuk mengkaji pola sehat-sakit,
gunakan beberapa pertanyaan yang terfokus pada status kesehatan sekarang,
dahulu, keluarga, serta pertimbangan perkembangan. Dalam mengumpulkan
data status kesehatan sekarang, ajukan pertanyaan tentang keluhan utama
pasien menggunakan pola PQRST. Menurut Potter (1996) biila klien
mengalami nyeri abdomen atau nyeri punggung bawah, kaji karakter nyeri
secara terperinci, meliputi tipe atau kualitas, lokasi, serangan, frekwensi,
faktor penghilang nyeri, tingkat keparahan, faktor pencetus, dan lamanya
serangan. Lalu ajukan pertanyaan tentang sistem pencernaan (apakah ada
nyeri pada mulut, kerongkongan, abdomen, rektum, kesulitan menelan,
perubahan defekasi, perubaham feses). Kemudian data status kesehatan
6
terdahulu dijadikan sebagai data tambahan. Lalu, kumpulkan data status
kesehatan keluarga dengan menanyakan apakah anggota keluarga ada yang
menderita kanker kolorektal atau polip. Pada pengkajian pola sehat-sakit,
status perkembangan harus dipertimbangkan bila pasien adalah bayi, ibu
hamil, dan lansia. Perawat perlu menanyakan warna, konsistensi, dan jumlah
feses untuk melengkapi pertanyaan tentang kemungkinan gangguan
pencernaan.
Wanita hamil biasanya mudah mengalami konstipasi karena perubahan
letak kolon sehingga gerakan peristaltik menurun. Saat mengkaji lansia, perlu
diingat bahwa lansiamengalami perubahan motilitas dan ukuran hari serta
berkurangnya sekresi enzim pencernaan yang menyebabkan kemunduran
fungsi pencernaan dan ketahan terhadap makanan.
Untuk mengetahui pola pemeliharaan kesehatan, ajukan pertanyaan
kebiasan pasien yang berpengaruh pada sistem pencernaan, misalnya
kebiasaan merokok (kanker mulut), minum alkohol (penyakit pankreas dan
hepar), penggunaan kafein(iritasi lambung) dan sumber stress.
Data pola peranan-kekerabatan dengan mengajukan pertanyaan apakah
pasien baru datang dari luar negeri(kemungkinan membawa parasite baru),
kebiasaan makan keluarga, dan apakah ada masalah psikologis (Priharjo,
2013).
5. Teknik Pemeriksaan
Potter (1996) mengemukakan bahwa urutan tahapan pemeriksaan abdomen
berbeda dengan urutan pengkajian sistem tubuh lainnya. Dimulai dengan
inspeksi, kemudian diiikuti dengan auskultasi. Auskultasi sebelum palpasi
dan perkusi untuk memastikan keakuratan pemeriksaan bunyi usus besar.
6. Inspeksi
Priharjo (2013) menyatakan bahwa inspeksi dilakukan pertama kali untuk
mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan abdomen.
Cara kerja:
7
1. Atur posisi yang tepat
4. Amati pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada kulit seacar lebih teliti.
Menurut Potter (1996) untuk mengetahui hasil normal pigmentasi pada
kulit, perlu diingat bahwa kulit adalah suatu bagian yang bervariasi dalam
warna sama dengan bagian tubuh lainnya.
7. Auskultasi
Perawat melakukan auskultasi untuk mendengarkan dua suara abdomen,
yaitu bising usus (peristaltic usus) yang disebabkan oleh perpindahan gas atau
makanan sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah.
Cara kerja auskultasi (Priharjo, 2013):
a. Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan bagian diafragma bila ruangan
pemeriksaan dingin.
b. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Bising usus dapat meningkat
setelah makan.
8
terdengar setiap 3 detik). Bila bising usus terdengar jarang sekali/ tidak
ada, dengarkan dahulu selama tiga sampai lima menit sebelum dipastikan.
Menurut Potter (1996), bising usus bernada tinggi. Bunyi klik atau bunyi
seperti berkumur terdengar tidak teratur dengan kisaran dari 5 sampai 35
kali per menit Bising usus pada tiap kuadran secara normal disebabkan
oleh gerakkan udara dan cairan melalui usus.
e. Letakkan bagian bel (sungkup) stetoskop diatas aorta, arteri renalis, dan
arteri iliaka. Dengarkan suara-suara arteri (bruit) (Gambar 2.3).
Auskultasikan aorta dilakukan dari arah superior ke umbilicus. Auskultasi
arteri renalis dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada garis
tengah abdomen atau kea rah kanan kiri garis abdomen bagian atas
mendekati panggul. Auskultasi arteri iliaka dilakukan dengan cara
meletakkan stetoskop pada area bawah umbilicus di sebelah kanan dan kiri
garis tengah abdomen.
Gambar 2.3 lokasi yang digunakan pada auskultasi abdomen. Sumber: Berman,
Audrey. 2012. Kozier & Erb’s fundamentals of nursing: concepts, process, and
practice. USA: Pearson Education.
f. Letakkan bagian bel stetoskop di atas area preumbilikal (sekeliling
umbilicus) untuk mendengarkan bising vena (jarang terdengar).
g. Dalam melakukan auskultasi pada setiap tempat, khusunsya area hepar dan
limpa, kaji pula kemungkinan terdengar suara-suara gesekan seperti suara
gesekan dua benda. Untuk mengkaji suara gesekan pada area limpa,
letakkan stetoskop pada area batas bawah tulang rusuk digaris aksila
anterior dan minta pasien menarik napas dalam . Untuk mengkaji suara
gesekan pada area hepar, letakkan stetoskop pada sisi bawah kanan tulang
rusuk.
9
8. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mendengarkan/ mendeteksi adanya gas, cairan,
atau massa di dalam abdomen. Perkusi juga dilakukan untuk mengetahui
posisi limpa dan hepar. Bunyi perkusi pada abdomen yang normal adalah
timpani, namun bunyi ini dapat berubah pada keadaan-keadaan tertentu.
Misalnya, apabila limpa dan hepar membesar, bunyi perkusi akan menjadi
redup, khusunya perkusi di area arkus kostalis kanan dan kiri. Apabila
terdapat udara bebas pada rongga abdomen, daerah pekak pada hepar akan
hilang. Pada keadaan usus berisi terlalu banyak cairan, bunyi yang dihasilkan
pada perkusi seluruh dinding abdomen adalah hipertimpani, sedangkan
daerah hepar tetap pekak. Perkusi pada daerah yang berisi cairan juga akan
menghasilkan suara pekak. Latihan perkusi abdomen bagi mahasiswa
keperawatan harus dibimbing oleh instruktur yang berpengalaman dan
menguasai pengkajian abdomen (Priharjo, 2013).
Cara perkusi abdomen secara sistematis (Gambar 2.4):
a. Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum
jam (dari sudut pandang/perspektif pasien).
b. Perhatian reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri tekan.
c. Lakukan perkusi pada area timpani dan redup. Suara timpani mempunyai
ciri nada lebih tinggi daripada resonan. Suara timpani dapat didengarkan
pada rongga atau organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai ciri
nada lebih rendah atau lebih datar daripada resonan. Suara ini dapat
didengarkan pada massa yang padat, misalnya keadaan asietas, keadaan
distensi kandung kemih, serta pembesaran atau tumor hepar dan limpa.
10
Gambar 2.4 arah perkusi abdomen. Sumber: Berman, Audrey. 2012. Kozier &
Erb’s fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. USA: Pearson
Education.
9. Palpasi
Priharjo (2013) mengemukakan bahwa palpasi adalah metode yang
dilakukan paling akhir pada pengkajian abdomen. Palpasi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu palpasi ringan dan dalam. Penggunaan palpasi tersebut
bergantung pada tujuannya. Perawat yang melakukan palpasi dalam tidak
boleh mempunyai kuku yang panjang karena dapat melukai pasien dan
menyulitkan pengkajian. Palpasi dilakukan untuk mengetahui bentuk, ukuran,
dan konsistensi organ serta struktur di dalam abdomen (intraabdomen).
Sebelum melakukan palpasi, perawat dapat menghangatkan tangan.
Palpasi abdomen pada pasien dengan tangan yang dingin akan membuat
pasien secara reflex mengencangkan otot-otot abdomen sehingga akan
menyulitkan pengkajian. Untuk melakukan palpasi ringan, perawat
meletakkan telapak tangan pada abdomen pasien dengan jari-jari paralel
terhadap abdomen (Gambar 2.5). Jari-jari digerakkan dengan agak melingkar
dan ditekannkan ke bawah kira-kira 1cm atau sedalam jaringan subkutan.
Selama melakukan palpasi ringan, perawat tetap memperhatikan ekspresi
wajah pasien dan menganjurkan pasien untuk memberi tahu area-area yang
mengalami nyeri tekan. Perawat harus mencatat area yang mengalami nyeri
tekan,nyeri superfisial, dan adanya massa.
11
Gambar 2.5 palpasi ringan pada dinding abdomen. Sumber: Berman, Audrey. 2012.
Kozier & Erb’s fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. USA:
Pearson Education.
Palpasi dalam dilakukan pada empat kuadran abdomen. Area yang
sensitive dipalpasi paling akhir. Palpasi dalam dikerjakan dengan cara
menekankankan seperempat distal, permukaan tangan pada tangan yang lain
yang diletakkan di dinding abdomen pasien. Penekanan kebawah dilakukan
sedalam 4 -5 cm atau mendekati jaringan subkutan (Gamba 2.6). Perawat
mencatat apabila teraba adanya massa yang dijelaskan menurut ukuran,
lokasi, mobilitas, kontur, konsistensi, dan adanya nyeri tekan. Perawat harus
teliti dalam menentukkan massa untuk menghindari kekeliruan. Struktur
dalam rongga abdomen normal yang sering dikira massa adalah batas lateral
otot rektus abdomen dan fese yang terdapat dalam kolon asenden, desenden,
dan sigmoid.
Gambar 2.6 palpasi dalam pada dinding abdomen. Sumber: Berman, Audrey. 2012.
Kozier & Erb’s fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. USA:
Pearson Education.
Secara lebih khusus palpasi dalam dapat dikerjakan untuk mengetahui
keadaan ginjal, hepar, limpa,dan kandung kemih dan organ abdomen lainnya
(baca pengkajian tingkat mahir).
12
10. Pemeriksaan Tingkat Mahir
A. Pemeriksaan Hepar
Perkusi Hepar
Lakukan perkusi mulai dari garis midklavikula pada atau di bawah
umbilikus menuju ke atas melewati area timpani sampai terdengar suara
redup yang merupakan batas bawah hepar. Beri tanda dengan pensil
pada tempat mulai ditemukan suara redup.
Ukur jarak antara dua tanda tadi (batas atas dan batas bawah hepar)
dalam satuan sentimeter yang menyatan ukuran hepar. Normalnya
panjang hepar pada garis midklavikula adalah 6-12cm dengan batas
bawah terletak pada atau sedikit di bawah batas tulang rusuk (Priharjo,
2013).
Gambar 2.7 perkusi hepar. Sumber: Berman, Audrey. 2012. Kozier & Erb’s
fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. USA: Pearson
Education.
Palpasi Hepar
Palpasi hepar dapat dilakukan secara bimanual, terutama untuk
mengetahui adanya pembesaran.
Cara palpasi hepar (Priharjo, 2013):
Berdiri di samping kanan pasien.
13
Letakkan tangan kiri anda pada dinding toraks posterior kira-kira pada
tulang rusuk ke-11 atau 12.
Tekan tangan kiri anda ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding
dada.
Letakan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan dengan
membentuk sudut 45 derajat dari otot rektus abdomen atau paralel
terhadap otot rektus abdomis dengan jari jari ke arah tulang rusuk.
Jaga posisi tangan anda dan minta pasien inhalasi.
Sementara pasien inhalasi rasakan batas hepar bergerak menentang
tangan anda yang terasa normal dengan kontur regiuler. Bila hepar tidak
tersasa minta pasien untuk menarik napas dalam sementara anda tetap
mempertahankan posisi tangan atau memberikan tekanan sedikit lebih
lama kesulitan dalam merasakan hepar seringkali dialami pada pasien
obesitas. Sementara pasien ekshalasi lakukan penekan sedalam 4
sampai 5 cm ke arah bawah pada batas tulang rusuk. Hati, biasanya sulit
untuk dipalpasi pada dewasa normal Bila dapat dipalpasi, hati tetap
terikat di tempatnya, tidak nyeri, dan teratur dengan tepian yang tajam
(Potter 1996).
Bila hepar membesar lakukan palpasi dibatas bawah tulang rusuk kanan.
Catat pembesaran dan nyatakan dengan berapa sentimeter pembesaran
terjadi dibawah tulang rusuk.
Gambar 2.8 palpasi hepar. Sumber: Dillon, Patricia M. 2016. Nursing health
assessment. The foundation of clinical practice. Philadelphia: F. A. Davis
Company.
B. Pemeriksaan Kandung Empedu
Palpasi di bawah tepi hati pada sisi lateral dari otot rektus.
14
Bila diduga ada penyakit kandung empedu, minta klien untuk menarik
napas dalam selama palpasi.
Hasil normal: Kandung empedu normal tidak dapat di palpasi (Potter,
1996).
C. Pemeriksaan Limpa
Perkusi Limpa
Limpa mudah diperkusi apabila mengalami pembesaran. Perkusi dilakukan
di sepanjang garis midklavikula kiri ke atas dan ke bawah. Catat tempat
suara redup terdengar. Normalnya suara tersebut terdengar di area antara
sela tulang rusuk ke-6 sampai sela tulang rusuk ke-10 dengan panjang
sekitar 7cm pada orang dewasa (Priharjo, 2013).
Palpasi Limpa
Limpa tidak terasa pada orang dewasa yang normal palpasi limpa
dikerjakan pada pola palpasi hepar.
Gambar 2.9 palpasi limpa. Sumber: Dillon, Patricia M. 2016. Nursing health
assessment. The foundation of clinical practice. Philadelphia: F. A. Davis
Company.
15
D. Pemeriksaan Aorta
Untuk mempalpasi denyut aortik, gunakan ibu jari dan jari telunjuk dari
salah satu tangan. Palpasi perlahan namun dalam ke arah abdomen atas
tepat di sebelah garis tengah. Denyut aortik normal dapat dipalpasi (Potter,
1996).
E. Pemeriksaan Ginjal
Secara anatomis lobus atau kedua ginjal menyentuh diafragma dan ginjal
turun sewaktu inhalasi. Ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi
daripada ginjal kiri karena ginjal kanan terletak lebih rendah daripada
ginjal kiri. Ginjal kanan terletak sejajar dengan tulang rusuk ke 12 dan
ginjal kiri sejajar dengan tulang rusuk ke 11 ginjal dewasa umumnya
memiliki ukuran panjang 11 cm dan lebar 7 cm dan tebal 2,5 cm.
Dalam melakukan palpasi ginjal, posisi pasien terlentang dari perawat
yang melakukan palpasi berdiri disisi kanan pasien.
Tekan tangan kanan anda secara langsung ke atas sementara pasien tarik
napas panjang. Ginjal tidak teraba pada orang dewasa yang normal,
tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat
dirasakan (Gambar 2.9).
Bila ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran, dan amati adanya
nyeri tekan.
Untuk melakukan palpasi ginjal kiri, lakukan disisi kiri tubuh pasien,
dan letakkan tangan kiri anda dibawah panggul kemudian lakukan
tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan (Priharjo, 2013).
16
Gambar 2.9 palpasi ginjal. Sumber: Dillon, Patricia M. 2016. Nursing health
assessment. The foundation of clinical practice. Philadelphia: F. A. Davis
Company.
F. Pemeriksaan Kandung Kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau
dua tangan. Kandung kemih teraba terutama bila mengalami distensi
akibat penimbunan urine. Bila ditemukan adanya distensi, lakukan perkusi
pada area kandung kemih untuk mengetahui suara/tingkatan redupnya
(Priharjo, 2013).
17
kehamilan, fibrosis pada rahim, atau kandung kemih yang penuh.
Penegangan pada area setengah atas umbilikus dapat mengindikasikan
karsinoma, kistik pankreatik, atau pelebaran gastrik. Penegangan asimetris
dapat mengindikasikan terjadinya hernia, tumor, kista atau obstruksi usus
(Seidel et al., 1991).
Hernia dapat menyebabkan penonjolan ke atas dari umbilikus. Penonjolan
tersebut membesar bila klien mengangkat kepala dari meja periksa.
Massa dibawah kulit dapat merubah posisi umbilikus.
Penegangan abdomen dapat disebabkan oleh gas usus, tumor atau cairan
dalam rongga abdominal.
Pembesaran akibat cairan menyebabkan terbentuknya sayap pinggang saat
klien berbalik ke samping; pembesaran akibat gas tidak demikian.
Gerakkan respirasi abdomen yang melemah dapat disebabkan oleh
penahanan terhadap nyeri.
Ketiadaan bising usus menandakan penghentian sesaat gerakkan gastrik
akibat kondisi seperti peritonitis dan paralisis ileus.
Bising usus hiperaktif (borborygmi) menandakan peningkatan gerakkan
gastrik disebabkan oleh inflamasi usus besar, penggunaan obat pencahar
yang berlebihan, reaksi terhadap jenis makanan tertentu, atau akibat lapar.
Bunyi desiran aortik, arteri iliaka, ginjal atau femoral mungkin
menandakan adanya penyempitan arteri atau terjadinya aneurisme.
Hati yang membesar dapat mengindikasikan penyakit hati. Kanker hati
ditandai dengan keadaan organ tersebut yang keras, bentuk tidak teratur,
dan tidak nyeri.
Hati yang halus, keras, tidak nyeri, dan membesar adalah tanda dari
sirosis.
Hepatitis biasanya terjadi pada hati yang keras dan nyeri.
Nyeri tajam, sakit saat perkusi pada ginjal berarti terjadinya inflamasi.
Sikap menahan mungkin terjadi selama palpasi pada area yang nyeri.
Penahanan yang tidak disadari mungkin berkenaan dengan terjadinya
apendiksitis, koleistitis akut, penyakit inflamasi pelvik, atau rupture
(sobek) pada kehamilan ekotopik.
18
Nyeri lepas mungkin mengindikasikan inflamasi atau iritasi peritoneal
pada rongga abdomen, disebabkan oleh apendiksitis, kolesistitis,
pankreatitis, diverkulitis, atau cedera peritoneal.
Tanda Murphy adalah suatu penghentian inspirasi secara tiba-tiba saat
palpasi kandung empedu menandakan terjadinya kolesistitis.
Pembesaran aorta akibat aneurisma menyebabkan denyutan melebar ke
samping.
19
Vena yang menegang di atas dapat mengindikasikan adanya obstruksi
abdominal atau vaskular atau distensi abdomen.
Hernia umbilikal yang membentuk tonjolan dapat dilihat dan dipalpasi,
umum terjadi pada bayi.
Gelombang peristaltik yang dapat dilihat memerlukan evaluasi yang
seksama dan dapat mengindikasikan obstruksi usus.
Bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi.
Abdomen bayi dapat terdengar lebih timpanik dibanding dengan orang
dewasa karena bayi menelan udara selama minum dan menangis (Seidel et
al., 1991)
Organ yang dapat dipalpasi pada anak-anak meliputi kandung kemih,
sekum, dan kolon sigmoid.
Nyeri abdominal mungkin dinyatakan oleh perubahan nada tangis,
kerenyit wajah, dan menarik lutut ke arah abdomen saat palpasi.sampai
mencapai usia 4-5 tahun, abdomen seorang anak kecil tampak seperti
bentuk pot (Gambar 2.10).
Gambar 2.10 perubahan nada tangis pada bayi, kerenyit wajah, dan menarik
lutut ke arah abdomen merupakan salah satu pertimbangan pediatrik pada saat
melakukan pemeriksaan. Sumber: Linnard-Palmer, Luanne. 2018. Pediatric
nursing care: a concept-based approach. USA: Jones & Bartlett Learning
www.jblearning.com.
20
terlentang dengan lutut sedikit ditekuk dan kepala terangkat. Dengan pita
pengukur yang tidak elastis, tanpa menggulung kembali pita, ukurlah daerah
dari takik simpisis pubis ke puncak fundus. Ukur dalam sentimeter (Potter,
1996).
21
Ketika melakukan palpasi, ajak pasien untuk berbicara terutama pada
pasien yang sensitif terhadap rasa geli (dapat mengaburkan hasil
pemeriksaan karena kontraksi otot-otot abdomen)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Metode
Metode pembelajaran praktik laboratorium yang digunakan adalah
demonstrasi yaitu pembelajaran yang menyajikan suatu prosedur atau tugas,
cara menggunakan alat dan cara berinteraksi dengan klien.
2. Persiapan Alat
Stetoskop
Arloji
Meteran
Alat tulis
22
3. Cara Kerja
A. Tahap Pra Interaksi
1. Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan abdomen (perut)
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
C. Tahap Kerja
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum melakukan
kegiatan
2. Menanyakan keluhan utama saat ini
3. Memulai kegiatan sesuai dengan prosedur
4. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
5. Pelaksanaan:
Inspeksi
Perhatikan:
- Bentuk atau keadaan secara umum
- Distensi permukaan abdomen
- Adanya retraksi atau tonjolan
- Adanya asimetris
Perhatikan gerakan kulit sehubungan dengan pernafasan:
1) Letakkan telapak tangan pada abdomen di bawah iga terakhir kanan.
Jari-jari menunjuk miring ke atas dan dijadikan garis ini sebagai batas
tekanan.
2) Pasien diminta melakukan nafas dalam
3) Pada saat itu perawat merasakan tepi dari hati mendorong jari-jari
tangan kanan
4) Apabila hal ini tidak terasakan, lakukan palpasi lebih ke atas atau ke
bawah
23
5) Akan lebih jelas apabila pada saat inspirasi anda menekan tangan kanan
ke atas
6) Lakukan palpasi kandung empedu seperti palpasi hati dengan letak
normal pada garis line medioklavikularis. Tentukan lokasi tepi hati dan
tunjukkan dengan jari dari bawah arkus kosta
7) Tentukan kesan: permukaan, konsisstensi, tepid an adanya benjolan
serta adakah sakit tekan
Pemeriksaan Limpa
Tujuan: mendapatkan kesan ukuran dan konsistensi dari limpa
Palpasi:
- Posisi perawat dan pasien tetap
- Letakkan telapak tangan kiri di sisi kiri belakang pasien sebelah bawah
iga terakhir
- Tekankan tangan ke atas secara ringan
- Letakkan telapak tangan kanan pada sisi kiri abdomen
- Pasien diminta nafas dalam
- Pada saat itu apabila ada pembesaran limpa akan terasakan dorongan
tepi limpa pada jari-jari tangan kanan
- Tentukan besarnya limpa
- Bila ada pembesaran, nyatakan konsistensinya
Pemeriksaan alat-alat lain:
1) Palpasi pada ginjal
a. Pada keadaan normal, ginjal tidak teraba
b. Lakukan palpasi ginjal kanan. Caranya sama dengan palpasi liver,
hanya penekanan tangan agak lebih tegas dan dalam
c. Untuk palpasi ginjal, tangan kanan lebih condong membuat gerakan ke
atas
d. Kemudian palpasi kiri, posisi tangan kiri lebih ke bawah pada daerah
lumbal disbanding palpasi limpa. Tangan kanan lebih ke medial.
24
- Dengan jari-jari tangan kiri di belakang pinggang pasien, buatlah
gerakan sentilan yang agak kuat ke atas
- Tangan kanan merasakan gerakan sentilan tadi, hal ini menunjukkan
balotemen ginjal positif
2) Palpasi Kandung Kemih
a. Lakukan palpasi dibawah pusat (umbilicus), kearah bawah mendekati
simpisis
b. Usahakan menilai besar dan keregangan kandung kemih (umumnya tepi
kandung kemih berbentuk konveks)
c. Jangan terkecoh dengan cairan intra abdominal (asites) dan kehamilan
3) Palpasi Aorta dan Arteria Lain
a. Lakukan palpasi di atas pusat dan sedikit ke kiri dari linea mediana
b. Rasakan adanya pulsasi aorta
c. Demikian juga pulsasi arteri iliaka komunis, dapat diraba lebih ke distal
dari tempat di atas
4) Palpasi daerah lain
a. Mulailah region epigastrium
b. Lakukan palpasi secara sistemik untuk mendapatkan kesan kontur dari
kolon
c. Lanjutkan palpasi pada daerah inguinal, perhatikan adanya benjolan,
inflamasi atau kelainan lainnya.
PERKUSI
Tujuan : untuk mendapatkan kesan bentuk dan ukuran alat serta adanya
kelainan intra abdominal
Pelaksanaan:
a. Lakukan perkusi secara sistematis
b. Dari perkusi dapat ditemukan:
- Suara timpani di atas ruang-ruang udara
- Suara pekak di atas alat-alat rongga perut
c. Perhatikan perkusi pada daerah hati dan kandung empedu, dengan
perkusi dapat ditentukan batas paru, hati dan tepi dari hati
25
d. Adanya cairan intra abdominal dapat ditentukan dengan perkusi. Pasien
diminta berbaring mula-mula ke sisi kanan, lakukan perkusi dari atas ke
bawah akan terdengar pekak pada bagian bawah. Kemudian penderita
beralih posisi kiri dan lakukan perkusi seperti tadi suara pekak akan
terdengar pada sisi kiri.
AUSKULTASI
Tujuan: mendapatkan kesan fungsi lambung (gaster), usus kecil
(intestinum), dan pembuluh darah intra abdominal.
Pelaksanaan:
Letakkan stetoskop pada permukaan abdomen yang akan diperiksa, lalu
auskultasi secara sistematis. Akan terdengar suara peristaltic dan bising
pembuluh darah.
6. Tahap Terminasi
a. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan
b. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
c. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
d. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
e. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam pamitan
7. Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.
5. Pemecahan masalah
26
Guna menyelesaikan masalah atas kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan praktik laboratorium tentang pemeriksaan fisik abdomen, maka
pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Sebelum melaksanakan praktik laboratorium, mahasiswa diharapkan
memahami dan mempelajari terlebih dahulu tentang konsep pemeriksaan
fisik abdomen agar waktu pelaksanaan praktik dapat digunakan dengan
efektif.
b. Mahasiswa hendaknya memperhatikan apabila mahawiswa lainnya
sedang melakukan tindakan agar suasana praktikum menjadi lebih
kondusif.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dalam melakukan pengkajian abdomen, perawat harus memahami struktur
anatomi, daerah/bagian, dan batas-batas abdomen. Abdomen (perut)
merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa organ
tubuh yang penting, yaitu lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal. Bentuk
abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang gemuk maupun orang
kurus.
Tahapan pemeriksaan abdomen berbeda dengan urutan pengkajian sistem
tubuh lainnya. Dimulai dengan inspeksi, kemudian diiikuti dengan auskultasi.
27
Auskultasi sebelum palpasi dan perkusi untuk memastikan keakuratan
pemeriksaan bunyi usus besar.
2. Saran
Pemahaman mendalam tentang pemeriksaan fisik abdomen sangat
diperlukan. Oleh karena itu, disarankan untuk memahami konsep dalam
pemeriksaan fisik abdomen mulai dari paham akan konsep anatomi fisiologi
abdomen, alat yang diperluka saat pemeriksaan, keterampilan teknik
pemeriksaan, serta mengetahui tanda-tanda yang mengindikasikan adanya
kelainan.
Dalam melaksanakan praktikum hendaknya mahasiswa terlebih dahulu
mempelajari materi tetang pemeriksaan fisik abdomen agar pembelajaran
praktikum berjalan efektif. Hendaklah mahasiswa fokus pada aktivitas
praktikum, tidak melakukan aktivitas lain agar suasana praktikum tetap
kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
28
Morton, P. 1991. Health Assessement in Nursing. Pennsylvania: Springhouse
Corporation.
Potter, Patricia A. 1996. Pengkajian Kesehatan. Alih Bahasa Oleh: Y.P. James
Veldman. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 2013. Pengkajian Fisik Keperawatan ed.2. Jakarta: EGC.
Saladin, Kenneth S. 2018. Anatomy & physiology : the unity of form and function.
New York: McGraw-Hill.
Seidel et al. 1991. 1991. Mosby’s guide to physical examination. St. Louis:
Mosby’s.
29
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Ainindhita Amalia K. 8. Nihaya
2. Ajep Tohajudin 9. Qoriatul Bilad
3. Dzanisya Widia N. 10. Rusliana
4. Feni Nopiyanti 11. 11. Siti Komalasari
5. Gita Ulul Azmi 12. Sri Wahyuni
6. Lindah Mahesyah 13Tri Januar Yusuf
7. Naufal Gilang Ramadhan 14. Yulianda Nur Fadilah
2B Keperawatan
30
Dikoreksi oleh Pembimbing Praktikum
DAFTAR ISI
31
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................. 2
1. Anatomi Fisiologi Abdomen ........................................................... 2
2. Persiapan Alat .................................................................................. 5
3. Persiapan Klien ................................................................................ 5
4. Riwayat Kesehatan .......................................................................... 6
5. Teknik Pengkajian ........................................................................... 7
6. Inspeksi ............................................................................................ 7
7. Auksultasi ........................................................................................ 8
8. Perkusi ............................................................................................. 9
9. Palpasi ............................................................................................ 11
10. Pemeriksaan Tingkat Mahir ........................................................... 12
11. Penyimpangan dari Normal .......................................................... 17
12. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 18
13. Pertimbangan Pediatrik ................................................................ 19
14. Pertimbangan Kehamilan ............................................................. 20
15. Pertimbangan Gerontologik ........................................................... 21
16. Penyuluhan Klien .......................................................................... 21
17. Hal-hal yang Harus Diperhatikan .................................................. 21
32