Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom) atau penyakit yang pertama
muncul dan mudah menular pada abad 21 bukanlah pembunuh terbesar, tetapi
menyebabkan lebih banyak rasa takut dan gangguan sosial daripada wabah
lainnya. SARS diduga berasal dari Propinsi Guangdong di Cina daratan,
muncul dan menyerang manusia sekitar bulan November 2002. Pada bulan
Juli 2003 Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di 6 wilayah yaitu: Kanada, Cina
daratan (yang berasal dari Guangdong kemudian menyebar ke beberapa kota
besar, Taiwan dan Hongkong), Singapura dan Vietnam.
SARS adalah infeksi pernafasan yang disebabkan oleh virus jenis
coronavirus (SARS-CoV). Sudah sejak November 2002, SARS menyebar di
seluruh Asia Tenggara dan luar, menimbulkan ancaman baru bagi umat
manusia. Indonesia juga memiliki beberapa kasus SARS selama periode 1
maret 2013 sampai 9 juli 2003.
Apa yang terjadi selanjutnya? Tentu saja tidak ada cara untuk
mengetahuinya, tetapi ada satu hal yang pasti: kita semua harus siap saat
penyakit SARS mewabah. Dengan memperdalam pengetahuan tentang
penyakit SARS, kita dapat waspada dan berupaya mencegah penyakit SARS.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah berjudul “Penyakit Infeksi
Endemis: SARS.”

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit SARS?
2. Apa saja faktor risiko tertular penyakit SARS?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit SARS?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit SARS?
5. Bagaimana upaya pencegahan penyakit SARS?
6. Bagaimana kasus penyakit SARS di dunia dan Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui yang dimaksud dengan penyakit SARS.
2. Mengetahui faktor risiko tertular penyakit SARS.
3. Mengetahui patofisiologi penyakit SARS.
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit SARS.
5. Mengetahui upaya pencegahan penyakit SARS.
6. Mengetahui kasus penyakit SARS di Indonesia.

BAB II
PENYAKIT INFEKSI ENDEMIS: SARS

2
Penyakit endemis biasanya dipakai untuk istilah pada penyakit-penyakit
yang sudah lama ada disuatu tempat. Penyakit endemis adalah suatu penyakit
yang menyerang wilayah geografis atau kelompok populasi tertentu. Penyakit
endemis masih berdampak luas terutama pada masyarakat di negara berkembang,
salah satunya Indonesia.
A. Definisi
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom) merupakan suatu penyakit
yang serius dan disebabkan oleh infeksi virus pada paru yang bersipat
mendadak dan menunjukan gejala gangguan pernapasan pada pasien yang
mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS (Sudoyono, 2009). Pada
tanggal 22 Maret 2003, Hong Kong University mengumumkan bahwa
coronavirus diidentifikasi sebagai agen yang bertanggung jawab akibat
penyakit SARS (WHO, 2006).

Gambar 2.1 Gambar 2.2


Gambar 2.1. Skema coronavirus dari SARS (Sumber: Drazen JM. SARS – Looking
back over the first 100 days. New England Journal of Medicine, 2003, 349:319–320.
Gambar 2.2. coronavirus seperti partikel yang tampak pada sample sistem pernapasan
dari pasien di Singapura (Sumber: WHO. 2006. SARS: how a global epidemic was
stopped. Avenue Appia: WHO Press.

B. Faktor Risiko
Faktor risiko penularan SARS adalah berdasarkan kontak dan droplet,
partikel air kecil yang mungkin dihasilkan ketika seseorang batuk atau bersin
atau ludah. Penularan fecal-oral juga mungkin terjadi melalui diare. SARS juga
bisa menyebar jika seseorang menyentuh mata, hidung atau mulut, juga melalui
batuk atau bersing dari pasien. Setelah masuk ketubuh manusia, coronavirus
dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan atas dan juga bawah sehingga
mengakibatkan sistem imunitas pernapasan menjadi turun dan berakibat batuk

3
yang lama dan akan mengakibatkan kerusakan epitel dan gerakan silia yang
berkurang jika diteruskan akan mengakibatkan infeksi berat (Sumarmo, 2002).

C. Patofisiologi

Gambar. 2.4. Natural course of SARS in a typical three-phase manifestation. (Sumber:


Sung JJ et al. Severe acute respiratory syndrome (SARS): report of treatment).and
outcome after a major outbreak. Thorax, 2004, 59:414–420).

Menurut Sung JJ (2004), fase lesi klinis khas penyakit SARS, umumnya
mengikuti 3 fase. Fase 1, merupakan reflikasi virus, biasanya berlangsung
selama satu minggu setelah onset gejala. Dimulai dengan gejala mirip flu dan
gejala prodormal berupa demam > 38ºC dengan tanpa mengigil, dapat disertai
dengan gejala yang tidak spesifik seperti malaise (tidak enak badan), sakit
kepala, mialgia (nyeri otot), dan pada beberapa kasus juga dapat mengalami
diare. Fase 2, adalah fase hiper-reaktif imun, dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh sistem kekebalan tubuh. Terjadi rekurensi demam, desaturasi
oksigen, dan perkembangan radiologis pneumonia. Fase 3, tahap kehancuran
paru. Biasanya tidak ada demam (kecuali ada infeksi sekunder) atau hanya
infeksi ringan. Kerusakan paru berlanjut, memberikan penampilan paru-paru
seperti sarang lebah bila pada CT-Scan. Ketika penyakit paru berkembang,
oksigenasi darah tidak dapat dipertahankan dan pasien memerlukan dukungan
pernapasan. Cedera permanen dan fibrosis (pembentukan struktur seperti skar
yang halus, menyebabkan jaringan mengeras dan mengurangi aliran cairan

4
melalui jaringan) paru akan terjadi dan pasien mungkin akan mendapat
kematian akibat kegagalan pernafasan, atau dapat pulih dengan sisa penurunan
fungsi jantung.

Gambar. 2.5. Bagan Patofisiologi SAR. (Sumber: Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta:
Media Action).

Adapun manifestasi klinis penyakit SARS menurut Nurarif dan Kusuma


(2015) adalah sebagai berikut:
1. Gejala umum seperti flu
2. Temperatur diatas 38°C selama lebih dari 24 jam

5
3. Adanya batuk ringan sampai berat (berat yang diasosiasikan dengan SARS
cenderung batuk kering)
4. Satu /lebih gejala saluran pernafasan bagian bawah yang batuk, napas
pendek, kesulitan bernapas
5. Sakit kepala, kuku kotor, anoreksia, lemah, bercak merah pada kulit,
bingung dan diare
6. Gejala khas seperti gejala di atas menjadi semkin berat dan cepat dan dapat
menjadi peradangan paru (pneumonia), jika terlambat dapat meninggal
masa inkubasi 2-10 hari
7. Satu/lebih keadaan berikut (dalam 10 hari)
a. Ada riwayat kontak erat dengan seorang yang diyakini menderita SARS
b. Sebelum sakit punya riwayat berpergia geografis yang tercatat sebagai
daerah dengan tranmisi lokal SARS
8. Suspek case SARS jika foto dada terbukti ditemukan infiltrate yang sesuai
dengan pneumonia atau sindrom distress pernapasan akut
9. Pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil
a. Unfoma, leucopenia, dan trobositopenia; pada pemeriksaan sederhana
menunjukkan hitungan leukosit kurang dari 3.5x10/l dan limpopenia
kurang dari 1x10²/l
b. Hiponatremia dan hipokalemia ringan
c. Peningkatan LDH, ALT dan kdar trasminase hepar
d. Peningkatan kadar kreatinin kinase
10. Infeksi SARS-CoV tidak dapat dipastikan jika :
a. Dalam serum pada masa konalenses (serum yang diambil 28 hari
setelah awitan gejalanya) tidak ditemukan antibodi terhadap SARS
b. Tes laboratorium tidak dikerjakan atau tidak lengkap

D. Pemeriksaan Penunjang
.....1. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal ( seperti ronki atau wheezing ). Tekanan darah seringkali
rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena
kekurangan oksigen)
2. Rontgen dada (menunjukan adanya penimbunan cairan ditempat yang
seharusnya terisi udara).
3. CT-Scan toraks menunjukan gambaran Bronkiolitis Obleterans Organizing
Pneumonia (BOOP).
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap

6
b. Pemeriksaan SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati
c. Pemeriksaan tes antibody (IgG/IgM)
d. Pemeriksaan molecular (PCR) pada specimen dahak, feses dan darah perifer.
e. Pemeriksaan deteksi antigen dan kultur virus (Nurarif dan Kusuma, 2015).

E. Pencegahan
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit SARS
adalah sebagai berikut (Nurarif dan Kusuma, 2015).
1. Biasakan hidup bersih dan cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas.
2. Penderita harus memakai masker. Tenaga kesehatan profesional dan
keluarga memakai masker setiap berdekatan dengan penderita (sekitar 2
meter).
3. Jika ada keluarga yang menderita demam saat penderita masih sakit, maka
segera rujuk ke rumah sakit.

Gambar 2.5 Gambar 2.6


Gambar 2.5. Tenaga kesehatan profesional memakai masker ketika kontak dengan
pasien. Gambar 2.6. Penanganan segera oleh tenaga kesehatan ketika mendapat klien
yang dirujuk ke rumah sakit (Sumber: WHO. 2006. SARS: how a global epidemic was
stopped. Avenue Appia: WHO Press., diunduh dari www.pdfdrive.net)

4. Jika memiliki peliharaan, jagalah kebersihan dan kesehatan peliharaan.


5. Hindari kontak langsung dengan penderita yang menderita SARS. Serta
hindari bepergian ke daerah yang endemic penyakit tersebut sebelum
disterilkan serta selalu memakai masker.
6. Hindari menggunakan barang atau tempat makan yang sama dengan
penderita.
7. Desinfeksi kamar tidur dan kamar mandi penderita secara berkala samapi
sembuh. Serta membakar sampah penderita untuk menghidari penularan.
8. Selalu menutup mulut apabila batuk dan bersin serta tidak meludah di
sembarang tempat.
9. Ketahui gejala dan penyebabnya serta cara menghindarinya atau tindakan
pertama saat menemukan gejala dari SARS.

F. Kasus Penyakit SARS di dunia dan Indonesia

7
Indonesia juga memiliki beberapa kasus SARS selama periode 1 maret
2013 sampai 9 juli 2003. Data ini dikumpulkan oleh tim verifikasi SARS
Indonesia. Yang selama periode adanya wabah mengadakan pertemuan harian
untuk memverifikasi semua kasus dari seluruh penjuru indonesia, dari
berbagai rumah sakit dan dinas kesehatan di Indonesia.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom) merupakan suatu penyakit
yang serius dan disebabkan oleh infeksi virus pada paru yang bersipat
mendadak dan menunjukan gejala gangguan pernapasan pada pasien yang
mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS. Faktor risiko penularan
SARS adalah berdasarkan kontak dan droplet, partikel air kecil yang mungkin
dihasilkan ketika seseorang batuk atau bersin atau ludah. Penularan fecal-oral
juga mungkin terjadi melalui diare.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi SARS
diantaranya pemeriksaan fiisik, rontgen dada, CT-Scan, dan pemeriksaan
laboratorium. Upaya yang bisa dilkukan untuk mencegah SARS adalah
beberapa diantaranya dengan membiasakan hidup bersih, memakai masker,
hindari kontak langsung dengan penderita SARS, dan lain-lain. Indonesia juga
memiliki beberapa kasus SARS selama periode 1 maret 2013 sampai 9 juli
2003.

9
B. Saran
Saran yang ingin penulis berikan melalui pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut.
7. Diharapkan pembaca mengerti dan paham tentang penyakit SARS lebih
mendalam lagi.
8. Diharapkan pembaca dapat menjadikan pemahaman tentang penyakit
SARS ini sebagai penunjang praktikum atau dapat mengaplikasikan
pemahamannya di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Drazen JM. SARS – Looking back over the first 100 days. New England Journal of
Medicine, 2003, 349:319–320.
Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Media Action.
Sudoyo, Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing.
Sumarmo, Herry. 2002. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis ed.2. Jakarta:
IDAI.
Sung JJ et al. Severe acute respiratory syndrome (SARS): report of treatment). and
outcome after a major outbreak. Thorax, 2004, 59:414–420.
WHO. 2006. SARS: how a global epidemic was stopped. Avenue Appia: WHO
Press. diunduh dari www.pdfdrive.net.

10

Anda mungkin juga menyukai