Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL DENGAN HIDRAMNION

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Praktik Belajar Klinik Keperawatan Maternitas

Oleh:

Ajep Tohajudin
P2.06.20.2.17.043
2B Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN CIREBON
Jl.Pemuda Nomor 38 Kota Cirebon
2019
KONSEP DASAR
ANTENATAL DENGAN HIDRAMNION

A. Definisi
Antenatal adalah masa sebelum persalinan atau perawatan pada ibu hamil. Perawatan
antenatal bertujuan untuk memberikan saran dan informasi pada seorang wanita mengenai
tempat kelahiran yang tepat sesuai dengan kondisi dan status kesehatannya (Kumalasari,
2015).
Menurut Lowdermilk, Perry, dan Cashio (2013), hidramnion merupakan cairan
amnion lebih dari 2 liter berhubungan dengan kelainan gastrointestinal dan lainnya.
Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Leveno, dkk (2009) yang mendefinisikan
hidramnion sebagai air ketuban yang jumlahnya lebih dari 2000 ml.

B. Etiologi
Pada dasarnya, secara etiologi hidramnion belum dapat diketahui secara pasti tapi
dapat dijelaskan sebagai berikut (Martaadisoebrata & Wirakusumah, 2003):
1. Produksi air ketuban bertambah diduga terjadi karena epitel amnion menghasilkan air
ketuban, tetapi air ketuban dapat bertambah juga karena cairan lain yang masuk ke dalam
rongga amnion, misalnya urin janin atau cairan otak pada kelainan bawaan seperti
anensefali (tengorak tidak lengkap).
2. Pengaliran air ketuban terganggu. Normalnya air ketuban yang telah dibuat dan dialirkan
akan diganti dengan yang baru, aliran aliran dapat terjadi melalui diminum dan ditelan
oleh janin, diabsorpsi oleh usus janin dan dialirkan ke plasenta yang akhirnya masuk ke
aliran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau janin tidak bisa menelan seperti pada
kasus atresia esofagus.

C. Patofisiologi
Pada awal kehamilan, rongga amnion (Gambar 1.1) terisi oleh cairan yang
komposisinya sangat mirip dengan cairan ekstrasel ibu. Selama paruh pertama kehamilan
terjadi perpindahan air dan molekul-molekul yang tidak hanya melewati amnion tetapi juga
melalui kulit janin. Aliran rongga amnion yang terganggu dapat menyebabkan terjadnyai
penekanan yang ditimbulkan oleh uterus yang meregang berlebihan dalam dan disekitar
organ-organ yang berdekatan. Jika peregangan terus terjadi berlebihan, ibu tersebut
mengalami dispnea dan pada kasus ekstrem, ia hanya dapat bernapas dalam keadaan tegak.
Edema, yang terjadi akibat penekanan sitem vena-vena utama oleh uterus yang sangat besar,
sering terjadi terutama di ekstremitas bawah, vulva, dan dinding bdomen (Leveno dkk,
2009).

Gambar 1.1 rongga amnion. Sumber: Ricci, Susan Scott. (2009). Essentials of maternity,
newborn, and women’s health nursing. Philadelphia PA: Lippincott Williams & Wilkins.

Gambar 1.2 pathway hidramnion. Sumber: Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetrik.
Jakarta: EGC.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Willy (2018), tanda dan gejala yang biasanya ada pada ibu hamil dengan
hidramnion adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan bernapas.
2. Dinding perut yang membesar.
3. Rahim terasa tidak nyaman atau terjadi kontraksi.
4. Edema terutama di ekstremitas bawah, vulva, dan dinding bdomen.

E. Pemeriksaan Penunjang
Leveno, dkk (2009) mengemukakan bahwa hidramnion biasanya diketahui dari
pemeriksaan ultrasonik/USG. Cairan amnion yang sangat banyak hampir selalu mudah
terlihat berupa ruang bebas yang terlalu besar antara janin dan dinding uterus atau plasenta
(Gambar 1.3). kdang-kadang terlihat kelainan janin seperti anensefalus atau cacat neural-
tube lain, atau anomali saluran cerna.

Gambar 1.3 uterus dengan hidramnion. Sumber: Impey, Lawrence. (2017). Obstetrics and
gynaecology. West Sussex: Wiley & Sons Ltd.

F. Penatalaksanaan
Hidramnion ringan jarang memerlukan terapi. Bahkan hidramnion derajat sedang
dengan sedikit rasa tidak nyaman biasanya dapat ditangani tanda intervensi sampai timbul
persalinan atau sampai selaput ketuban pecah spontan. Jika pasien timbul dispnea atau nyeri
abdomen atau jika pasien tidak dapat berjalan, pasien perlu dirawat inap. Tirah baring jarang
berefek, dan diuretik juga atau pembatasan air dan garam juga tidak efektif (Leveno, dkk,
2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ANTENATAL DENGAN HIDRAMNION

A. Pengkajian
A. Biodata
1. Identitaas pasien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status perkawinan, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan, no. Register, diagnosa medis, tanggal masuk, dan
tanggal pengkajian.
2. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan pasien, dan alamat.
B. Keluhan utama/alasan kunjungan
C. Riwayat kesehatan sekarang
Termasuk uraian keluhan utama secara kronoligis. Untuk membantu dalam
mengutarakan keluhannya secara lengkap, kita dapat menggunakan analisis simtom
PQRST sebagai berikut (Priharjo, 2013).
P (Provokatif-paliatif): apakah yang menyebabkan gejala? Apakah yang dapat
mengurangi atau memperbaiki gejala? Apakah yang memperburuk gejala?
Q (Kualitas-kuantitas): bagaimana gejala dirasakan? Lebih parah atau lebih ringan dari
yan dirasakan sebelumnya?
R (Region-radiasi): dimana gejala terasa? Apakah menyebar?
S (Skala): seberapakah keparahan yang dirasakan? (nilai dengan menggunakan skala 1-
10 (nilai 10 paling parah).
T (Timing/waktu): tanggal dan jam gejala terjadi? Tiba-tiba atau bertahap? Setiap jam,
hari, minggu, bulan, sepanjang hari, pagi, siang, malam? Berapa lama gejala dirasakan?
D. Riwayat kesehatan dahulu
E. Riwayat kesehatan keluarga
F. Riwayat obstetri dan ginekologi
1. Riwayat obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nipas yang lalu (G... P... A...)
b. Riwayat kehamilan sekarang: klien merasa hamil berapa bulan, keluhan waktu
hamil, gerakan anak pertama dirasakan, imunisasi, penambahan BB selama
kehamilan pemeriksaan kehamilan teratur/tidak, tempat pemeriksaan dan hasil
pemeriksaan.
2. Riwayat ginekologi
a. Riwayat menstruasi: menarche, lamanya haid, siklus, banyaknya, sifat darah,
HPHT, taksiran persalinan.
b. Riwayat perkawinan: usia saat menikah, lamanya menikah, pernikahan yang
ke-.
c. Riwayat kontrasepsi: jenis kontraksi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan
lama penggunan, masalah dalam penggunaaan, jenis kontrasepsi yang akan
dilaksananakn setelah persalinan sekarang, jumlah anak yang direncanakan
keluarga.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan umum, kondisi umum, tingkat kesadaran, TTV, BB dan TB.
2. Sistem pernapasan
Perubhan respirasi pada kehamilan berhubungan dengan elevasi diafragma dan
perubahan rongga toraks (Gordon, 2007).
3. Sistem kardiovaskuler
Perubahan dan ukuran posisi jantung (Gambar 2.1) serta peningkatan volume
darah dan curah jantung menyebabkan perubahan pada auskultasi yang umum
ditemukan saat kehamilan (Cunningham dkk, 2005).

Gambar 2.1 perubahan posisi jantung. Sumber: Perry, SE., et al. (2014).
Maternal Child Nursing Care. St. Louis: Elsevier.
4. Sistem pencernaan
Perubahan intraabdomen dapt menyebabkan rasa tidak nyaman termasuk rasa
berat dan tekanan di panggul, kembung, distensi, dan keram usus serta kontraksi
uterus (Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).
5. Sistem persyarafan
Kompresi saraf panggul atau statis vaskular karena pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensorik tungkai (Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).
6. Sistem pancaindra
Kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, perabaan
7. Sistem perkemihan
Peningkatan frekuensi berkemih awalnya disebabkan oleh peningkatan
sensitivitas kandung kemih dan selanjutnya kompresi kandung kemih (Gambar
2.2).

Gambar 2.2 kandung kemih dan uretra yang memanjang karena kompresi.
Sumber: Perry, SE., et al. (2014). Maternal Child Nursing Care. St. Louis:
Elsevier.
8. Sistem integumen
Perhatikan adanya linea nira dan striae gravidarum (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 linea nigra dan striae. Sumber: Perry, SE., et al. (2014). Maternal
Child Nursing Care. St. Louis: Elsevier.
9. Sistem endokrin
Inspeksi dan palpasi ada/tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
10. Sistem muskuloskeletal
Kaji kekuatan otot.
11. Sistem reproduksi
Pada kehamilan normal, laju pembesaran uterus dapat diprediksi. Antara minggu
ke-38 dan 40, tinggi fundus akan berkurang karena fetus mulai turun dan masuk
ke panggul (Lightening).

Gambar. 2.4 Tinggi fundus sesuai usia kehamilan.


Sumber: Seidel HM, Ball JW, Dains JE, et al. (2011).
Mosby’s guide to physical examination, ed 7. St Louis:
Mosby.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik yang berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon
klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan yag mungkin muncul pada klien dengan penyakit asma
adalah:
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan) d.d
dispnea, pengunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal (takipnea, bradipnea, dll).
2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa bingung, merasa khawatir dengan
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan masalah yang
dihadapi, menunjukkan persepsi keliru.
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Mandiri
1. Tinggikan kepala dan bantu 1. Duduk tinggi
efektif b.d keperawatan selama ...x... jam,
mengubah posisi (ke memungkinkan ekspansi
hambatan upaya diharapkan pola napas klien
semifowler). paru dan memudahkan
napas efektif dengan kriteria hasil:
pernapasan.
a. Menunjukan pola napas 2. Kaji frekuensi atau kedalaman
2. Takipnea, pernapasan
efektif dengan frekuensi pernapasan dan gerakan dada.
dangkal, dan gerakan dada
napas dalam rentang normal.
tak simetris terjadi karena
b. Mendemonstrasikan perilaku
ketidaknyamanan dinding
yang tepat untuk mendukung
dada.
upaya pernapasan.
3. Auskultasi area paru, catat 3. Mengi/wheezing
adanya bunyi napas abnormal merupakan respon
terhadap sekret kental, dan
spasme jalan
napas/obstruksi.
Kolaborasi
4. Memaksimalkan bernapas
4. Berikan oksigen tambahan.
dan menurunkan kerja
napas.
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri
1. Sediakan waktu untuk klien. 1. Menunjukan kepedulian dan
kurang terpapar keperawatan selama ...x... jam,
Bina hubungan saling percaya keinginan untuk membantu.
informasi diharapkan klien akan mampu
melakukan pengendalian diri dengan klien dan orang Mendorong diskusi tentang
tehadap ansietas, dengan terdekat subjek yang sensitive
2. Berikan informasi tentang 2. Membantu klien memahami
kriteria hasil:
1. Tampak rileks kondisi yng dialami tujuan apa yang dilakukan
2. Mengungkapkan
dan mengurangi
pengetahuan yang akurat
kekhawatiran yang
tentang situasi
berkaitan dengan hal yang
3. Menunjukan rentang
tidak diketahui.
perasaan yang tepat dan
3. Menunjukan penerimaan
3. Pertahankan prilaku tidak
pengurangan rasa cemas
dan mengurangi rasa malu
emosional dalam melakukan
klien.
prosedur dan berhadapan
dengan klien.
3. Defisit Setelah dilakukan tindakan Mandiri
1. Identifikasi kesiapan dalam 1. Berpengaruh dalam proses
pengetahuan b.d keperawatan selama ...x... jam,
menerima informasi penyampaian informasi
kurang terpapar diharapkan klien dapat terpapar
2. Berikan informasi tentang 2. Memahami perubahan ini
informasi informasi, dengan kriteria
perubahan fisik. dapat menurunkan
hasil:
kecemasan.
1. Mengerti terhadap
informasi yang disampaikan 3. Klien mungkin
3. Berikan kesempatan untuk
memerlukan pemahaman
bertanya.
lebih.
4. Indikator pemahaman
4. Berikan pertanyaan mengenai dalam penerima informasi.
informasi yang telah
disampaikan.
Doenges, et.al. (2012)

D. Implementasi
Menurut Karjatin (2016) pelaksanaan keperawatan atau biasa disebut implementasi keperawatan merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai perencanaan keperawatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bagian akhir dari proses keperawatan, di mana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Disamping itu perawat juga memberikan umpan balik atau
pengkajian ulang jika tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai sehingga proses keperawatan dapat dimodifikasi (Mitayani,
2013).
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E, et.al. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.
Jakarta: EGC.
Gordon, M. (2007). “Maternal Physiology”. Dalam S. Gabbe, J. Niebyl, dan J. Simpson.
Obstetrics: normal and problem pregnancies. Philadelphia: Churchill Livingstone.
Impey, Lawrence. (2017). Obstetrics and gynaecology. West Sussex: Wiley & Sons Ltd.
Karjatin, A. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta: BPPSDM Kesehatan.
Kumalasari, Intan. (2015). Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan
Kontrasepsi. Jakarta: salemba Medika.
Lowdermilk, DL., Perry, SE., Cashio, K. (2013). Keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba
Medika.
Leveno, Kenneth J, dkk. (2009). Obstetri Williams Panduan Ringkas. Jakarta: EGC.
Martaadisoebrata, D & Wirakusumah, FF. (2003). Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: EGC.
Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetrik. Jakarta: EGC.
Perry, SE., et al. (2014). Maternal Child Nursing Care. St. Louis: Elsevier.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Ricci, Susan Scott. (2009). Essentials of maternity, newborn, and women’s health nursing.
Philadelphia PA: Lippincott Williams & Wilkins.
Seidel HM, Ball JW, Dains JE, et al. (2011). Mosby’s guide to physical examination, ed 7. St
Louis: Mosby.
Willy, Tjin. (2018). Polihidramnion. Dalam www.alodokter.com diakses tanggal 25 Juni 2019.

Anda mungkin juga menyukai