Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis Kerja Pemeriksaan Penunjang

 Tes Kehamilan

: KET :

Reaksi imunologik untuk mengetahui ada atau tidaknya hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dalam air kemih. Pada kehamilan ektopik kadar hCG lebih rendah daripada kehamilan intrauterin normal, oleh sebab itu perlu tes yang tingkat sensitifitasnya tinggi. Apabila tes hCG mempunyai nila sensitifitas 25iu/l, maka 90100% kehamilan ektopik akan memberi hasil positif. Faktor sensitifitas tersebut dipengaruhi berat jenis air kemih yang diperiksa. Yang lebih penting lagi tes kehamilan tidak dapat membedakan kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik.

Kuldosentesis Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas ada darah atau cairan lain. Tekniknya: 1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi 2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik 3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior ditampakkan. 4. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Dougas dan dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan Hasil: a. Positif , apabila dikeluarkan darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak emmbeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil. Darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterin. Untuk memudahkan pengamatan sifat darah, sebaiknya darah yang diisap disemprotkan pada kain kasa. b. Negatif , apabila cairan yang diisap bersifat: cairan jernih, yang mungkin berasal dari caairan peritoneum normal atau kista ovarium yang pecah nanah, yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang apendiks yang pecah (nanah harus dikultur) darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini bersal dari arteri atau vena yang tertusuk.

c. Nondiagnostik , apabila pada pengisapan tidak berhasil dikeluarkan darah atau cairan lain. d. Positif palsu , pada 5-10% kasus yang disebabkan oleh karena korpus luteum yang ruptur, abortus inkomplit, menstruasi retrograd, atau endometriosis. e. Negatif palsu , pada 11-14% kasus, oelh karena banyaknya darah dalam kavum Douglas amat sedikit. Komplikasi yang dapat terjadi adalah perforasi usus yang sebelumnya membentuk perlekatan di kavum Douglas. Selain itu pemeriksaan ini akan menyebabkan rasa sakit pada penderita.

USG Evaluasi uterus. Jika ditemukan kantung gestasi maka kemungkinan kehamilan ektopik dapat disingkirkan. Kesalahan diagnostik karena ditemukannya kantung gestasi palsu (pseudosac). Apabila tidak ditemukan kantung gestasi di dalam uterus, mungkin tampak gambaran daerah ekhogenik dalam kavum uterus yang dapat berasal dari trofoblas pada abortus inkomplit atau desidua pada kehamilan ektopik. Evaluasi adneksa. Diagnosis pasti kehamilan ektopik melalui pemeriksaan USG adalah apabila ditemukan kantung gestasi di luar uterus yang didalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini terdapat pada 5% kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterin pada kasus uterus bikornis. Bila ditemukan masa, harus dibedakan dengan korpus luteum (dinding tipis, diameter 2-3 cm dan jarang melebihi 6-8cm), kista endometriosis (dinding tipis, di dalamnya terdapat ekho internal) dan hidrosalping (berbentuk tubulus). Jika masih ragu-ragu lakukan laparoskopi diagnostik dengan persiapan laparotomi. KET sering tidak ditemukan kantung gestasi ektopik. Gambaran yang tampak adalah cairan bebas dalam rongga peritoneum terutama di kavum Douglas. Tidak jarang dijumpai hematokel pelvik yang dalam gambar USG akan tampak sebagai suatu masa ekhogenik di adneksa yang dikelilingi daerah kistik (sonolusen) dengan batas tepi yang tidak tegas.

Laparoskopi

Alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik lain meragukan. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas, dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.(1)

Daftar pustaka 1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. 1st ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007; p.200-3.

Anda mungkin juga menyukai