Anda di halaman 1dari 27

Ruptur Uteri

Oleh:
AINUL LATIFA F 1930701026
 
Definisi
Robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan
rongga peritoneum dapat berhubungan

 Berdasarkan definisi dibagi menjadi:


1. Ruptur uteri komplit
2. Ruptur uteri inkopmlit
3. Ruptur uteri iminens
Epidemiologi
Insiden kasus ruptur uteri pada RS. Hasan Sadikin dan
jejaringnya
• RS. Hasan Sadikin : 0,09 % (1:1074)
Tanpa kematian ibu
90% kematian perinatal
• RS. Jejaring : 0,1 % (1:996)
0,4 % kematian ibu
100 % kematian perinatal
Klasifikasi
Tingkat Robekan
Ruptur Uteri Komplit
Ruptur Uteri Inkomplit
Ruptur Uteri imminens
Etiologi
Ruptur Uteri pada Jaringan Parut

Bekas SC klasik
Segmen bawah uterus
Ruptur Uteri Spontan
Akibat dinding lemah
Bekas perrforasi tindakan kuret, bekas
tindakan manual plasenta

Peregangan luar biasa pada rahim


Panggul sempit, janin besar, kelainan
letak, pimpinan persalinan yang salah
Ruptura Uteri Traumatik
Ekstraksi forceps
Versi dan ekstraksi
Embriotomi
Manual plasenta
Kuretase
Trauma tumpul dan tajam dari luar
Periode ruptur
Kerusakan/anomali uterus sebelum hamil
Pembedahan miometrium
Trauma uterus
Kelainan bawaan

Kerusakan/anomali uterus selama kehamilan


Sebelum kelahiran anak
His kuat terus menerus, pemakaian oksitosin dan
prostaglandin tidak sesuai indikasi,
pembesaran rahim berlebih
Dalam periode intrapartum
Tekanan kuat pada uterus dalam persalinan,
kesulitan
manual plasenta, anomali janin yang
menyebabkan distensi
berlebihan pada segmen bawah rahim.
Lokasi ruptur
Korpus uteri
SC klasik, miomektomi
Segmen Bawah Rahim (SBR)
Biasa pada partus sulit dan partus tak maju
Serviks uteri
Ekstraksi forcep pada pembukaan belum
lengkap
Kolpoporeksis
Robekan antara serviks dan vagina
Faktor Risiko
Uterus berparut atau tidak
Bentuk uterus
Riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya
Status persalinan
Tindakan obstetri kebidanan
Trauma uterus
Patofisiologi
Pada inpartu, korpus uteri berkontraksi dan
segmen bawah rahim tetap pasif dan serviks
melunak

Normal:
Kontraksi uterus – retraksi- SAR menebal
-SBR menipis – janin terdorong kebawah –
lingkaran retraksi yg membatasi 2 segmen
meninggi (fisiologis)– janin turun.
Bandl’s ring

Rumus mekanisme terjadinya Ruptur Uteri:

R=H+O
ket :R = Ruptur
H = His kuat (tenaga)
O = Obstruksi (halangan)
Dengan obstruksi:

His- kontraksi SAR-rahim tertarik ke proksimal-


distal semakin tipis – serviks tetap dipegang oleh
ligamen – bandl’s ring – ruptur iminens – SBR
robek – his – ruptur spontan
Diagnosis
• Anamnesis
– Nyeri abdomen dapat tiba-tiba, spt disayat pisau
– Riwayat paritas tinggi
– Pembedahan pada uterus sebelumnya
– Keluar sedikit darah pervaginam
• Pemeriksaan umum
– Takikardi, nadi kecil-cepat-tidak teraba
– Hipotensi
– Nafas dangkal dan cepat
• Inspeksi
– Bandl’s ring
– Ibu gelisah karena his kuat berkelanjutan
Periksa dalam :

Jari-jari tangan dalam pemeriksa bisa meraba


permukaan rahim dan dinding perut yang licin
Dapat meraba pinggir robekan, biasa bagian
depan SBR
Dapat memegang usus halus dan omentum
majus melalui robekan uterus
Dinding perut ibu dapat ditekan menonjol ke
atas oleh ujung jari tangan dalam
Pemeriksaan abdomen

Perubahan kontur uterus tiba-tiba


Kontraksi uterus berhenti mendadak
Bunyi denyut jantung bayi tiba-tiba
menghilang
Abdomen lunak
Nyeri lepas
Pemeriksaan pelvis

Bagian janin tidak lagi terpalpasi melalui


vagina bila janin telah mengalami ekstrusi
ke rongga peritoneum
Kepala janin yang tadinya sudah turun
dengan mudah didorong keatas disusul
pendarahan pervaginam
Eksplorasi manual SBU lazim ruptur
Ruptur persalinan

Kontraksi uterus intermiten, kuat dan dapat


berhenti tiba-tiba
Pasien mengeluh nyeri uterus menetap
Perdarahan pervaginam
Persalinan berhenti karena syok
Penatalaksanaan
• Beri cairan isotonik (ringer laktat atau garam fisiologis)
500 ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparotomi
• Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan
plasenta, / merujuk pasien ke rumah sakit rujukan
• Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi
jaringan memungkinkan, lakukan reparasi uterus
• Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi
pasien mengkhawatirkan lakukan histerektomi
Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan
antibiotika spektrum luas.
Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genetalia/luka yang
kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid.
(serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5 ml IM)
Komplikasi

Syok Hipovolemik
Infeksi
Kematian
Prognosis
Diagnosa serta pertolongan yang cepat dan tepat
menentukan kecepatan pasien menerima tindakan
bantuan yang tepat dan cekatan.
Kondisi umum pasien.
Jenis rupture dan keadaan arteri.
Fasilitas tempat pertolongan, penyediaan cairan
dan darah yang cukup
Keterampilan operator dan jenis anestesi
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
Quo ad functional : Dubia ad malam
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai