KEHAMILAN
Perdarahan Pada Kehamilan
Pada
Perdarahan
ABORTUS
I. DEFINISI
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan,
dimana janin belum mampu hidup di luar rahim ( belum
viable ) dengan criteria usia kehamilan kurang 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
II. ETIOLOGI
Factor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah factor ovum
sendiri, factor ibu, dan factor bapak, antara lain :
. Kelainan Ovum
. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
. Kelainan Sirkulasi plasenta
. Penyakit pada ibu
. Kelainan pada traktus genitalia
. Inkompetensi cervix
. Antagonis Rhesus
. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis; atau faktor serviks
yaitu inkompetensi serviks, sevisitis.
. Penyakit bapak
III. FREKUENSI
Makin tua umur, abortus makin sering terjadi.
Demikian juga dengan semakin banyak anak,
abortus juga akan semakin sering terjadi
Semakin tua umur kehamilan, kemungkinan
abortus makin kecil
Wanita < 20 tahun abortus 12%
Wanita > 40 tahun abortus 26%
Umumnya abortus terjadi pada kehamilan 12
minggu
Setelah aborsi, 2 minggu kemudian sudah bisa
berovulasi
Bila kehamilan kurang dari 12 minggu janin sudah
mati dulu di dalam baru keluar
Bila kehamilan lebih dari 12 minggu janinnya
masih hidup ketika keluar, matinya di luar
IV. PATOLOGI
Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-
faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata
disebabkan oleh factor-faktor alamiah.
4. Abortus Kompletus
ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus)
telah keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong.
5. Missed Abortion
ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun
keseluruhan hasil konsepsi tertahan dalam uterus 6 minggu atau lebih.
6. Abortus Habitualis
ialah abortus yang terjadi tiga kali berturut turut atau lebih oleh sebab
apapun. Abortus recurrent :
abortus berulang
spontan bisa terjadi sampai 3 kali atau lebih (baik incompletus maupun
completus)
7. Septic Abortion
ialah suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksious, dimana
terjadi penyebaran kumanatau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
1. Anamnesis :
Amenore/terlambat haid
Gejala/tanda hamil muda
Ada/tidak perdarahan pervaginam
Nyeri perut kanan/kiri bawah
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum/tanda vital : baik-buruk
Tanda akut abdomen (+)
Vaginal touche (VT) : nyeri goyang portio (+)
3. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Urine -hCG (+)
Kuldosintesis (+)
USG : free fluid di Maurison pouch (cairan bebas di bawah
hepar ) dan hematocele di cavum douglasi
4. Diagnosis pasti
Laparotomi
DIAGNOSIS BANDING
APPENDISITIS
SALFINGITIS
ABORTUS IMMINENS
MOLA HIDATIDOSA
PENATALAKSANAAN
Jarang
Perdarahan +/-
Nyeri +/-
Kemungkinan abortus spontan >
Hamil > : perdarahan/ruptur sangat berat
histerektomi total
Kriteria RUBIN :
Kelenjar servik ditemukan di sembarang
tempat implantasi plasenta
Tempat implantasi plasenta harus di bawah
a.uterina atau peritoneum viseralis
Janin tidak boleh terdapat di daerah korpus
uteri
Implantasi plasenta di serviks harus kuat
Perbaikan
Perdarahan
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Perdarahan Antepartum
adalah perdarahan yang
terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Biasanya lebih
banyak dan lebih berbahaya
dari pada perdarahan
kehamilan sebelum 28
minggu.
PLASENTA PREVIA
Plasenta yang berada di depan jalan lahir.
(prae = di depan, vias = jalan), jadi yang di
maksud adalah
plasenta implantasinya tidak normal sehingga
menutupi seluruh
atau sebahagian jalan lahir (Ostium Uteri
Internium).
Pemeriksaan in spekulo
Tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah
perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum
atau dari kelainan
cervix dan vagina.
Apabila perdarahan
berasal dari ostium
uteri eksternum,
Penentuan letak plasenta tidak
langsung
Rupture
Compression of vessels
Perinatal mortality rate 50
75%
DIAGNOSIS
Definisi
Terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternal plasenta dari
tempat implantasinya yang normal
pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya yakni sebelum
anak lahir.
KLASIFIKASI
Ruptura sinus marginalis
Plasenta terlepas hanya pada pinggir
Solutio plasenta parsialis
Plasenta terlepas lebih luas
Solutio plasenta totalis
Seluruh permukaan maternal plasenta
terlepas
Revealed hemorrhage
Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan
merembes antara plasenta dan myometrium untuk
seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan
akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan
keluar melalui vagina.
Concealed hemorrhage
Perdarahan tidak keluar dari vagina (jarang). Jika :
o Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada
dinding rahim
o Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
o Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah
selaput ketuban pecah karenanya
o Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat
pada segmen bawah rahim
A. Revealed Hemorrhage. B. Concealed Hemmorrhage
Solutio Plasenta Ringan
Luas plasenta terlepas <25%, atau <1/6 bagian
Jumlah darah yang keluar <250 ml
Darah seperti haid bervariasi dari sedikit sampai
seperti menstruasi yang banyak
Gejala sukar dibedakan dengan plasenta previa,
kecuali warna darah yang kehitaman
Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada
Solutio Plasenta Sedang
Luas plasenta terlepas >25% tapi <50%
Jumlah darah yang keluar >250 ml tapi <1000 ml
Gejala dan tanda : rasa nyeri perut terus menerus,
denyut jantung janin cepat, hipotensi, takikardi
Solutio Plasenta Berat
Luas plasenta terlepas >50%
Jumlah darah yang keluar 1000 ml atau lebih
Gejala dan tanda : keadaan umum buruk disertai syok,
hampir semua janinnya meninggal
Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai
oliguri biasanya sudah ada
ETIOLOGI
Sebab primer tidak diketahui
Usia ibu dan paritas yang tinggi
berisiko lebih tinggi
Beberapa keadaan patologik yang
terlihat lebih sering bersama dengan
atau menyertai solution plasenta dan
dianggap sebagai factor resiko
tabel
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko Risiko relatif
Pernah solusio plasenta 10 25
Ketuban pecah 2,4 3,0
pretern/korioamnionitis
Sindroma pre-eklamsia 2,1 4,0
Hipertensia kronik 1,8 3,0
Merokok/nikotin 1,4 1,9
Merokok + hipertensi kronik atau pre- 5 8
eklamsia
Pecandu kokain 13 %
Mioma di belakang plasenta 8 dari 14
Gangguan sistem pembekuan darah Meningkat s/d
berupa single-gene 7x
mutation/trombofilia
Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang
PATOFISIOLOGI
Iskemia, hipoksia perdarahan desidua basalis
terlepas kecuali lapisan tipis yang melekat pada
miometrium hematom retroplasenta yang
menyebabkan pelepasan, kompresi dan kerusakan
pada bagian plasenta sekelilingnya hematom
terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan
plasenta lebih luas/banyak darah keluar
merembes antara selaput ketuban dan
myometrium yangs elanjutnya keluar melalui
serviks ke vagina ( revealed hemorrhage) atau
perdarahan terperangkap di dalam uterus
( concealed hemorrhage)
GAMBARAN KLINIK
Solusio plasenta ringan
Pada keadaan sangat ringan tidak ada gejala kecuali hematom
yang berukuran beberapa cm terdapat pada permukaan
maternal plasenta (inspeksi plasenta setelah partus)
Nyeri perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit,
sehingga belum keluar melalui vagina
Tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu maupun janin masih
baik
Inspeksi dan auskultasi tidak ada kelainan kecuali pada
palpasi sedikit nyeri lokal pada tempat terbentuk hematom
dan perut sedikit tegang tapi bagian-bagian janin masih dapat
dikenal
Kadar fibrinogen darah dalam batas-batas normal yaitu 350
mg%.
Solusio plasenta sedang
Nyeri pada perut yang terus menerus
Denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin
Perdarahan yang tampak keluar lebih banyak
Takikardia, hipotensi, kulit dingin, berkeringat, oliguria mulai
ada
kadar fibrinogen berkurang antara 150-250 mg/100 ml, dan
mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi
ginjal sudah mulai ada
Rasa nyeri akut kemudian menetap
Perdarahan pervaginam jelas dan bewarna kehitaman
Pada stadium ini bisa jadi telah timbul his dan persalinan telah
mulai
Solusio plasenta berat
Perut sangat nyeri, tegang serta keras seperti papan (defans
musculaire) disertai perdarahan yang berwarna hitam
Fundus uteri lebih tinggi daripada yang seharusnya oleh karena
telah terjadi penumpukan darah di dalam rahim pada kategori
concealed hemorrhage
Pada inspeksi rahim kelihatan membulat dan kulit diatasnya
kencang dan berkilat
Pada auskultasi denyut jantung janin tidak terdengar
Keadaan umum buruk disertai syok, keadaan umum ibu dapat
jauh lebih buruk dibandingkan perdarahan yang tidak seberapa
keluar dari vagina
Hipofibrinogenemia dan oliguria dapat telah ada serta gangguan
fungsi ginjal
Kadar fibrinogen darah rendah yaitu <150 mg% dan telah ada
trombositopenia
DIAGNOSIS
Anamnesis, pemeriksaan fisik, gejala, dan tanda klinik
Diagnosis definitif hanya bisa ditegakkan secara
retrospektif yaitu setelah partus dengan melihat adanya
hematoma retroplasenta
USG
Berguna untuk membedakan dengan plasenta previa, namun
dapat memberikan hasil pemeriksaan positif palsu. Solusio
plasenta sulit dibedakan dengan plasenta itu sendiri. Pemeriksaan
ulang pada perdarahan baru sering bisa membantu karena
gambaran USG darah membeku akan berubah lebih ekogenik pada
48 jam kemudian hipogenik dalam waktu 1 sampai 2 minggu
Color Doppler
membantu diagnosis solusio plasenta di mana tidak terdapat
sirkulasi darah yang aktif padanya, sedangkan pada kompleksitas
lain, baik kompleksitas retroplasenta yang hiperekoik maupun
yang hipoekok seperti mioma dan kontraksi uterus, terdapat
sirkulasi darah yang aktif padanya
PENANGANAN
Penanganan terhadap solusio plasenta bisa bervariasi sesuai
Bila janin masih hidup dan cukup bulan, dan bila persalinan
Etiologi
- Kesakitan
- Perdarahan
- Penurunan Hb
- Penurunan tekanan darah
- Nadi cepat
- Anemis
- Palpasi sangat nyeri dan mudah teraba bagian janin
Ruptur Uteri
Diagnosis :
A. Ruptura uterus iminen
- Kesakitan dan gelisah
- HIS yang kuat
- Bandle ring
- Gawat janin
- Hematuria
B. Ruptura uteri
- Tanda diatas hilang dan bayi mudah teraba
Ruptur Uteri
Penanganan
Resusitasi
Opreasi
Histerektomi
Antibiotik
Perdarahan
DEFINISI
PPP adalah perdarahan yang
melebihi 500 ml setelah bayi
lahir.
Klasifikasi berdasarkan saat
terjadinya :
PPP primer
terjadi dalam 24 jam pertama,
disebabkan oleh atonia uteri,
berbagai robekan jalan lahir dan
sisa sebagian plasenta.
PPP sekunder
terjadi setelah 24 jam persalinan,
disebabkan karena sisa plasenta.
Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan
lemahnya tonus/kontraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak
mampu menutup perdarahan
terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta
lahir
Faktor predisposisi
1. Regangan rahim berlebihan karena
kehamilan gemeli, polihidramnion, atau
anak terlalu besar
2. Kelelahan karena persalinan lama atau
persalinan kasep
3. Kehamilan grande-multipara
4. Ibu dengan KU yang jelek, anemis, atau
menderita penyakit menahun
5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi
rahim
6. Infeksi intrauterin (korioamnionitis)
7. Riwayat atonia uteri sebelumnya
Diagnosis
Perdarahan masih aktif dan banyak
setelah bayi dan plasenta lahir,
bergumpal
Palpasi didapatkan fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lembek
Saat atonia uteri didiagnosis, darah
sebanyak 500-1000cc sudh keluar dari
pembuluh darah, tapi masih terperangkap
dalam uterus -> perhitungkan dalam
kalkulasi pemberian darah pengganti.
Pencegahan
Rutin melakukan manajemen
aktif kala III pada semua wanita
yang bersalin-> dapat
menurunkan insidens perdarahan
pascapersalinan akibat atonia
uteri
Pemberian misoprostol peroral 2-
3 tablet (400-600g) segera
setelah bayi lahir.
Tindakan
1. Sikap trendelenburg, memasang venous line, beri
oksigen
2. Merangsang kontraksi uterus dengan :
Masase fundus uteri dan merangsang puting susu
Pemberian oksitosin dan turunan ergot (i.m, i.v atau s.c)
Memberikan derivat prostaglandin F2 (carboprost
tromethamine) kadang memberikan efek samping : diare,
hipertensi, mual muntah, febris, dan takikardia.
Memberikan misoprostol 800-1000g per-rektal
Kompresi bimanual eksternal dan/atau internal
Kompresi aorta abdominalis
Pemasangan tampon kondom, kondom dalam kavum uteri
disambung dengan kateter, difiksasi dengan karet gelang
dan diisi cairan infus 200 ml yang akan mengurangi
perdarahan dan menghindari tindakan operatif
Pemasangan tampon kasa utero-vaginal tidak dianjurkan,
hanya bersifat temporer sebelum tindakan bedah ke RS
rujukan!
Management - Bimanual
Massage
3. Bila gagal, lakukan laparatomi
dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus) atau
melakukan histerektomi.
Ligasi arteria uterina atau arteria
ovarika
Operasi ransel B lynch
Histerektomi supravaginal
Histerektomi total abdominal
Robekan Jalan lahir
Robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan perineum,
trauma forceps atau vakum ekstraksi,
atau karena versi ekstraksi.
Robekan bisa ringan (lecet, laserasi), luka
episiotomi,robekan perineum spontan
derajat ringan sampai ruptur perinei
totalis (sfingter ani terputus), robekan
pada dinding vagina, forniks uteri,
serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra
bahkan yang terberat ruptura uteri.
Pemeriksaan :
Inspeksi pada vulva, vagina dan serviks
dengan memakai spekulum untuk
mencari sumber perdarahan (ciri :
warna darah merah segar dan pulsatif
sesuai denyut nadi)
Semua sumber perdarahan terbuka
harus diklem, diikat dan luka ditutup
dengan jahitan cat-gut lapis demi lapis
sampai perdarah berhenti.
Penanganan
Perbaiki keadaan umum terlebih
dahulu, jika terjadi syok atasi syok.
Eksplorasi jalan lahir jika perlu dalam
narkose agar lebih mudah
Lakukan jahitan hemostasis jika
terdapat robekan jalan lahir
Berikan antibiotika profilaksis
Retensio plasenta
Definisi
Retensio plasenta adalah plasenta
tertahan dalam uterus atau plasenta
belum lahir setelah 30 menit anak
lahir
Faktor predisposisi
Grandemultipara
Plasenta previa
Bekas operasi pada uterus, ex : SC,
miomektomi
Kehamilan ganda dimana tempat
implantasi plasenta luas
Pada kasus infertitilas dimana lapisan
endometrium tipis
Etiologi
1. Plasenta adhesiva. Adalahh implantasi
jonjot korion yang kuat pada dnding uterus
sehingga sulit dilepaskan secara fisiologis
2. Plasenta akreta, yaitu implantasi jonjot
korion sampai kelapisan miometrium
3. Plasenta inkreta, yaitu bila jonjot korion
menembus miometrium
4. Plasenta inkarserata, yaitu bila plasenta
sudah lepas tapi tertahan dalam uterus
karena konstriksi ostium uteri
Jenis-jenis retensio plasenta
1. Plasenta sudah lebas sebagian/ akreta
parsial. Biasanya perdarahan banyak, tali
pusat terjulur, serviks uteri terbuka,
sering disertai syok
2. Plasenta sama seklai belum lepas.
Perdarahan sedikit, tali pusat tidak
terjulur, serviks terbuka, TFU sepusat,
bila tali pusat ditarik fundus uteri ikut
tertarik, pinggir plasenta sulit ditentukan
karena implantasi yang dalam
3. Plasenta inkarserata, plasenta
sudah lepas, perdarahan sedang,
tali pusat terjulur, serviks konstriksi,
TFU 2 jari dibawah pusat
Penanganan
1. Plasenta akreta parsial/ separasi
parsial :
. Pasang infus RL + oksitosin 20IU
tetesan 40tpm, bila perlu kombinasi
dgn misoprostol 400mcg, rektal.
ergometrin tdk diberikan krn dapat
terjadi konstriksi ostium uteri
. Lakukan peregangan talipusat
terkendali
Bila dgn PTT belum berhasl, lakukan
manual plasenta
Berikan antibiotik profilaksi, yaitu
gabungan ampisilin dgn
metronidazole
2. Plasenta akreta/belum lepas :
pada faslitas kesehatan dasar upaya
yang dapat dilakukan adalah
menentukan diagnosis, stabilitas
pasien dan merujuk ke RS karena
memerlukan tindakan operatif
Dilakukan eksplorasi :
tertanam sebagian manual
plasenta, bila gagal atau sebagian
tertanam dalam lakukan
histerektomi
Tertanam seluruhnya histerektomi
3. Plasenta inkarserata
Plasenta dilahirkan dibawah anestesi
umum.
Bila tidak tersedia anestesi umum
dapat
dilakukan dgn manuver sekrup.
Cara manuver sekrup
Berikan analgetik tramadol 100mg IV atau
petidin 50mg IV dan sedatif diazepam 5mb IV
Pasang spekulum sims
Jepit portio dgn klem oval pada jam 12, 4, 8
dan lepaskan spekulum
Tali pusat diklem lalu ditarik ke sisi lateral
sehingga plasenta tampak pada sisi
berlawanan lalu dijepit sebanyak mungkin
Lakukan hal yang sama pada sisi sebelah lagi
Lalu staukan kedua klem yang
menjepit plasenta, sasmbil diputar
searah jarum jam plasenta ditarik
perlahan sampai keluar melalui
ostium uteri
Selanjutnya pantau kala IV
Inversi uteri
Definisi :
kegawatdaruratan pd kala III
persalinan yg dpat menimbulkan
perdarahan. Inversia uteri keadaan
dimana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar
melewati ostium eksternum, yang
bersifat inkomplit sampai komplit
Etiologi
Faktor-faktor yang memungkinkan
hal itu terjadi :
Adanya atonia uteri
Serviks yang masih terbuka lebar
Adanya kekuatan yg masih menarik
fundus kebawah
Adanya tekanan dari fundus uteri dari
atas
Tekanan intraabdominal yg keras dan
tiba-tiba
Patofisiologi
Uterus dikatakan mengalami inversi
jk bag dalam mjd bag luar saat
melahirkan plasenta. Reposisi
sebaiknya sgra dilakukan.
Dgn adanya persalinan yg sulit,
menyebabkan kelmahan pd
ligamentum-ligamentum, fascia
endopelvik, otot-otot dan facia dasar
panggul krn peningkatan tekanan
intra abdominal dan faktor usia.
Gejala
Gejala dijumpai pada kala III atau
postpaartum
Nyeri yang timbul hebat hingga
menyebabkan syok
Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen
dan fundus uteri sama sekali tidak teraba
Kadang tampak seperti sebuah tumor
yang merah di luar vulva tapi hal ini
adalah fundus uteri yang terbalik.
Pencegahan dan
Penanganan
a. Koreksi manual
b. Koreksi hidrostatik
c. Koreksi kombinasi abdominal
vaginal
Perawatan pasca tindakan
Jika inversi sudah diperbaiki, berikan
infus oksitosin 20IU dlm 500ml iv
(NaCl 0,9% atau RL) 10tpm
Berikan Ab profilaksis dosis tunggal
Lakukan perawatan pasca bedah jika
dilakukan koreksi kombinasi
abdominal-vaginal
Berikan analgetik jika perlu
PENCEGAHAN PPP
Memperbaiki KU dan mengatasi penyakit kronis,
anemia sehingga saat hamil dan persalinan
pasien dalam keadaan optimal
Mengenal faktor predisposisi PPP dan kehamilan
resiko tinggi yang akan muncul saat persalinan
Persalinan harus selesai dalam 24 jam dan
pencegahan partus lama
Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di
fasilitas RS rujukan
Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di
tenaga kesehatan terlatih
Menguasai langkah pertolongan pertama
menghadapi PPP.