Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AMNIONITIS DAN KARIOMNITIS

Disusun Oleh :
Jahrotul Uyun

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN BOGOR
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, yang
telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu pada materi Amnionitis dan
Kariomnitis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pengarang buku maupun
artikel yang telah membantu kami dengan tulisannya, Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini, serta teman -
teman yang telah memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.

14 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………….................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ………........................................................................................ ... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKAN…………………………………………………… 2
2.1 Pengertian…………………………………………………………………………. 2
2.2 Faktor Risiko Korioamnionitis…………………………………………………… 2
2.3 Tanda Dan Gejala………………………………………………………………… 3
2.4 Penanganan……………………………………………………………………….. 3
2.5 Pencegahan………………………………………………………………………... 4
BAB III PENUTUPAN……………………………………………………………….. 5
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 5
3.2 Saran..................................................................................................... ………….. 5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehamilan air ketuban merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
kehidupan janin dalam kandungan. Kekurangan atau pun kelebihan air ketuban sangat
mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting mengetahui keadaan air ketuban
selama kehamilan demi keselamatan janin.
Namun dalam kehamilan kadang kala terjadi pecah ketuban sebelum waktunya atau yang
sering disebut dengan ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting
dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai
sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian amnionitis dan kariomnitis?
2. Apa saja faktor risiko korioamnionitis?
3. Apa saja tanda dan gejala?
4. Bagaimana cara penanganan?
5. Bagaimana cara pencegahan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian amnionitis dan kariomnitis
2. Untuk mengetahui faktor risiko korioamnionitis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
4. Untuk mengetahui cara penanganan
5. Untuk mengetahui cara pencegahan

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Amnionitis adalah radang pada selaput amnion. Korioamnionitis adalah radang pada
korion dan selaput amnion. Korioamnionitis atau infeksi intraamniotik adalah inflamasi akut
pada membran dan korion plasenta, terjadi karena infeksi bakteri polymicrobial secara
asenden pada saat pecahnya selaput ketuban.
Insiden korioamnionitis di Amerika secara umum sekitar 1-4%. Korioamnionitis
menjadi komplikasi sekitar 40-70% terhadap persalinan preterm dengan KPD dan sekitar 1-
13% persalinan aterm. Kasus ini menjadi salah satu indikasi utama dilakukannya tindakan
seksio sesarea.

2.2 Faktor Risiko Korioamnionitis


Faktor risiko terjadinya korioamnionitis dari beberapa penelitian dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1. Faktor Risiko Korioamnionitis

No Faktor Risiko Risio Relatif (RR)

1 KPD dan KPL· ≥ 12 jam· > 18 jam 5,86,9

Partus Lama· Kala 2 > 2 jam· Fase aktif


2 3,74,0
> 12 jam

Pemeriksaan dalam yanglebih seringPada saat


3 2-5
KPD· ≥ 3 pemeriksaan

4 Nulipara 1,8

5 Grup B Streptokokus 1,7-7,2

6 Bakteri Vaginosis (BV) 1,7

7 Pemakai Alkohol dan Tembakau 7,9

8 Meconium –Stained pd cairan ketuban 1,4-2,3

9 Monitoring internal (CTG) 2.0

10 Epidural anesthesia 4,1

2
2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala amnionitis dan korioamnionitis antara lain:

1. Demam maternal
2. Takikardi maternal
3. Nyeri tekan pada uterus
4. Peningkatan suhu vagina (hangat apabila disentuh)
5. Cairan amnion berbau busuk
6. Lekosit meningkat

2.4 Penanganan

1. Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan terjadi

- Ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5mg/kgBB IV setiap 24 jam.


- Jika persalinan pervaginam, hentikan antibiotika pascapersalinan.
- Jika persalinan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan berikan
metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam sampai bebas demam selama 8 jam

2. Nilai Serviks

- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin


- Jika serviks belum matang, matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau
lakukan seksio sesarea
- Jika terdapat metritis denga tanda/gejala demam, keluar cairan pervagina dan berbau,
berikan antibiotika sesuai dengan protap
- Jika terdapat sepsis pada bayi baru lahir, lakukan kultur dan berikan antibiotika.
-

Dampak Korioamnionitis

Korioamnionitis yang dialami oleh ibu dapat memberikan dampak yang serius baik bagi
ibu maupun bayi yang dilahirkan antara lain:

1. Stillbirth
2. Sepsis Neonatal
3. Penyakit paru kronis

3
4. Kerusakan otak yang menyebabkan cerebral palsy
5. Neurodevelopmental disabilities

2.5 Pencegahan

Pencegahan terhadap terjadinya korioamnionitis antara lain:

1. Penanganan yang tepat pada ibu hamil dengan infeksi saluran kemih maupun infeksi
saluran reproduksi selama hamil, karena koriamnionitis terjadi karena invasi kuman
secara asenden.
2. Hindari pemeriksaan dalam pada ibu dengan KPD tanpa indikasi
3. Berikan antibiotika dengan dosis yang tepat
4. Induksi persalinan pada usia kehamilan > 34 minggu pada ibu hamil dengan KPD
direkomendasikan karena laporan dari berbagai studi membuktikan mengakhiri
kehamilan pada usia > 34 minggu dengan KPD dibandingkan dengan mempertahankan
kehamilan secara signifikan dapat menurunkan angka infeksi maternal maupun neonatal
dan menurunkan angka perawatan bayi di Neonatal Intensive Care Unit (NICU).

4
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Amnionitis adalah radang pada selaput amnion. Korioamnionitis adalah radang pada
korion dan selaput amnion. Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan
tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis.
Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk segera berkonsultasi
dengan dokter yang menangani wanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan
metode persalinan (melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan
berat korioamnionitis.

3.2 Saran

Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa bidan dapat mempelajari teori tentang amnionitis dan kariomnitis
untuk membantu menurunkan AKI dan AKB.

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, editors. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2004.
2. com. Amniotic Fluid Index (AFI). PerinatologyCom:Glosary [Internet]. September 29,
2014. Available from: http://www.perinatology.com/Reference/glossary/A/Amniotic
Fluid Index.htm.
3. Devore GR. Amniotic Fluid Index. Fetal Diagnostic Centers [Internet]. September 29,
2014. Available from: http://www.fetal.com/IUGR/treatment.html.
4. Tita ATN, Andrews WW. Diagnosis and Management of Clinical Chorioamnionitis. Clin
Perinatol. 2010;37(2):339-54.
5. Soper DE, Mayhall CG, Froggatt JW. Characterization ans control of intraamniotic
infection an urban teaching hospital. Am J Obstet Gynecol. 1996;175(2):304-9.
6. Rickert VI, Wiemann CM, Hankins GD, Mackee JM, Berenson AB. Prevalence and risk
factor of chorioamnionitis among adolescents. Obstet Gynecol. 1998;92(2):254-7.
7. Tran SH, Caughey AB, Musci TJ. Meconium-stained amniotic fluid is association with
puerperal infection. Am J Obstet Gynecol. 2003;189:784.
8. Premature rupture of membranes. Clinical management guidelines for obstetrician-
gynecologists. Obstet Gynecol. 2007;109(4):1007-19.
9. Toy H. Amniotic Fluid Embolism. Eur J Gen Med. 2009;6(2):108-15.
10. Gist RS, Stafford IP, Leibowitz AB, Beilin Y. Amniotic Fluid Embolism. Anest analg.
2009;108(5):1599-602. Epub May 2009.
11. Yulaikhah, Lily. 2008. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Manuaba.
Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009.
12. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta. EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2008.

Anda mungkin juga menyukai