Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

WEWENANG DAN PERAN BIDAN


DALAM KASUS ADOPSI

Disusun oleh:
Jahrotul Uyun
Nim. P17324119302

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN RPL


POLTEKKES BANDUNG
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Wewenang dan Peran
Bidan dalam Kasus Adopsi”.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar,tetapi kami
menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,jadi kami mohon untuk memberikan masukan,kritik,dan saran yang
membangun demi perbaikan dalam penyusunan tugas makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
Saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.

14 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR…………............................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 2
2.1 Kode Etik Kebidanan…………………………………………………….. 2
2.2 Jenis-Jenis Pelayanan Kebidanan………………………………………... 2
2.3 Masalah Moral Dalam Kebidanan………………………………………. 3
BAB III PEMBAHASAN KASUS………………………………………… 4
BAB IV PENUTUPAN…………………………………………………….. 6
4.1 KESIMPULAN ............................................................................ 6
4.2 SARAN........................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/ penyimpangan etik
sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik
terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan
mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dalam hal ini bidang yang praktek mandiri
menjadi pekerja yang bebas Mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar
sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik. Istilah
etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah
moral yaitu menganai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam
kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan atau perkembangan norma atau
niali. Dikatakan kurun waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah dengan
lewatnya waktu.

1.2 Rumusan Masalah


3 Apa itu kode etik kebidanan?
4 Apa saja jenis-jenis pelayanan kebidanan?
5 Apa itu masalah moral dalam kebidanan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kode etik kebidanan.
2 Untuk mengetahui jenis-jenis pelayanan kebidanan.
3 Untuk mengetahui masalah moral dalam kebidanan.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kode Etik


Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi
dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma
tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya dan larangannya, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh
dan apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak
saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah
laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang
menuntut bidan melaksanakan praktik kebidanan baik yang berhubungan dengan
kesejahteraan keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi, dan dirinya. Fungsi
kode etik berfungsi sebagai berikut.
1. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik
2. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapakan dan
dipertimbangkan dalam memberi pelayanan.
3. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri .
4. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan sejawat.
5. Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang nilai dan
standar profesi
6. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral

2.2 Jenis Pelayanan Kebidanan


Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
3. Standar Pertolongna Persalinan (4 standar)
4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)

v
a. Standar Pelayanan Umum
Standar 1: persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Standar 2 : pencatatan dan pelaporan
b. Standar Pelayanan Antenatal
standar 3 : identifikasi ibu hamil
standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal
standar 5 : palpasi abdominal
standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan
standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
standar 8 persiapan persalinan 3.
c. Standar Pertolongan Persalinan
standar 9 : asuhan persalinan kala satu
standar 10: persalinan kala dua yang aman
standar 11: penatalaksanaan aktif persalinan kala iii
standar 12: penanganan kala ii dengan gawat janin melalui episiotomy
d. Standar pelayanan masa nifas
standar 13 : perawatan bayi baru lahir pada 2 jam pertama setelah persalinan
standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
e. Standar penanganan kegawatan obstetri dan neonatal
standar 16: penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester iii
standar 17: penanganan kegawatan dan eklamsi
standar 18: penanganan kegawatdaruratanan pada partus lama
standar 19: persalinan dengan menggunakan vacum ekstrator
standar 20: penangan retensio plasenta
standar 21: penanganan perdarahan post partum primer
standar 22: penanganan perdarahanpost partum sekunder
standar 23 : penanganan sepsis puerperalis
standar 24: penanganan asfiksia neonaturum

2.3 Masalah Moral Dalam Praktik Kebidanan


Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya adalah
karena bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan

vi
yang dibuat berhubungan dengan klien serta harus mempunyai tanggung jawab
moral terhadap keputusan yang diambil. Untuk menjalankan prakit kebidanan
dengan baik, serta pengetahuan yang up to date, tetapi bidan harus
mempunyai pemahaman isu etik dalam pelayanan kebidananan. Menurut Daryl
Koehn dalam The Groun of Professional Ethies (1994), bahwa bidan dikatakan
profesional, bila menerapkan etika dalam menjalankan praktik kebidanan.
Dengan memahami peran sebagai bidan, akan meningkatkan tanggung jawab
profesionalnya kepada pasien atau klien. Bidan berada pada posisi yang baik,
yaitu memfasilitasi klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang
etika untuk menerapkan dalam strategi praktik kebidanan. Contoh masalah moral
dalam praktik kebidanan adalah adopsi.

Adopsi
Adopsi berasal dari kata “adaptie” dalam bahasa Belanda. Menurut kasus
hukum berarti pengangkatan seorang anak untuk anak kandungnya sendiri”.
Dalam bahasa malaysia, berarti anak angkat atau mengankat anak. Sedangkan
dalam bahasa Inggris, “edoft” adaption), berarti pengangkatan anak atau
mengangkat anak. Dalam bahasa Arab disebut ” tabanni” yang diartikan dengan
“mengambil anak angkat” (Purwoastuti, Endang & Elisabeth Siwi Walyani. 2015:
106).

vii
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Bidan F merupakan salah seorang bidan senior yang membuka praktek mandiri
Bidan. Ia sering sekali mendapatkan pasangan suami istri yang ingin bayinya
diadopsi oleh orang lain karena permaslaahan ekonomi.

PENYELESAIAN

Adopsi adalah suatu proses penerimaan anak dariseseorang atau lembaga


organisasi ketangan orang lainsecara sah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.Adopsi juga berarti memasukkan anak yang diketahuinyasebgai orang lain
kedalam keluarganya dengan status fungsisama dengan anak kandung.
Ada tiga macam hukum perdata, yaitu :
1. Perdata barat
2. Perdata adat
3. Perdata sesuai agama
Hukum perdata tentang adopsi, meliputi :
1. Anak yang diadopsi hanya laki-laki, terjadi nilai diskriminatif dan patriakal.
2. Bahwa yang dapat mengadopsi anak adalah pasangan suami istri, janda atau
duda.
3. Kebolehan mengadopsi, baru boleh mengadopsi bila tidak melahirkan keturunan
laki-laki.
4. Anak yang boleh diadopsi, anak laki-laki belum kawin,belum diadopsi orang lain,
umur lebih muda minimalsepuluh tahun dari ayah angkatnya, jika janda lebih muda15
tahun dari ibu angkatnya.
5. Syarat persetujuan dapat meliputi :
a. Dari suami istri yang melakukan adopsi.
b. Dari orang tua alami anak yang diadopsi.
c. Dari ibu anak apabila ayah meninggal.
d. Dari anak yang diadopsi sendiri ( tidak mutlak ).
6. Adopsi berbentuk akta notaris, yaitu para pihak datang,jika dikuasakan harus
dengan surat kuasa notaris,pernyataan persetujuan bersama orang tua alami

viii
dengancalon orang tua angkat, dengan akta adopsi. Adopsi yangtidak
berbentuk notaris, batal secara hukum.
7. Akibat hukum adopsi adalah sebagai berikut :
a. Anak mendapat nama keturunan orang tuaangkat.
b. Anak yang diadopsi dianggap dilahirkan ataudianggap sah.
c. Gugur hubungan perdata dengan orang tua alam

Berdasarkan hal diatas, bidan tidak boleh melakukan adopsi tanpa persetujuan
orang tua kandung. Karena Pada dasarnya, penulisan tempat lahir di dalam akta
kelahiran tetap menunjuk pada tempat terjadinya kelahiran.

Tindakan pencantuman akta kelahiran berbeda dengan aslinya (informasi


palsu) dapat dipidana berdasarkan Pasal 266 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dan Pasal 93 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan dan perubahannya.

Meskipun demikian, akta kelahiran yang dikeluarkan tersebut harus tetap


dianggap benar kebenaran isinya, sampai ada putusan pengadilan yang telah
inkracht membuktikan sebaliknya. Sehingga apabila di persidangan perkara
perceraian Anda dengan suami, Anda tidak mengakui jika isi dari akta kelahiran
anak Anda tersebut adalah salah, maka isi dari akta tersebut harus tetap dianggap
benar sampai ada putusan pengadilan lainnya yang sudah berkekuatan hukum
tetap, membatalkan akta kelahiran tersebut atau menyatakan sebaliknya.

ix
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari permasalahan dalam makalah ini dapat penulis simpulkan bahwa Bidan tidak
diberikan kewenangan dalam melakukan tindakan adopsi tanpa persetujuan orang
tua kandung sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan dan Etika Profesi.

4.2 Saran
1. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mempelajari mengenai kode etik kebidanan.
2. Bidan
Untuk bidan praktek agar lebih memahami dan berhati-hati dalam melakukan
persetujuan membantu proses adopsi karena sudah diatur poleh undang-
undang dan kode etik kebidanan.

x
DAFTAR PUSTAKA

1. Purwoastuti Endang, dkk.2015. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan.


Yogaykarta.
2. Ristica, dkk. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta : Deepublish.
3. Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta :
Katalog Dalam Terbitan.

xi

Anda mungkin juga menyukai