Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SISTEM PERKEMIHAN

Disusun Oleh :
Jahrotul Uyun

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN BOGOR
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada

waktunya. Makalah ini membahas tentang “Sistem Perkemihan”.

Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar,tetapi kami menyadari

bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,jadi kami mohon untuk

memberikan masukan,kritik,dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan

tugas makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat Saya harapkan untuk

penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat

bagi kita semua.

11 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………….................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ………........................................................................................ ... 1
1.2 Tujuan..................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat……………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………… 2
2.1 Pengertian Sistem Perkemihan…………………………………………………… 2
2.2 Fungsi Sistem Perkemihan ……………………………………………………….. 2
2.3 Organ Sistem Perkemihan………………………………………………………… 2
2.4 Proses Berkemih………………………………………………………………….. 5
2.5 Tahap Pembentukan Urine………………………………………………………… 6

BAB III PENUTUPAN……………………………………………………………….. 7


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 7
3.2 Saran..................................................................................................... ………….. 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh merupakan satu kesatuan dari sel yng selalu bekerja setiap saat. Dalam
proses tersebut, dihasilkan zat-zat yang sisa yang harus dikeluarkan oleh tubuh itu
sendiri. Pengeluaraan ini harus dilakukan karena zat tersebut bersifat racun bagi
tubuh. Proses pengeluaran itu biasanya disebut juga dengan proses eliminasi.
Proses eliminasi tersebut juga terdiri dari dua bagian yaitu eliminasi alvi dan
urin. Urine dihasilkan oleh system perkemihan yang melibatkan organ terpenting
urinary yaitu ginjal. Untuk itu karena ginjal itu organ terpenting dalam system
perkemihan, maka sudah sepantasnya kita menjaga ginjal kita agar tidak terjadi
berbgai penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan dari fungsi ginjal.
Mengingat pentingnya fungsi dari ginjal tersebut maka dalam kesempatan kali ini
penulis maupun kelompok ingin memaparkan mengenai proses dari system
perkemihan yang mana melibatkan berbagai macam organ yang berkaitan dalam
system perkemihan.

1.2 Tujuan
1. Apakah pengertian sistem urinaria atau sistem perkemihan?
2. Apa saja susunan sistem perkemihan?
3. Apa saja tahap pembentukan urin?

1.3 Manfaat
1. Mengetahui pengertian sistem urinaria atau sistem perkemihan.
2 Mengetahui susunan sistem perkemihan.
3 Mengetahui tahap pembentukan urin

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh
larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

2.2 Fungsi Sistem Perkemihan


1. Membuang sisa metabolisme
a. Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.
b. Racun-racun/Toxins
c. Obat-obat/Drugs
2. Pengaturan homeostasis
a. Keseimbangan air
b. Elektrolit
c. Keseimbangan asam-basa darah
d. Tekanan darah
e. Produksi darah merah
f. Mengaktifkan vitamin D

2.3 Organ Sistem Perkemihan


1. Ginjal/Kidneys
Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm,
terletak di ruang belakang selaput perut tubuh (retroperitonium) sebelah atas. Ginjal kanan
terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal kiri.
Ginjal (Gb-2) dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial terdapat
cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat keluar masuk pembuluh darah dan
keluarnya ureter. Bagian ureter atas melebar dan mengisi hilus ginjal, dikenal sebagai piala
ginjal (pelvis renalis). Pelvis renalis akan terbagi lagi menjadi mangkuk besar dan kecil yang
disebut kaliks mayor (2 buah) dan kaliks minor (8-12 buah). Setiap kaliks minor meliputi

2
tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila ginjal. Pada potongan vertikal
ginjal tampak bahwa tiap papila merupakan puncak daerah piramid yang meluas dari hilus
menuju ke kapsula. Pada papila ini bermuara 10-25 buah duktus koligens. Satu piramid
dengan bagian korteks yang melingkupinya dianggap sebagai satu lobus ginjal.
Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan simpai
jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain
tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks dan
ada bagian korteks yang masuk ke medula. Bangunan-bangunan (Gb-3) yang terdapat pada
korteks dan medula ginjal adalah :
a. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu
1) Korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan berbentuk cangkir) dan
glomerulus (jumbai /gulungan kapiler).
Korpus Malphigi terdiri atas 2 macam bangunan yaitu kapsul Bowman dan
glomerulus. Kapsul Bowman sebenarnya merupakan pelebaran ujung proksimal
saluran keluar ginjal (nefron) yang dibatasi epitel. Bagian ini diinvaginasi oleh jumbai
kapiler (glomerulus) sampai mendapatkan bentuk seperti cangkir yang berdinding
ganda. Dinding sebelah luar disebut lapis parietal (pars parietal) sedangkan dinding
dalam disebut lapis viseral (pars viseralis) yang melekat erat pada jumbai glomerulus
(Gb-4 dan 5). Ruang diantara ke dua lapisan ini sebut ruang Bowman yang berisi
cairan ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultra filtrasi akan masuk ke dalam tubulus
kontortus proksimal.
Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan warna
yang lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Glomerulus
merupakan gulungan pembuluh kapiler. Glomerulus ini akan diliputi oleh epitel pars
viseralis kapsul Bowman. Di sebelah luar terdapat ruang Bowman yang akan
menampung cairan ultra filtrasi dan meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal.
Ruang ini dibungkus oleh epitel pars parietal kapsul Bowman.
2) Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus kontortus
distal.
Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran
yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh
selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru
dan biasanya terletak agak berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili

3
(kemerahan). Permukaan sel yang menghadap ke lumen mempunyai paras sikat
(brush border). Tubulus ini terletak di korteks ginjal.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85
persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino
dan protein seperti bikarbonat, akan diresorpsi.
Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh selapis
sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan tubulus kontortus
proksimal. Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti sel berdekatan.
Sitoplasma sel bewarna basofil (kebiruan) dan permukaan sel yang mengahadap
lumen tidak mempunyai paras sikat. Bagian ini terletak di korteks ginjal. Fungsi
bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin.
b. Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistim tubulus yaitu
pars descendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus ekskretorius
(duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini.

Fungsi ginjal yaitu:


a. Membuang bahan sisa terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin yang
dihasilkan dari metabolisme makanan oleh tubuh, bahan asing dan produk sisa.
b. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit
c. Mengatur keseimbangan asam dan basa.
d. Menghasilkan renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
e. Menghasilkan eritropoietin yang mempunyai peran dalam proses pembentukan eritrosit di
sumsum tulang.
f. Produksi dan ekskresi urin

2. Ureter / Ureters
Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia. Lapisan
mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina propria. Epitel transisional
ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid
(bila kandung kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung kemih dalam
keadaan penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung) pada
lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina
propria terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen
pada potongan melintang tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa
4
yang memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya
jaringan elastin dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan.
Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah dalam dan
sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran cerna). Lapisan
adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin.
Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung
kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang reseptor
saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan menyebabkan penderita
batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.

3. Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia.
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter (terdiri atas
6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina propria dibawahnya.
Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis
yang arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu. Di antara berkas-berkas ini terdapat
jaringan ikat longgar. Tunika adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik.
Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia luar
melalui uretra.

2.4 Proses Berkemih


1. Suatu proses refleks yang diatur oleh pusat-pusat refleks di otak.
2. Rangsang (impuls) yang terjadi akibat teregangnya dinding VU dihantarkan oleh neuron-
neuron sensoris viseral aferen melalui n. splanchnicus memasuki medulla spinalis segmen
sacral 2,3,dan 4.
3. Rangsang saraf menyebabkan otot-otot polos VU berkontraksi, m. sphincter vesicae
melemas. Neuron-neuron eferen para simpatis mengambil jalan melalui n. pudendus
(S2,3, dan 4) menuju ke sphincter urethra.
4. Pengontrolan berkemih anak-anak mulai umur 3-4 tahun.

5
2.5 Tahap Pembentukan Urin
1. Proses Filtrasi di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium,
klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut
filtrate gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi.
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida,
fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di
tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion
bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan
sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bagian pembentuk urin, yaitu kedua ginjal.
2. Bagian penyalur: saluran ginjal, kandung kemih dan saluran kandung kemih.
3. Anak ginjal tidak tergolong alat ekskresi.

3.2 Saran
Mahasiswa
Dari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui tentang system perkemihan pada manusia.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Wonodirekso S dan Tambajong J (editor), (1990),Sistem urinaria dalam Buku Ajar


Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, hal 427-450
2. Young, B., Heath, J.W., (2000), Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology: A
text and colour atlas, 4th edition, Churchill Livingstone, Edinburgh, London, pp. 286-
309.
3. diFiore, M.S.H., (1981), Atlas of Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia, USA, pp. 186-194.
4. Penuntun Praktikum Histologi, Fakultas Kedokteran UI, hal 136-141.

Anda mungkin juga menyukai