Disusun Oleh :
Semarang, 08 Oktober
2021
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL.................................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI................................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. Latar
Belakang......................................................................................................................... 1
B. Tujuan
Penulisan...................................................................................................................... 1
C. Manfaat
Penulisan.................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................... 2
A. Definisi Dari Aspek Legal Dalam Pelayanan
Kebidanan ....................................................... 2
B. Pengertian, Tujuan, Persyaratan, Kegunaan Aspek Legal Pelayanan Kebidanan,
Otonomi
DalamPelayananKebidanan..................................................................................................
... 4
1. Pengertian Kebidanan..................................................................................................
2. Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan.......................................
3. Hak, Kewajiban, dan Tanggungjawab.........................................................................
4. Aspek Legal Pelayanan Kebidanan Pengertian
Bidan............................................................. 5
5. Legislasi, Registrasi dan Lisensi dalam
Kebidanan................................................................. 6
BAB III
PENUTUP....................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan............................................................................................................................
.. 7
B. Saran......................................................................................................................................
.. 7
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlu disadari bahwa di dalam pelayanan kebidanan seringkali muncul masalah
atau isu di masyarakat yang berkaitan dengan etik dan moral, dilema serta konflik
yang dihadapi bidan sebagai praktisi kebidanan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid 3, Isu adalah gosip atau kabar yang
belum pasti, bukan merupakan kenyataan dan lebih kearah negatif. Sedangkan moral
adalah nilai-nilai keagungan makhluk Tuhan yaitu manusia, yang menjadikan
manusia itu memiliki budi pekerti mulia, namun dalam hal ini moral dapat pula
menjadikan manusia minus.
Di dalam pelayanan kebidanan terdapat Isu Moral. Isu Moral merupakan topik
yang penting berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari,
sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan kehidupan orang sehari-hari
menyangkut kasus abortus, euthanasia, keputusan untuk terminasi kehamilan. Isu
Moral juga berhubungan dengan kejadian yang luar biasa dalam kehidupan sehari-
hari, seperti menyangkut konflik, malpraktik, perang.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Issue Moral Dalam Pelayanan Kebidanan
2. Dilema dan Konflik Moral
3. Penyelesaian masalah issu, dan konflik moral
C. Manfaat
1. Mengetahui issue moral dalam pelayanan kebidanan.
2. Mengetahui penyelesaian masalah issue konflik moral.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kasus abortus.
2. Euthanansia.
4. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan
sehari- hari,
1) Posisi/kedudukan
Pada tanggal 13 november 2010 jam 07.00 WIB, Ny”X” datang ke BPS
Bidan “S” dengan keluhan perut kenceng-kenceng, mules-mules, serta
mengeluarkan darah segar pada jalan lahir. Setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata Ny”X” sudah mengalami pembukaan 7 dan bagian terendah janin adalah
letak kepala. Bidan mendiagnosa bahwa Ny”X” mengalami plasenta previa.
Segera bidan melakukan pertolongan pertama pada Ny’X” dan bayinya. Lalu
Bidan memberi saran pada keluarga Ny”X” untuk merujuk Ny”X”. karena
kondisi bahaya NY’X’. Kelurga menyetujui, dan akhirnya segera Bidan merujuk
Ny”x” dengan menggunakan mobil Bidan. Diperjalanan Ny”X” mengalami
pembukaan lengkap. sehingga mau tidak mau bidan harus melakukan pertolongan
persalinan untuk Ny”X” dalam mobil. beberapa saat kemudian bayi Ny”X” dapat
lahir tetapi Ny”X” mengalami HPP. Bidan sudah melakukan pertolongan pada
Ny”X” tapi Ny”X” tidak dapat diselamatkan. Keluarga Ny”x” meminta
pertanggung jawaban Bidan karena nyawa Ny”X” tidak bisa diselamatkan.
Keluarga Ny “X” menganggap Bidan tidak mempunyai keahlian di dalam bidang
kebidanan. Mendengar hal ini, warga disekitar BPS Bidan “S” menuntut agar
bidan “S”di pindahkan dari lingkungan mereka supaya tidak terjadi hal yang
sama untuk ke dua kalinya. para warga tersebut sudah tidak mempunyai
kepercayaan lagi pada bidan “S” untuk menolong persalinan. Dan pada akhirnya
kasus ini di bawa ke meja hijau oleh keluarga Ny ”X”. Pada kasus ini, kesalahan
tidak sepenuhnya terletak pada Bidan “S” karena Bidan telah memberikan
pertolongan semaksimal mungkin pada Ny”X” dan bayinya. Keluarga Ny”x” pun
tidak terlalu tanggap dengan keadaan Ny”x”. Mereka telat membawa Ny”x”
untukkeBPS.
Seorang ibu primipara masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu
dilakukan anamnese dia menyatakan tidak mau di episiotomi. Ternyata selama
kala II kemajuan kala II berlangsung lambat, perineum masih tebal dan kaku.
Keadaan ini di jelaskan kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya
menolak di episiotomi. Sementara waktu berjalan terus dan denyut jatung janin
menunjukan keadaan fetal distres dan hal ini mengharuskan bidan untuk
melakukan tindakan episiotomi, tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya. Bidan
berharap bayinya selamat, sementara itu ada bidan yang memberitahukan bahwa
dia pernah melakukan hal ini tanpa persetujuan pasien, maka bidan akan di
hadapkan pada suatu tuntutan dari pasien. Sehingga ini merupakan gambaran dari
dilema moral. Bila bidan melakukan tindakan tanpa persetujuan pasien,
bagaimana ditinjau dari segi etik dan moral. Bila tidak dilakukan tindakan, apa
yang akan terjadi pada bayinya?
Ada seorang bidan yang berpraktik mandiri di rumah. Ada seorang pasien
inpartu datang ke tempat praktiknya. Status obstetrik pasien adalah G1P0A0.
Hasil pemeriksaan penapisan awal menunjukan persentasi bokong dengan tafsiran
berat janin 3900 gram, dengan kesejahteraan janin dan ibu baik. Maka bidan
tersebut menganjurkan dan memberi konseling pada pasien mengenai kasusnya
dan untuk dilakukan tindakan rujukan. Namun pasien dan keluarganya
bersikukuh untuk tetap melahirkan di bidan tersebut, karena pertimbangan biaya
dan kesulitan lainnya. Melihat kasus ini maka bidan dihadapkan pada konflik
moral yang bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan
pada kebidanan. Bahwa sesuai Kepmenkes Republik Indonesia
900/menkes/sk/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan tidak
berwenang memberikan pertolongan persalinan pada primigravida dengan
persentasi bokong di sisi lain ada prinsip nilai moral dan kemanusiaan yang
dihadapi pasien. Yaitu ketidakmampuan secara sosial ekonomi dan kesulitan yang
lain, maka bagaimana seorang bidan mengambil keputusan yang terbaik terhadap
konflik moral yang dihadapi dalam pelayanan kebidanan.
Issu: Para Filsuf telah mencoba mengembangkan lima pendekatan berbeda dalam
hubungan dengan penyelesaian isu-isu moral
1. Pendekatan Utilitarian
3. Pendekatan Keadilan
5. Pendekatan Kebaikan/Kebajikan
v Dilema:
· Tingkat III Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek
kebidanan :
1. teori utilitarisme
2. teori deontology
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya adalah
kehendak yang baik, kesehatan, kekayaan, kepandaian adalah baik. Jika
digunakan dengan baik oleh kehendak manusia, tetapi jika digunakan dengan
kehendak yang jahat akan menjadi jelek sekali. Kehendak menjadi baik jika
bertindak karena kewajiban . Kalau seseorang bertindak karena motif tertentu
atau keinginan tertentu berarti disebut tindakan yang tidak baik. Bertindak sesuai
kewajiban disebut legalitas.
3. teori hedonism
4. teori eudemonisme
v Teori Etika
Teori etika adalah proses yang ditempuh dalam membenarkan suatu keputusan
etis tertentu
1. Konsekuensialisme
Keuntungan :
terpengaruh kepadanya.
Contoh kasus :
Ibu meminum minyak kelapa pada saat persalinan dengan maksud untuk
memperlancar proses persalinan.
Keuntungan :
Kejelasan dan kepastian dari titik tolaknya Mengenal aturan dan mengetahui
kewajiban, serta jelas apa yang etis dan apa yang tidak.
Kerugian :
Contoh kasus :
Keputusan etik :
2. Hak
Keuntungan :
Teori hak ini pantas dihargai terutama karena tekanannya pada nilai moral
seorang manusia dan tuntutan moralnya dalam suatu situsi konflik etis.
Kerugian :
Contoh kasus :
Pada saat pertolongan persalinan bayi prematur seorang bidan melihat bahwa
otot-otot perineum ibu sangat kaku dan diperlukan tindakan episiotomi. Setelah
dijelaskan pada ibu ternyata ibu menolak dilakukan episiotomi.
Keputusan etik :
Bidan tidak melakukan tindakan episiotomi. Karena kalau tetap dilakukan berarti
bidan dapat dianggap melanggar hak pasien. Tetapi disini bidan harus
mengajukan pernyataan penolakan tindakan (Informed Consent) untuk
ditandatangani oleh pasien agar bidan tidak digugat suatu saat nanti bila terjadi
komplikasi.
3. Intuisionisme
Keuntungan :
Kekurangan :
Contoh kasus :
Seorang penderita kangker meminta pada bidan untuk mengakhiri hidupnya
( euthanasia) karena ia merasa beban yang ditanggungnya terlalu berat dan
menambah beban bagi keluarganya.
Keputusan etik :
Ø Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan
membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam
strategi praktik kebidanan.
Konflik:
Ø Memberi informasi yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias
dan dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain,
sebaiknya tatap muka.
Ø Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu
menggunakan haknya dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil.
Ø Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan
sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan
informsi yang lengkap tentang dampak dari keputusan mereka.
Ø Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat
ditekan serendah mungkin.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidan dihadapkan pada dilema etik membuat keputusan dan bertindak didasarkan
atas keputusan yg dibuat berdasarkan Intuisi mereflekasikan pada pengalamannya
atau pengalaman rekan kerjanya.
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994).
B. Saran
http://endahdian.wordpress.com/2009/12/21/dilema-etik-moral-pelayanan-
kebidanan/
http://denipurnama.blogspot.com/2009/02/etika-keperawatan.html
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum menginjak kehal – hal yang lebih jauh, kita perlu memahami
beberapa konsep dasar dibawah ini :
B. Saran
http://www.jurnalskripsi.net/makalah-etika-profesi-legislasi-registrasi-dan-
lisensi-dalam-kebidanan/2011/737/
Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia
Press;Yogyakarta.2008
http://dinopawesambon.blogspot.com/2011/07/