DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : IBU DIANA NOOR FATMAWATI, SST., M.Kes.
OLEH:
NABILAH NADIA RAHMA (2114315401013)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya dengan judul “MAKALAH TEORI YANG MENDASARI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM MENGHADAPI DILEMA ETIK HUKUM DAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERKAITAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN” dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I................................................................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. LATAR BELAKANG............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................
BAB II ..............................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN....................................................................
A. PENGERTIAN
B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
C. KETERLIBATAN BIDAN DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
D. TINGKATAN KERJA PERTIMBANGAN MORAL DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KETIKA MENGHADAPI DELIMA ETIK
E. BENTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
F. PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
H. CIRI-CIRI PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS
I. CARA MENGHADAPI MASALAH ETIK MORAL DAN DILEMA DALAM PRAKTIK
KEBIDANAN
J. MASALAH – MASALAH ETIK MORAL YANG MUNGKIN TERJADI DALAM
PRAKTIK KEBIDANAN
K. PEMBAGIAN DILEMA ATAU KONFLIK ETIK
L. ISTILAH DALAM ETIK
M. KEWAJIBAN DALAM PEKERJAAN
N. BEBERAPA PEDOMAN ETIK KEBIDANAN
O. PENGERTIAN HUKUM
P. STANDAR ASUHAN
Q. BIDAN SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL
R. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS
S. BIDAN DAN RAHASIA JABATAN
T. KERAHASIAAN DAN PRIVASY
BAB III..............................................................................................................................
PENUTUPAN...................................................................................................................
3
A. KESIMPULAN .....................................................................................................
B. SARAN.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesi
dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk
bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan
larangan-larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat
oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga
menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam
masyarakat. Kode etik memiliki tujuan, yaitu menjunjung tinggi martabat dan citra
profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan
pengabdian para anggota profesi dan meningkatkan mutu profesi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Maksud dari pengambilan keputusan?
2. Bagaimana teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika dan
moral pelayanan kebidanan?
3. Bagaimana cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktek
kebidanan?
4. Pembagian dilema dan konflik etik?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat mengetahui Pengertian pengambilan keputusan.
2. Dapat mengetahui teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika
dan moral pelayanan kebidanan.
3. Dapat mengetahui cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam
praktek kebidanan.
4. Dapat mengetahui pembagian dilemma dan konflik etik itu apa saja.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi
yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang bidan dikatakan profesional
bila ia mempunyai etika. Semua profesi kesehatan memiliki etika profesi, namun
demikian etika dalam kebidanan mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan
fungsinya seorang bidan bertanggung jawab menolong persalinan. Dalam hal ini
bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang berhubungan
dengan tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan
harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui
ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.
Derasnya arus globalisasai yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dunia juga mempengaruhi munculnya masalah atau penyimpangan etik
sebagai akibat kemajuan teknologi atau ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik
terhadap nilai. Arus kesejagatan ini dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi
pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan
terjadi juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti
bidan yang bekerja di RS, RB, institusi kesehatan lainnya, bidan praktek mandiri
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung
jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri
menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik
suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan
selanjutnya. Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih
alternatif yang ada. Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan :
1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh.
2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus.
Sehingga, meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap suatu
kasus.
6
3. Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
4. Wewenang lebih bersifat rutinitas.
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten.
C. KETERLIBATAN BIDAN DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena
dipengaruhi oleh 2 hal yaitu :
1. Pelayanan ”one to one” : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi dan bidan
bisa memenuhi kebutuhan.
a. Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk
memenuhi kebutuhan.
b. Perawatan berfokus pada ibu(women centered care) dan asuhan total( total
care).
2. Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia pada umumnya disebabkan
oleh 3 keterlambatan yaitu :
a. Terlambat mengenali tanda – tanda bahaya kehamilan sehingga terlambat
untuk memulai pertolongan.
b. Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Terlambat mendapat pelayanan setelah tiba di tempat pelayanan.
7
c. Non Maleticence, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan
apapun kerugian pada orang lain.
d. Justice, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan.
4. Tingkatan IV
Teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika dan moral
pelayanan kebidanan :
a. Teori Utilitarisme
Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan,
meminimalkan ketidaksenangan.
b. Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant : sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik.
Contoh bila berjanji ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan.
c. Teori Hedonisme
Menurut Aristippos , sesuai kodratnya, setiap manusia untuk mencari
kesenangan dan menghindari ketidaksenangan.
d. Teori Eudemonisme
Menurut Filsuf Yunani Aristoteles , bahwa dalam setiap kegiatannya
manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita.
E. BENTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Strategi
Dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan masa
depan, rencana bisnis dan lain-lain.
2. Cara kerja
Mempengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.
3. Individu dan profesi
Dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart praktik kebidanan.
F. PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Mengenal dan mengidentifikasi masalah.
2. Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan
sekarang.
3. Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
4. Mempertimbangkan pilihan yang ada.
5. Mengevaluasi pilihan tersebut.
6. Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Faktor fisik, didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh sepeti rasa sakit, tidak
nyaman dan kenikmatan.
8
2. Emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap.
3. Rasional, didasarkan pada pengetahuan.
4. Praktik, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan dalam
melaksanakanya.
5. Interpersonal, didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada.
6. Struktural, didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
9
Memberi informai yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias dan
dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain,
sebaiknya tatap muka. Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk
membantu ibu menggunakan haknya dan menerima tanggungjawab keputusan
yang diambil.
Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan
sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan
informsi yang lengkap tentang dampak dari keputusan mereka.
Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan,
mengembangkan sumber daya, memonitor perkembangan protokol dan petunjuk
teknis baik di tingkat daerah, propinsi untuk semua kelompok tenaga pemberi
pelayanan bagi ibu. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based,
diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin. Tidak perlu takut akan
konflik tetapi mengganggapnya sebagai sutu kesempatan untuk saling memberi
dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif bermitra dengan wanita dari
sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan.
3. Beberapa jenis pelayanan yang dapat dipilih klien
a. Bentuk pemeriksaan ANC dan skrening laboratorium ANC
b. Tempat melahirkan
c. Masuk ke kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
d. Di dampingi waktu melahirkan
e. Metode monitor djj
f. Augmentasi, stimulasi, induksi
g. Mobilisasi atau posisi saat persalinaan
h. Pemakaian analgesia
i. Episiotomi
j. Pemecahan ketuban
k. Penolong persalinan
l. Keterlibatan suami pada waktu melahirkan
m. Teknik pemberian minuman pada bayi
n. Metode kontrasepsi
10
b. Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil.
2. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan :
a. Pengetahuan klinik yang baik
b. Pengetahuan yang Up to date
c. Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan
d. Harapan Bidan dimasa depan :
1) Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan etika dalam
menjalankan praktik kebidanan (Daryl Koehn ,Ground of Profesional
Ethis,1994).
2) Dengan memahami peran bidan tanggung jawab profesionalisme
terhadap patien atau klien akan meningkat.
3) Bidan berada dalam posisi baik memfasilitasi klien dan membutuhkan
peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi
praktik kebidanan.
3. Langkah-langkah penyelesaian masalah :
a. Melakukan penyelidikan yang memadai.
b. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli.
c. Memperluas pandangan tentang situasi.
d. Kepekaan terhadap pekerjaan.
e. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain.
K. PEMBAGIAN DILEMA ATAU KONFLIK ETIK
Pembagian konflik etik meliputi 4 hal yaitu :
1. Informed Concent
2. Negosiasi
3. Persuasi
4. Komite etik
Menurut Culver and Gert ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu
consent atau persetujuan :
1. Sukarela (Voluntariness)
Sukarela mengandung makna pilihan yang dibuat atas dasar sukarela
tanpa ada unsur paksaan didasari informasi dan kompetensi.
2. Informasi (Information)
Jika pasien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan
dalam berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang lengkap
dibutuhkan agar mampu keputusan yang tepat.Kurangnya informasi atau diskusi
tentang risiko, efek samping akan membuat klien sulit mengambil keputusan.
11
3. Kompetensi (Competence)
Dalam konteks consent kompetensi bermakna suatu pemahaman bahwa
seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan yang
tepat bahkan ada rasa cemas dan bingung.
4. Keputusan (decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan
persetujuan tanpa refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir
proses pemberian persetujuan.Keputusan penolakan pasien terhadap suatu
tindakan harus di validasi lagi apakah karena pasien kurang kompetensi.
L. ISTILAH DALAM ETIK
Sebelum melihat masalah etik yang mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan,
maka ada baiknya dipahami beberapa istilah berikut ini :
1. Legislasi (Lieberman, 1970 ) :
Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorng yang
berhubungan erat dengan Tindakan.
2. Lisensi :
Pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan
yang telah ditetapkan tujuannya untuk membatasi pemberian kewenangan dan
untuk meyakinkan klien.
3. Deontologi/tugas :
Keputusan yang diambil berdasarkan keterkaitan atau hubungan dengan
tugas dalam pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas.
4. Hak :
Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak
berbeda dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
5. Instusionist :
Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilema etik dari kasus per kasus.
Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnya.
6. Beneficience :
Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan klien.
7. Mal-eficience :
Keputusan yang diambil merugikan pasien.
8. Malpraktek/lalai :
a. Gagal melakukan tugas atau kewajiban kepada klien.
b. Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar.
c. Melakukan tindakan yang mencederai klien.
12
d. Klien cedera karena kegagalan melakukan tugas.
9. Malpraktek terjadi karena :
a. Ceroboh
b. Lupa
c. Gagal mengkomunikasikan
Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang
berhubungan dengan hukum. Seiring masalah dapat diselesaikan dengan hukum,
tetapi belum tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai etik.
Banyak hal yang bisa membawa seorang bidan berhadapan dengan masalah etik.
Contoh kasus :
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan pospartum
setelah melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk
diberikan suntikan uterotonika.
Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka
bidan bisa saja tidak memberikan suntikan karena kemauan pasien. Tetapi bidan
akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat
dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien, dan yang lebih fatal lagi
bila pasien akhirnya meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini bidan bisa
dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walaupun bidan harus
memaksa pasiennya untuk disuntik mungkin itulah keputusan yang terbaik yang
harus ia lakukan (deontology).
Contoh lain :
Seorang bidan praktek mandiri memberikan vitamin secara rutin hanya
karena ingin mencapai bonus yang dijanjikan oleh perusahaan obat (Mal-eficience).
Dalam kasus ini bidan telah memaanfaatkan pasiennya sebagai obyek untuk
memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.
M. KEWAJIBAN DALAM PEKERJAAN
Sangat jelas bahwa kewajiban harus mendapat pengakuan hukum. Bidan
dalam melaksanakan peran dan fungsinya wajib memberikan asuhan kepada semua
pasiennya (ibu dan bayi), termasuk orang lain yang secara langsung juga
memberikan asuhan kepada pasien tersebut misalnya orang tua/keluarga pasien.
13
Kewajiban ini telah diatur dalam PP 32 tentang tenaga kesehatan yang
merupakan pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik, juga dalam kode etik maupun
standar profesi yang disusun oleh profesi.
1. Agama/kepercayaan
2. Hubungan dengan pasien
3. Hubungan dokter dengan bidan
4. Kebenaran
5. Pengambilan keputusan
6. Pengambilan data
7. Kematian yang tenang
8. Kerahasiaan
9. Aborsi
10. AIDS
14
11. In-vitro fertilization
N. BEBERAPA PEDOMAN ETIK KEBIDANAN
1. Kode etik profesi
Sejak zaman sebelum Masehi dunia kedokteran sudah mengenail kode etik
yang digunakan untuk melaksanakan praktek kedokteran pada zaman itu. Kode
etik merupakan suatu kesepakatan yang diterima dan dianut bersama (kelompok
tradisional) sebagai tuntunan dalam melakukan praktek. Kode etik ini disususn
oleh profesi berdasarkan keyakinan dan kesadaran profesional .Kode etik profesi
merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktek dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien/pasian, keluarga, masyarakat teman
sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan bahwa kode etik tidak
dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu-satunya dalam menyelesaikan
masalah etik. Untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan
dengan hukum. Benar/salah pada penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral
yang berlaku terpulang kepada profesi.
15
Hukum adalah himpunan petunjuk atas kaidah/norma yang mengatur tata
tertib di dalam suatu masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang
bersangkutan. Hukum adalah aturan didalam masyarakat tertentu. Hukum dilihat dari
isinya terdiri dari norma atau kaidah tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak,
dilarang atau diperbolehkan. Hubungan hukum perundang-undangan dan hukum
yang berlaku dengan tenaga Kesehatan :
1. Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik
dengan tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan
timbal balik ini mempunyai dasar hukum yang merupakan peraturan pemerintah.
2. Klien sebagai penerima jasa kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberi
jasa sama-sama mempunyai hak dan kewajiban.
P. STANDAR ASUHAN
Standar asuhan juga sangat penting untuk menentukan apakah seseorang
telah melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugasnya. Misalnya : Seorang
bidan melakukan pertolongan persalinan dengan ekstrasi vacum pada bayi dengan
presentasi kepada yang masih tinggi di sebuah RB yang masih termasuk wilayah
DKI. Dalam kasus ini Bidan tersebut bisa dikatakan melanggar tugasnya karena hal
ini sudah diatur dalam Permenkes No. 572, dimana dalam salah satu butir
peraturannya mengatakan bahwa bidan hanya diperbolehkan melakukan ekstraksi
vacum pada posisi kepala sudah didasar panggul dan tidak memungkinkan
melakukan rujukan.
Banyak sekali dimensi etika yang berhubungan dengan keputusan dalam
pelayanan kebidanan. Misalnya : Prinsip pengkajian berdasarkan aturan dan moral
artinya setiap keputusan yang diambil harus berdasarkan peraturan tidak menjadi
terlalu spesifik.
Q. BIDAN SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL
1. Peran bidan Professional
a. Pelaksana
b. Pengelola
c. Pendidik
d. Peneliti
2. Pelayan Professional
a. Berlandaskan sikap dan kemampuan professional
b. Ditujukan untuk kepentingan yang menerima
c. Serasi dengan pandangan dan keyakinan profesi
d. Memberikan perlindungan bagi anggota profesi
3. Perilaku Profesional
16
a. Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan dan
pengalaman serta keterampilan yang tinggi
b. Bermoral tinggi
c. Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri
d. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu pengetahuan
profesinya
e. Tidak memberikan janji yang berlebihan
f. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan
komersial
g. Memegang teguh etika profesi
h. Mengenal batas-batas kemampuan
i. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya
R. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS
Ciri keputusan yang etis :
1. Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
2. Sering menyangkut pilihan yang sukar.
3. Tidak mungkin dielakan.
4. Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman tabiat dan lingkungan social
5. Situasi :
Mengapa kita perlu mengerti situasi?
a. Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi
b. Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna
c. Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan
17
Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik, atau
buruk walaupun situasi berbe.
S. BIDAN DAN RAHASIA JABATAN
Ada kalanya informasi perlu dibuka kerahasiaan, yaitu sebagai contoh pada
persidangan (hukum) bila bidan bertindak sebagai saksi dan informasi tertentu
dibutuhkan hakim sebagai bukti. Memegang kerahasiaan ditegaskan dalam Per
Menkes No. 572/1996, ps.30, ad 2 b untuk bidan dan dalam UU Kes No.23/1992
bagi semua tenaga kesehatan.
Ada dua hal yang hampir sama yang harus dibedakan yaitu kerahasiaan dan
privacy, sebagai berikut. Contoh di bawah ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari kerahasiaan dan privacy sering dilanggar, walaupun contoh kasus ini
sangat jarang terjadi. Seorang bidan (Betsy) melakukan pemeriksaan antenatal pada
kunjungan pertama. Klien menceritakan bahwa ia pernah menggugurkan
kandungannya pada waktu yang lalu, tetapi tidak diketahui suaminya. Dan ia
meminta kepada Betsy agar tidak memberitahukan hal ini kepada suaminya.
Kemudian terjadilah peristiwa sebagai berikut: Bidan A memberitahukan hal tersebut
kepada suami wanita tersebut tanpa disengaja. Bidan dianggap melanggar
kerahasiaan, Bila B yang membaca catatan perihal Betsy dari catatan yang ada di
file Betsy pada pergantian dinas, juga termasuk melanggar kerahasiaan. Bidan B
18
kemudian meninggalkan file Betsy di meja sehingga suami Betsy membuka dan
membaca catatan B, Bidan B juga dianggap melanggar privacy. Bila kejadian diatas
terjadi, Bidan A dan B sebenarnya tidak dapat dipersalahkan walaupun mereka telah
melanggar kerahasiaan dan privacy Betsy.
BAB III
19
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etik sebagai filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan serta
mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang benar salah, baik buruk,
yang secara umum dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi
pedoman suatu tindakan. Bidan dihadapkan pada dilema etik membuat keputusan
dan bertindak didasarkan atas keputusan yg dibuat berdasarkan Intuisi
mereflekasikan pada pengalamannya atau pengalaman rekan kerjanya.
1. Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994).
2. Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang
ada
3. Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yg diambil berdasarkan
kebutuhan dan masalahyang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang
dilakukan bidan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat
emergensi, antisipasi, atau rutin.
B. SARAN
Bidan dituntut berperilaku hati-hati dalam setiap tindakan, dalam memberikan
asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku yang ethis dan profesional
sehingga, tidak merugikan diri sendiri dan klien.
DAFTAR PUSTAKA
20
http://modulkesehatan.blogspot.com/2012/12/teori-teori-yang-mendasari pengambilan.html
http://janthorahan.wordpress.com/2012/11/28/pengambilan-keputusan-dalam-menghadapi-
dilema-etika-atau-moral/S
http://ririnpujilestari.blogspot.com/2011/06/pengambilan-keputusan-dalam-menghadapi.html
Brownlee, M (1996) Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di dalamnya. PT BPK
Gunung, Mulia, Jakarta.
Frith, L (1996) Ethtes Midwifery. Issue in Contemporary Practice, Butterworth Heinemann.
Oxfoed.
Jones, S (1994) Ethtes in Midwifery, Mosby, London.
21