Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KONSEP ETIKA MORAL DALAM PRAKTIK


KEBIDANAN”

OLEH
KELOMPOK 1:
AISYAH
CHITRA AYUNI FRANISIA
DARA INTAN
DEBBYAMA ALDILAS PRIMA
DENI FITRI SARI
DIAN MULYETTI
EVY ALPUTRI
FENY YOLINA
FUJI YAUMIL KHAIRIYAH

TINGKAT : IIIA

PRODI DIII KEBIDANAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam makalah ini berisi tentang “Konsep Etika Moral dalam Praktik
Kebidanan”.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penulis menuliskan makalah ini,terima kasih kepada bibu dosen yang telah
membimbing penulis membantu menyelesaikan makalah ini.

Apabila dalam makalah ini dijumpai banyak kekurangan,penulis memohon


maaf yang sebesar-besarnya mengingat penulis hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan,dimana segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia pasti
memiliki kekurangan.Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaannya masalah ini,dan juga penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi masyarakat dan para
penggunanya.

Padang, 8 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1


B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2
C. TUJUAN .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA, ETIKET, MORAL, HUKUM, ETIKA


MORAL ............................................................................................. 3
B. FUNGSI ETIKA DAN MORAL DALAM PRAKTIK
KEBIDANAN .................................................................................... 10
C. SISTEMATIKA ETIKA .................................................................... 11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .................................................................................. 16
B. SARAN .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994).Penyimpangan mempunyai
konotasi yang negative yang berhubungan dengan hukum. Seseorang bidan
dikatakan professional bila ia mempunyai kekhususan. Sesuai dengan peran dan
fungsinya seorang bidan bertanggung jawab menolong persalinan.
Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang
harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui
ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan
bayi.Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik
sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik
terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan
mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik
mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek
mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB atau institusi Kesehatan
lainnya, mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang
penting dan di tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan
dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung
gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukuannya. Sehingga semua
tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hokum yang
mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki
hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi

4
kemampuan berfikir logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan
etika profesi.
Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus-menerus ditingkatkan
mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan etika, etiket, moral, hukum, etika
moral?
b. Apakah fungsi etika dan moral dalam praktik kebidanan.
c. Bagaimanakah sistematika etika?

C. TUJUAN :
a. Mengetahui dan mengerti tentang Etika , Etiket dan moral dalam
kontek pelayanan kebidanan
b. Mengetahui fungsi etika dan moral praktik kebidanan.
c. Mengetahui sistematika etika.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Etika
Menurut Bertens, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan
akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.
Dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa “etika” adalah
aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang
sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar dan konsep
yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak serta
menekankan nilai-nilai mereka (Shirley R Jones- Ethics in Midwifery).
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika
karena lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan
masyarakat.Karena itu, selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan,
agar dapat diterima di masyarakat, bidan juga harus memiliki etika yang
baik sebagai pedoman bersikap / bertindak dalam memberikan suatu
pelayanan khususnya pelayanan kebidanan.
Etika profesi menurut Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7)
adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan
professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian
sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat. Berikut merupakan prinsip Etika Profesi :
1. Tanggung Jawab
2. Keadilan
3. Otonomi

6
Dalam pemberian layanan kebidanan, bidan haruslah berlandaskan
pada fungsi dan moralitas pelayanan kebidanan yang meliputi :
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya bidan dan klien
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah
tindakan yang merugikan atau membahayakan orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
4. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat
diterima dan apa alasannya
5. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam
menganalisis suatu masalah
6. Menghasilkan tindakan yang benar
7. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
8. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku / perilaku manusia
antara baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang
berlaku pada umumnya
9. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak
10. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
11. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
12. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat
maupun tata caradi dalam organisasi profesi
13. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas
profesinya yang biasadisebut kode etik profesi.

Dengan demikian etiket dapat disimoulkan bahwa :

a. Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus


memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang
mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil
barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri.
“Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak
dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan
atau tangan kiri.

7
b. Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang
lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri
atau ada orang lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus
dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
c. Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh”
merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
d. Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak
mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti
orang yang sungguh-sungguh baik.

2. Etiket

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata
“etiket”, yaitu :

a. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan


barang-barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya
tentang barang itu.
b. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu
selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
a. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus
dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu
kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan
menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan
tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.
b. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang
diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di
sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku.
Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil
meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap
melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian
(tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika
saya makandengan cara demikian.

8
c. Etiket bersifat relatif. Yangdianggap tidak sopan dalam
satukebudayaan, bisa saja dianggapsopan dalam kebudayaan
lain.Misal : makan dengan tangan ataubersendawa waktu
makan. Etiket memandang manusia darisegi lahiriah saja.
Orang yangberpegang pada etiket bisa jugabersifat munafik.
Misal : Bisa sajaorang tampi sebagai “manusiaberbulu ayam”,
dari luar sangansopan dan halus, tapi di dalampenuh
kebusukan.

Dengan demikian etiket dapat disimoulkan bahwa :


a. Menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia
b. Hanya berlaku dalam pergaulan
c. Bersifat relatif
d. Hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedang etika
menyangkut manusia dari segi dalam
3. Moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata


‘moral’ yaitu mos sedangkan bentukjamaknya yaitu mores yang masing-
masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila
kitamembandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata
’etika’ sama dengan kata ‘moral’karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalauarti kata
’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah
nilai-nilai dan norma-normayang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani
dan ‘moral’dari bahasa Latin.Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan
pengedar narkotika itu tidak bermoral,maka kita menganggap perbuatan
orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlakudalam
masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai
arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’,hanya ada nada lebih

9
abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral
suatuperbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.Moralitas adalah
sifat moral atau keseluruhan asasdan nilai yang berkenaan dengan baik dan
buruk. Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar
personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal
antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek profesional

Dalam hal ini Isu Moral adalah merupakan topik yang penting
berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai
contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan kehidupanorang sehari - hari
menyangkut kasus abortus euthansia, keputusan untuk terminasi
kehamilan.

Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana


dihadapkan pada dua alternatif pilihan, yang kelihatanya sama atau hampir
sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Beberapa contoh isu moral
dalam kehidupan sehari-hari:

a. Kasus abortus
b. Euthanansia
c. Keputusan untuk terminasi kehamilan
4. Hukum.

Sistem Berasal dari bahasa Yunani “systema” yang dapat diartikan


sebagai keseluruhan yang terdiri dari macam-macam bagian. Prof. Subekti,
SH menyebutkan sistem adalah suatu susunan atau tatanan yang teratur,
suatu keseluruhan yang terdiri atas bagoan-bagian yang berkaitan satu
sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu
penulisan untul mencapai suatu tujuan”.

Dalam suatu sistem yang baik tidak boleh terdapat suatu pertentangan
antara bagian-bagian.Selain itu juga tidak boleh terjadi duplikasi atau
tumpang tindih diantara bagian-bagian itu.Suatu sistem mengandung
beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya.

10
Dapat dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas yang
mendukungnya. Untuk itu hukum adalah suatu sistem artinya suatu
susunan atau tatanan teratur dari aturan-aturan hidup, keseluruhannya
terdiri bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain.

Dapat disimpulkan bahwa sistem hukum adalah kesatuan utuh dari


tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu
sama lain saling berhubungan dan berkaitan secara erat.untuk mencapai
suatu tujuan kesatuan tersebut perlu kerja sma antara bagian-bagian atau
unsur-unsur tersebut menurut rencana dan pola tertentu.Pembagian

Hukum itu sendiri di golongkan dalam beberapa jenis :

1. Berdasarkan Wujudnya

a. Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk
tulisan dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara,Sifatnya
kaku, tegas Lebih menjamin kepastian hukum Sangsi pasti karena
jelas tertulisContoh : UUD, UU, Perda
b. Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh
dalam keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat). Alam praktik
ketatanegaraan hukum tidak tertulis disebut konvensi (Contoh:
pidato kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus)
2. Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya
a. Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu
saja (hukum adat Manggarai-Flores, hukum adat Ende Lio-Flores,
Batak, Jawa Minangkabau, dan sebagainya.
b. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu
(hukum Indonesia, Malaysia, Mesir dan sebagainya).
c. Hukum internasional, yaiu hukum yang mengatur hubungan antara
dua negara atau lebih (hukum perang, hukum perdata internasional,
dan sebagainya).

11
3. Berdasarkan Waktu yang Diaturnya
a. Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum
positif
b. Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang (ius
constituendum). Dan
c. Hukum asasi (hukum alam).

4. Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam:


a. Hukum yang memaksa
b. Hukum yang mengatur (hukum pelengkap)

5. Menurut isinya maka hukum dapat digolongkan dalam 2 hal:


a. Hukum Publik :
Yaitu aturan yang: mengatur hubungan antara Negara dengan
warga Negara danhubungan antar warga Negara yang menyangkut
kepentingan umum.Hukum public mencakup :
1. Hukum Tata NegaraMengatur tentang Negara dan
perlengkapannya (struktur ketatanegaraan)
2. Hukum Tata Usaha NegaraMengatur cara kerja dari alat-
alat Negara dalam menjalankan tugasnya
3. Hukum PidanaAturan hukum yang mengatur perbuatan
apa yang boleh dan tidak boleh besartasangsi/hukuman bagi
pelanggar. Buku yang mengatur hukum pidana disebut
KUHP(kitab undang-undang hukum pidana). Isinya berupa
aturan dan sangsi bagi pelanggarnya. Oleh sebab itu disebut
juga hukum material
4. Hukum Acaraaturan yang berisi tatacara penyelesaian
pelanggaran hukum pidana di pengadilan ataupun tata cara
penangkapan. Bukunya disebut dengan KUHAP(kitab
undang-undang hukum acara pidana).Hukum ini menjadi
pedoman bagi polisi, jaksa dan hakim dalam menjalankan
tugasnya. Disebut juga dengan hukum formal.

12
b. Hukum Privat :
Adalah keseluruhan hukum yang mengatur hubungan antar
warga Negara yang menyangkut kepentingan pribadi atau
perseorangan. Jadi kepentingan yang diatur adalah masalah
pribadiMeliputi :
1. Hukum Perdata :
Mengatur hubungan perseorangan yang bersifat pribadi,
mis : perceraian
2. Hukum dagang :
Mengatur hubungan yang terkait dengan perdagangan
3. Hukum adat :
Mengatur hubungan hukum yang menyangkut persoalan
adat istiadat
Hukum dibuat oleh penguasa (DPR dengan Pemerintah).Kapan hukum
mulai berlaku?
1. Sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan dalam UU tersebut
2. Jika tidak disebut tanggalnya, maka UU mulai berlaku 30 hari
sesudah
diundangkannya untuk wilayah Jawa dan Madura dan 100 hari
untuk wilayah lain diIndonesia.Setelah batas waktu terlewati, maka
kepada setiap warga Negara dianggap sudah mengetahui dan akan
diberi sangsi apabila melanggarnya.

B. Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan

a. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.


b. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan
yang merugikan/membahayakan orang lain
c. Menjaga privacy setiap individu
d. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan
porsinya.
e. Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan
apa alasannya.

13
f. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam
menganalisis suatu masalah.
g. Menghasilkan tindakan yang benar
h. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
i. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.
j. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak
k. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etika
l. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
m. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun
tata cara di dalam organisasi profesi.
n. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya
yang biasa disebut kode etik profesi.

C. Sistematika Etika :
1. Etika Umum :
Etika Umum yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan
kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan
berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.

Etika adalah :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral, Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, Nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.
b. Etika mempunyai arti sebagai : ilmu pengetahuan tentang asas-
asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak);
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.

14
Secara umum etika dilandasi oleh beberapa factor antara lain :

1. Nilai :
Menurut Filsuf Jerman Hang Jonas “nilai” adalah the address of a yes,
sesuatu yang ditujukan dengan “ya” Nilai mempunyai konotasi yang
positif. Nilai mempunyai tiga ciri :
a. Berkaitan dengan subyek
b. Tampil dalam suatu nilai yang praktis, dimana subjek ingin
membuat sesuatu
c. Nilai menyangkut pada sifat tambah oleh subyek pada sifat – sifat
yang dimiliki oleh obyek.
2. Norma
Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur
untuk menilai sesuatu.
Norma juga dapat di katagorikan menjadi :
a. Norma Moral
Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur
dari sudut baik maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau
tidak susila.
b. Norma Hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
suatu tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan
hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai
sumber dari segala sumber hukum.Dengan demikian, Pancasila
pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang langsung
bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu
sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.
3. Etika Sosial / profesi :
Kode etik bidan perlu dipahami dan dimengerti oleh bidan.Kode etik
bidan menunjukkan hubungan bidan dengan klien, praktik kebidanan,
tanggung jawab profesi, peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bidan.

15
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena
lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat.
Karena itu, selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat
diterima di masyarakat, bidan juga harus memiliki etika yang baik sebagai
pedoman bersikap / bertindak dalam memberikan suatu pelayanan
khususnya pelayanan kebidanan

a. Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi
biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi
dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Pekerjaan tidak
sama dengan profesi. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu
disebut professional, sedangkan professional sendiri mempunyai
makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu
profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan
unjuk kerja sesuai dengn profesinya.

b. Profesional
Perilaku profesional yang diharapkan masyarakat diantaranya :
1. Bertindak sesuai dengan keahlian dan didukung oleh pengetahuan
serta pengalaman dan keterampilan yang tinggi
2. Bermoral tinggi
3. Berlaku jujur, baik pada orang lain maupun diri sendiri
4. Tidak melakukan tindakan yang coba-coba yang tidak didukung
ilmu pengetahuan profesinya
5. Tidak memberikan janji yang berlebihan
6. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh
pertimbangan komersial
7. Memegang teguh etika profesi
8. Mengenal batas-batas pengetahuan

16
9. Menyadari dan mengenal ketentuan hukum yang membatasi
gerak-gerik dan

Kewenangannya Bidan sebagai tenaga profesional haruslah memiliki


komitmen yang tinggi untuk :

a. Memberikan asuhan berkualitas sesuai dengan standar etis (etika


profesi)
b. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan,
berlanjut diskusi formal dan informal dengan sejawat
c. Pada puncaknya mampu mengambil keputusan yang etis untuk
memecahkan masalah etika
d. Menggunakan 2 pendekatan dalam pengambilan keputusan etis
yaitu berdasarkan prinsip dan berdasarkan asuhan kebidanan
(Beauchamp Childress, 1994) Bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan haruslah profesional, dikatakan profesional bila
memiliki ciri-ciri berikut ini ;
1. Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta
kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan
bidang tadi
2. Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam
menganalisis suatu masalah dan peka dalam membaca situasi
cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan
terbaik atas dasar kepekaan
3. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga punya
kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang
terbentang di hadapannya
4. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan
kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai
pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik
bagi diri dan perkembangan pribadinya Etika profesi menurut
Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah sikap hidup

17
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional
terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian
sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat.

Berikut merupakan prinsip Etika Profesi :

1. Tanggung Jawab
2. Keadilan
3. Otonomi

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat di simpulkan bahwa ,Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan
kebidanan antara lain sebagai berikut:
a. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentanng registrasi dan
praktik bidan
b. Standar Pelayanan Kebidanan
c. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
d. PP No 32/ Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
e. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang oraganisasi dan tata
kerja Depkes
f. UU No 22/1999 tentang Otonomi daerah
g. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
h. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi

Disiplin hokum terdiri atas :

a. Ilmu hokum
b. Falsafah hokum
c. Politik hokum

Macam – macam hokum bisa di bagi berdasarkan :

a. Bentuk
b. Sifat
c. Isi
d. Sumber
e. Tempat terjadinya.

B. SARAN
Sebagai calon tenaga kesehatan hendak nya kita bisa memahami lebih dalam
apa yang jadi dasar pada aspek hokum praktek kebidanan serta kaitan

19
hokum terhadap etika dan moral disini guna nya kita untuk menindak lanjuti
pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Jein Asmar Yetty.2005.ETIKA PROFESI KEBIDANAN.YOGJAKARTA : Fitra


Maya
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KEBIDANAN. 2009
Blogspot.com/p/aspek-hukum-praktek-kebidanan.html
http://ferriyantirini600.blogspot.com/p/masalah- masalah-etik-moral-yang
muncul.html
http://rossalita.blogspot.com/p/aspek-hukum-praktek-kebidanan.html
Modul Program RPL dari Kementrian Kesehatan tahun 2017

21

Anda mungkin juga menyukai