Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP ETIKA MORAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


BD.6.302
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ETIKA PROFESI DAN
PERUNDANG-UNDANGAN
DOSEN PENGAMPU : ROHUNA, SKM., M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. AJENG SUKMA KARIRA ( 201091001 )
2. FERTI RAHMA MINARSIH ( 201091013 )
3. SITI NUR HAZIZAH ( 201091047 )
4. ZAHRA AYU PUTRI SOFIANTO ( 201091058 )

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena hanya dengan izin,
rahmat dan kuasa-Nyalah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata Kuliah Etika Profesi
dan Perundang-undangan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita khususnya mengenai Konsep Etika Moral dalam Pelayanan
Kebidanan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan masih jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharap dan kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya.

Pontianak, September 2021


Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat.......................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Etika, Etiket, Moral, dan Hukum................................................................. 3
2.2 Sistematika Etika Umum............................................................................................... 9
2.3 Sumber Etika................................................................................................................. 12
2.4 Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan............................................. 13
2.5 Peranan Etika dan Moral dalam Pelayanan Kebidanan................................................. 13
2.6 Kasus Pelanggaran Bidan Terhadap Kode Etik............................................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 15
3.2 Saran.............................................................................................................................. 15
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya
baik atau salah (Jones, 1994).Penyimpangan mempunyai konotasi yang negative yang
berhubungan dengan hukum. Seseorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai
kekhususan. Sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab
menolong persalinan.
Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang
harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya
dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.Derasnya arus
globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia, juga
mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus
kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan.
Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek
kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB
atau institusi Kesehatan lainnya, mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting
dan di tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan
jiwa manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas
semua tindakan yang dilakukuannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh
bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability
diperkuat dengan satu landasan hokum yang mengatur batas-batas wewenang profesi
yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan
berfikir logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus terus-menerus ditingkatkan mutunya melalui :
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
1
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika, etiket, moral, dan hukum ?
2. Bagaiamana sistematika etika umum ?
3. Apa sumber etika ?
4. Bagaimana fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan ?
5. Bagaimana peranan etika dan moral dalam pelayanan kebidanan ?
1.3 Tujuan
1. Umum
Mengetahui pandangan ilmu etika profesi dan perundang-undangan ke dalam
ilmu kesehatan terutama kebidanan.
2. Khusus
Mengetahui bagimana konsep etika profesi dan perundang-undangan dan
hubungannya dengan praktik kebidanan.
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang dasar terkait dengan
etika profesi dan perundang-undangan serta hubungannya dengan praktik kebidanan.
2. Bagi Institusi
Agar dapat dijadikan bahan kepustakaan dan sebagai masukan informasi untuk
mengukur sejauh mana tingkat kemampuan mahasiswa dalam memahami pentingnya
mempelajari Ilmu Etika Profesi dan Perundang-undangan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Etika, Etiket, Moral, dan Hukum
A. Etika
Menurut Bertens, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa “etika” adalah aplikasi dari
proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Hal ini
berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar dan konsep yang membimbing makhluk
hidup dalam berpikir dan bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka (Shirley R
Jones- Ethics in Midwifery).
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena
lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat.Karena itu,
selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat,
bidan juga harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap / bertindak
dalam memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan.
Etika profesi menurut Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah sikap
hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap
masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Berikut merupakan
prinsip Etika Profesi :
1. Tanggung Jawab
2. Keadilan
3. Otonomi
Dalam pemberian layanan kebidanan, bidan haruslah berlandaskan pada fungsi
dan moralitas pelayanan kebidanan yang meliputi :
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya bidan dan klien
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan atau membahayakan orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
3
4. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya
5. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis
suatu masalah
6. Menghasilkan tindakan yang benar
7. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
8. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku / perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya
9. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak
10. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
11. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
12. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata
caradi dalam organisasi profesi
13. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang
biasadisebut kode etik profesi.
Dengan demikian etiket dapat disimpulkan bahwa :
a. Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma
dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain
tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya
dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak
dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan
kiri.
b. Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal:
Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau
barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang
sudah lupa.
c. Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh” merupakan
prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
d. Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin
bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-
sungguh baik.
B. Etiket
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata
“etiket”, yaitu :
4
1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang
(dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.
2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan
dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
a. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia.
Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus
menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya
menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.
b. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang
lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada
saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama
bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya
dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak
ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makandengan
cara demikian.
c. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan,
bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.Misal : makan dengan
tangan ataubersendawa waktu makan. Etiket memandang manusia darisegi
lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa jugabersifat munafik.
Misal : Bisa sajaorang tampi sebagai “manusia berbulu ayam”, dari luar
sangat sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.
Dengan demikian etiket dapat disimpulkan bahwa :
a. Menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia
b. Hanya berlaku dalam pergaulan
c. Bersifat relative
d. Hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedang etika menyangkut
manusia dari segi dalam
C. Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masingmasing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kitamembandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka
secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’karena kedua kata tersebut
sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata
’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai
5
dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja
yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’dari bahasa Latin. Jadi bila kita
mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita
menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang
berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang
pada dasarnya sama dengan ‘moral’,hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang
“moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatuperbuatan atau baik buruknya
perbuatan tersebut.Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asasdan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk. Moral hampir sama dengan etika, biasanya
merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk
mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek profesional.
Dalam hal ini Isu Moral adalah merupakan topik yang penting berhubungan
dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang
berhubungan dengan kehidupanorang sehari - hari menyangkut kasus abortus
euthansia, keputusan untuk terminasi kehamilan. Dilema moral menurut Campbell
adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan, yang
kelihatanya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah.
Beberapa contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari :
a. Kasus abortus
b. Euthanansia
c. Keputusan untuk terminasi kehamilan
D. Hukum
Sistem Berasal dari bahasa Yunani “systema” yang dapat diartikan sebagai
keseluruhan yang terdiri dari macam-macam bagian. Prof. Subekti, SH menyebutkan
sistem adalah suatu susunan atau tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri
atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana
atau pola, hasil dari suatu penulisan untul mencapai suatu tujuan”.
Dalam suatu sistem yang baik tidak boleh terdapat suatu pertentangan antara
bagian-bagian.Selain itu juga tidak boleh terjadi duplikasi atau tumpang tindih
diantara bagian-bagian itu.Suatu sistem mengandung beberapa asas yang menjadi
pedoman dalam pembentukannya. Dapat dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas
dari asas-asas yang mendukungnya. Untuk itu hukum adalah suatu sistem artinya
6
suatu susunan atau tatanan teratur dari aturan-aturan hidup, keseluruhannya terdiri
bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain.
Dapat disimpulkan bahwa sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-
tatanan yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling
berhubungan dan berkaitan secara erat.untuk mencapai suatu tujuan kesatuan tersebut
perlu kerja sma antara bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut menurut rencana dan
pola tertentu.Pembagian hukum itu sendiri di golongkan dalam beberapa jenis :
1. Berdasarkan Wujudnya
a. Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan dan
dicantumkan dalam berbagai peraturan negara,Sifatnya kaku, tegas Lebih
menjamin kepastian hukum Sangsi pasti karena jelas tertulisContoh : UUD,
UU, Perda
b. Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam
keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat). Alam praktik ketatanegaraan
hukum tidak tertulis disebut konvensi (Contoh: pidato kenegaraan presiden
setiap tanggal 16 Agustus)
2. Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya
a. Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu saja (hukum
adat Manggarai-Flores, hukum adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa
Minangkabau, dan sebagainya.
b. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum
Indonesia, Malaysia, Mesir dan sebagainya).
c. Hukum internasional, yaiu hukum yang mengatur hubungan antara dua
negara atau lebih (hukum perang, hukum perdata internasional, dan
sebagainya).
3. Berdasarkan Waktu yang Diaturnya
a. Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum positif
b. Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang (ius constituendum).
c. Hukum asasi (hukum alam).
4. Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam:
a. Hukum yang memaksa
b. Hukum yang mengatur (hukum pelengkap)
5. Menurut isinya maka hukum dapat digolongkan dalam 2 hal:
a. Hukum Publik
7
Yaitu aturan yang: mengatur hubungan antara Negara dengan warga Negara
danhubungan antar warga Negara yang menyangkut kepentingan
umum.Hukum public mencakup :
1. Hukum Tata NegaraMengatur tentang Negara dan perlengkapannya
(struktur ketatanegaraan)
2. Hukum Tata Usaha NegaraMengatur cara kerja dari alatalat Negara dalam
menjalankan tugasnya
3. Hukum PidanaAturan hukum yang mengatur perbuatan apa yang boleh
dan tidak boleh besartasangsi/hukuman bagi pelanggar. Buku yang
mengatur hukum pidana disebut KUHP(kitab undang-undang hukum
pidana). Isinya berupa aturan dan sangsi bagi pelanggarnya. Oleh sebab
itu disebut juga hukum material
4. Hukum Acaraaturan yang berisi tatacara penyelesaian pelanggaran hukum
pidana di pengadilan ataupun tata cara penangkapan. Bukunya disebut
dengan KUHAP(kitab undang-undang hukum acara pidana).Hukum ini
menjadi pedoman bagi polisi, jaksa dan hakim dalam menjalankan
tugasnya. Disebut juga dengan hukum formal.
b. Hukum Privat
Adalah keseluruhan hukum yang mengatur hubungan antar warga Negara
yang menyangkut kepentingan pribadi atau perseorangan. Jadi kepentingan
yang diatur adalah masalah pribadiMeliputi :
1. Hukum Perdata
Mengatur hubungan perseorangan yang bersifat pribadi, mis : perceraian
2. Hukum Dagang
Mengatur hubungan yang terkait dengan perdagangan
3. Hukum Adat
Mengatur hubungan hukum yang menyangkut persoalan adat istiadat
Hukum dibuat oleh penguasa (DPR dengan Pemerintah).Kapan hukum mulai
berlaku ?
1. Sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan dalam UU tersebut
2. Jika tidak disebut tanggalnya, maka UU mulai berlaku 30 hari sesudah
diundangkannya untuk wilayah Jawa dan Madura dan 100 hari untuk wilayah
lain diIndonesia.Setelah batas waktu terlewati, maka kepada setiap warga Negara
dianggap sudah mengetahui dan akan diberi sangsi apabila melanggarnya.
8
2.2 Sistematika Etika Umum
A. Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat
kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif tidak memberikan penilaian
tetapi menggambarkan moralitas pada individu-individu tertentu, kebudayaan atau
subkultur tertentu dalam kurun waktu tertentu.
B. Etika Normatif
Pada etika normatif terjadi penilaian tentang perilaku manusia. Contoh:
penolakan prostitusi yang terjadi di suatu masyarakat karena dianggap sebagai suatu
lembaga yang bertentangan dengan martabat wanita, biarpun dalam praktik belum
tentu dapat diberantas sampai tuntas. Penilaian itu dibentuk atas dasar norma–norma
“martabat manusia harus dihormati “
C. Matematika
Metaetika berasal dari bahasa yunani “meta” mempunyai arti melebihi atau
melampaui. Metaetika mempelajari logika khusus dari ucapan – ucapan etis. Pada
metaetika mempersoalkan bahasa normatif apakah dapat diturunkan menjadi ucapan
kenyataan. Metaetika mengarahkan pada arti khusus dan bahasa etika.
D. Etika Umum
Etika Umum yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi
manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan
prinsip-prinsip moral.
Etika adalah :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral,
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, Nilai mengenai benar
dan salah yang dianut masyarakat.
b. Etika mempunyai arti sebagai : ilmu pengetahuan tentang asasasas akhlak
(moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens
2000), mempunyai arti :
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
9
Secara umum etika dilandasi oleh beberapa factor antara lain :
1. Nilai
Menurut Filsuf Jerman Hang Jonas “nilai” adalah the address of a yes, sesuatu
yang ditujukan dengan “ya” Nilai mempunyai konotasi yang positif. Nilai
mempunyai tiga ciri :
a. Berkaitan dengan subyek
b. Tampil dalam suatu nilai yang praktis, dimana subjek ingin membuat sesuatu
c. Nilai menyangkut pada sifat tambah oleh subyek pada sifat – sifat yang dimiliki
oleh obyek.
2. Norma
Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk
menilai sesuatu.
Norma juga dapat di katagorikan menjadi :
a. Norma Moral
Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
baik maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila.
b. Norma Hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam
pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum.Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu
pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan
suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.
3. Etika Sosial / profesi :
Kode etik bidan perlu dipahami dan dimengerti oleh bidan.Kode etik bidan
menunjukkan hubungan bidan dengan klien, praktik kebidanan, tanggung jawab
profesi, peningkatan pengetahuan dan keterampilan bidan. Bidan merupakan bentuk
profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup kegiatan bidan sangat
berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai pengetahuan
dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat, bidan juga harus memiliki
etika yang baik sebagai pedoman bersikap / bertindak dalam memberikan suatu
pelayanan khususnya pelayanan kebidanan
a. Profesi

10
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Seseorang yang menekuni
suatu profesi tertentu disebut professional, sedangkan professional sendiri
mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu
profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk
kerja sesuai dengn profesinya.
b. Profesional
Perilaku profesional yang diharapkan masyarakat diantaranya :
1. Bertindak sesuai dengan keahlian dan didukung oleh pengetahuan serta
pengalaman dan keterampilan yang tinggi
2. Bermoral tinggi
3. Berlaku jujur, baik pada orang lain maupun diri sendiri
4. Tidak melakukan tindakan yang coba-coba yang tidak didukung ilmu
pengetahuan profesinya
5. Tidak memberikan janji yang berlebihan
6. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan
komersial
7. Memegang teguh etika profesi
8. Mengenal batas-batas pengetahuan
9. Menyadari dan mengenal ketentuan hukum yang membatasi gerak-gerik dan
Kewenangannya Bidan sebagai tenaga profesional haruslah memiliki
komitmen yang tinggi untuk :
a) Memberikan asuhan berkualitas sesuai dengan standar etis (etika profesi)
b) Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan, berlanjut
diskusi formal dan informal dengan sejawat
c) Pada puncaknya mampu mengambil keputusan yang etis untuk
memecahkan masalah etika
d) Menggunakan 2 pendekatan dalam pengambilan keputusan etis yaitu
berdasarkan prinsip dan berdasarkan asuhan kebidanan (Beauchamp
Childress, 1994) Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan haruslah
profesional, dikatakan profesional bila memiliki ciri-ciri berikut ini ;

11
1) Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta
kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan
2) Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis
suatu masalah dan peka dalam membaca situasi cepat dan tepat serta
cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan
3) Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di
hadapannya
4) Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan
pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain,
namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan
perkembangan pribadinya Etika profesi menurut Keiser dalam
(Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah sikap hidup berupa keadilan
untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat
dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
Berikut merupakan prinsip Etika Profesi :
1. Tanggung Jawab
2. Keadilan
3. Otonomi
2.3 Sumber Etika
1. Act Utilitarian: semakin besar manfaat yang diperoleh, semakin besar pula
kemungkinan suatu tindakan dianggap benar
2. Rule Utilitarian: suatu tindakan dianggap benar jika sesuai dengan peraturan yang
benar. Peraturan disebut benar jika isinya dapat memaksimalkan manfaat.
3. Deontology: paham deontology berkeyakinan bahwa sesuatu yang baik berakar dari
keberhasilan manusia mengerjakan tugas atau kewajibannya. Paham Deontologi
biasanya merupakan dorongan hati individu terjadi saat membela Negara atau
membela keluarganya.
4. Intuitionistic Pluralism : paham ini tidak memeiliki prinsip utama yang harus
dilakukan manusia :
a) Kewajiban kebenaran, kepatuhan, menjaga rahasia, setia dan tidak berbohong.
b) Berdherma, murah hati, membantu orang lain.
12
c) Tidak merugikan orang lain
d) Menjunjung tinggi keadilan.
e) Wajib memperbaiki kesalahan yang ada.
f) Bersyukur, membalas budi.
g) Mengembangkan kemampuan diri
2.4 Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan
a. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.
b. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain
c. Menjaga privacy setiap individu
d. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
e. Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya.
f. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah.
g. Menghasilkan tindakan yang benar
h. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
i. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk,
benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.
j. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak
k. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etika
l. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
m. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara
di dalam organisasi profesi.
n. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang biasa
disebut kode etik profesi.
2.5 Peranan Etika dan Moral dalam Pelayanan Kebidanan
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama di berbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan
terhadap etika. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang
professional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Sehingga
disini berbagai dimensi etik dan bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal
yang penting untuk digali dan dipahami. Moralitas merupakan suatu gambaran

13
manusiawi yang menyeluruh, moralitas hanya terdapat pada manusia serta tidak terdapat
pada makhluk lain selain manusia.
Pelayanan kebidanan di suatu institusi memiliki norma dan budaya yang unik.
Setiap institusi pelayanan memiliki norma sendiri dalam memberikan pelayanan yang
terdiri dari beberapa praktisi atau profesi kesehatan. Walaupun demikian subjek
pelayanan hanya satu, yaitu manusia atau individu. Sehingga setiap individu harus jelas
batas wewenangnya.
Area kewenangan bidan tertuang dalam Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002
tentang registrasi dan praktik bidan. Mengenai kejelas peran bidan diatur dalam standar
praktik kebidanan dan standar pelayanan kebidanan.
a. Etika dalam pelayanan kontrasepsi
Dalam merencanakan jumlah anak, seorang ibu telah merundingkan dengan
suami dan telah menetapkan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Sehingga
keputusan untuk memilih kontrasepsi, merupakan hak klien dan berada diluar
kompetensi bidan. Jika klien belum mempunyai keputusan karena disebabkan
ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi,maka menjadi kewajiban bidan untuk
memberikan informasi tentang kontrasepsi. Yang dapat dipergunakan klien, dengan
memberikan informasi yang lengkap mengenai alat kontrasepsi dan beberapa
alternatif sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinannya.
b. Etika dalam penelitian kebidanan
Menurut Kode Etik Bidan Internasional adalah bahwa bidan seharusnya
meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai proses seperti dari pengalaman
pelayanan kebidanan dan dari riset keidanan. Tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan kebidanan makin tinggi, karena semakin majunya jaman, dan kita
memasuki era globalisasi, dimana akses informasi bagi masyarakat juga seamkin
meningkatkan.

14
2.6 Kasus Pelanggaran Bidan Terhadap Kode Etik

Merdeka.com - Adanya laporan dugaan penahanan bayi oleh seorang bidan di Palembang
berinisial DW mendapat kecaman dari Komisi Perlindungan Perempuan dan anak (KPAI)
Palembang. Bidan DW dinilai melanggar kode etik dan sumpah profesi.
Ketua KPAI Kota Palembang, Adi Sangadi mengungkapkan, tindakan bidan DW itu sangat
tidak terpuji. Tindakannya dinilai sama saja memisahkan orang tua dan anak. Padahal, bayi
baru dilahirkan membutuhkan perawatan dan kasih sayang oleh orangtuanya.
"Kami kecam tindakan oknum bidan DW. Tak seharusnya dilakukan terhadap pasiennya,"
ujar Adi, di Palembang, Selasa (17/5).
Menurutnya, perbuatan DW harus mendapatkan sanksi hukum sesuai perundang-undangan.
Sebab, DW telah melanggar etika dan sumpah profesi.
"Kalo soal pembayaran, mungkin sedang diupayakan oleh pasien. Tidak perlu ada penahanan
bayi seperti itu," jelasnya.
Tak hanya sanksi pidana, masih kata Adi, pihak terkait harus mencabut izin praktek bidan
DW jika terbukti bersalah. Pemerintah juga diimbau memberikan aturan tegas dan kontrol
terhadap setiap klinik atau tempat persalinan agar kejadian serupa tidak terulang.
"Cabut izin praktiknya, pemerintah tidak boleh tinggal diam," tandasnya.
Sebelumnya, seorang bidan di Palembang berinisial DW dilaporkan ke polisi karena diduga
telah menahan bayi pasien karena biaya persalinan belum ditebus.

15
Korban bernama Triani (42) warga Kelurahan Kalidoni, Kecamatan Kalidoni, Palembang, di
hadapan petugas, Triani menuturkan, bayinya ditahan terlapor selama empat bulan terakhir
sejak kelahiran secara operasi cesar pada 31 Januari 2016 di tempat praktek DW tak jauh dari
kediamannya.
Alasan penahanan bayi laki-laki itu, kata Triani, lantaran dirinya tidak sanggup membayar
biaya persalinan Rp 9 juta dan perawatan Rp 125 ribu per hari, hingga total harus dibayar
sebesar Rp 20 juta.
Triani juga sempat dipaksa menginap di klinik bidan tersebut selama perawatan selama 40
hari usai persalinan. Begitu sembuh, Triani disuruh pulang sendirian untuk mencari uang.
Sementara bayinya masih ditahan sampai biaya persalinan lunas. Korban pun mencicil biaya
itu namun belum juga dikembalikan.
Triani khawatir, bidan itu akan menjual bayinya jika tidak juga melunasi uang yang diminta.
Sebab, bidan itu pernah mencetuskan kalimat banyak orang yang ingin punya anak dan
mampu merawat anaknya. 

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak, sedangkan etiket adalah sopan santun. Moral merupakan
nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum
membutuhkan moral, hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issue utama di berbaai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap
etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan
keluarganya. Screening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive pada
neonatal, dan pengakhiran yang profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam
pelayanan kebidanan kode etik profesi bidan merupakan suatu pedoman dalam tata cara
dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan.
3.2 Saran
Melalui makalah ini, penulis berharap agar para bidan maupun calon bidan
menjalankan profesionalitas pekerjaannya sesuai kode etik kebidanan, antara lain
menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan
para anggota, meningkatkan pengabdian para anggoa profesi, dan meningkatkan mutu
profesi.

17
DAFTAR PUSTAKA
Arimbi, Diah. 2014. Etkolegal Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Berten K. 2011. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dwienda Ristica, Octa & Juliarti, Widya. 2014 Prinsip Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan
Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish
Endang dan Siwi Walyani, Elisabeth. 2015. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
IBI. 2005.Etika dan Kode Etik Kebidanan. IBI
Tanjung, R. D. S. (2015). Model ketulusan (altruistic) bidan dalam memberikan pelayanan.
Jurnal Pendidikan Dan Kepengawasan, 2(1).
Tribowo, Cecep. 2014. Etika & Hukum Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Wewenang biadan. (2010). Http://Www.Mendeley.Com/Catalog/Kajian-Perbuatan-Melawan-
Hukum-Terhadap-Wewenang-Pelayanan-Bidan-Praktik-Mandiri-Di-Kabupaten-
Banyum/. Legalitas, 15.

18

Anda mungkin juga menyukai