“ETIKA KEPERAWATAN”
Disusun Oleh:
Nama : Farhannisa Nabila Tamnge
Tingkat : I.A
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Bimbingan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Etika Keperawatan”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan.
Selain itu, saya selaku penulis berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang pembahasan yang akan saya tulis pada makalah
ini. Serta saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Marhtina
Tiven, S.SiT., M. Kes selaku Dosen Pembimbing Mata kuliah Etika Keperawatan.
Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait Etika Keperawatan.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................ 1
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Keperawatan ..................................................... 3
2.2 Pengertian Norma-norma ............................................................. 5
2.3 Pengertian Moral ........................................................................... 6
2.4 Pengertian Nilai-nilai ..................................................................... 8
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1
3. Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan
4. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bagaimana harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan apakah hal dan tanggung
jawabnya.
Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau bermoral.
Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun pernyataan tentang
keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika profesi sebagai pedoman
menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi angngota profesi tentang hak-hak yang
diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus
yangn dipergunakan untuk membuat keputusan yang memengaruhi orang lain. Organisasi
profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk melindungi anggotanya
dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin pelayanan yang diberikan berdasarkan
standar dan pelaksana pelayanan merupakan tenaga profesional yang berkompeten. Perawat
harus membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang memberi gambaran tanggung
jawabnya dalam praktik keperawatan. Perawat juga harus mengerti undang-undang dan
hukum yang berhubungan dengan kesehatan kepada umum, terutama undang-undang yang
mengatur praktik keperawatan. Perawat harus juga memperhatikan fungsi dan tanggung
jawabnya, seperti yang dijelaskan oleh hukum dan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi
keperawatan. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice discipline, yang
perwujudannya dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan. Perawat adalah profesi
yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antar
manusia, terjadi proses interaksi serta saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak
terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan. Keperawatan sebagai suatu pelayanan
profesional bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi,
perawat mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi
kepercayaan bagi perawat untuk terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus
dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi.
Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam
melaksanakan praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini. Disamping itu,
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan masyarakat
4
mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin komplek untuk itu, perawat
dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan atas dasar penalaran saintifik dan
etis.
Istilah norma-norma atau kaidah, yaitu biasanya suatu nilai yang mengatur dan
memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk
bersikap tindak, dan berperilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati
bersama. Patokan atau pedoman tersebut sebagai norma (norm) atau kaidah yang
merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi (Soekanto: 1989:7). Norma tersebut
mempunyai dua macam menurut isinya, yaitu:
1. Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibatnya dipandang baik.
2. Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu
oleh karena akibatnya dipandang tidak baik. Artinya norma adalah untuk memberikan
petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang harus bertindak dalam masyarakat
serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan perbuatan-
perbuatan mana yang harus dihindari (Kansil, 1989:81).
Norma-norma itu dapat dipertahankan melalui sanksi-sanksi, yaitu berupa ancaman hukuman
terhadap siapa yang telah melanggarnya. Tetapi dalam kehidupan masyarakat yang terikat
oleh peraturan hidup yang disebut norma, tanpa atau dikenakan sanksi atas pelanggaran, bila
seseorang melanggar suatu norma, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan
sifatnya suatu pelanggaran yang terjadi.
5
Norma moral tersebut tidak akan dipakai untuk menilai seorang dokter ketika mengobati
pasiennya, atau dosen dalam menyampaikan materi kuliah terhadap para mahasiswanya,
melainkan untuk menilai bagaimana sebagai profesional tersebut menjalankan tugas dan
kewajibannya dengan baik sebagai manusia yang berbudi luhur, juiur, bermoral, penuh
integritas dan bertanggung jawab. Terlepas dari mereka sebagai profesional tersebut jitu atau
tidak dalam memberikan obat sebagai penyembuhnya, atau metodologi dan keterampilan
dalam memberikan bahan kuliah dengan tepat. Dalam hal ini yang ditekankan adalah “sikap
atau perilaku” mereka dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai profesional yang
diembannya untuk saling menghargai sesama atau kehidupan manusia. Pada akhirnya nilai
moral, etika, kode perilaku dan kode etik standard profesi adalah memberikan jalan, pedoman,
tolok ukur dan acuan untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang akan dilakukan
dalam berbagai situasi dan kondisi tertentu dalam memberikan pelayanan profesi atau
keahliannya masing- masing. Pengambilan keputusan etis atau etik, merupakan aspek
kompetensi dari perilaku moral sebagai seorang profesional yang telah memperhitungkan
konsekuensinya, secara matang baik-buruknya akibat yang ditimbulkan dari tindakannya itu
secara obyektif, dan sekaligus memiliki tanggung jawab atau integritas yang tinggi. Kode etik
profesi dibentuk dan disepakati oleh para profesional tersebut bukanlah ditujukan untuk
melindungi kepentingan individual (subyektif), tetapi lebih ditekankan kepada kepentingan
yang lebih luas (obyektif).
A. Pengertian
Secara umum, etika dan moral adalah sama, tetapi etik memiliki terminologi yang
sedikit berbeda dengan moral. Bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk
penyelidikan filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu sedangkan moral
biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting
untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek profesional.
Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok
orang atau kelompok tertentu. Sedangkan etik digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola
atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang
mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai
etik perawatan. Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standard dan prinsip-
prinsip yang menjadi panutan dalam berperilaku serta membuat keputusan untuk melindungi
hak-hak manusia.
6
B. Konsep moral dalam praktik keperawatan
• Advokasi
Advokasi menurut ANA (1985) “melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan
melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”. Pada dasarnya peran perawat dalam
advokasi adalah; “memberi informasi dan member bantuan” kepada pasien atas
keputusan apapun yang dibuat pasien. Member informasi bererti menyediakan
penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien. Memberikan bantuan
mempunyai dua peran yaitu:
a. Peran aksi : perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka
mempunyai hak dan tanggungjawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri
dan tidak tertekan dengan pengaruh orang lain.
b. Peran non aksi : pihak advokad seharusnya menahan diri untuk tidak mempengaruhi
keputusan pasien (Kohnke, 1982; lih Megan, 1991)
• Akuntabilitas
Yaitu dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan
dapat menerima konsekwenasi dari tindakan tersebut (Kozier, Erb, (1991). Menurut
Fry (1990) akuntabilitas mempunyai dua komponen yaitu tanggung jawab dan
tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik
keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah.
Akuntabilitas juga dapat dipandang dalam sistim hirarki dari tingkat Individu,
institusi/professional dan tingkat social.
a. Individu direflesikan dalam proses pembuatan keputusan etika perawat, kompetensi
dan integritas.
b. Institusi direfleksikan dalam pernyataan falsafah dan tujuan bidang keperawatan
atau audit keperawatan.
c. Professional direfleksikan dalam standar praktik keperawatan.
d. Social direfleksikan dalam undang-undang yang mengatur praktik keperawatan
• Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep dari berbagai segi yaitu simpati, peduli, dan
hubungan timbal balik terhadap pihak yang secara professional berhubungan dengan
perawat. Hubungan professional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan
7
bersama, menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan
pencapaian keputusan bersama (Jameto, 1984; Fry, 1991; lih Creasia, 1991).
Loyalitas merupakan elemen pembentuk kombinasi manusia yang
mempertahankan dan memperkuat anggota masyarakat keperawatan dalam
mencapai tujuan. Loyalitas juga dapat mengancam asuhan keperawatan bila terjadi
konflik antara teman sejawat. Argument dari Creasia 1991 untuk memepertahankan
loyalitas adalah:
a. Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus
bijaksana bila informasi dari pasien harus di diskusikan secara professional
b. Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat (celotehan) dan
berbagai persoalan, yang berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah
sakit, harus didiskusikan dengan umum (terbuka dengan masyarakat)
c. Perawat harus menghargai dan memberikan bantuan kepada teman sejawat
d. Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan
anggota profesi (perawat).
8
ilmu pelayanan jasa diharapkan mempunyai standar estetika dalam pelayanannya.
Konsep nilai estetika mungkin berada dalam ranah aktualisasi diri dalam
penerapannya. (Moslow). jadi dengan kata lain, untuk menerapkan konsep estetika
dalam keperawatan, dibutuhkan seseorang yang sudah mempunyai pemikiran dan
kualitas sebagai orang yang sudah dalam tahapan aktualisasi diri.
2. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan
orang lain termasuk keperawatan, komitmen, arahan, kedermawanan atau
kemurahan hati serta ketekunan.
3. Equality (kesetaraan) : Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan
dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi.
4. Freedom (Kebebasan ) : memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk
percaya diri, harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5. Human dignity (Martabat manusia) : Berhubungan dengan penghargaan yang lekat
terhadap martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan,
kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
6. Justice (Keadilan) : Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk
objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.
7. Truth (Kebenaran) : Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas,
kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang rasional.
1. Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk
melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat
lingkungannya dimana dia bergaul
2. Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya
bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk
mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
3. Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat
tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta
mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal
9
ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya
bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik
internal bagi individu tersebut.
4. Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan
penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat
sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik.
5. Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai
tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu,
adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan
perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
10
2. Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan
pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang
dilakukan. Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai
moral yang dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila
dibicarakan dengan sejawat atau pasen dan ternyata tidak sejalan, maka
seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang
dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak
terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena itu,
klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita perlu meningkatkan serta
konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam kehidupan ini
untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai positif yang
sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral
yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik
dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Secara umum
tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan
klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat
kepada profesi keperawatan. Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat
diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka kita harus
memanfaatkan nilai-nilai dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat
dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima
tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis
profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut
akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak
pasien, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
3.2 Saran
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan
praktik keperawatan nantinya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13