Disusun oleh :
1501021042
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah etika
keperawatan yang berjudul “Konsep Dasar Etika Keperawatan” tepat waktu. Makalah ini
tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................................20
3.2 Saran..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek keperawatan sebagai suatu
pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan, menggunakan metodologi
keperawatan dan dilandasi kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur
hubungan antara perawat dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama
anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa
dan tanah air. Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada
kemanusiaan, mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk
pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan
berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan
utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik,
setiap perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara
sembarangan.
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan
karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan.
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak
manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun
kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi
tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis
Karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai
individu. Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-
kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi. Contoh : benarkah
dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung jawab bila profesional kesehatan
menghentikan upaya penyelamatan hidup pada pasien yang mengidap penyakit yang pasti
membawa kematian?
6
lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia
juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang
benar, hal yang diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh
karena manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman
untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan apakah hal
dan tanggung jawabnya.
Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau
bermoral. Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun pernyataan
tentang keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika profesi sebagai
pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi angngota profesi tentang hak-
hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi memiliki pengetahuan atau
keterampilan khusus yangn dipergunakan untuk membuat keputusan yang memengaruhi
orang lain.
Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk
melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin pelayanan yang
diberikan berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan tenaga profesional yang
berkompeten. Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang memberi
gambaran tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan. Perawat juga harus mengerti
undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan kesehatan kepada umum, terutama
undang-undang yang mengatur praktik keperawatan. Perawat harus juga memperhatikan
fungsi dan tanggung jawabnya, seperti yang dijelaskan oleh hukum dan yang dikeluarkan
oleh organisasi profesi keperawatan. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice
discipline, yang perwujudannya dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan.
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang
menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling memengaruhi dan
dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan.
7
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral
yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik
dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi
keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai penerima
pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan kode etik yang telah disepakati.
Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam
melaksanakan praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini. Disamping itu,
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan masyarakat
mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin komplek untuk itu, perawat
dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan atas dasar penalaran saintifik dan
etis.
Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur
perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil
berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral
perawat.
8
menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara
sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.
Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika profesi
secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan mampu
menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara terus-menerus
juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap menyenangi
profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk anggota profesi yang
bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di bawah” standar profesional atau
merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.
1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat sendiri,
maupun masyarakat
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (hal
yang dianggap benar).
Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan adalah
perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang berhubunngan dengan pelayanan
keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
9
Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi, 2010, pendidikan etika keperawatan
bertujuan :
1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan lain
dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas, keputusan
tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai
dengan kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini melalui
dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan
keputusan yang baik dan benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan,
kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.
Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang timbul dalam
keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus
ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan, tidak saja di pendidikan,
tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.
Metode otoritas menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan berdasarkan
pada otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan supernatural, kelompok
10
manusia, atau institusi seperti majelis ulama, dewan gereja, atau pemerintah. Penggunaan
metode ini terbatas hanya pada penganut yang percaya.
Metode pendekatan intuisi atau self-evidence --dinyatakan oleh para ahli filsafat--
berdasarkan pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknikintuisi. Metode initerbatas
hanya pada orang-orang yang mempunyaiintuisi tajam.
Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Bioetik
Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada
lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap pengobatan dan
biologi. Isu dalam bioetik antara lain: peningkatan mutu genetik, etika lingkungan,
pemberiaan pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan,kesehatan modern,aplikasi teori etik,dan prinsip etik terhadap masalah-
masalah pelayanan kesehatan
11
2. Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien.
Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam pembuatan
keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral telah
mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi
teori teleologi dan deontology.
1. Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan
utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yang
menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat
terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau
makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan
pada pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang
maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku
Suhaemi, 2010).
Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarienisme dan act
utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau niiali suatu tindakan
bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan
kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum,
tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap
12
tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan
sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini; bayi yang lahir cacat lebih baik
diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
2. Deontologi
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau
tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi
dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan
pada tindakann melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah
tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau
yang terkait dengan tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperative. Contoh
penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu
tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh
lain: seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya
yang melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak
menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan
nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi)
merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan
menjadi lima prinsip penting, yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan
ketaatan (Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2010).
Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak
akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun
pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan (Suhami,2010).
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat etis dan
moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
13
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?
4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?
Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang seharusnya, perilaku
yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak pasien, dan haknya sendiri untuk
mempertahankan kewibawaan. Fungsi kode etik menurut Hipocrates :
Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik keperawatan
menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):
1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini akan
melindungi perawat dan pasien
2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional, memperbaiki,
dan memelihara standar tersebut
3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-orang
dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesional
4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat keputusan
dalam situasi keperawatan
Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada perawat sendiri.
Perawat bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai yang baik, kata hati akan
menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.
Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dan
dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan
sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara
spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau diizinkan dalam suatu
keadaan.Terdapat tiga prinsip moral yang sering digunakan dalam diskusi moral, yaitu
autonomy, non-maleficience, dan justice (Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2010).
14
1. Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan nomos, artinya
aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri
sendiri.Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai sebagai seseorang yang
mempunyai harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.Prinsip
otonomi sangat penting dalam keperawatan.Perawat harus menghargai harkat dan martabat
manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat
harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan klien tersebut.
Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk juga menghargai
profesi lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi, dan sebagainya.
2. Non-maleficience
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang
lailn.Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfusi darah
bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
15
kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi
klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan
untuk memberikan transfusi darah.Dalam hal ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan
karena prinsip beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi
penyalahgunaan prinsip maleficienc.
3. Keadilan
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan
yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identic, tetapi
dalam hal ini persamaan mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan
seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat
komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan masalah dalam berbagai situasi.
Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua, saudara
kandung, atau orang yang paling dekat dengan klien sehingga memungkinkan klien
mengeksplorasi perasaanya sesuai dengan sifat hubungan tersebut. Fungsi lain yang
dilaksanakan perawat adalah sebagai seorang ahli yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dalam mengatasi masalah dalam kebutuhan kllien. Pada proses hubungan
perawat-klien, klien mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan pertolongan,
artinya klien mempercayakan dirinya terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, untuk ini
perawat mempunyai kewajiban menghargai kepercayaan klien dengan memberikan asuhan
secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien, dan menjaga kerahasian klien.
Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan penghargaan atats hak dan kewajiban
kedua belah pihak.
16
Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan kebenaran dan
kewajiban untuk tidak menipu. Perawat diharapkan berinteraksi dengan klien dengan cara
selalu mengatakan yang sebenarya. Kepercayaan ini dibutuhkan klien dalam menghadapi
keadaan sakitnya dan hal ini sangat penting dalam menjamin kolaborasi perawat-klien yang
optimal.Hubungan perawat-klien ini menjadi dasar dalam peran perawat sebagai pembela
klien.
a. Otonomy (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri.Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang,atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktik
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,legal,dan kemanusiaan.Nilai ini
Direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar
sesuai hukum,standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
17
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama
perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.
e. Kejujuran (Veracity)
g. Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman
atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
18
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat.
3.2 Saran
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan
praktik keperawatan nantinya.
20
DAFTAR PUSTAKA
21