Anda di halaman 1dari 27

TUGAS INDIVIDU

APLIKASI PERILAKU ETIK PERAWAT DALAM PELAYANAN DAN


PRAKTIK KEPERAWATAN BERDASARKAN KODE ETIK
KEPERAWATAN
Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Etik, Hukum dan aspek legal dalam
keperawatan
Koordinator Mata Kuliah : Dr. Yayat Suryati., S. Pd., S. Kp., M. Kep

Disusun Oleh :

Nama : Juni Irmasari Situmeang (215121204)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTASI ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

individu ini tepat waktu. Penugasan individu ini ditulis untuk memenuhi Penugasan

secara individu Mata Kuliah Etik, Hukum, dan Aspek Legal dalam keperawatan

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Harapan

Penulis, semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses pembelajaran.

Bandung, Maret 2023


Penulis

Juni Irmasari Situmeang


DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika Keperawatan........................................................................................
2.2 Tujuan Etika Keperawatan.......................................................................................15
2.3 Tipe-tipe Etika Keperawatan....................................................................................1
2.4 Teori-teori dalam Etika Keperawatan.......................................................................1
2.5 Prinsip-prinsip Etika Keperawatan...........................................................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................26
3.2 Saran..........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana dokter, perawat mempunyai hubungan langsung dengan pasien.
Agar perawat mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pasien, sehingga
tidak mengakibatkan munculnya gugatan pasien/keluarganya maka diperlukan
pemahaman mengenai konsep keperawatan dan konsep hukum bagi para perawat.
Selain itu, perawat juga dapat memahami hak-hak klien, kewajiban klien dan
persetujuan tindakan medis. Hak merupakan tuntutan terhadap sesuatu, dimana
seseorang mempunyai hak terhadapnya, seperti kekuasaan dan hak-hak istimewa
yang berupa tuntutan yang berdasarkan keadilan, moralitas atau legalitas. Peran hak
dan kewajiban, yaitu hak dapat digunakan sebagai pengekspresian kekuasaan dalam
konflik antara seseorang, hak dapat digunakan untuk memberikan pembenaran pada
suatu tindakan, dan hak dapat digunakan untuk menyelesaikan perselisihan
Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek
keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik
keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien,
perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat
terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada
hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan,
mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk
pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik,
dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode
etik sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.
Dengan memahami konsep etik, setiap perawat akan memperoleh arahan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab moralnya dan
tidak akan membuat keputusan secara sembarangan.

1.2 Rumusan Masalah


Aplikasi perilaku etik perawat dalam pelayanan dan praktik keperawatan
berdasarkan kode etik keperawatan :
a. Perawat dengan klien
b. Perawat dengan keluarga
c. Perawat dengan sejawat
d. Perawat dengan profesi lain
e. Perawat dengan masyarakat

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan
2. Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan
3. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam pelayanan dan praktik
keperawatan berdasrkan kode etik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika Keperawatan
Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang
harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber
dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi
individu yang dilayani.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina
profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan
konsep etis karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai
kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah
didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam
suatu situasi. Contoh : benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung
jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan hidup pada
pasien yang mengidap penyakit yang pasti membawa kematian?
Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang
(pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan
organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan
subjek manusia) ini memerlukan pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak
manusia, dan tanggung jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan mampu
memelihara dan menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui
kode etik yang disusunnya.
Kadang-kadang perawat diharapkan pada situasi yang memerlukan keputusan
untuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan
masyarakat ; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik,
sosial, dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan; dan menekankan
pencegahan penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya
profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan
profesional berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak membedakan
kebangsaan, warna kulit, politik, satatus sosial, dan lain-lain. Keperawatan adalah
pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat.
Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang benar, hal
yang diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena
manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman
untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan
apakah hal dan tanggung jawabnya.
Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau
bermoral. Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun
pernyataan tentang keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika
profesi sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi
angngota profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi
memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat
keputusan yang memengaruhi orang lain.
Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum
untuk melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin
pelayanan yang diberikan berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan
tenaga profesional yang berkompeten. Perawat harus membiasakan diri untuk
menerapkan kode etik yang memberi gambaran tanggung jawabnya dalam praktik
keperawatan. Perawat juga harus mengerti undang-undang dan hukum yang
berhubungan dengan kesehatan kepada umum, terutama undang-undang yang
mengatur praktik keperawatan. Perawat harus juga memperhatikan fungsi dan
tanggung jawabnya, seperti yang dijelaskan oleh hukum dan yang dikeluarkan oleh
organisasi profesi keperawatan. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice
discipline, yang perwujudannya dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan.
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi
yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling
memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang
bersangkutan.
Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya
kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial
dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat untuk
terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Untuk
menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan,
metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi.
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan
adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu
perawat. Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan
masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan
kode etik yang telah disepakati.
Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi
dalam melaksanakan praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini.
Disamping itu, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya
kebutuhan masyarakat mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin
komplek untuk itu, perawat dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil
keputusan atas dasar penalaran saintifik dan etis.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus mengambil
suatu keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan klien. Keputusan yang diambil
berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran etika, hal
yang baik bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut keyakinannya sendiri,
norma masyarakat, dan standar profesional. Dalam melaksankan praktik keperawatan,
perawat berhadapan dengan manusia atau klien. Perawat meyakini bahwa klien
mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi; dan integritas perawat harus
dipertahankan dalam memberi pelayanan atau asuhan keperawatan. Disamping itu,
keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk memciptakan lingkungan yang
kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat
istiadat klien.
2.1.1 Kode Etik Keperawatan Menurut ICN
ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat di seluruh dunia yang
didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 oleh Mrs.Bedford Fenwich di Hanover Square,
London dan direvisi pada tahun 1973. Adapun kode etiknya adalah sebagai
berikut
- Tanggung jawab utama perawat :
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
timbulnya penyakit, memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk
melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa :
1) Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah
sama.
2) Pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan
terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan /atau keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, perawat mengikutsertakan
kelompok dan instansi terkait.
- Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan masyuarakat. Oleh karena itu , dalam menjalankan
tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan
menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta
kepercayaan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menjadi pasien
atau kliennya. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan
hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukaan oleh pihak yang
berkepentingan atau pengadilan.
- Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan
standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan
standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan
yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu.
Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai
dengan standar profesi keperawatan.
- Perawat dan lingkungan masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan
dapat berperan serta secara aktif dalam menentukan masalah kesehatan dan
masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
- Perawat dan sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman kerja, baik tenaga
keperawatan maupun tenaga profesi lain di keperawatan. Perawat dapat
melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa
terancam.
- Perawat dan profesi keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar
praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan . Perawat diharapkan ikut
aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan
perawatan secara profesional. Perawat sebagai anggota profesi berpartisipasi
dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi
pelaksanaan praktik keperawatan.
2.1.2 Kode Etik Keperawatan Menurut ANA
Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association (ANA),
terdapat 11 butir, diantaranya :
1) Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat
kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status
sosial atau ekonomi, atribut personal atau corak masalah kesehatannya.
2) Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi
yang bersifat rahasia.
3) Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya
terancam oleh praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau
illegal.
4) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan
yang dijalankan masing-masing individu
5) Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
6) Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan
kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan
konsultasi, menerima tanggung jawab dan melimpahkan kegiatan
keperawatan kepada orang lain.
7) Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan
profesi.
8) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan
meningkatkan standar keperawatan.
9) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan
membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang
berkualitas.
10) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik
terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas
perawat.
11) Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga
masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan
nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan public.

2.1.3 Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI


Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai
pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan
yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi
perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat
selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik
dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan
Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) melalui
munas PPNI di Jakarta pada tangal 29 November 1989. Kode etik keperawatan
Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal yaitu:
- Bab 1: terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap individu,keluarga, dan masyarakat.
- Bab 2: terdiri dari lima pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap tugasnya.
- Bab 3: terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
- Bab 4: terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap profesi keperawatan.
- Bab 5: terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap pemerintah,bangsa,dan tanah air.
A. Tanggung Jawab Perawat terhadap Klien
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga, atau komunitas, perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang
merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasar
terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari filsafat tersebut
adalah hak dan martabat manusia. Karena itu, fokus dari etika keperawatan
ditujukan terhadap sifat manusia yang unik. Untuk memelihara dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat, di perlukan peraturan tentang
hubungan dengan perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman
pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap
keperawatan individu,keluarga,dan masyarakat.
2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan,
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,adat
istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari individu,keluarga, dan
masyarakat.
3) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,keluarga,
dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur keperawatan.
4) Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu,keluarga, dan
masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan
upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian
dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.

B. Tangung Jawab Perawat terhadap Tugas


1) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan
masyarakat.
2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
4) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
5) Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien
dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan
tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.

C. Tanggung Jawab Perawat terhadap Sejawat


Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lainnya adalah sebagai berikut :
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan
dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.
2) Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan
dalam bidang keperawatan.

D. Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi Keperawatan


1) Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya
secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah
ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan.
2) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
3) Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan
pendidikan keperawatan.
4) Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

E. Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara


1) Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan
dan keperawatan.
2) Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepada masyarakat.
Selain itu fungsi kode etik adalah sebagai pedoman perilaku bagi para pengemban
profesi, dalam hal ini perawat, sebagai tenaga kesehatan dalam upaya pelayanan
kesehatan. Kode etik merupakan norma etik yang mencerminkan nilai dan pandangan
hidup yang dianut oleh kalangan profesi yang bersangkutan. Kode etik merupakan
norma etik yang dapat berfungsi sebagai sarana kontrol sosial, sebagai pencegah
campur tangan pihak lain, sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik. Kode etik
memuat hak dan kewajiban profesional anggotanya sehingga setiap anggota profesi
dapat mengawasi apakah kewajiban profesi telah dipenuhi. Tentang bagaimana
anggota profesi melaksanakan kewajiban profesioanalnya, kode etik telah
menentukan standarnya sehingga masayarakat dan pemerintah tidak perlu campur
tangan dalam hal ini. Kode etik sekaligus mencegah kesalahpahaman dan konflik
karena merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum
dan berdasarkan pertimbangan kepentingan
2.2 Tujuan Etika Keperawatan
Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk
mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini,
keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan
mengevaluasi perilaku moral perawat.
Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan
dapat dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan
bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada
profesi (ANA, 1976 dalam buku Suhaemi, 2010). Secara umum tujuan etika profesi
keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada
perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada
profesi keperawatan.
Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika
profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan
mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara
terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat
tetap menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk
anggota profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di
bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi
keperawatan.
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku
Suhaemi 2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan
2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi
dalam praktik keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada
Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya

Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan mempertimbangkan


peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang dihubungkan
dengan ajaran agama dan perintah Tuhan dalam:
1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat
sendiri, maupun masyarakat
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan
(hal yang dianggap benar).

Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan


adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang berhubunngan
dengan pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang menggunakan
ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi, 2010, pendidikan etika
keperawatan bertujuan :
1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi
kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan
tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas,
keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan sesuai dengan kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar
praktik keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan
ini melalui dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan
pengambilan keputusan yang baik dan benar dipandang dari sudut profesi,
kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.

Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang berfungsi


untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang
timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya
diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui
pembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan
lingkungan profesi.

2.3 Tipe-tipe Etika Keperawatan


Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Bioetik

Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam


etik,menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan
pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan,
bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theologi.
Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang
mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap
pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain: peningkatan mutu genetik,
etika lingkungan, pemberiaan pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan,kesehatan modern,aplikasi teori etik,dan prinsip etik terhadap
masalah-masalah pelayanan kesehatan
2. Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah
etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics: adanya
persetujuan atau penolakan,dan bagaimana seseorang sebaiknya merespons
permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3. Nursing Ethics/Etik Keperawatan
Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

2.4 Teori-teori dalam Etika Keperawatan


Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan dalam
pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral
telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology.
1. Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir). Istilah teleologi
dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu
doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau
konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the
end justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir
yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi.
Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan ketidakbaikan sekecil
mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku Suhaemi, 2010).
Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarienisme
dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau niiali
suatu tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan
atau kebahagiaan kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak
melibatkan aturan umum, tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu
dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan
sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh
penerapan teori ini; bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada
nantinya menjadi beban masyarakat.

2. Deontologi
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi
atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini,
perhatian difokuskan pada tindakann melakukan tanggung jawab moral yang dapat
memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant
berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat
universal, tidak kondisional, dan imperative. Contoh penerapan deontologi adalah
seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang yang sebenarnya
terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain: seorang
perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang
melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat
tidak menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam
hal ini calon bayi) merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori
deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip penting, yaitu kemurahan hati,
keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2010).

2.5 Prinsip- prinsip Etika Keperawatan


Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia,
tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan
maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan
(Suhami,2010).
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat
etis dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?
2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang
bekerja sama dengan saya?
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?
4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?

Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang seharusnya,
perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak pasien, dan
haknya sendiri untuk mempertahankan kewibawaan. Fungsi kode etik menurut
Hipocrates :
1. Menghindari ketegangan antar-manusia
2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan

Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik
keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):
1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar
ini akan melindungi perawat dan pasien
2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional,
memperbaiki, dan memelihara standar tersebut
3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti
orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi
anggota profesional
4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat
keputusan dalam situasi keperawatan
Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada
perawat sendiri. Perawat bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai
yang baik, kata hati akan menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.
Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang
etis dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum
dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral
berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan,
atau diizinkan dalam suatu keadaan.Terdapat tiga prinsip moral yang sering
digunakan dalam diskusi moral, yaitu autonomy, non-maleficience, dan justice
(Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2010).
1. Otonomi

Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan nomos,
artinya aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur
diri sendiri.Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai sebagai
seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu
bagi dirinya.Prinsip otonomi sangat penting dalam keperawatan.Perawat harus
menghargai harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan
hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus melibatkan klien untuk berpartisipasi
dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien
tersebut.
Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :
1. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya
2. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui klien
dalam membuat suatu pilihan
3. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan
4. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki
informasi tersebut
5. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah tidak
bersedia menjelaskannya

Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk juga


menghargai profesi lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi,
dan sebagainya.
2. Non-maleficience

Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera


bagi orang lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2010) menyatakan bahwa
prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk
melakukan yang baik.
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan
orang lailn.Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian
transfusi darah bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat
akibat penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah
memberikan pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan
transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadi
pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan untuk memberikan transfusi
darah.Dalam hal ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip
beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi penyalahgunaan
prinsip maleficienc.
3. Keadilan

Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu.
Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama tidak selalu
identic, tetapi dalam hal ini persamaan mempunyai kontribusi yang relative sama
untuk kebaikan kehidupan seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip moral ini tidak
berdiri sendiri, tetapi bersifat komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan
masalah dalam berbagai situasi.
Hubungan perawat-klien.Kontak yang terus-menerus antara perawat dengan klien
membutuhkan suatu hubungan perawat-klien yang spesiifik, yang dibina atas dasar
saling percaya.Hubungan yang spesifik ini merupakan dasar dalam etika
keperawatan. Hubungan perawat klien didasarkan pada penghargaan atas harkat dan
martabak manusia, penumbuhan rasa saling percaya, cara pemecahan masalah, dan
kolaborasi. Dalam hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi sebagai
narasumber dalam memberi informasi yang relevan dengan masalah klien.Perawat
juga dapat berfungsi sebagai konselor, yaitu ketika klien menjelaskan perasaannya
dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sakitnya.
Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua, saudara
kandung, atau orang yang paling dekat dengan klien sehingga memungkinkan klien
mengeksplorasi perasaanya sesuai dengan sifat hubungan tersebut. Fungsi lain yang
dilaksanakan perawat adalah sebagai seorang ahli yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dalam mengatasi masalah dalam kebutuhan kllien. Pada proses
hubungan perawat-klien, klien mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan
pertolongan, artinya klien mempercayakan dirinya terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan, untuk ini perawat mempunyai kewajiban menghargai kepercayaan klien
dengan memberikan asuhan secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien,
dan menjaga kerahasian klien. Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan
penghargaan atats hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan kebenaran
dan kewajiban untuk tidak menipu. Perawat diharapkan berinteraksi dengan klien
dengan cara selalu mengatakan yang sebenarya. Kepercayaan ini dibutuhkan klien
dalam menghadapi keadaan sakitnya dan hal ini sangat penting dalam menjamin
kolaborasi perawat-klien yang optimal.Hubungan perawat-klien ini menjadi dasar
dalam peran perawat sebagai pembela klien.
Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Otonomy (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir


logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang,atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat Baik (Beneficience.


Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,legal,dan kemanusiaan. Nilai ini
Direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum,standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama
perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.Informasi harus ada agar
menjadi akurat,komprehensif,dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada,dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan.Walaupun demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa “doctors know best” sebab
individu memiliki otonomi,mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh
tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling
percaya.
f. Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan kesetiaan,adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmennya yang dibuatnya. Kesetiaan,menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar
dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
g. Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang pun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain
harus dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Secara umum tujuan etika
profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien
kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat
kepada profesi keperawatan.
Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam
mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa
tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly,
1987). Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan
menerapkan berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya
dalam tindakan asuhan keperawatan. Kode Etik keperawatan meliputi Kode Etik
Keperawatan di Indonesia yang di susun oleh PPNI dan di dunia ( ICN dan ANA )

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
American Nursing Association. (2010). Guide to the Code of Ethics for Nurses.
Diunduhdari www.nursesbooks.org/ebooks
Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM
Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas
Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC
Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya
Hendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai