Anda di halaman 1dari 21

Penerapan Etik Dan Legal

Dalam Praktik Keperawatan Profesional

Mata Kuliah: Manajemen Keperawatan

Dosen Pembimbing : Wardatul Washilah S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh
Kelompok 1:

1. Eka Wati 14201.09.17014


2. Laelatul Mukarromah 14201.10.18017
3. Nuraini 14201.10.18029

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PADJARAKAN – PROBOLINGGO
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah


SWT.Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak
gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi
Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di


STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul
“Penerapan Etik Dan Legal Dalam Praktik Keperawatan Profesional’’dan
dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok


pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Dr H.Nur Hamim, S.Kep.,Ns.M.Kep,Sp,Kep.Mat sebagai ketua STIKES
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
3. Shinta wahyusari,S.kep.,Ns.,M.Kep,Sp,Kep.Mat sebagai Ketua Prodi S1
Keperawatan
4. Roisah, SKM.,M.Kes Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Wardhatul Washilah, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai dosen pembimbing mata
kuliah Manajemen Keperawatan

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya
belum sempurna.Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan
saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan
pada materi makalah ini.

Probolinggo, 23 Agustus 202


DAFTAR ISI

Cover.......................................................................................................

Kata Pengantar.........................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................
1.4 Manfaat...........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Etik Keperawatan............................................................


2.2 Kode Etik Keperawatan Di Indonesia...........................................
2.3 Informed Consent..........................................................................
2.4 Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan...............................
2.5 Penerapan Etik Dan Legal Pada Keperawatan..............................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawat yang merupakan tenaga kesehatan yang selalu berhadapan
langsung dengan pasien, sehingga dalam pelaksanaannya memberikan
pelayanan berupa asuhan keperawatan, perawat harus senantiasa menjunjung
tinggi kode etik keperawatan dan menerapkan prinsip etik keperawatan. Kode
etik sekaligus mencegah kesalahpahaman dan konfik karena merupakan
kristalisasi prilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum dan
berdasarkan pertimbangan kepentingan profesi, karena kode etik berisi
prinsip-prinsip etik yang dianut oleh profesi tertentu (Suarli & Bahtiar 2010).
Etik merupakan persamaan dari filosofi moral, moral biasanya mengacu
pada standar perilaku individu, kelompok maupun suatu profesi tertentu Etik
keperawatan adalah kerangka suatu system prinsip yang berkaitan dengan
tindakan keperawatan dalam hubungannya dengan pasien, anggota keluarga
pasien, tim kesehatan lain, pembuat kebijakan dan social (Triwibowo, 2010).
Etik profesi merupakan prinsip moral atau asas yang harus diterapkan oleh
perawat dalam hubungannya dengan pasien, teman sejewat dan masyarakat
umumnya. Etik ini mengatur tentang prilaku profesional pada perawat dalam
menjalankan pekerjaannya,sebagaimana tercantum dalam lafal sumpah dan
kode etik perawat yang disusun organisasi profesional bersama pemerintah.
Pelanggaran etik keperawatan tidak selalu berarti pelanggaran
hukum,demikian pula sebaliknya. Pelanggaran etik keperawatan diproses
melalui MKEK-PPNI dan jika diperlukan diteruskan ke Departemen
Kesehatan. Sementara itu pelanggaran hukum diselesaikan melalui
pengadilan.
Untuk menghindari pelanggaran etik dalam praktik keperawatan
profesional,maka perawat harus menerapkan prinsip/asas etik dan kode etik
serta mematuhi aspek legal keperawatan yang diatur dalam KepMekes
148/2010 dan UU kes 36/2009. Dalam melaksanakan perawat harus
memperhatikan dan menghindari yang disebut dengan negligence (kealpaan) :
commision dan ommision. Hal ini bisa dilakukan apabila perawat dalam setiap
mengambil keputusan etik selalu didasarkan pada ethical decision making dan
clinical decision making (Nursalam, 2016)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud konsep Etik Keperawatan?
1.2.2 Apa saja Kode Etik Keperawatan Di Indonesia?
1.2.3 Apa yang dimaksud Informed Consent ?
1.2.4 Bagaimana Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan?
1.2.5 Bagaimana Penerapan Etik Dan Legal Pada Keperawatan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mengetahui konsep Etik Keperawatan
1.3.2 Agar mengetahui kode Etik Keperawatan Di Indonesia
1.3.3 Agar mengetahui Informed Consent
1.3.4 Agar mengetahui Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan
1.3.5 Agar mengetahui Penerapan Etik Dan Legal Pada Keperawatan

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi institusi pendidikan hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan bacan dibidang kesehatan sebagai bahan informasi
1.4.2 Bagi pembaca dapat menegetahui dan memahami materi tentang
penerapan etik dan legal dalam praktik keperawatan profesional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Etik Keperawatan


A. Teori Etik
Utilitirianism “Greatest happiness principles” (Prinsip kebahagiaan
tertinggi)
Deontology “Rightness or wrongness of an action depended on in
the inherent moral significance of the action.” (kebenaran atau
kesalahan dari tindakan tergantung pada signifikasi moral yang
melekat pada tindakan tersebut.) “To do one’s duty was right, not to
do one’s duty was wrong.”(Selalu memegang janji dan tak pernah
berbohong dengan sesuai situasi) (Nursalam, 2016).
B. Perbedaan scientific dan ethical
1. Scientific:
Tujuan : mejelaskan peristiwa
Kesimpulan : benar dan salah
Adanya penjelasan dan penjabaran
2. Ethical
Justifikasi tindakan manusia
Tidak bisa secara langsung: benar-salah
“Obligation” atau pernyataan yang harus di kerjakan
C. Perawat yang baik adalah seseorang yang (A good nurse in one
who):
1. Kepripadian yang baik (Personal Characteristic)
2. Profesional (Professional Characteristic)
3. Berpusat pada pasien (Patient centeredness)
4. Pembela (Advocacy)
5. Kompeten (Competence)
6. Berrikir kritis (Critical thinking)
7. Asuhan keperawatan (Patient care)
D. Prinsip dan asas etik keperawatan
1. Justice (Asas Keadian)
“...equals should be treated the same and unequals should be
treated differently.”
a. Pasien harus diperlakukan sama sesuai dengan keadaan
sakitnya.
b. Tidak ada diskriminasi (pasien, alat, dan lain-lain)
c. Models (health care resources)
1) Setiap orang sama
2) Berdasarkan jasa
3) Keberadaan peralatan
4) Sesuai kebutuhan
Prinsip keadilan di butuhkan untuk tercapai yang sama dan
adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum
standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
Berkenaan dengan keadilan, pasien harus ditangani sebagai: “
manusia ” daripada diberi label “ gila ” dalam keadaan apapun.
Hak-hak dasar pasien dengan penyakit mental tidak boleh
dirampas. Apalagi pasien psikiatri tidak selalu dalam kondisi
ekstrem seperti itu; dengan demikian, mereka berhak berperilaku
seperti orang normal (Junrong Ye, 2018).
2. Autonomy (Asas meghormati otonomi)
“Individuals have the right to determine their own action”
Karakteristik
a. Sesuai dengan nilai-nilai atau kepercayaan
b. Informasi yang cukup
c. Bebas dari “coercion”.
d. Berdasarkan alasan dan kebebasan
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menurut pembedaan
diri. Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
Otonomi mengacu pada kemampuan seseorang untuk membuat
keputusan sesuai dengan nilai pribadi mereka; dengan demikian,
dalam praktik keperawatan, memperoleh informed consent adalah
dasar untuk menghormati otonomi pasien. Dalam masyarakat
modern, otonomi pribadi memiliki arti yang signifikan fi tidak bisa
nilai. Dengan demikian, dalam keadaan apapun, otonomi pasien
harus dihormati dan tidak mengabaikan praktik keperawatan,
bahkan untuk pasien dengan deformitas (Junrong Ye, 2018).
3. Beneficence (Berbuat baik)
Beneficence berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
Beneficence diperlukan sebagai implementasi dari tindakan untuk
mendapatkan manfaat pasien. spesifikasi fi secara umum, manfaat
beneficence dalam menerapkan pengekangan fisik disebut sebagai
manfaat selektif fiOleh karena itu, intervensi protektif tersebut
dirancang untuk mencegah pasien dari cedera fisik. Staf keperawatan
memiliki kewajiban untuk merawat pasien dengan tepat dan
meningkatkan kesehatan mereka.
4. Non-Maleficence (Tidak merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik
dan psikologis pada klien. Prinsip non-maleficence berarti tidak
ada salahnya, yang membutuhkan penyedia layanan kesehatan
untuk menyeimbangkan tujuan terapeutik dan efek samping
(Junrong Ye, 2018).
5. Veracity (Asas kejujuran)
“.....Telling the truth”
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan
oleh pemberi pelyanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran.
6. Confidentiality (Kerahasian)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang
klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Perawat harus merahasiakan keadaan pasien,
meskipun pasien sudah meninggal kecuali diminta oleh institusi
yang berkompeten.
7. Fidelity (Menepati janji)
Prinsip ini di butuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada kmitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
8. Accountability (Akuntabilitas)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

2.2 Kode Etik Keperawatan Di Indonesia


Lima prinsip
A. Perawat dan pasien
1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
2. Menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan pasien, dan
tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukaan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang di anut
serta kedudukan sosial.
3. Perawat dalam membrikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari
pasien.
4. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
5. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
B. Perawat dan praktik
1. Perawat memlihara dan meningkatan kompetensi dibidang
keperawatan melalui belajar terus menerus.
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang
tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan
pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuha pasien.
3. Perawat dalam membuat keputuan didasarkan pada informasi yang
adekuat dan mempertimbangkan kemampuan seta kualifikasi
seseorang bila melakukan konsultasi menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
C. Perawat dan masyrakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memnuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat.
D. Perawat dan teman sejawat
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama
perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan elayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi pasien dan tenaga kesehatan yang
memeberikan pekayanan kesehata secara tidak kompeten, tidak
etis dan ilegal.
E. Perawat dan profesi
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar
pendidikan dan pelyanan keperawatan serta menerapkan dalam
kegiatan peayanan pendidikan keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan
profesi keperawatan
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun
dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya
asuhan keperawatn yang bermutu tinggi.
Indikator Kelalaian (Indicators Of Negligence-4D)
1. D1 - Duty, Nurse had spesifc professional duty to patient (perawat
memiliki tugas spesifik pada pasien)
2. D2 - Derelection, nurse did not carry out his / her duty (perawat tidak
melakukan tugasnya)
3. D3 - Damage, nurse caused injury to his / her patient (perawat
menyebabkan cedera pada pasien)
4. D4 – Direct Causation, the patient’s injury resulted from the nurses’s
negligent action (cedera pasien diakibatkan karena kelalaian perawat)

Tujuh Pitfalls Yang Umum Terjadi Ada Aspek Etik Keperawatan Dan
Hukum Kesehatan
1. Pasien jatuh (Patient falls)
2. Gagal untuk menindaklanjuti perintah / potokol dokter (failure to follow
up MD orders/protocol)
3. Salah dalam pemberian obat (medication error)
4. Penggunaan peralatan yang tidak tepat (improper use of equipment)
5. Gagal dalam mengeluarkan benda asing (failure to remove foreign
objects)
6. Gagal dalam memberikan pemantaua yang adekuat (failure to provide
sufficient monitoring)
7. Gagal dalam berkomunikasi ( failure to communicate)
Bagaimana Menghindari Negligence
C = Check the order (periksa perintah dokter)
W = Wash your hand (cucilah tangan )
I = Identify the patient (identifikasi pasien).
P = Provide safety and privacy (berikan keamanan dan privasi)
A = Asses the problems (kaji masalah)
T = Teach and tell the patient (ajarkan dan katakan pada pasien)

2.3 Informed Consent


Consent, (latin, consensio, con sentio), berarti persetejuan, izin,
menyetujui, memberi izin kepda seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut permenkes (1989), informed consent adalah persetujuan yang
di berikan oleh pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien.
A. Unsur informed consent
1. Capacity (kemampuan memahami informasi )
Ciri :
a. Memiliki nilai dan tujuan.
b. Kemampuan berkomunikasi dan memahami informasi.
c. Kemampuan membuat alasan atas pilihannya dan keputsan.
2. Volunterinism (sukarela)
Ciri :
a. Tanpa paksaan
b. Tanpa ancaman
3. Inforatif (unsur informasi).
a. Diagnosis/masalah pasien
b. Tujan dan lama tindakan
c. Hasil
d. Manfaat
e. Potensial risiko
f. Alternatif tindakan sesuai kemampuan
g. Prognosis jangka pendek panjang
B. Tujuan informed consent
1. Perlindungan pasien untuk segala tindakan (tindakan yang tidak
perlu oleh tim tanpa sepengetahuan pasien).
2. Perlindungan tenaga medis dan prawat akibat penyakit tidak
terduga serta dianggap merugikan pihak lain.
C. Fungsi informed consent
1. Promosi dari hak otonomi perorangan .
2. Proteksi dari pasien dan subjek.
3. Mencegah penipuan atau paksaan.
4. Regulasi profesi kesehatan,intropeksi.
5. Promosi dari keputusan –rasional.
6. Keterlibatan masyarakat (otonomi-nilai sosial dan pengawasan).
D. Bentuk informed consent
1. Tersurat (express)-lisan dan tertulis
2. Tersirat (implied or tacit consent)
a. Dalam keadaan biasa
b. Dalam keadaan gawat darurat
E. Pemberi informed consent
1. Pasien dewasa (sadar dan sehat mental).
2. Pasien dewasa (berusia 21 tahun atau sudah menikah).
3. Pasien dewasa (pengampunan) –oleh orang tua.
4. Pasien dewasa (gangguan mental )-oleh orang tua /wali.
5. Pasien di bawah 21 tahun (tidak ada orang tua)-oleh keluarga
terdekat
F. Pengabaian informed consent
1. Tidak ada kesempatan memintakan.
2. Tidak ada waktu lagi untuk menunda-nunda tindakan.
3. Untuk meyelamatkan nyawa,tidak mempunyai penyakit
sebelumnya.
4. Melindungi keselamatan anak/bayi.
5. Mencegah self-distruction.
6. Melindungi kesehatan masyarakat.
7. Menjaga etik /aturan RS (UU kesehatan no. 23/1992,pasal 530)
G. Kriteria –gawat(informed consent)
1. Syok.
2. Perdarahan.
3. Patah tulang.
4. Kesakitan(pain).
Permenkes 585/1989: dalam hal pasien tidak sadar/pingsan seta
tidak didampigi oleh keluarga terdekat secara medis dalam keadaan
gawat dan/darurat yang memerlukan tindakan medis segera untuk
kepentingannya, tidak diperlukan persetjuan dari siapapun.
H. Informed Consent Tidak Sah Jika :
1. Dengan paksaan {duress.dwang}
2. Karena memberikan informasi yang salah /berlainan
3. Dari seseorang yang belum dewasa
4. Dari seseorang yang tidak berwenang
5. Dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar(non lucid stade)

2.4 Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan ( Ethical Decision


Making) EDM

Ethical Decision Making (EDM)


Perawat

PASIEN KELUARGA TENAKES LAINNYA


Perbedaan proses keperawatan dan EDMM
Proses Keperawatan Ethical Decision Making Model
Asses Klarifikasi ethical dilema
Analyse Mengumpulkan data tambahan
Plan Identifikasi pilihan
Implement Membuat suatu keputusan
Evaluate Act (tindakan )
Evaluate
Strategy E – D – M
Formula:
Theories + Values + Situational
Utilitarism
Deontoogical
(Lindberg dalam Chitty, 1997)

Data Situasi (Situation Data)


1. Tentukan masalah kesehatan dan kekuatan diri (pasien) yang ada
(determine what healthproblems and individual person strenght exist)
2. Identifikasi keputusan yang perlu di buat (identify what decision need
to be made).
3. Pisahkan keputusan yang mengandung komponen etik dari isu-isu
tersebut (separate the ethical component of the decisions from those
issue).
4. Identifikasi semua pihak, baik individu maupun kelompok yang akan
terkena dampaknya (identify all the individual and groups who will be
affected).
Tanggung Jawab (Accountability)
Berarti bertanggung jawab atau kewajiban yang memepertanggungjawabkan
perilaku atau tindakan seseorang () bertujan untuk :
1. Bertanggungjawab atas tindakannya sendiri (assume responsibility for his
or her own action)
2. Menunjukkan disiplin diri dalam pemenuhan komitmen dan kewajiban,
perjanjian (demonstrate self-discipline in meeting commiments and
obligations, appointment)
3. Mempersiapkan terlebih daulu pengalaman klinis (prepare in advance for
clinical experience)
4. Melaorkan praktik yang tidak aman untuk pasien atau klien (report
unsafe client – patient practice).
Asumsi (Assumption )
1. Seluruh praktik keperawatan terdiri atas EDM (all nursing practice
involves EDM)
2. Perawat yang berpusat pada pasien menuntut kesedihan untuk
menghadapi EDM (person centered care demands a willingness to
confront EDM)
3. Nilai pribadi dan profesi yang memengaruhi EDM (personal dan
professional values influence EDM)
4. Orang (pemberi perawat dan klien) dapat dibantu untuk mencapai tingkat
penalaran moral yang lebih tinggi (persons [care givers and clients] can
be assisted to achieve higher levels of moral reasoning)
5. Tidak ada teori etik yang benar (there is no one correct ethical theory)
Formula Dasar Pengambilan Keputusan Etik

Legal UU KES SOLUSI LANGKAH PENGAMBILAN


36/2009 dan KEPUTUSAN
kepmenkes
148/2010

ETIK

Teori, asas, dan kode etik Masalah 1.Klarifikasi 2.Pulta 3.Identifikasi


etik Dilema Etik pilihan

NILAI-NILAI
(agama, budaya, 6.Evaluasi 5.Pelaksanaan 4.Keputusan
dan lain-lain

Institusi
2.5 Penerapan Etik Dan Legal Pada Keperawatan
Contoh kasus:
Eleanor Gift, perempuan berusia 68 tahun dijadwalkan untuk operasi triple
bypass. Martha blake, adalah perawat yang memberikan pengajaran praoperasi
pada sore sebelum prosedur dijadwalkan. Tampak jelas bagi blake bahwa Ny.
Gift tidak menginginkan operasi tersebut.Dia memperlihatkan ketakutan yang
besar terhadap prosedur operasi dan secara keseluruhan serasa sangat negative
terhadap hasil operasi.Sementara itu, dokter bedah telah meyakinkan Ny. Gift
dan keluarga bahwa operasi itu harus dilakukan untuk membuatnya bertahan
hidup.Walaupun Ny. Gift sama sekali tidak nyaman terhadap kondisi
tersebut, namun dia memutuskan untuk tidak menjalani operasi besok pagi.
Apa tanggung jawab perawat dalam situasi seperti ini?

Contoh Penerapan EDM pada Kasus (Chitty, 1997)


Tahap 1. Klarifikasi Dilema Etik (Clarify Ethical Dillema)
Banyak pertanyaan yang tidak terjawab pada studi kasus diatas. Keputusan
yang jelas terkait operasi harus yang dibuat oleh orang yang paling terkena
dampaknya (yaitu ny. Gift) namun dampaknya juga akan dirasakan oleh orang
lain. Tidak ada informasi yang jelas tentang keluarga Ny. Gift dan bagaimana
keterlibatan mereka dalam perawatan kesehatan Ny. Gift. Pemberi perawatan
lainnya mungkin juga memainkan peran penting. Prinsip etik otonomi amat
penting dalam skenario ini. Sayangnya, waktu terlalu singkat karena jadwal
operasi ny. Gift adalah besok pagi.

Tahap 2: Mengumpulkan Data Tambahan (GatheringAdditional Data)


Perawat perlu mengetahui informasi dari riwayat medis Ny. Gift yang
terkait dengan penyakit kardiovaskular. Hal lain yang penting untuk diketahui
apakah Ny.Gift pernah mengatakan tentang operasi dan kebutuhannya akan
hal tersebut. Apakah dia pernah diberikan informasi yang diperlukan
sehingga memungkinkannya untuk membuat keputusan? Kita juga dapat
mengumpulkan informasi dengan menjawab pertanyaan 5W dan 1H.
Tahap 3: Identifikasi pilihan (identify option)
Tindakan perawat berikut adalah pilihan bagi perawat dalam situasi diatas.
 Melanjutkan dalam memberikan pengajaran preoperasi dengan asumsi
bahwa operasi akan tetap dilaksanakan sesuai jadwal.
 Melanjutkan pengajaran praoperasi sehingga tingkat pengetahuan yang
bertambah dapat membantu Ny. Gift dalam melakukan pengambilan
keputusan.
 Pada prinsipnya pilihan dapat dibagi menjadi 3 kemungkinan :
1. Dapat dilawan
2. Dapat dihindari
3. Dapat dikompromikan

Tabel 3.1 peringkat masing-massingalternatif dalam skala 1-3(bandman


dan bandman,1995)
Alternatif Kecocokan Kelayakan Keleluasaan Total
Alternatif A 1 1 3 5
Alternatif B 3 2 1 6
Alternatif C 3 3 2 8
Alternatif D 2 2 1 5
 Kecocokan: apakah alternatif bersifat etik atau praktik. Apakah sesuai
dalam skala atau penting ? apakah respon adekuat?terlalu ekstrem?
 Kelayakan: seberapa banyak sumber atau fasilitas yang akan diperlukan
untuk menyelesaikan masalah seberapa besar kemungkinan sumber
tersebut dalam menyelesaikan masalah?
 Keleluasaan: kemampuan dalam merespon konsekuensi yang tidak
diharapkan atau membuka peluang baru?

Tahap 4: Membuat Keputusan (Make a Decision)


Pilihlah salah satu opsi. Pada kondisi ini, yang terlihat sesuai adalah
mengetahui lebih jauh mengenai kekhawatiran dan perasaan Ny. Gift akan
operasinya. Penting untuk diketahui apakah pasien benar-benar merasa operasi
merupakan jalan terbaik dan apakah pasien dapat membuat keputusan sendiri
(otonom).

Tahap 5: Implementasi
Ketika keputusan dibuat, hal penting selanjutnya adalah
mengimplementasikan tindakan. Pada situasi ini, perawat memutuskan untuk
mengetahui lebih jauh mengenai kekhawatiran pasien dan menentukan apakah
pasien dapat membuat keputusan otonom.

Tahap 6: Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap yang penting, walaupun sudah terlihat jelas.
Tahap ini diperlukan untuk mengevaluasi dampak dari keputusan yang telah
dibuat. Perawat harus mengetahui apakah implementasi tindakan telah sesuai
dengan yang diinginkan. Bukti bahwa intervensi telah berhasil diantaranya
penurunan tingkat kecemasan Ny. Gift dan perasaan negatif tentang peluang
hasil operasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Utilitirianism “Greatest happiness principles” (Prinsip kebahagiaan
tertinggi)
Deontology “Rightness or wrongness of an action depended on in the
inherent moral significance of the action.” (kebenaran atau kesalahan dari
tindakan tergantung pada signifikasi moral yang melekat pada tindakan
tersebut.) “To do one’s duty was right, not to do one’s duty was
wrong.”(Selalu memegang janji dan tak pernah berbohong dengan sesuai
situasi.)
Prinsip dan asas etik keperawatan JABVC ( Justice, Autonomy,
Beneficence, veracity, confidentiality).

a. Saran
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan makalah kami ini selanjutnya, atas bimbingan dan kerjasama
dosen dan rekan mahasiswa (i) kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam (2016). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Triwibowo, Cecep (2010). Hukum keperawatan: Panduan Hukum Dan Etika Bagi
Perawat. Pustaka Book Publisher.
Suarli,S & Bahtiar, Y (2010) Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan
Praktis: Jakarta Erlangga
Ye, Junrong (2018). Physical restraints: An ethical dilemma in mental health
services in China. International Journal of Nursing Sciences 5 68-71

Anda mungkin juga menyukai