Anda di halaman 1dari 13

MAKALA AGAMA KATOLIK

MEMBANGUN AKAR DAN SAYAP HIDUP

Bagi Mahasiswa Prodi keperawatan,

ARS dan MIK STIKES RS BAPTIS kota

Kediri

( Spritual Care).

DOSEN PENGAMPU:

ANTONIUS PUGUH WARDAYA, S.Pd. M.Si

DISUSUN OLEH:

BRIAN SALYABO (01.2.23.00911)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SARJANA 2023


Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan banyak kemudahan dan
limpahan rezeki-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas kelompok dalam membuat makalah
yang berjudul "Pengambilan Keputusan Etis sesuai dengan prinsip Kekristenan dalam pelayanan
Keperawatan".

Kami sadar betul dalam penggarapan makalah ini tak lepas dari bantuan banyak pihak, termasuk Ibu
Dosen dan teman teman yang berpartisipasi sampai terbentuknya makalah ini.

Selain itu, makalah yang kami garap masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan pengalaman
dan pengetahuan kami. Kiranya, kami berharap adanya saran dan kritik untuk makalah yang baru kami
buat. Terakhir, kami berharap semoga makalah bisa memberi manfaat yang banyak bagi pembaca.
Daftar Isi

HALAMAN JUDULi

KATA PENGANTARii

DAFTAR ISIiii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang1

Rumusan Masalah2

Tujuan Penulisan3

Manfaat Penulisan3

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Pengambilan Keputusan4


2. Teori dasar pembuatan keputusan4
3. Kerangka Pembuatan keputusan5
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis dalam praktik keperawatan8
5. Pengambilan keputusan legal etis pada kasus: aborsi, eutanasia dan trans plantasi berdasarkan
prinsip kekristenan10

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan13
2. Saran13

DAFTAR PUSTAKA14
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi pemberi asuhan kepada individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Salah satu indikator keberhasilan Rumah Sakit
adalah kinerja tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik sesuai dengan
standar pelayanan keperawatan. Profesi perawat di Indonesia memiliki proporsi relatif besar yaitu 40%
dari jumlah tenaga kesehatan di Indonesia sehingga baik buruk kinerja perawat menjadi salah satu
indikator utama mutu asuhan keperawatan di rumah sakit atau instansi kesehatan yang lain (Saragih,
2011,p.1).

Profesi Keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat
mempercayai perawat sebagai tenaga kerja untuk memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Perawat selalu dihadapkan pada situasi atau dilema etik baik dalam penelitian maupun praktik klinis.
Tantangan terkait etika dalam keperawatan sudah sejak lama dihadapi oleh perawat, terutama Florence
Nightingale. Ia telah membahas tentang tugas etika kerahasiaan, komunikasi serta sentrilisasi dalam
pemenuhan kebutuhan pasien (Nightingale,1859 Ulrich & Zeiter,2009). Dimana setiap keputusan yang
diambil oleh seseorang perawat harus dipertanggungjawabkan, setiap keputusan yang diambil juga tidak
hanya dengan pertimbangan ilmiah, namun juga harus mempertimbangkan etika dalam keperawatan.
Etik profesi merupakan prinsip moral atau asas yang harus diterapkan oleh perawat dalam hubungannya
dengan pasien, teman, sejawat dan masyarakat umumnya. Etik ini mengatur tentang perilaku profesional
pada perawat dalam menjalankan pekerjaan, sebagaimana tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik
perawat yang disusun organisasi profesional bersama pemerintah (Nursalam, 2014).

Sudah banyak terjadi pelanggaran pelaksanaan asuhan keperawatan yang tidak sesuai dengan kode etik,
salah satunya kasus yang terjadi di Puskesmas Blega, Kabupaten Bangkalan, dengan berfoto selfie di
depan pasien yang sedang sekarat dengan luka berlumur darah. Kasus lainnya terjadi di Rumah Sakit
Medika Pertama, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dimana seorang perawat berpura-pura memasang
jarum infus ke Setya Novanto, dimana kondisi pria tersebut tidak dalam keadaan sakit, walaupun ada
intruksi dari dokter yang harus dilaksanakan, hal itu jelas jelas melanggar kode etik. Kasus seperti ini
seharusnya tidak perlu terjadi, seharusnya seorang perawat harus menonjolkan sikap independen dan
profesionalitas tinggi sesuai dengan kode etik keperawatan. Hal ini berhubungan dengan dilema etik, yaitu
kondisi yang mengharuskan perawat melakukan analisa, menepis, melakukan sintesa dalam membuat dan
mengambil keputusan yang terbaik bagi pasien. Dilema etik menempatkan perawat pada kondisi dimana
dia harus menimbang, memilah dan menapis pilihan keputusan yang menjadi sulit diputuskan jika kedua
pilihan tidak ada yang benar baik. Ataupun keduanya sama sama baik berdasarkan prinsip etis. Prinsip
prinsip etis yang menjadi bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan etis diantara-Nya
adalah otonomi, nonmaleficience, justice, fidelity dan veracity. Keputusan etis akan silut diambil ketika
terdapat pertentangan antara prinsip prinsip etis tersebut(Fjetland, 2009; Masruroh H, 2014).

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?
2. Apa saja teori dasar pembuatan keputusan?
3. Bagaimanakah kerangka pembuatan keputusan?
4. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis dalam praktik keperawatan ?
5. Bagaimana pengambilan keputusan legal etis pada kasus: aborsi, euthanasia dan trans plantasi
berdasarkan prinsip kekristenan
Tujuan Makalah
6. Menjelaskan pengertian pengambilan keputusan
7. Menjelaskan teori dasar pembuatan keputusan
8. Menjelaskan tentang kerangka pembuatan keputusan
9. Menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis dalam praktik
keperawatan
10. Menjelaskan tentang pengambilan keputusan legal etis pada kasus: aborsi, euthanasia dan trans
plantasi berdasarkan prinsip kekristenan
Manfaat Makalah
11. Mengetahui apa itu pengambilan keputusan
12. Mengetahui apa saja teori dasar pembuatan keputusan
13. Mengetahui kerangka pembuatan keputusan
14. Mengetahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis dalam praktik
keperawatan
15. Mengetahui tentang pengambilan keputusan legal etis pada kasus: aborsi, euthanasia dan trans
plantasi berdasarkan prinsip kekristenan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengambilan Keputusan

Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang harus dihadapi dengan tegas.
Pengambilan keputusan pada hakikatnya merupakan suatu proses pemilihan berbagai alternatif yang
tersedia, mengevaluasi alternatif yang telah dipilih untuk kemudian di implementasikan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Pengambilan keputusan juga dapat mempengaruhi kesuksesan ataupun
kegagalan seseorang dalam hidupnya, termasuk dalam kesuksesan ataupun kegagalan dalam sebuah
organisasi. Perawat merupakan tenaga profesional yang bertanggung jawab dalam memberikan proses
keperawatan kepada klien. Berdasarkan hal tersebut perawat harus mampu mengambil keputusan klinis
sebagai upaya membantu pasien dalam memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar dari setiap
masalah keperawatan yang dialami pasien.

1. Teori Dasar Pembuatan Keputusan

Menurut Terry (dalam Isnani, 2013) menjelaskan dasar dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku
antara lain:

1. Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena
sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan lain.

1. Pengalaman

Dalam hal tersebut pengalaman memang dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaikan masalah.
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan
kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaian sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.

1. Fakta

Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan
keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit

1. Wewenang

Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh
pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.

1. Rasional
Keputusan yang bersifat raisonal. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih
bersifat objekti.

1. Kerangka Pembutan Keputusan

Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika, dan semua
kerangka etika tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika.Beberapa kerangka
pembuatan keputusan etis keperawatan di kembangkan dengan mengacu pada kerangka pembuatan
keputusan etika medis (Murphy, 1976, Borody, 1981). Beberapa kerangka disusun berdasarkan posisi
falsafah praktik keperawatan (Benyamin dan Curtis, 1986; Aroskar, 1980), sementara model-model lain
dikembangkan berdasarkan proses pemecahan masalah seperti diajarkan di pendidikan keperawatan.

Berikut ini merupakan contoh model pengambilan keputusan etis keperawatan yang dikembangkan oleh
Thompson dan Jameton. Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah etika
keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan klien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis
oleh Fry (1991) adalah Model I yang terdiri atas enam tahap, Model Il yang terdiri atas tujuh tahap dan
Model III yang merupakan keputusan bioetis

Model I1
1. Mengidentifikasi masalah. Ini berarti klasifikasi masalah dilihat dari nilai dan konflik hati nurani.
Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya pada masalah etika yang timbul dan mengkaji
parameter waktu untuk proses pembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaban pada
perawat terhadap pernyataan, "Hal apakah yang membuat tindakan benar adalah benar?" Nilai
diklasifikasikan dan peran perawat dalam situasi yang terjadi diidentifikasi
2. Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini
meliputi orang yang dekat dengan klien, yang terlibat dalam membuat keputusan bagi klien, harapan
atau keinginan klien dan orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Perawat kemudian
membuat laporan tertulis kisah dari konflik yang terjadi.
3. Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada pembuat
keputusan Semua tindakan memungkinkan harus yang terjadi, termasuk hasil yang mungkin
diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban atas pertanyaan, "Jenis tindakan apa
yang benar?"
4. Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti perawat
mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi individu, nilai dasar manusia yang
menjadi pusat masalah, dan prinsip etis yang dapat dikaitkan dengan masalah. Tahap ini menjawab
pertanyaan, "Bagaimana aturan tertentu diterapkan pada situasi tertentu?"
5. Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pembuatan keputusan memilih
tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etika. "Apa
yang harus dilakukan pada situasi tertentu?
6. Tahap terakhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.
Model II
7. Mengenali dengan tajam masalah. yang terjadi, apa intinya, apa sumbernya, mengenali hakikat
masalah.
8. Mengumpulkan data atau informasi yang berdasarkan fakta, meliputi semua data yang termasuk
variabel masalah yang telah dianalisis secara teliti.
9. Menganalisis data yang telah diperoleh dan menganalisis kejelasan orang yang terlibat, bagaimana
kedalaman keterlibatannya, dan intensitas relevansi keterlibatannya dengan masalah etika.
10. Berdasarkan analisis yang telah dibuat, mencari kejelasan konsep etika yang relevan penyelesaian
masalah untuk dengan mengemukakan konsep filsafat yang mendasari etika maupun konsep sosial
budaya yang menentukan ukuran yang diterima.
11. Mengonsep argumentasi, semua jenis isu yang didapati merasionalisasi kejadian, kemudian membuat
alternatif tentang tindakan yang akan diambilnya.
12. Langkah selanjutnya mengambil tindakan, setelah semua alternatif diuji terhadap nilai yang ada di
dalam masyarakat dan ternyata dapat diterima maka pilihan tersebut dikatakan sah (valid) secara
etis. Tindakan menggunakan proses yang sistematis.
13. Langkah terakhir adalah mengevaluasi, apakah tindakan yang dilakukan mencapai hasil yang
diinginkan mencapai tujuan menyelesaikan masalah, bila belum berhasil, harus mengkaji lagi hal-hal
apa saja yang menyebabkan kegagalan, dan menjadi umpan balik untuk melaksanakan pemecahan/
penyelesaian terulang masalah secara terulang.
Model III (Model keputusan bioetis)
14. Tinjau ulang situasi yang dihadapi untuk kesehatan, menentukan keputusan masalah yang
dibutuhkan, komponen etis individu keunikan.
15. Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi
16. Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi.
17. Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional.
18. Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan.
19. Identifikasi konflik nilai bila ada.
20. Gali siapa yang harus membuat keputusan.
21. Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan.
22. Tentukan tindakan dan laksanakan.
23. Evaluasi hasil dari keputusan atau tindakan.
24. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis dalam praktik keperawatan

Berbagai faktor mempunyai pengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etis. Faktor ini
antara lain faktor agama, sosial, ilmu pengetahuan/teknologi, legislasi/keputusan yuridis, dana) keuangan,
pekerjaan/posisi klien maupun perawat, kode etik keperawatan, dan hak-hak klien.

Faktor agama dan adat-istiadat

Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat keputusan etis. Setiap
perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk
memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua akan semakin banyak pengalaman dan belajar,
seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai yang dimilikinya.

Faktor legislasi dan keputusan yuridis


Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau legislasi
menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi merupakan
jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat
menimbulkan suatu konflik (Ellis, Hartley, 1990).

Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis tentang masalah etika kesehatan sedang menjadi
topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu dan perundang
undangan baru yang banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk
mengantisipasi perkembangan masalah hukum kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang
praktik keperawatan dan keputusan menteri kesehatan yang mengatur registrasi dan praktik perawat.

Faktor Dana atau Keuangan

Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik. Untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan mengadakan
berbagai program yang dibiayai pemerintah Walaupun pemerintah telah mengalokasikan dana yang besar
untuk pembangunan kesehatan, dana ini belum seluruhnya dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan
sehingga partisipasi swasta dan masyarakat banyak digalakkan.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang setiap hari menghadapi klien, sering menerima keluhan klien
mengenai pendanaan. Dalam daftar kategori diagnosis keperawatan tidak ada pernyataan yang
menyatakan tidak cukupan dana, tetapi hal ini dapat menjadi etiologi bagi berbagai diagnosis
keperawatan, antara lain ansietas dan ketidak patuhan. Masalah ketidakcukupan dana dapat
menimbulkan konflik, terutama bila tidak dapat dipecahkan.

1. Pengambilan Keputusan legal etis pada kasus aborsi, authanasia dan trans plantasi berdasarkan prinsip
kekristenan

Hukum aborsi menurut undang-undang Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Pasal 314 Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal
342 Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya,
diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun. Pasal 343 Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana. Pasal
346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang
lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama
lima belas tahun.
Pasal 348
3. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
4. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
Pasal 349

Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346,
ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347
dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan. Barang siapa secara pasal
535 tentang terang terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun
secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan ataupun secara terang-terangan atau dengan
menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang
demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Selain pasal-pasal dalam KUHP, larangan tentang aborsi juga terdapat dalam Undang-
undang RI no. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan BAB IV tentang Hak Perawat dalam dan Kewajiban
perawat, pasal 36 ayat 4 yang berbunyi: melaksanakan praktik keperawatan berhak : Menolak keinginan
klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar
prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif terhadap aborsi tinjauan dari perspektif iman Kristen.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan argumentasi akademis dan referensi ilmiah bagi Gereja
terhadap maraknya tindakan dan praktik aborsi terutama di kota-kota besar termasuk Jakarta. Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif yang lazim bahwa dari perspektif etika Kristen, maka tindakan
aborsi tidak dapat dibenarkan dan dipilih sebagai keputusan yang etis karena bertolak belakang atau
bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena Allah begitu menyelamatkan kehidupan manusia bahkan
rela mengutus Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus untuk menebus manusia dari dosa. Sehingga
manusia tidak dapat mengakhiri kehidupan bayi yang tidak berdosa dan menjadi salah hanya karena
alasan-alasan yang praktis.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari bacaan yang telah kita bahas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap insan atau individu mengerti
etika Kristen dan harus beretika dalam memutuskan segala sesuatu dan dalam pengambilan keputusan
etis. dalam bacaan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap pengambilan keputusan etis terdapat
faktor-faktor dan langkah-langkah didalam-Nya. faktor-faktor didalam-Nya meliputi iman, tabiat,
lingkungan sosial, norma-norma, dan situasi. sedangkan langkah-langkahnya meliputi model. I dan
model 2 (di samping itu ada cara pengambilan keputusan etis yaitu Sumber-sumber bantuan dalam
pengambilan keputusan etis di sini ada 4 yaitu pertama doa, ibadah dan roh kudus, kedua gereja dan
orang-orang lain, ketiga alkitab dan keempat bahan bacaan. Dan dalam pengambilan keputusan etis
harus di putuskan dengan kaidah yang benar dan tidak merugikan pihak lain.

Saran

Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin dihadapkan pada dilema etika dan moral. Agar
keputusan yang diambil mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan
orang banyak termasuk lingkungannya, maka diperlukan pemimpin yang mempunyai integritas yang
menjunjung tinggi moral dan etika. dan setiap pengambilan keputusan etis harus berdasarkan etika
Kristen dan berdasar dengan agama.
DAFTAR PUSTAKA

Dedek Kusnadi 2015.Pengambilan

Keputusan Dalam Perilaku Organisasi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Vol.15 No.2

J.Isnaini 2013.Bab II

Landasan Teori.

https://www.google.com/url? sa=t&source=web&rct=j&url=http://etheses. uin-


malang.ac.id/1772/5/09410127 Bab 2.pdf&ved=2ahUK EwjE87Gx05LtAhVacHOKHWLwDhwQFj
ACcgQIExAB&usg=AOvVaw3aT0YbAZ 6WBz55OHTEqEg

Muhdi, Nurkolis, Suwarno Widodo.201 Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Menentukan Model
Manajemen Pendidikan Menengah Jurnal manajemen pendidikan, Volume: 4, No. 2

NN 2020. Teori Pengambilan Keputusan, Elemen-elemen Dasar Pengambilan Keputusan, Jenis-jenis


Keputusan, dan Keputusan, dan Faktor-faktor Pengambilan Keputusan. Universitas

Shafa Dwi Andzani 2015 Konsep Berpikir Kritis Dan Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan Serta
Perumusan Diagnosis Keperawatan. https://www.academia.edu/357
78344/Konsep_Berpikir_Kritis_dan_Penga mbilan_Keputusan_dalam_Keperawatan_docx

Anda mungkin juga menyukai