Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRINSIP NON MALEFICENCE DALAM KEPERAWATAN

Disusun oleh : kelompok 3


1. Dewi putri febriyani sundayana
2. Putri miranti tamburian
3. Nurfitri purnamasari Djufri

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO


2020\2021
Alamat:Raya Pangiang, Kec. Prov., Jl. Pandu 2, Molas, Bunaken, Manado City,
North Sulawesi, Indonesia
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul “PRINSIP NON MALEFICENCE DALAM
KEPERAWATAN ” bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar
keperawatan. Pada makalah ini diuraikan tentang prinsip-prinsip dalam keperawatan.
Selain itu, diulas tentang peran perawat dalam pembuatan keputusan etik.
Akhirul kalam, kami dari kelompok 3 menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan
balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG………………………………………………………………

2. TUJUAN…………………………………………………………………………….

3. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ETIKA……………………………………………………………..
2. PENGERTIAN ETIK……………………………………………………………….
3. PENGERTIAN ETIKET……………………………………………………………
4. PRINSIP DAN KONSEP NON MALEFICENCE DALAM
KEPERAWATAN…………………………………………………………………..
5. PRINSIP DAN KODE ETIK KEPERAWATAN…………………………………..
6. PRINSIP DAN PASTIENT’S RIGHT…………………………………………….
7. PRINSIP DAN FAKTOR SOSIOKULTURAL…………………………………...
8. CONTOH KASUS NON MALEFICENCE DALAM
KEPERAWATAN…………………………………………………………………..
9. PERAN PERAWAT DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIK……………..

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN…………………………………………………………………....

2. SARAN…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Keperawatan merupakan salah suatu profesi pemberi asuhan kepada
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik dalam keadaan sakit
maupun sehat. Salah satu indikator keberhasilan Rumah Sakit adalah kinerja
tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan. Profesi perawat di Indonesia memiliki
proporsi relatif besar yaitu 40% dari jumlah tenaga kesehatan di Indonesia
sehingga baik buruk kinerja perawat menjadi salah satu indicator utama mutu
asuhan keperawatan di rumah sakit atau instansi kesehatan yang lain (Saragih,
2011,p.1).

Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat,


yang berarti masyarakat mempercayai perawat sebagai tenaga kerja untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Perawat selalu dihadapkan
pada situasi atau dilema etik baik dalam penelitian maupun praktik klinis.
Tantangan terkait etika dalam keperawatan sudah sejak lama di hadapi
oleh perawat, terutama Florence Nightingale. Ia telah membahas tentang tugas
etika kerahasiaan, komunikasi serta sentrilisasi dalam pemenuhan kebutuhan
pasien (Nightingale, 1859 Ulrich & Zeiter, 2009). Dimana setiap keputusan yang
diambiloleh seorang perawat harus dipertangungjawabkan, setiap keputusan yang
diambil juga tidak hanya dengan pertimbangan ilmiah, namun juga harus
mempertimbangkan etika dalam keperawatan. Etik profesi merupakan prinsip moral
atau asas yang harus diterapkan oleh perawat dalam hubungannya dengan pasien,
teman, sejawat dan masyarakat umumnya. Etik ini mengatur tentang
perilaku prfessional pada perawat dalam menjalankan pekerjaannya, sebagaimana
tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik perawat yang disusun organisasi
professional bersama pemerintah (Nursalam, 2014).

2.Tujuan
Kelompok mampu memahami dan menjelaskan prinsip dasar
keperawatan non maleficence.

3. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika keperawatan?
2. Apa pengertian dari etik?
3. Apa pengertian dari etiket?
4. Apa itu prinsip non maleficence dalam keperawatan ?
5. Apa pengertian dari prinsip kode etik keperawatan?
6. Apa itu prinsip & patient’s right ?
7. Apa itu prinsip & faktor sosiokultural ?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika
Etika adalah kata yang berasal dai yunani yaitu etos yang berarti
kebiasaan atau model perilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk suatu tindakan, etika juga dapat di artikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau
tidaknya suatu perbuatan. Maka dapat di artikan bahwa etika adalah
peraturan atau norma yang dapat di artikan sebagai acuan.

Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mengabdi


kepada kemanusiaan mendahulujkan kepentingan diatas kepentingan pribadi,
bentuk pelayanan berbentuk humanistik, menggunakan endekan secara
holistik, dilaksanakan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan
kode etik sebagai tuntunan utanma dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Dengan memahami konsep etik , setiap perawat akan memperoleh arahan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. yang merupakan tanggung jawab
moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara sembarangan.

Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh kelompok profesi


tenaga kesehatan itu sendiri, yang bila dihimpun (dimodifikasikan) sering
disebut dengan kode etik. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan
komperhensif dari profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam
melaksanakan praktik keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien,
masyarakat,teman sejawat dan diri sendiri.

2. Pengertian Etik
Etik adalah ilmu yang mempelajari baik buruknya perbuatan secara
moral. Moral adalah perilaku yang di harapkan oleh masyarakat atau
merupakan standar yang harus di peratikan seorang bergabung dengan
kelompok atau anggota masyarakat tersebut. Etik juga diatur oleh kode etik.
Kode etik adalah pedoman tertulis yang mengatur tentang norma norma
berperilaku.
3. Pengertian Etiket
Etiket adalah kebiasaan yang telah disepakati bersama dan digunakan
sehari hari. Maka dapat di artikan bahwa etiket adalah perilaku seorang sehari
hari.

4. konsep prinsip non maleficence dalam keperawatan


Non maleficience adalah kewajiban untuk “tidak membahayakan”.
Meski tampak mudah, pada kenyataannya prinsip ini sulit dilakukan. Bahaya
dapat berarti sengaja menimbulkan bahaya, membuat orang lain berisiko
terdapat bahaya, dan secara tidak sengaja menyebabkan bahaya. Dalam
keperawatan, bahaya yang disengaja tidak berterima. Namun, membuat orang
berisiko mengalami bahaya memiliki beragam sisi. Seorang klien mungkin
berisiko mengalami bahaya sebagai konsekuensi yang diketahui sebelumnya
dari suatu intervensi keperawatan yang bertujuan membantu klien. Sebagai
contoh, klien dapat mengalami efek samping terhadap obat. Pemberi asuhan
tidak selalu sepakat mengenai tingkat resiko yang secara moral diperbolehkan
untuk mencapai hasil yang bermanfaat. Bahaya yang tidak disengaja terjadi
saat resiko tidak di antisipasi sebelumnya. Sebagai contoh, saat menangkap
klien yang jatuh, perawat memegang klien dengan cukup erat sehingga
menyebabkan lebam pada lengan klien.

5. prinsip dan kode etik keperawatan


Menurut Nasrullah (2014), prinsip etik keperawatan adalah menghargai hak
dan martabat manusia, tidak akan berubah. Prinsip dasar keperawatan antara lain :
a. Autonomy (otonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang dan
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi
juga diartikan sebagai kemandirian dan kebebasan individu untuk menuntut
perbedaan diri.
b. Beneficience (berbuat baik) adalah suatu bentuk wujud kemanusiawian dan
juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejadian yang disebabkan
oeh diri sendiri dan orang lain.
c. Justice (keadilan) adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang
menjunjung tinggi prinsip moral, legal dan kemanusiaan, prinsip keadilan
juga diterapkan pada 8 pancasila Negara Indonesia pada sila ke 5 yakni
keadilan sosial bagi seluruh Indonesia. Dengan ini menunjukkan bahwa
prinsip keadilan merupakan suatu bentuk prinsip yang dapat menyeimbangkan
dunia.
d. Non maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang mempunyai
arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang tidak menimbulkan
secara fisik maupun mental.
e. Veracity (kejujuran) Merupakan suatu nilai yang menjunjung tinggi untuk
menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.
f. Fidelity ( loyalitas/ketaatan), Pada prinsip ini dibutuhkan orang yang dapat
menghargai janji dan berkomitmen kepada orang lain.
g. Confidentiality (kerahasiaan), Prinsip yang harus dilakukan oleh semua
manusia yang ada dibumi ketika mengiyakan suatu rahasia yang diberikan
oleh orang lain.
h. Accountability (akuntabilitas) Prinsip ini berhubungan dengan fidelity yang
berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan
untuk menilai orang lain. Prinsip ini juga diartikan sebagai standar pasti yang
mana tindakan seseorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali.
i. Moral (moralitas) Merupakan bagian dari prinsip etika keperawatan yang
sangat penting, termasuk advokasi, responsibilitas, dan loyalitas. Advokasi
dapat diartikan sebagai memberi saran dalam upaya melindungi dan
mendukung hak-hak pasien. Responsibilitas merupakan eksekusi terhadap
tugas tugas yang berhubungan dengan peran seseorang, dan loyalitas
merupakan suatu konsep yang melewati simpati, peduli dan hubungan timbal
balik terhadap pihak yang secara langsung dengan orang lain secara
profesional.
j. Value (nilai) Merupakan sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang
sedemikian rupa oleh seseorang yang menjadi standar prilaku seseorang.

6. prinsip dan patient’s right


Sedangkan pernyataan hak pasien (Patient’sBill of Right) yang
diterbitkan oleh“The American Hospital Association” 1973, meliputi beberapa hal,
yang dimaksudkanmemberikan upaya peningkatan hak pasien yang dirawat dan dapat
menjelaskan kepada pasien sebelum pasien dirawat.Adapun hak-hak pasien, adalah
sebagai beriku, pasien mempunyai hak:

1) Mempertahankan dan mempertimbangkan serta mendapatkan asuhan keperawatan
dengan penuh perhatian

2) Memperoleh informasi terbaru, lengkap mengenai diagnosa, pengobatan dan progr
amrehabilitasi dari tim medis, dan informasi seharusnya dibuat untuk orang yang
tepatmewakili pasien, karena pasien mempunyai hak untuk mengetahui dari yang bert
anggung jawab danmengkoordinir asuhan keperawatannya.

3) Menerima informasi penting untuk memberikan persetujuan sebelum memulai ses
uatu prosedur atau pengobatan kecuali dalam keadaan darurat, mencakup beberapa ha
l penting,yaitu; lamanya ketidakmampuan, alternatif-alternatif tindakan lain dan siapa
yang akanmelakukan tindakan

4) Menolak pengobatan sejauh
yang diijinkan hukum dan diinformasikan tentangkosekwensi dari tindakan tersebut.

5) Setiap melakukan tindakan selalu mempertimbangkan privasinya termasuk asuhan
keperawatan, pengobatan, diskusi kasus, pemeriksaan dan tindakan, dan selalu
dijagakerahasiaannya dan dilakukan dengan hati-hati, siapapun yang tidak terlibat
langsung asuhankeperawatan dan pengobatan pasien harus mendapatkan ijin dari
pasien.

6) Mengharapkan bahwa semua komunikasi dan catatan mengenai asuhan keperawata
ndan pengobatannya harus diperlakukan secara rahasia.

7) Pasien mempunyai hak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat lain yang
lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan
tersebut, danRumah Sakit yang ditunjuk dapat menerimannya

.8) Memperoleh informasi tentang hubungan Rumah Sakit dengan instansi lainnya, se
perti pendidikan dan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang dit
erimannya,Contoh: hubungan individu yang merawatnya, nama perawat dan
sebaginnya.

9) Diberikan penasehat/pendamping apabila Rumah Sakit mengajukan untuk terlibat 
atau berperan dalam eksperimen manusiawi yang mempengaruhi asuhan atau pengob
atannya.Pasien mempunyai hak untuk menolak berpartisipasi dalam proyek
riset/penelitian tersebut.

10) Mengharapkan asuhan berkelanjutan yang dapat diterima. Pasien mempunyai hak


untukmengetahui lebih jauh waktu perjanjian dengan dokter yang ada. Pasien
mempunyai hakuntuk mengharapkan Rumah Sakit menyediakan mekanisme sehingga
ia mendapat informasidari dokter atau stafyang didelegasikan oleh dokter tentang
kesehatan pasien selanjutnya.

11) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya sebagai
pasien

12) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya.

7. prinsip dan faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan


akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan
sistem nilai yang di miliki budaya mayoritas.harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

8. Contoh kasus dalam dalam prinsip Non-malficence

Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut,
salah satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah
kanannya masuk kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian
telapak tangan pemuda tersebut baru dapat di keluarkan dari mesin penggilingan padi.
Pada pemeriksaan, dokter mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut hancur.
Dokter bagus bertanya kepada orang-orangyang mengantar pemuda tadi apakah di
antara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang tadi
keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda tersebut.
Dokter bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan
yang harus di lakukan adalah amputasi.
Disini dokter dan perawat bekerja sama menunjukan usahanya yaitu melakukan
amputasi dalam hal untuk meminimalisasi akibat buruk yang akan merugikan pasien,
seperti kehilangan nyawa akibat pendarahan.

9. peran perawat dalam mengambil keputusan etik pada prinsip non maleficence

Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai


komponen yang ahrus di pertimbangkan secara matang oleh perawat terutama yang
terkait dengan permasalahan dalam tatanan klinik . tindakan kelalaian dapat di
minimalisir dengan pengetahuan serta pemahaman penuh tentang kode etik perawat
yang akan menjadikan pedoman perawat professional dalam melakukan tindakan
praktik keperawatan secara profesional sehingga keselamatan dan kenyamanan pasien
selalu menjadi prioritas utama.

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan karena
dokterlah yang secara legal dapat memberikan instruksi untuk melakukan amputasi
pada pasien sesuai dengan diagnosa kedokteran. Namun hal ini perlu di diskusikan
dengam pasien dan keluarganya mengenai efek samping yang ditimbulkan dari proses
amputasi . perawat membatu pasien dan keluarga pasien dalam membuat keputusan
bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan
keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, control emosi, dan
mekanisme koping pasien, mengajarkan managemen nyeri, system dukungan dari
keluarga, dll.
BAB III
PENUTUPAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam masakalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman memberiakn kritikk dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulis makalah ini di kesempatan-kesempatan
berikutnya,.semoga makalah ini berghuna bagi poenyuulids pada khususnya juga para
pewmbaca yang budiman pada umumnya.

1. Kesimpulan

Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan brtanggung gugat


atas pelayanan/asuhan keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan
etika keperawatan.Standar asuhan perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk
melaksanakan praktek keperawatan,sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh
organisasi profsi,hanya saja kode etik yang dibuat masih sulit dilaksanakan
dilapangan karena bentuk kode etik yg ada masih belum dijabarkan secara terinci dan
lengkap dalam bentuk petunjuk tekhnis.

Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang


dipertanggung jawabkan ,etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan
didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari perilaku
manusia(niat). Prinsip –prinsip moral telah banyak diuraikan dalam teori termasuk
didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam profsi keperawatan. Penerapan
nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh di tawar lagi dan
harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang dmikian
juga bagi pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama
walaupun sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagian pemberi
asuhan keperawatan

mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Kedua-duanya mepunyai hak


dan kewajiban sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi dilemma etik,dilemma etik
merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa factor,baik factor
internal maupun ekstrnal,disamping itu karena adanya interaksi atau hubungan yang
saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilemma etik harus diselesaikan baik pada
tingkat individu dan institusi serta organisasi profsi dengan penuh tanggung jawab

2. Saran
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan
dapat diprtanggung jawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan
sebagai bentuk pelindung hukum baik pemberi dan penerima praktek
keperawatan.
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adnya
perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara
baik dilapangan.
4. Sebgai seorang mahasiswa,khususnya mahasiswa fakultas
keperawatan kita harus mengetahui dengan pasti segala bentuk etim
maupun isu etik keperawatan,dan makalah ini merupakan salah satu
bagian pembelajran yg sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lubis, S. C. (2020, September 26). PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS


DALAM KEPERAWATAN. https://doi.org/10.31219/osf.io/jxkeb
2. Ibnu Thoyib, 2015,http://chikayulia.wordpress.com/2012/11/19/prinsip-etika-
dalam-keperawatan/
3. Nasrullah,2014. PRINSIP DAN KODE ETIK KEPERAWATAN
4. Dalami, E,DKK.2010. etika keperawatan. Jakarta: TIM
5. Nisya,R. 2013. PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN . Jakarta: dunia cerdas
6. Suhaemi, M. 2010. Etika keperawatan aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai