1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………….… i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………… 36
B. Saran………………………………………………….. 36
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. FILOSOFI MODEL KONSEPTUAL TEORI KEPERAWATAN
Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang
fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan
symbol dan diafragma. Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap
suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan
persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan.Model konsep adalah
rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara
luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau
fenomena –fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep
tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau
mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai
suatu pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1981) sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu
lainnya dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan dan
mengontrol hasil asuhan keperawatan yang dilakukan.
Teori keperawatan menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha untuk
menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang
situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model
konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat
mendapatkan informasi agar mereka peksa terhadap apa yang terjadi pada suatu
saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat
kerjakan.
4
B. TUJUAN TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN
5
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.
Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima
karakteristik dasar teori keperawatan :
1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai
hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan
antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan
keperawatan
2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan
dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan
menggunakan cara berpikir yang logis
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan
dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang
kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge
keperawatan yang dilakukan melalui penelitian
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki
kualitas praktek keperawatan
BAB II
TEORI-TEORI KEPERAWATAN
6
A Teori Keperawatan Menurut Florence Nigtingale
1. Teori Nigtingale
merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori
keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi
peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta
pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit yang
dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Nigtingale juga membuat standar
pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan
yang efesien.Beliau juga membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran
dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang sehat.
Nigtingale membuat sebuah teori yang dikenal sebagai teori keperawatan
modern (modern nursing).Titik berat teori ini adalah aspek lingkungan.
Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting untuk
penanganan yang berpengaruh pada kesehatan,antara lain:
a. Udara bersih.
b. Air bersih
d. Kebersihan
e. Cahaya
7
yang tidak kalah penting dalam perawatan klien adalah cahaya matahari.
Nightingale yakin sinar matahari dapat memberi manfaat.besar bagi kesehatan
klien.Karnanya, perawat juga perluh membawa klien berjalan-jalan keluar untuk
merasakan sinar matahari selama tidak terdapat kontraindikasi.Fokus perawatan
klien menurut Nightingale adalah pada kebersihan.Ia berpendapat,kondisi
kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh tingkat kebersihan,baik kebersihan
klien,perawat, maupun lingkungan.
Florence Nigtingale percaya bahwa setiap wanita dapat menjadi perawat tentu
dalam pengertian perawatan sebagai wujud tanggung jawab seseorang terhadap
kesehatan.menurut Florence Nightingale,selama perawatannya,klien berada dalam
kondisi pasif yang tidak mempengaruhi perawat dan lingkungan.
Prinsip perawatan adalah mejaga agar proses reparative ini tidak terganggu
dan menyediakan kondosinyang optimal untuk proses tersebut.Untuk mencapai kondi
kesehatan, perawat harus menggunakan nalarnya,disertai ketekunan dan
observasi.Dengan demikian,kesehatan dapat dipelihara melalui upaya pencegahan
penyakit melalui factor kesehatan lingkungan.Ia menyebut hal ini sebagai health
nursing dan membedakannya dengan proper nursing yang berarti merawat klien yang
sakit hingga ia dapat bertahan atau setidaknya menjadi lebih baik hingga saat
kematiannya.
8
Menurut Florence Nigtingale,lingkungan adalah tatanan eksternal yang
mempengaruhi sakit dan sehatnya seseorang,termasuk disini makanan klien dan
interaksi perawat dengan klien.Jika seseorang ingin sehat,perawat,alam dan orang
yang bersangkutan harus bekerja sama agar proses reparative dapat berjalan.Florence
Nigtingale memfokuskan teorinya pada lingkungan,namun lingkungan disini lebih
berkutat pada lingkungan fisik.Florence Nigtingale sendiri tidak menyebutkan
lingkungan emosional maupun lingkungan sosial didalam teorinya karena teori
tersebut memang disesuaikan dengan kondisi pada masa itu ,yaitu masa perang.
9
melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung
kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan
damai,yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat memiliki
kekuatan,kemampuan,kemauan,atau pengetahuan untuk itu.Disamping
itu,Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang
dikenal dengan “The activities of living”.Model tersebut menjelaskan
bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan
kemandiriannya secepat mungkin.Perawat menjalankan tugasnya secara
mandiri ,tidak tergantung pada dokter.Akan tetapi,perawat tetap
menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.
10
10).Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan
emosi,kebutuhan,rasa takut atau pendapat.
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan.
12).Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi.
13).Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
b. Keperawatan
c. Kesehatan.
11
Sehat adalah kualitas hidup yang menjadi dasar seseorang dapat
berfungsibagi kemanusiaan.Memperoleh kesehatan lebih penting dari
pada mengobati penyakit.Untuk mencapai kondisi sehat ,diperlukan
kemandirian dan saling ketergantungan.Individu akan meraih atau
mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki
kekuatan,kehendak,serta pengetahuan yang cukup.
d. Lingkungan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek
lingkungan.
1). Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan
mereka,namun kondisi sakit akan menghambat kemampuan
tersebut.
2). Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
3). Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan
lingkungan.
4). Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat
sebagai dasar dalam memberikan resep.
5). Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui
sarana-sarana tentang kontruksi bangunan dan pemeliharaannya.
6). Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik
keagamaan untuk memperkirakan adanya bahaya.
Dalam pemberian layanan kepada klien,terjalin hubungan antara
perawat dengan klien. Menurut Henderson,hubugan perawat klien
terbagi dalam tiga tingkatan,mulai dari hubungan bergantung hingga
hubungan sangat mandiri.
12
Pada situasi pasien yang gawat,perawat harus berperan sebagai
pengganti (substitute) didalam memenuhi
kekurangan pasien akibat kekurangan fisik,kemampuan atau kemauan
pasien yang kurang.Disini perawat berfungsi untuk
“melengkapinya”untuk menolong atau membantu pasien mendapatkan
kembali kemandiriannya.Kemandirian ini sifatnya relatif,sebab tidak
ada satupun manusia yang tidak bergantung pada orang lain.Meskipun
demikian,perawat berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan
kesehatan pasien.Sebagai mitra ( partner) Perawat dan pasien bersama-
sama merumuskan rencana perawatan bagi pasien.Meski diagnosisnya
berbeda,setiap pasien memiliki kebutuha dasar yang harus
dipenuhi.Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi
berdasarkankondisi patologis dan factor lainnya,seperti
usia,tabiat,kondisi emosional,status sosal atau budaya,serta kekuatan
fisik dan intelektual.
13
Perawat Pasien
Dokter
14
mengkaji,merencanakan,mengimplementasikan,serta mengevaluasi keempat
belas komponen penanganan perawatan kebutuhan dasar.
15
Sister Calista Roy mengembangkan model konsep adaptasi
Dalam keperawatan pada tahun 1964.Model ini banyak digunakan sebagai
falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan.Model
adaptasi Roy adalah system model yang esensial dalam keperawatan.Asumsi
– asumsi dasar yang dianut dalam model adaptasi Roy antara lain:
1) Individu adalah mahluk bio – psiko – sosial yang merupakan suatu
kesatuan yang utuh.Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan biologis,psikologis,dan sosialnya.
2) Setiap orang selalu menggunakan koping,baik yang bersifat positif
maupun negative,untuk dapat beradaptasi.Kemampuan adaptasi
seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen,yaitu penyebab utama
perubahan kondisi dan situasi,keyakinan dan pengalaman dalam
beradaptasi.
3) Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis,kebutuhan akan
konsep diri yang positif,kemampuan untuk hidup mandiri atau
kemandirian,serta kemampuan dalam melakukan peran dan fungsi secara
optimal guna memelihara integritas diri.Kebutuhan fisiologis,menurut
Roy,meliputi oksigenasi dan sirkulasi,keseimbangan cairan dan
elektrolit,makanan,tidur dan istirahat,pengaturan suhu dan hormone dan
fungsi tambahan.kebutuhan konsep diri yang positif berfokus pada
persepsi diri yang meliputi kepribadian,norma,etika dan keyakinan
seseorang.Kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan dan
kemampuan melakukan interaksi sosial,termasuk kebutuhan akan
dukungan orang lain.peran dan fungsi yang optimal lebih difokuskan
pada prilaku individu yang menjalankan peran dan fungsi yang
diembannya.
4) Individu selalu berada dalam rentan sehat – sakit yang berhubungan erat
dengan keefektifan koping yang dilakukan guna mempertahankan
kemampuan adaptasi.
16
Pendekatan Roy menegaskan bahwa individu adalah makhluk
biopsikososial sebagai satu kesatuan yang memiliki mekanisme koping
untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.Individu selalu
berinteraksi secara konstan atau selalu beradaptasi dengan perubahan
lingkungan.Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua yang ada
disekeliling kita dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia.Sehat
adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas
diri.Menurutnya,peran perawat adalah membantu klien beradaptasi terhadap
perubahan yang ada.
Respons atau prilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan atau
kemunduran,menurut teori adaptasi Roy bergantung pada stimulus yang
masuk dan tingkat /kemampuan adaptasi orang tersebut.Tingkat atau
kemampuan adaptasi seseorang ditentukan oleh tiga hal,yaitu masukan
(input),control dan keluaran ( out – put)
Roy mengidentifikasi input sebagai stimulus yang dapat menimbulkan
respon.ada tiga komponen pada input,yaitu stimulus fokal,stimulus
kontekstual,dan stimulus residual.stimulus fokal adalah stimulus yang
langsung berhadapan dengan individu
17
Aspek berikutnya yang terkait dengan kemampuan adaptasi mekanisme
control atau koping regulator dan kognator (proses).Mekanisme control
regulator merupakan respons system kimiawi,saraf atau endokrin,otak,dan
medulla spinalis yang diteruskan sebagai prilaku atau respons.Sedangkan
mekanisme control kognator berhubungan dengan fungsi otak dalam
memproses informasi,penilaian dan emosi.
Aspek terakhir pada teori adaptasi Roy adalah output.output dari suatu
system adaptasi adalah prilaku yang dapat diamati,diukur,atau dapat
dikemukakan secara subjektif.Output pada system ini dapat berupa respons
adaptif ataupun respons maladaptive.
Roy juga mengembangkan konsepnya untuk membantu individu
beradaptasi dan menunjukan respons atau perilaku adaptif terhadap
perubahankebutuhan yang mencakup perubahan fisiologis,konsep diri,fungsi
peran dan hubungan sling ketergantungan antara sehat dan sakit
(output).Konsep sehat yang dikembangkan Roy adalah bagaiman individu
mampu beradaptasi dan berprilaku adaptif terhadap perubahan yang terjadi
guna memenuhi kebutuhannya,seperti kebutuhan fisiologis,konsep diri yang
positif,kebutuhan untuk menampilkan fungsi peran sosial dan
mempertahankan keseimbangan antara kemandirian dan
ketergantungan.Konsep sakit yang dikembangkan Roy adalah ketika
individu tidak mampu beradaptasi dengan perubahanyang
dialaminya.Selanjutnya,ia akan menampilkan respons atau perilaku
maladaptive yang menyebabkan keempat kebutuhan tersebut tidak dapat
terpenuhi.
D. Teori Keperawatan Menurut Jean Watson
1.Teori Jean Watson
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan
teori pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan
Watson ini didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean
18
Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan
manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal
(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat,
kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan
interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi
diri.
20
b).Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang
menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.
c).Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan
perkembangan individu dan keluarga.
d). Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang
sebagaimana mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi
padanya nantinya.
e). Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan
kemungkinan perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi
seseorang untuk memilih kegiatan yang tebaik bagi dirinya dalam waktu
yang telah ditentukan.
f). Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenic (menyehatkan) daripada
curing (mengobati).
g). Praktik caring merupakan pusat keperawatan.
21
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien. Watson juga
mengemukakan bahwa respon setiap individu terhadap suatu masalah
kesehatan unik, artinya dalam praktik keperawatan, seorang perawat harus
mampu memahami setiap respon yang berbeda dari klien terhadap
penderitaan yang dialaminya dan memberikan pelayanan kesehatan yang
tepat dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang maupun akan
terjadi. Selain itu, caring hanya dapat ditunjukkan dalam hubungan
interpersonal yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan klien,
dimana perawat menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi untuk
mempertahankan kesehatan klien dan energi positif yang diberikan pada
klien. Watson juga berpendapat bahwa caring meliputi komitmen untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan.
Dalam praktiknya, perawat di tantang untuk tidak ragu dalam menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya dalam praktik keperawatan.
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan Human
Caring Theory. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori
kemanusiaan. Jean Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995) membagi
kebutuhan dasar manusia dalam dua peringkat utama, yaitu kebutuhan yang
tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya
lebih tinggi (higher order needs).
Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu
upaya kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan
dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain dan semuanya
dianggap penting. Kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya
kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup yang meliputi kebutuhan
makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan ventilasi, kebutuhan
psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan
istirahat, kebuthan seksualitas; kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
22
integrasi) yang meliputi kebutuhan intrapersonal dan interpersonal
(kebutuhan aktualisasi diri).
Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya
dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, dan spiritual karena sejahtera
merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk
mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan
status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit
dan penyembuhan kesehatan.
23
dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan arah perkembangan teorinya
(Watson,2004). Dimana clinical caritas process terdiri dari yaitu:
1). Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan
ketenangan dalam konteks kesadaran terhadap caring.
2). Hadir dengan sepenuhnya dan mewujudkan serta mempertahankan
sistem kepercayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari
dirinya dan orang dirawat.
3). Memberikan perhatian terhadap praktik-praktik spiritual dan
transpersonal diri orang lain, melebihi ego dirinya.
4). Mengembangkan dan mempertahankan suatu hubungan caring yang
sebenarnya, yang saling bantu dan saling percaya.
5). Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan posotif dan
negatif sebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri
sendiri dan orang yang dirawat.
6). Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif
sebagai bangian dari proses caring, untuk terlibat dalam penerapan
caring-healing yang artistic.
7). Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang
mengakui keutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami sudut
pandang orang lain.
8). Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik
maupun nonfisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran,
yang memiliki keholistikan, keindahan, kenyamanan, martabat, dan
kedamaian.
9). Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring yang
penuh, memberikan “human care essentials“, yang memunculkan
penyusuaian jiwa, raga dan pikiran, keholistikan dan kesatuan diri dalam
seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan secara
spiritual.
24
10). Menelaah dan menghargai misteri spiritual, dan dimensi eksistensial dari
kehidupan dan kematian seseorang, “soul care” bagi diri sendiri dan orang
yang dirawat.
25
Caring Occation menurut Watson (1988,1999) adalah kesempatan
(mengenai tempat dan waktu) pada saat perawat dan orang lain datang pada
saat human caring dilaksanakan, dan dari keduanya dengan fenomena tempat
yang unik mempunyai kesempatan secara bersama datang dalam moment
interaksi human to human. Bagi Watson (1988, 1999) bidang yang luar biasa
yang sesuai dengan kerangka refensi seseorang atau perasaan-perasaan yang
dialami seseorang, sensasi tubuh, pikiran atau kepercayaan spiritual, tujuan-
tujuan, harapan-harapan pertimbangan dari lingkungan, arti persepsi
seseorang kesemuanya berdasar pada pengalaman hidup yang dialami
seseorang, sekarang atau masa yang akan datang. Watson (1999) menekankan
bahwa perawat dalam hal ini sebagai care giver juga perlu memahami
kesadaan dan kehadiranya dalam moment merawat dengan pasiennya, lebih
lanjut dari kedua belah pihak perawat maupun yang dirawat dapat
dipengaruhi oleh perawatan dan tindakan yang dilakukan keduanya, dengan
demikian akan menjadi bagian dari pengalaman hidupnya sendiri. Caring
occation bisa menjadi transpersonal jika memungkinkan adanya semangat
dari keduanya (perawat dan pasien) kemudian adanya kesempatan yang
memungkinkan keterbukaan dan kemampuan–kemampuan untuk
berkembang (Watson 1999).
1. Keperawatan
Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi
transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran,
jiwa dan raga yang menimbulkan selfknowlegde, self-control, self-care, dan
selfhealing.
2. Klien
26
Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan
pikiran, jiwa dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan
keputusan tentang kondisi sehat-sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self-
control, pilihan dan selfdetermination.
3. Kesehatan
Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa dan
raga antara diri dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara klien
dan perawat.
27
E. Teori Keperawatan Menurut Dorothea Orem
1. Manusia
1. Udara
2. Air
3. Makanan
4. Eliminasi
6. Interaksi sosial
28
8. Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia
2. Masyarakat/lingkungan
3. Kesehatan
4. Keperawatan
29
F. Teori Sistem Keperawatan Orem
1. Self Care
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang Thenpeutic sesuai
dengan kebutuhan,
Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh seorang
perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan
keberadannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam
memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi
hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan
terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu :
persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
30
d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem. Yang
menggambarkan kapan keperawatan di perlukan.Oleh karena perencanaan
keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan.
Bila dewasa (pada kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu
atau keterbatasan dalam melakukan self care yang efektif
3. Nursing system
31
direncanakan berdasarkan kebutuhan “Self Care” dan kemampuan pasien
untuk menjalani aktifitas “Self Care”.
Metode bantuan :
32
- Mengajarkan klien
- Menagarahkan klien
- Mensuport klien
2. Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal
dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi
yang menjadi tujuan. Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien,
perawat berperan sebagai mitra kerja, pendidik, narasumber, pengasuh
pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.
33
3. Masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan
pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi
apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan
biologi individu. Dalam model peplau ansietas merupakan konsep yang
berperan penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam
keadaan sakit biasanya tingkat ansietas meningkat. Oleh karena itu perawat
pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas klien. Berkurangnya ansietas
menunjukkan bahwa kondisi klien semakin membaik.
4. Proses interpersonal
Peplau mengidentifikasi empat tahapan hubungan interpersonal yang saling
berkaitan, yaitu:
a. Tahap Orientasi
Tahap orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien dalam
memberi atau menerima pertolongan. Selain itu, tahap ini juga
dipengaruhi oleh ras, budaya, agama, pengalaman, latar belakang, dan
harapan klien maupun perawat. Akhir dari tahap ini adlah perawat dan
klien bersama-sama mengidentifikasi adanya masalah serta
menumbuhkan rasa saling percaya sehingga kedua-dunay siap untuk
melangkah ke tahap yang berikutnya.
b. Tahap Identifikasi
Selama tahap identifikasi, klien diharapkan mulai memiliki perasaan
terlibat dan mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dengan
mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus asa. Upaya ini akan
menumbuhkan sikap positif paa diri klien guna melaju ke tahap
selanjutnya.
c. Tahap Eksploitasi
Pada tahap ini, perawat juga dituntut menguasai keterampilan
berkomunikasi secara terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa tahap eksplorasi merupakan tahap pemberian bantuan pada klien
34
sebagai langkah pemecahan masalah. Jika tahap ini berhasil, proses
interpersonal akan berlanjut pada tahap akhir, yaitu resolusi.
d. Tahap Resolusi
Pada tahap resolusi , tujuan bersama antara perawat dan klien sudah
sampai pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan
terapeutik yang selama ini terjalin. Indikator keberhasilan untuk tahap ini
adalah jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari bantuan perawat.
Selanjutnya, baik perawat maupun klien akan menjadi individu yang
matang dan lebih berpengalaman.
35
C .Implementasi Teori Peplau
Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk
keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai
perawat jiwa, melalui tulisannya ia kemudian mempublikasikan teorinya mengenai
hubungan interpersonal dalam keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan
keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat terapeutik.
Teori peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat
klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubugan interpersonal
yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan
dasar telah diatasi, kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan interpesonal
perawat klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti
berikut ini orientasi, identifikasi, penjelasan dan resolusi.
Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik
keperawatan jiwa. Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument
perilaku, dan instrument untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model
konseptual Peplau.
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu:
Sebaiknya teori dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Elisa.
37
2009. . .
Hidayat. A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Surabaya: Salemba Medika.
http://perawattegal.wordpress.com/2009/12/12/model-konseptual-peplau/
http://siti
oktiya.blogspot.com/2012/01/teori
keperawatan-hildegard-e-peplau.htm.
http://perawatankesehatan.blogspot.com/2010/06/hildegard-e-peplau-interpersonal_29.html
Potter dan Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik.
Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Efendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
http://hanyasekedarblogg.blogspot.co.id/2013/04/keperawatan-menurut-florence
nightingale.html
38