Anda di halaman 1dari 13

Soal !!

1. Siapakah masyarakat Kaili Da’a yang bermungkim di bukit


Kamalisi Sulawesi Tengah.

Jawaban !!

Kelompok masyarakat yang memiliki asal usul secara turun temurun


diwilayah geografis tertentu serta miliki sistem nilai, idiologi, ekonomi,
politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. Pengakuan terhadap keberadaan
masyarakat adat juga diatur dalam konversi Internasional Labour
Oraganisation (ILO). No.169/1989 (pasal 1), yang menyebutkan
masyarakat adat sebagai “Masyarakat yang tinggal di negara-negara
merdeka yang dianggap sebagai bangsa pribumi yang penetapan dan
keberadaannya didasarkan padaketurunan mereka diantara penduduk lain
yang mendiami suatu negara atau wilayah geografis dimana suatu negara
terletak, pada waktu terjadi penaklukan atau penjajahan atau penetapan
batas-batas negara yang baru, tanpa memiliki status hukum mereka dan
masih tetap memiliki sebagaian atau seluruh kelembangaan sosial,
ekonomi, budaya dan politik mereka”.

Secara sosiologi, masyarakat adat adalah masyarakat yang tergolong


sebagai persekutuan hidup yang didasarkan pada ikatan kekerabatan turun
temurun (genologis) dan atau teritori yang didasarkan atas kesepakatan-
kesepakatan bersama karna memilki asal usul leluhur yang sama.
Sedangkan dari segi strukturnya masyarakat adat digolongkan dalam
persekutuan hidup setempat yang bersifat tunggal, bertingkat, maupun
berangkai-rangkai yang tersebar dalam bentangan suatu wilayah, misalnya
masyarakat adat Indonesia dalam bentangan wilayah Indonesia.

Persekutuan-persekutuan masyarakat adat adalah persekutuan-


persekutuan yang diatur oleh hukum adat. Persekuruan tersebut merupakan
persekutuan yang merdeka, berdaulat dan otonom. Ngata Boya-Ngapa di
Lembah Palu, Desa di Jawa, Lembur di Sunda, Banjar di Bali, Nagari di
Minangkabau, Banua di Kalimantan, Nggolok di Rote, Kuan di Timor,
Wanau di Sulawesi, Huria di Mandailing, Huta di Batak, Dusun di
Palembang, Gampong dan Meuanasah di Aceh adalah merupakan bentuk-
bentuk dari persekutuan tersebut.

Salah satu kekhasan yang dimiliki oleh masyarakat adat adalah


tradisi mengadakan upacara adat. Upacara-upacara adat ini biasanya
dilakukan untuk menyambut datangnya musim panen, upacara
mendatangkan hujan monak bencana, menyambut kelahiran bayi, atau
upacara adat untuk penyembuhan warga masyarakat yang sakit. di Sulawesi
Tengah misalnya sebut saja masyarakat Kaili Da’a. Salah satu upacara adat
yang dilakukan masyarakat untuk penyembuhan orang sakit disebut Balia
dan Tafui. Upacara adat ini biasanya hanya dilakukan untuk penyembuhan
penyakit yang sudah termasuk kategori berat dan berbahaya maka
penyembuhan dengan menggunakan ritual Balia. Sedangkan Tafui
merupakan bentuk pengobatan yang dilakukan oleh orang tua melalui
peniupa. Tafui ini dipergunakan pada semua penyakit ringan yang dianggap
umum didalam masyarakat.

Masyarakat adat umumnya menjaga norma-norma yang berlaku.


Sedangkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat adalah
bagaimana menjaga keharmonisan dalam berinteraksi baik antar sesama
manusia dengan lingkungan maupun dalam berinteraksi dengan pencipta-
Nya sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki dan yang dianut secara
turun-temurun. Dalam pandangan atau pemahaman masyarakat adat apabila
manusia tidak diatur atau tidak memiliki norma, maka kehidupannya akan
kacau atau selalu bermusuhan.

Dalam menjalankan kehidupan sosailnya masyarakat adat selalu


memegang teguh adat istiadat. Adat adalah salah satu istilah yang sangat
erat kaitannya dengan tradisi lisan. Dalam tradisi lisan adat dimaknai
sebagai seluh kehidupan manusia dengan lingkungannya (sumber daya
alam, kehidupan sosial, kum adat). Hubungan ini berlangsung dengan
seimbang dan dilaksanakan sesuai dengan ketetapan-ketetapan masyarakat
setempat. Jika terjadi ketidakseimbangan di antara aspek-aspek tersebut
dapat mengakibatkan masalah bagi masyarakat dan juga terhadap
lingkungan mereka.

Adat istiadat juga semakin terdistorsi oleh cara berpikir sempit yang
mengganggap adat istiadat bertentangan dengan nilai-nilai agama. Pada hal
bagi masyarakat adat, adat itu adalah sebuah proses yang trasenden dimana
kehidupan mereka memberikan kepercayaan segala bentuk hidupnya.
Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan prinsip bahwa segala Makhluk
yang ada dilingkungan masyarakat merupakan makhluk yang hidup dan
bertuan.

Bagi masyarakat adat misalnya masyarakat adat yang bermukim


diwilayah pegunungan Kamalisi di Sulawesi Tengah. (Kaili Da’a), upacara
adat dipercaya sebagai sebuah pemberian dari sesuatu yang di luar dari
jangkauan pikiran manusia melalui cahaya yang mereka kenal sebagai
tomanuru dan tobarakah. Masyarakat adat di berbagai daerah juga sama
halnya dengan masyarakat adat yang ada di daerah Sulawesi Tengah.
Sebagai contoh masyarakat adat di Kamalisi (yang lebih dikenal dengan
bukit Gawalise) mempercayai bahwa tanah, dan sumberdaya alam lainnya
seperti kayu, padi, air dan udara yang berkaitan erat dengan kehidupan
masyarakat merupakan jelmaan manusia sebagai sebuah pengorbanan bagi
kelangsuangan generasi yang akan datang. Dengan demikian adat
dilaksanakan terkait erat dengan berbagai macam aturan dan persyaratan
seperti masa waktu, peralatan dan perlengkapan.

Masyarakat adat melaksanakan upacara adat pada peristiwa-


peristiwa penting umumnya terpelihara (terjaga) baik dalam pengertian
selalu dilaksanakan. Upacara adat dilakukan tidak hanya berkaitan dengan
interaksinya dengan komunitas sesama manusia, tatapi juga dengan
lingkungan, selain itu upacara-upacara adat dilakukan sebagai bentuk
pengungkapan rasa syukur kepada sang pencipta atas berbagai kemurahan
yang diberikan.

Di Sulawesi Tengah masyarakat adat khususnya yang tinggal di


pengununggan Kamalisi sampai sekarang masih memegang teguh upacara-
upacara adat warisan nenek moyangnya.

Beberapa upacara adat yang dikenal antara lain :

1. Nompaliu Vati, adalah upacara syukuran untuk anak, biasanya


dilakukan seminggu atau sebulan setelah kelahiran anak. Melalui
upacara ini dimintakan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar anak
ini kelak akan panjang umur, kuat serta hidup dalam niali-nilai yang
baik.
2. Lalundu, adalah upacara syukuran setelah panen padi dilaksanakan
di Logo tempat pengumpulan hasil panen, masyarakat berkumpul di
tempat (Logo) kemudian tokoh adat memulainya dengan membaca
ucapan-ucapan adat sebagai rasa terima kasih kepada Pue (Tuhan
Yang Maha Esa)
3. Balia, adalah upacara untuk penyembuhan orang sakit dilaksanakan
didalam rumah oleh orang yang dipercayai telah memiliki
pengalaman dan kemampuan mengobati, biasanya orang yang
memiliki keahlian dan kemampuan ini berdasarkan keturunan.
Orang yang memiliki keahlian penyembuhan penyakit disebut
Sando (Pengobat Tradisional)
Dikalangan masyarakat adat Kaili mereka mempunyai cara tersendiri
untuk mengekspresikan kegembiraan, misalnya menjelang dan saat musim
panen tiba dimana mereka ikut turun keladang. Tradisi-tradisi yang masih
dipertahankan Oleh masyarakat Kaili Da’a

1. Leori, adalah hiburan untuk para perempuan di ladang, dilakukan


dengan meniup atau menggunakan bunyi-bunyi untuk mengusir
burung.
2. Nusua Ale, Hiburan perempuan diladang dengan nyanyian-nyanyian
khusus.
3. Monaka, pengobatan terhadap wanita (dalam bentuk hiburan).
Dalam permainan ini perempuan saling menggigit telinga dengan
maksud agar cepat sembuh.

Upacara-upacara ada bagi masyarakat adat umumnya dipercayai


sebagai ungkapan permohonan kepada penguasa-penguasa lingkungan
berupa roh-roh leluhur makhluk-makhluk supranatural agar terhindari
dari sakit penyakit, hasil penennya baik dan memperoleh perlindungan
dari Tuhan Yang Maha Esa. (Pue)
LAGENDA MASYARAKAT KAILI DA’A

Mengenal zaman kediktatoran dan zaman tomalanggai, Belum ada


seorangpun penguasa manusia hidup mengejar saling menaklukan siapa
berani dialah atasan manusia belum mengenal pakaian kecuali kulit
kayu yang dijadikan cawat Tabemba untuk laki-laki dan Pewo untuk
perempuan. Makanan pokok masyarakat kaili kala itu masih berupa
hewan buruan dari hutan didapat dengan menggunakan sumpit, tombak
dan sebagainya, kala itu belum ada makanan pokok, mereka juga makan
buah-buahan yang ada disekitar mereka dan belum mengenal nasi dan
cara memasaknya.

Pemenuhan kebutuhan hidup Leluhur mereka pada masa itu sama


dengan pola hidup suku bangsa yang hidup pada abad ke 20, hidup
berkelompok-kelompok dalam lingkungan keluarga terdekat yang
dikepalai satu anggota keluarga yang mempunyai kemampuan dan
keberanian. Siapa yang dianggap paling berani dan mempunyai
keluarga besar dialah yang akan menjadi orang paling didengar dan
berkuasa diaderanya.

Kediktoran interaksi antara penguasa dan keluarnya dengan


golongan masyarakat yang dikuasainya sehingga terjadi
penaklukan/invasi antar suku timbul kelas-kelas dalam masyarakat
kekuasaan hukum rimba mengakhiri masa gemilangnya dan muncul
zaman baru yang disebut zaman Tomanuru, dizaman Tomanuru muncul
perintah untuk menebang bambu/serumpun bumbu kuning emas
(Boluwatu Mbula), sebutan tomanuru ialah perempuan cantik jelmaan
dewa yang turun dari kayangan untuk menjadi isrti (permainsuri)

Setelah beranak pinak suku Kaili Da’a mereka mulai berpencar dan
mencari tempat-tempat yang bebas, dan mulai turun kedaratan lembah
kaili. Demikianlah seterusnya hingga pada suatu saat timbullah
kekuatan besar ditangan seorang laki-laki & pemeberani & banyak
pengikut gabungan kelompok-kelompok yang ditaklukannya kelompok
ini semakin besar dan tersebar dimana-mana dan masih dibawah
kekuasaanya Dia disebut dengan Tomalanggai mulai saat itu mulai
tampak kediktatoran Invas antar suku.

MASYARAKAT KAILI DA’A DI DESA DOMBU

 Etnis Kaili
 Petani ladang kering dolereng-lereng gunung
 Tingkat pendidikan relatif rendah
 Pemeluk agam kristen Bala Kesalamatan (Salvation Army)
 Kental dengan adat istiadat warisan leluhur
 Pertukaran kental dengan konsep resiprositas
 Sitem sosial bersifat kekeluargaan dan kebersamaan (Sintuvu)
 Tidak mudah menerima inovasi yang dibawah orang dari luar
KESEHATAN DAN PENGOBATAN MASYARAKAT KAILI DA’A

 Mengobati sendiri penyakitnya secara tradisional


 Membutuhkan dukun pengobat (sando) sebagai medium
penyembuhan melalui ritual tertentu
 Mengaitkan sebab-sebab sakit dengan roh-roh jahat
 Sinkritisme
 Mempercayai kematian dapat diakibatkan oleh gangguan roh-
roh jahat
 Mengaitkan sebab-sebab sakit dengan keberadaan roh-roh jahat
 Perilaku hidup sehat masyarakat masih dipengaruhi keyakinan-
keyakinan tradisional (warisan leluhur).

PERSEPSI MASYARAKAT KAILI TENTANG :

SEHAT

 Tubuh/badan terasa segar


 Dapat beraktivitas/bekerja seperti biasa tidak loyo dan makan
terasa enak seperti biasa
 Tidur enak (seperti biasa)
 Tidak mengganggu lingkungan
SAKIT
 Wajah terlihat pucat
 Tidak dapat beraktivitas/bekerja seperti biasanya, badan terasa
loyo dan makan tidak enak seperti biasa
PENYEBAB SAKIT
Sakit secara fisik (naturalistik) dan non fisik (Persnolistik)

SANDO DAN SISTEM PENGOBATAN MASYARAKAT KAILI

SANDO

 Orang yang dikarunai kemampuan mengobati penyakit


(penyakit fisik dan non fisik)
 Pengobat tradisional
 Bersifat menolong
 Sebagai pemuka adat
 Sebagai pelindung
 Tidak menetukan tarif pelayanan (General reciprocity)
 Selalu berkunjung kerumah-rumah masyarakat
 Waktu pelayanan sesuai kebutuhan pasien (setiap saat)

DETERMINAN PEMILIHAN PENGOBATAN TRADISIONAL

 Sistem kepercayaan
 Kemampuan ekonomi
 Sistem pertukaran
 Jarak fisik sarana pelayanan kesehatan modern
 Waktu buka pelayanan tidak sesuai dengan waktu kebutuhan
pasien
 Kesamaan sosial psikologis dengan sando
 Jarak sosial psikologis dengan petugas kesehatan

JENIS SANDO

 Sando ntina balia


 Sando mpoana
 Sando koto/mpeonjo
 Sando tolio
 Sando jua
 Sando mposambale
 Sandp bete (sudah jarang ditemukan)

PENGOBATAN SANDO

Pengobatan dengan tumbuhan obat Penyakit fisik ringan dan berat


secara langsung - Luka tergores
- Terkilir
- Patah tulang dan
- Gatal-gatal
Pengobatan dengan tumbuhan obat Sakit berat seperti :
yang telah diramu dengan proses - Kanker
tertentu - Tumor
- Liver
- Usus buntu
- Ginjal
Pengobatan secara ritual adat Penderita sakit nonfisik
bersifat magis-religius - Gangguan roh-roh halus
- Kesurupan
- Kena guna-guna.
BUDAYA MASYARAKAT KAILI DA’A

Nur Fadillah Npm : Pk. 115 016 026

Kelas : V A (PSIK)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA


JAYA PALU.

TAHUN AJARAN 2018/2019.

Anda mungkin juga menyukai