Anda di halaman 1dari 8

Tugas ujian budaya masyarakat kaili da’a

Nama : Amelia febrina ida


Npm : Pk 115 019 004

Sekolah tinggi ilmu kesehatan Indonesia jaya palu


Tahun 2021
Siapakah masyarakat kaili da’a yang bermukim di bukit kamalisi?

Kelompok masyarakat yang memiliki asal usul secara turun temurun diwilayah geografis
tertentu serta miliki sistem nilai, idiologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri.
Pengakuan terhadap keberadaan masyarakat adat juga diatur dalam konversi Internasional
Labour Oraganisation (ILO). No.169/1989 (pasal 1), yang menyebutkan masyarakat adat
sebagai “Masyarakat yang tinggal di negara-negara merdeka yang dianggap sebagai bangsa
pribumi yang penetapan dan keberadaannya didasarkan padaketurunan mereka diantara
penduduk lain yang mendiami suatu negara atau wilayah geografis dimana suatu negara terletak,
pada waktu terjadi penaklukan atau penjajahan atau penetapan batas-batas negara yang baru,
tanpa memiliki status hukum mereka dan masih tetap memiliki sebagaian atau seluruh
kelembangaan sosial, ekonomi, budaya dan politik mereka”.

Secara sosiologi, masyarakat adat adalah masyarakat yang tergolong sebagai persekutuan
hidup yang didasarkan pada ikatan kekerabatan turun temurun (genologis) dan atau teritori yang
didasarkan atas kesepakatan-kesepakatan bersama karna memilki asal usul leluhur yang sama.
Sedangkan dari segi strukturnya masyarakat adat digolongkan dalam persekutuan hidup setempat
yang bersifat tunggal, bertingkat, maupun berangkai-rangkai yang tersebar dalam bentangan
suatu wilayah, misalnya masyarakat adat Indonesia dalam bentangan wilayah Indonesia.

Persekutuan-persekutuan masyarakat adat adalah persekutuan-persekutuan yang diatur


oleh hukum adat. Persekuruan tersebut merupakan persekutuan yang merdeka, berdaulat dan
otonom. Ngata Boya-Ngapa di Lembah Palu, Desa di Jawa, Lembur di Sunda, Banjar di Bali,
Nagari di Minangkabau, Banua di Kalimantan, Nggolok di Rote, Kuan di Timor, Wanau di
Sulawesi, Huria di Mandailing, Huta di Batak, Dusun di Palembang, Gampong dan Meuanasah
di Aceh adalah merupakan bentuk-bentuk dari persekutuan tersebut.

Salah satu kekhasan yang dimiliki oleh masyarakat adat adalah tradisi mengadakan
upacara adat. Upacara-upacara adat ini biasanya dilakukan untuk menyambut datangnya musim
panen, upacara mendatangkan hujan monak bencana, menyambut kelahiran bayi, atau upacara
adat untuk penyembuhan warga masyarakat yang sakit. di Sulawesi Tengah misalnya sebut saja
masyarakat Kaili Da’a. Salah satu upacara adat yang dilakukan masyarakat untuk penyembuhan
orang sakit disebut Balia dan Tafui. Upacara adat ini biasanya hanya dilakukan untuk
penyembuhan penyakit yang sudah termasuk kategori berat dan berbahaya maka penyembuhan
dengan menggunakan ritual Balia. Sedangkan Tafui merupakan bentuk pengobatan yang
dilakukan oleh orang tua melalui peniupa. Tafui ini dipergunakan pada semua penyakit ringan
yang dianggap umum didalam masyarakat.

Dalam menjalankan kehidupan sosailnya masyarakat adat selalu memegang teguh adat
istiadat. Adat adalah salah satu istilah yang sangat erat kaitannya dengan tradisi lisan. Dalam
tradisi lisan adat dimaknai sebagai seluh kehidupan manusia dengan lingkungannya (sumber
daya alam, kehidupan sosial, kum adat). Hubungan ini berlangsung dengan seimbang dan
dilaksanakan sesuai dengan ketetapan-ketetapan masyarakat setempat. Jika terjadi
ketidakseimbangan di antara aspek-aspek tersebut dapat mengakibatkan masalah bagi
masyarakat dan juga terhadap lingkungan mereka.

Bagi masyarakat adat misalnya masyarakat adat yang bermukim diwilayah pegunungan
Kamalisi di Sulawesi Tengah. (Kaili Da’a), upacara adat dipercaya sebagai sebuah pemberian
dari sesuatu yang di luar dari jangkauan pikiran manusia melalui cahaya yang mereka kenal
sebagai tomanuru dan tobarakah. Masyarakat adat di berbagai daerah juga sama halnya dengan
masyarakat adat yang ada di daerah Sulawesi Tengah. Sebagai contoh masyarakat adat di
Kamalisi (yang lebih dikenal dengan bukit Gawalise) mempercayai bahwa tanah, dan
sumberdaya alam lainnya seperti kayu, padi, air dan udara yang berkaitan erat dengan kehidupan
masyarakat merupakan jelmaan manusia sebagai sebuah pengorbanan bagi kelangsuangan
generasi yang akan datang. Dengan demikian adat dilaksanakan terkait erat dengan berbagai
macam Di Sulawesi Tengah masyarakat adat khususnya yang tinggal di pengununggan Kamalisi
sampai sekarang masih memegang teguh upacara-upacara adat warisan nenek moyangnya.

Beberapa upacara adat yang dikenal antara lain :

1. Nompaliu Vati, adalah upacara syukuran untuk anak, biasanya dilakukan seminggu atau
sebulan setelah kelahiran anak. Melalui upacara ini dimintakan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa agar anak ini kelak akan panjang umur, kuat serta hidup dalam niali-nilai
yang baik.
2. Lalundu, adalah upacara syukuran setelah panen padi dilaksanakan di Logo tempat
pengumpulan hasil panen, masyarakat berkumpul di tempat (Logo) kemudian tokoh adat
memulainya dengan membaca ucapan-ucapan adat sebagai rasa terima kasih kepada Pue
(Tuhan Yang Maha Esa)
3. Balia, adalah upacara untuk penyembuhan orang sakit dilaksanakan didalam rumah oleh
orang yang dipercayai telah memiliki pengalaman dan kemampuan mengobati, biasanya
orang yang memiliki keahlian dan kemampuan ini berdasarkan keturunan. Orang yang
memiliki keahlian penyembuhan penyakit disebut Sando (Pengobat Tradisional)

Dikalangan masyarakat adat Kaili mereka mempunyai cara tersendiri untuk mengekspresikan
kegembiraan, misalnya menjelang dan saat musim panen tiba dimana mereka ikut turun
keladang. Tradisi-tradisi yang masih dipertahankan Oleh masyarakat Kaili Da’a

1. Leori, adalah hiburan untuk para perempuan di ladang, dilakukan dengan meniup atau
menggunakan bunyi-bunyi untuk mengusir burung.
2. Nusua Ale, Hiburan perempuan diladang dengan nyanyian-nyanyian khusus.
3. Monaka, pengobatan terhadap wanita (dalam bentuk hiburan). Dalam permainan ini
perempuan saling menggigit telinga dengan maksud agar cepat sembuh.

Upacara-upacara ada bagi masyarakat adat umumnya dipercayai sebagai ungkapan


permohonan kepada penguasa-penguasa lingkungan berupa roh-roh leluhur makhluk-
makhluk supranatural agar terhindari dari sakit penyakit, hasil penennya baik dan
memperoleh perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. (Pue)

LAGENDA MASYARAKAT KAILI DA’A

Mengenal zaman kediktatoran dan zaman tomalanggai, Belum ada seorangpun penguasa
manusia hidup mengejar saling menaklukan siapa berani dialah atasan manusia belum
mengenal pakaian kecuali kulit kayu yang dijadikan cawat Tabemba untuk laki-laki dan
Pewo untuk perempuan. Makanan pokok masyarakat kaili kala itu masih berupa hewan
buruan dari hutan didapat dengan menggunakan sumpit, tombak dan sebagainya, kala itu
belum ada makanan pokok, mereka juga makan buah-buahan yang ada disekitar mereka dan
belum mengenal nasi dan cara memasaknya.
Pemenuhan kebutuhan hidup Leluhur mereka pada masa itu sama dengan pola hidup
suku bangsa yang hidup pada abad ke 20, hidup berkelompok-kelompok dalam lingkungan
keluarga terdekat yang dikepalai satu anggota keluarga yang mempunyai kemampuan dan
keberanian. Siapa yang dianggap paling berani dan mempunyai keluarga besar dialah yang
akan menjadi orang paling didengar dan berkuasa diaderanya.

Kediktoran interaksi antara penguasa dan keluarnya dengan golongan masyarakat yang
dikuasainya sehingga terjadi penaklukan/invasi antar suku timbul kelas-kelas dalam
masyarakat kekuasaan hukum rimba mengakhiri masa gemilangnya dan muncul zaman baru
yang disebut zaman Tomanuru, dizaman Tomanuru muncul perintah untuk menebang
bambu/serumpun bumbu kuning emas (Boluwatu Mbula), sebutan tomanuru ialah perempuan
cantik jelmaan dewa yang turun dari kayangan untuk menjadi isrti (permainsuri)

Setelah beranak pinak suku Kaili Da’a mereka mulai berpencar dan mencari tempat-
tempat yang bebas, dan mulai turun kedaratan lembah kaili. Demikianlah seterusnya hingga
pada suatu saat timbullah kekuatan besar ditangan seorang laki-laki & pemeberani & banyak
pengikut gabungan kelompok-kelompok yang ditaklukannya kelompok ini semakin besar
dan tersebar dimana-mana dan masih dibawah kekuasaanya Dia disebut dengan
Tomalanggai mulai saat itu mulai tampak kediktatoran Invas antar suku.

KESEHATAN DAN PENGOBATAN MASYARAKAT KAILI DA’A

 Mengobati sendiri penyakitnya secara tradisional


 Membutuhkan dukun pengobat (sando) sebagai medium penyembuhan melalui ritual
tertentu
 Mengaitkan sebab-sebab sakit dengan roh-roh jahat
 Sinkritisme
 Mempercayai kematian dapat diakibatkan oleh gangguan roh-roh jahat
 Mengaitkan sebab-sebab sakit dengan keberadaan roh-roh jahat
 Perilaku hidup sehat masyarakat masih dipengaruhi keyakinan-keyakinan tradisional
(warisan leluhur).
sPERSEPSI MASYARAKAT KAILI TENTANG :

SEHAT

 Tubuh/badan terasa segar


 Dapat beraktivitas/bekerja seperti biasa tidak loyo dan makan terasa enak seperti
biasa
 Tidur enak (seperti biasa)
 Tidak mengganggu lingkungan
SAKIT
 Wajah terlihat pucat
 Tidak dapat beraktivitas/bekerja seperti biasanya, badan terasa loyo dan makan tidak
enak seperti biasa
PENYEBAB SAKIT
Sakit secara fisik (naturalistik) dan non fisik (Persnolistik)

SANDO DAN SISTEM PENGOBATAN MASYARAKAT KAILI

SANDO

 Orang yang dikarunai kemampuan mengobati penyakit (penyakit fisik dan non fisik)
 Pengobat tradisional
 Bersifat menolong
 Sebagai pemuka adat
 Sebagai pelindung
 Tidak menetukan tarif pelayanan (General reciprocity)
 Selalu berkunjung kerumah-rumah masyarakat
 Waktu pelayanan sesuai kebutuhan pasien (setiap saat)
DETERMINAN PEMILIHAN PENGOBATAN TRADISIONAL

 Sistem kepercayaan
 Kemampuan ekonomi
 Sistem pertukaran
 Jarak fisik sarana pelayanan kesehatan modern
 Waktu buka pelayanan tidak sesuai dengan waktu kebutuhan pasien
 Kesamaan sosial psikologis dengan sando
 Jarak sosial psikologis dengan petugas kesehatan

JENIS SANDO

 Sando ntina balia


 Sando mpoana
 Sando koto/mpeonjo
 Sando tolio
 Sando jua
 Sando mposambale
 Sandp bete (sudah jarang ditemukan)
PENGOBATAN SANDO

Pengobatan dengan tumbuhan obat Penyakit fisik ringan dan berat


secara langsung - Luka tergores
- Terkilir
- Patah tulang dan
- Gatal-gatal
Pengobatan dengan tumbuhan obat Sakit berat seperti :
yang telah diramu dengan proses - Kanker
tertentu - Tumor
- Liver
- Usus buntu
- Ginjal
Pengobatan secara ritual adat Penderita sakit nonfisik
bersifat magis-religius - Gangguan roh-roh halus
- Kesurupan
- Kena guna-guna.

Anda mungkin juga menyukai