Anda di halaman 1dari 10

Dermawati Sinaga 032020008

Ronita Hutagalung 032020033


PERUBAHAN Adria Evicarolina Gea 032020016
KULTURAL YANG Nirwanawati Girsang 032020048
LAZIM TERJADI
PADA PROSES
MENUA
Lanjut usia disingkat dengan lansia merupakan seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun ke atas. Setiap
mahluk hidup akan mengalami semua proses yang dinamakan
menjadi tua atau menua. Proses menua tersebut bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, dimana terdapat
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh(Mujiadi & Siti Rachmah,
2022)
TEORI KULTURAL
Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore (1992). Ahli antropologi
menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada
budaya yang dianut oleh seseorang. Dipercayai bahwa kaum tua tidak
dapat mengabaikan social budaya mereka. Jika hal ini benar maka
status tua dalam perbedaan sosial dapat dijelaskan oleh Sejarah
kepercayaan dan tradisi. Blakemore dan Boneham (1992) yang
melakukan penelitian pada kelompok tua di Asia dan Afro-Caribbean
menjelaskan bahwa kaum tua merupakan komunitas yang minoritas
yang dapat menjamin keutuhan etnik, ras, dan budaya. Sedangkan
Salmon (2000), menjelaskan tentang konsep “Double Jeoparoly” yang
digunakan untuk karakteristik pada penuaan.
Budaya adalah sikap, perasaan, nilai, dan kepercayaan yang
terdapat pada suatu daerah atau yang dianut oleh sekelompok orang
kaum tua, yang merupakan kelompok minoritas yang memiliki kekuatan
atau pengaruh pada nilai budaya. Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa budaya yang dimiliki seseorang sejak lahir akan tetap
dipertahankan sampau tua. Bahkan memengaruhi orang-orang di
sekitarnya untuk mengikuti budaya tersebut sehingga tercipta kelestarian
budaya(Sunaryo, dkk., 2022 ).
Perubahan Kultural Pada Lansia
Pada lansia dapat dilihat dari World Health Organization (WHO)
kemampuannya beradaptasi terhadap mendefinisikan kualitas hidup sebagai
kehilangan fisik, social, emosional, serta persepsi individu pada kehidupannya dalam
mencapai kebahagiaan, kedamaian dan konteks budaya dan nilai system dimana
kepuasaan hidup. Ketakutan menjadi tinggal dan hubungannya dengan tujuan,
tua dan tidak mampu produktif lagi harapan, standar dan kekhawatiran. Kualitas
memunculkan gambaran yang negative hidup sering digambarkan sebagai
tentang proses menua. Banyak kultur kesejahteraan fisik, fungsional, emosional,
dan budaya yang ikut menumbuhkan dan faktor social. Kualitas hidup lansia
anggapan negative tersebut, dimana merupakan tingkat kesejahteraan dan
lansia dipandang sebagai individu yang kepuasan dengan peristiwa atau kondisi yang
tidak mempunyai sumbangan apapun dialami lansia, dipengaruhi penyakit ataupun
terhadap Masyarakat dan memboroskan pengobatan
sumber daya ekonomi .
Perubahan Cultural Pada
Kesehatan Lansia

ada lima perubahan cultural pada kesehatan lansia yaitu ;


1. Kolektifitas Etnis
2. Shock Budaya
3. Pola komunikasi
4. Jarak Pribadi dan Kontak
5. Pandangan Sosiol Cultural Tentang Penyakit dan Sakit
Perilaku Budaya Terhadap Lansia

A. Budaya Nias
Pada suku Nias, masa tua dalam keluarga dianggap saatnya menjadi penasehat,
dihormati oleh segenap anggota keluarga dan komunitas dan menjadi seorang yang dalam
legenda suku bangsa Nias disebut Todo Hia. Nasehat selalu di patuhi karena dianggap
sebagai orang yang patutu dipercara dan dibijaksanakan. Seorng yang telah berumur tua
memiliki banyak pengalaman dan menjadi sumber cerita, legenda dan mitos. Masatua di
istilahkan di Nias Bawa Lewato yang berarti pintu gerbang kuburan. Menurut masyarakat Nias
kematian telah dekat bagi mereka. Karena itu anak-anak dan keturunannya selalu memelihara
mereka dengan baik dan hati-hati anak-anak akan menyungguhkan makanan yang baik dan
pakaian yang baik dan pantas untuk mematuhi perintah mereka serta melayani dan
mengormati (Laiya 1983).
B. Budaya Karo
Kelurga Karo pandangan sendiri dalam memperlakukan lansia. Keluarga
harus memberi dukungan kepada lansia. Apa yang di inginkan lansia dipenuhi
saja biarkan dan ikuti apa maunya, asalkan dia senang, itulah strategi yang
dilakukan keluarga. Keluraga harus menyesuaikan situasi dengan keinginan
lansia. Misalnya denga membiarkan lansia hidup sendiri dan mandiri, kalau
memang itu keinginannya. Selagi permintaan tidak melanggar adat, maka akan
dipenuhi oleh keluarga. Itu bukan bentuk membiarkan, karena keluarga akan
terus hadir dan memantau lansia dengan jarak memenuhi kebutuhan sehari-hari,
nelfon dan mengujungi. Mesekipun begitu ada tugas keluarga dalam hal ini anak-
anaknya terhadap lansia, yaitu mengadahkan lansia.
Peran Perawat Dalam Perubahan Kultural Pada Lansia
Perawat memiliki peran penting dalam menghadapi perubahan kultural pada
lansia. Lansia merupakan kelompok populasi yang memiliki beragam latar
belakang budaya, nilai, dan keyakinan. Dalam menghadapi perubahan kultural
pada lansia, perawat perlu memahami dan mengambil langkah-langkah tertentu
untuk memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi kultural
individu. Berikut adalah beberapa peran perawat dalam menghadapi perubahan
kultural pada lansia.
1. Pemahaman Terhadap Keanekaragaman Kultural
2. Penghormatan Terhadap Nilai dan Tradisi Kultural
3. Komunikasi yang Sensitif
4. Penyesuaian dalam Perawatan Medis
5. Edukasi yang Tepat
6. Advokasi Kesehatan
7. Kolaborasi Tim
8. Pengembangan Keterampilan Budaya
Thank You

Anda mungkin juga menyukai