Anda di halaman 1dari 19

Proses Penuaan (Sindrom Geriatri) pada

“Perubahan Spiritual dan Kultural”

Dosen Pembimbing :
Ns. Abdurrahman Hamid, M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Kelompok 3
01 Aina Alfatinah (19031001) Amey Novela R (19031016) 05

02 M.ABD.Maulana (19031004) Sabrina Elys (19031019) 06

03 Gusvita Sari (19031008) Muhammad Farid (19031023) 07

04 Pipit Yuliyani (19031011) Sari Fitri Handayani (19031001) 08


Konsep Teori
Definisi Lansia

Lanjut usia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis
(Effendi, 2009)
Definisi Sindrom Geriatri

Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan. Tamplan klinis
yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. (Vina. 2015)
Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif, depresi, inkontinesia, ketergantungan
fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan angka morbiditas yang signifikan
dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah. Sindrom ini biasanya melibatkan
beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin memiliki kesamaan patofisiologi
meskipun presentasi yang berbeda, dan memerlukan interventasi dan strategi yang
berfokus terhadap faktor etiologi (Panitaetal, 2011).
Definisi Spiritual

Emblen mendefinisikan religi sebagai suatu sistem keyakinan dan ibadah


terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas yang dapat
menunjukkan spiritualitas mereka.
Menurut Notoatmodjo, spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang
mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan kepada Tuha,
selain itu juga perbuatan baik yang sesuai dengan norma - norma
masyarakat. Burkhardt menguraikan karakteristik spiritual yang meliputi
hubungan dengan diri sendiri, alam dan Tuhan.
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual

Menurut Taylor dan Craven & Hirnle, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang
diantaranya:
a) Tahap perkembangan
b) Peran keluarga.
c) Latar belakang etnik dan budaya.
d) Pengalaman hidup sebelumnya.
e) Krisis dan perubahan.
f) Terpisah dari ikatan spiritual.
g) Isu moral terkait dengan terapi.
h) Asuhan keperawatan yang kurang sesuai.
Kebutuhan Spiritual pada Lansia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual lansia adalah dengan
melibatkan peran keluarga sebagai orang terdekat, diharapkan keluarga mampu untuk mencurahkan
segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia, khususnya kesejahteraan spiritual mereka. Kebutuhan
spiritual pada usia lanjut adalah kebutuhan untuk memenuhi kenyamanan, mempertahankan fungsi
tubuh dan membantu untuk menghadapi kematian dengan tenang dan damai. Lingkup asuhannya
berupa preventif dan caring. Preventif merupakan upaya yang dilakukan dengan mengadakan
penyegaran dan pengajian. Caring merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam kegiatan spiritual
lansia untuk saling belajar menerima keadaan, dan memberikan dukungan, spirit untuk bisa menerima
ketika menghadapi kematian.
Perubahan Spiritual pada Lansia

Menurut Azizah (2011) spiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsik dan merupakan proses
individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat
pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek positif
harapan dari kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup
melalui mekanisme pendekatan spiritual akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian.
Harapan lansia dengan memliki keimanan spiritual atau religius untuk bersiap siap menerima
kehilangan atau kematian. Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih
muda yaitu sikap mereka terhadap kematian.
Definisi Kultural

Kultural adalah sesuatu hal yang terkait dengan kebudayaan kelompok


tertentu, serta kebiasaan mereka yang meliputi kepercayaan, tradisi dan
sebagainya secara turun temurun. Kultural merupakan pola atau cara hidup
yang berkembang oleh sekelompok orang, kemudian diturunkan pada generasi
selanjutnya.
Perubahan Kultural pada Lansia

Terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya dimana keluarga
yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini banyak yang lebih menitipkan lansia
ke panti dengan alasan kesibukan dan ketidakmampuan dalam merawat lansia.

Para ilmuan sosial sudah sejak lama mengidentifikasi pemahaman tentang cultural
dalam kompetensi budaya. Transcultural mengandung arti banyak budaya dan
mengandung makna akan martabat manusia yang terdapat dalam komunitasnya
dengan budaya masing - masing daerah. Pada lansia dapat dilihat dari
kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan fisik, sosial, emosional serta
mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.

Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan anggapan negatif tersebut,
dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan
apapun terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi.
Perubahan Kultural pada
Kesehatan Lansia

1. Kolektifitas Etnis : Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki standart
perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-
norma yang menentukan jalan pikiran dan perilaku mereka
2. Shok Budaya : Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang kulturnya berbeda.
Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi
yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara efektif dengan
kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai - nilai dan kepercayaan.
3. Pola Komunikasi : bahasa budaya merupakan jalan khusus untuk meneropong dan interprestasi pengalaman
tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan
4. Jarak Pribadi dan Kontak : Kontak yang dekat sering diperlukan untuk mengurangi kecemasan dengan
mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat dengan sesuai untuk melindungi hak privasi.
5. Padangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit.
Pembahsan
Perubahan Spiritual pada Lansia

Berdasarkan Jurnal : Yuzefo, Mira Afnesta, dkk. 2015. Hubungan Status Spiritual dengan
Kualitas Hidup pada Lansia. JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015.

Agama dan spiritual adalah sumber koping bagi lansia ketika ia mengalami sedih,
kesepian dan kehilangan. Hasil studi menunjukkan bahwa pada lansia yang
mencapai usia 70 tahun, maka lansia tersebut berada pada level dimana penyesalan
dan tobat berperan dalam penebusan dosa-dosa. Tobat dan pengampunan dapat
mengurangi kecemasan yang muncul dari rasa bersalah atau ketidaktaatan dan
menumbuhkan kepercayaan serta kenyamanan pada tahap awal iman.
Next....

Penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa menjalani lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya
dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan sosial, merasa
dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan.
Dengan terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu spiritual maka seseorang memiliki kehidupan yang
berkualitas, dengan demikian sudah selayaknya seorang yang lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi
kebutuhan spiritualnya.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013). Kualitas hidup jika dilihat
dari dimensi kesehatan fisik merupakan evaluasi dari kepuasan dan kebahagiaan terhadap aspek-
aspek kesehatan fisik seperti rasa sakit dan ketidaknyamanan akibat penyakit, kebugaran, kualitas
tidur, serta ketergantungan obat. Hal tersebut berarti semakin puas seseorang terhadap aspek
kesehatan fisik, maka semakin baik pula kualitas hidupnya.
Perubahan Kultural pada Lansia

Berdasarkan Jurnal : Kusumawaty, Ira, dkk. 2018. Pemanfaatan Taman Lansia di Palembang :
Antara Harapan dan Kenyataan. Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI)
7, J 100-106, Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018.

Terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya dimana keluarga yang menjadi basis
perawatan bagi lansia kini banyak yang lebih menitipkan lansia ke panti dengan alasan kesibukan
dan ketidakmampuan dalam merawat lansia. Tetapi tidak semua keluarga yang mengambil keputusan
tersebut. Ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran yang
negatif tentang proses menua.
Next….
Menurut budaya Palembang penyediaan taman lansia sebagai fasilitas ruang terbuka bermanfaat untuk
mengoptimalkan fungsi kognitif, kesehatan fisik dan psikologis lansia. Hal ini merupakan konsekuensi dalam
menyikapi meningkatnya umur harapan hidup. Namun informasi mengenai pemanfaatan taman lansia serta harapan
terhadap keberadaan taman lansia masih belum diketahui.

Nilai Budaya Palembang yang mengedepankan kebersamaan di dalam rumah, kurang menyukai berada di luar rumah
untuk beraktivitas yang tidak dianggap penting. Hingga saat ini belum pernah dilakukan kajian mengenai pemanfaatan
fasilitas taman lansia oleh lansia berbudaya Palembang serta harapannya terhadap keberadaan taman lansia.

Sebagaimana Cultural Determinism menurut Herkovits dan Malinowski bahwa kebudayaan yang berlaku di masyarakat
tertentu mempengaruhi seluruh norma, nilai, aktivitas, tindakan di masyarakat tersebut (Soekanto, 2006). Teori tersebut
sesuai dengan kondisi yang terjadi di kalangan lansia berbudaya Palembang. Budaya Palembang yang lebih
mengutamakan menghormati orang tua dengan cara merawatnya di dalam rumah serta menjunjung nilai kebersamaan
keluarga serta bersosialisasi di dalam rumah, sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat berbudaya Palembang dalam
memanfaatkan fasilitas taman lansia
Kesimpulan

Proses menua (aging process) merupakan suatu proses yang alami ditandai dengan adanya penurunan atau
perubahan kondisi fisik, psikologis, spiritual, kultural maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain.
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien
dan dikaitkan dengan kecacatan. lansia tersebut berada pada level dimana penyesalan dan tobat berperan dalam
penebusan dosadosa. Tobat dan pengampunan dapat mengurangi kecemasan yang muncul dari rasa bersalah atau
ketidaktaatan dan menumbuhkan kepercayaan serta kenyamanan pada tahap awal iman. Hal ini memberikan
pandangan baru bagi lansia terhadap kehidupan yang berhubungan dengan orang lain dan penerimaan yang positif
terhadap kematian. Sedangkan pada kultural terjadi perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya dimana
keluarga yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini banyak yang lebih menitipkan lansia ke panti dengan
alasan kesibukan dan ketidakmampuan dalam merawat lansia. Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan
anggapan negatif tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun
terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi. Dengan kondisi tersebut dukungan keluarga sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan lansia.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai