Anda di halaman 1dari 45

MASALAH KESEHATAN LANSIA

MASALAH KESEHATAN JIWA PADA LANSIA


PENGERTIAN
Kesehatan Jiwa mrpk :
1. WHO
 Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang
positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya.
2. UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996
 Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional secara optimal dari seseorang
dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang
lain
3.Stuart & Laraia
 Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif
terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang,
memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan
diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan
kecakapan dalam beradaptasi dengan
lingkungan
4. Rosdahl
 Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang dan mempertahankan keselarasan,
dalam pengendalian diri serta terbebas dari
stress yang serius.
Kriteria Sehat Jiwa,antara lain:
1. WHO, mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari:
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total
b. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan
puncaknya adalah aktualisasi diri
c. Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh.
d. Otonomi
orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan
menerima masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri.
e. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Stressor sering dimulai secara tidak akurat.
Menurut Marie Yahoda ciri – ciri sehat jiwa sbb:
1. Bersikap positif terhadap diri sendiri
2. Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai
aktualisasi diri
3. Mampu mengatasi stress atau perubahan pada
dirinya
4. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan
tindakan yang diambil
5. Mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai
perasaan serta sikap orang lain
6. Mampu menyesuaikan diri dengan
Definisi
Lanjut Usia ( Lansia ) adalah proses menua termasuk biologis,
psikologis, dan sosial dengan batasan umur sebagai berikut :
1.Dewasa menjelang Lansia ( 45 – 54 tahun ).
2.Lanjut Usia ( 55 – 64 tahun ).
3.Lansia dengan resiko tinggi ( > 65 tahun ).
WHO membagi Lansia MENJADI 3 kategori sebagai berikut :
1.Usia lanjut : 60 – 74 tahun.
2.Usia Tua : 75 – 89 tahun.
3.Usia sangat lanjut : > 90 tahun
Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1.Menyesuaikan diri terhadap ketahanan dan kesehatan yang
berkurang.
2.Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan berkurangnya
pendapatan.
3.Menyesuaikan diri terhadap kemungkinan ditinggalkan
pasangan hidup.
4.Mempertahankan kehidupan yang memuaskan dan mencari
makna hidup.
5.Menjaga hubungan baik dengan anak.
6.Membina hubungan dengan teman sebaya dan berperan serta
dalam organisasi sosial.
Pemeriksaan status mental pada
lansia
Pemeriksaan status mental pada lansia adalah sebagai berikut :
1.Penilaian fungsi : pengkajian dari aktivitas sehari – hari ( makan,
kebutuhan toilet, berpakaian )
2.Mood, perasaan, dan afek : perasaan kesepian, tidak berdaya, tidak
berguna, putus asa dan ide bunuh diri. Afek datar, tumpul, dan dangkal
sangat mencolok dengan adanya mood depresi dan kecemasan.
3.Gangguan persepsi : halusinasi dan ilusi ( terjadi gangguan orientasi
realitas ).
4.Proses pikir : flight of idea, asosiasi longgar dan sirkumstansial.
5.Daya ingat : jangka panjang dan menengah.
6.Kaji riwayat keluarga : masalah yang ada dalam keluarga dan
komunikasi dalam keluarga.
7.Kaji interpersonal klien : tipe orang dan permasalahan yang dihadapi.
8.Kaji riwayat tidak menyenangkan masa lalu.
Jenis-jenis gangguan jiwa pada lanjut usia

1. Skizofrenia
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan
jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami
manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi
kronis dan lebih gawat. Ditandai oleh gangguan
pada alam pikiran sehingga klien memiliki pikiran
yang kacau, Terjadi juga gangguan perilaku, yang
disertai halusinasi, waham dan gangguan
kemampuan dalam menilai realita, sehingga
penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun
orang.
2. Gangguan Jiwa Afektif
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan
jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan
emosi (afektif) sehingga
segala perilaku diwarnai oleh ketergangguankeada
emosi. Gangguan afektif ini antara lain :
a.Gangguan afektif tipe Depresi
b.Gangguan afektif tipe manik

3. Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20%


kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar untuk
mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia)
karena disangka sebagai gejala ketuaan.
4. Delirium
Delirium merupakan sindrom otak organic yang di
tandai dengan fluktasi kesadaraan, apatis,
somnolen, spoor, koma, sensitive, gangguan
proses berfikir.
5. Psikosa pada lansia
Gejala awalnya idea of reference , waham (
keyakinan yang salah dipertahankan ), terkadang
sebagai penyerta dimensi, skizofrenia.
6. Abuse pada lansia
Tindakan yang disengaja atau kelainan terhadap
lansia baik dalam bentuk malnutrisi, fisik/tenaga
atau luka fisik, psikologis oleh orang lain
yang disebabkan adanya kegagalan pemberian
asuhan, nutrisi, pakaian, pelayanan medis,
rehabilitas, dan perlindungan yang dibtuhkan.
ASPEK KESEHATAN
Lingkaran Kehidupan Negatif (MRP Hall, et. Al, 1986)
= Lingkaran Setan pasa Lansia

1. Kapasitas
Fisik
mental/sosial yg
menurun
4. Pengakuan 2. Dicap sebagai
diri sebagai orang yang tidak
seorang cacat mampu/ tidak
suka efisien

3. Berkembangnya peran
sakit, ketergantungan
Lingkaran Kehidupan Positif (MRP Hall, et. Al, 1986)
= Mempertahankan Kesatuan pada Lansia

Masukan Medik :
Masukan Pendidikan : Kursus
sbl & ssd pensiun Dx pasti penyakit lansia &
pengobatan yang tepat

Msk Sosial Medik; bantuan


dukungan makanan,
1. Keberadaan yang nyaman perumahan dan pengakutan
dan berkelanjutan

4. Lingk. yg mendukung
pembangunan berkelanjutan 2. Kemampuan emosi &
dukungan emosional

3. Peran di masyarakat dicap


sbg org mampu Masukan sosial memerlukan
peran lansia melalui peran
serta aktif sbg relawan
PERMASALAHAN
UMUM
 Besarnya jumlah penduduk lansia
 Jumlah penduduk miskin lansia
 Nilai kekerabatan melemah dan tatanan masy. Makin individualis
 Rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga prof. melayani lansia
 Adanya dampak pembangunan

KHUSUS
 Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia

 Terjadinya perubahan abnormal pada fisik lansia


PENYEBAB MASALAH
KESEHATAN LANSIA
 Umur harapan hidup bertambah

 Morbiditas meningkat
 Lansia mempunyak beban ganda (penyakit kronis dan infeksi)
 Bertambahnya kerusakan dari penyakit/kecacatan
 Faktor-faktor lainnya : lingkungan, ekonomi, psikososial, dll.

 Gangguan sistem
 Timbulnya penyakit dan manifestasi klinik
 Menurunnya ADL
PENGUKURAN ADL

Digunakan “Rating Scale” yang telah diadaptasikan oleh Shirley


S. Travis dari Index of Independence in Activities of Daily Living
(Sidney Katz)
Level 0 : Mandiri
Level 1 : Ketergantungan bila mandi
Level 2 : Ketergantungan bila mandi dan berpakaian
Level 3 : Ket. Mandi, berpakaian dan di toilet
Level 4 : Ket. Mandi, berpakaian, di toilet dan
berpindah
Level 5 : Ket. Mandi, berpakaian, di toilet dan
berpindah
BAB & BAK
Level 6 : Ket. Mandi, berpakaian, di toilet dan
berpindah
BAB & BAK, serta makan
UPAYA MENGATASI
PERMASALAHAN KESEHATAN
1. Upaya pembinaan kesehatan
2. Upaya pelayanan kesehatan
 Promotif
 Preventif
 Diagnosa dini dan pengobatan
 Pencegahan kecacatan
 Rehabilitatif

3. Perawatan
4. Pelembagaan Lansia
BENTUK-BENTUK PELAYANAN KEPERAWATAN
GERONTIK & PERAN KELUARGA & KOMUNITAS
DALAM PERAWATAN GERONTIK
Pelayanan diberikan oleh institusi dan masyarakat dimana perawat
memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda tergantung dari
bentuk pelayanannya. Bentuk pelayanan tersebut antara lain :
1. Preventif and ancillary service
(pelayanan penyokong atau pencegahan) perawat memberikan
pelayanan dengan tujuan
 Mempertahankan kemandirian
 Mencegah ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan
 Membangun atau menyediakan gaya hidup yang berarti
 Menngembangkan strategi perawatan diri
Yang termasuk preventif dan ancillary service antara lain : JPKM,
asuransi, konseling, pendidikan, dan pension, transportasi,
perumahan , kesehatan
2. Suportif Service
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu lansia untuk
mampu melakukan perawatan diri. Jenis pelayanan ini
meliputi : Asisted lifing, care and case management,
day care, foster care, and group home, home-delivered
meal, home monitoring

3. Partial and intermitten care services


 Day treatment and day hospital program. Program ini
bertujuan untuk membantu klien melakukan perawatan diri
seperti mandi, makan, pengobatan, dan pembersihan luka.
Pelayanan ini bisa diberikan di rumah maupun di rumah sakit.
 Home health care. Pelayanan dilakukan di rumah yang
diprakarsai oleh sebuah perkumpulan untuk orang tua. Bentuk
pelayanan berupa terapi fisik, pendidikan kesehatan, dan
pelayanan medis.
 Hospice. Hospice merupakan salah atu bentuk pelayanan untuk
mempersiapkan klien dan keluarga menghadapi kematian,
pelayanan bersifat suportif dan paliatif dalam rangka
mempertahankan kwalitas hidup bukan memperpanjang
kehidupan.
4. Complete and continuous care service
Diberikan dalam waktu lama dan dilakukan di rumah
sakit. Pelayanan bagi lanjut usia membutuhkan
keterkaitan dari berbagai aspek antara lain
kesehatan, sosial, spiritual, olahraga, kesenian,
rekreasi dan koperasi.

5. Perawatan di rumah sendiri oleh keluarga


Pelayanan biasanya berupa santunan dalam keluarga
yang antara lain berupa pemberian makan setiap hari
sesuai kebutuhan lansia, pelayanan kesehatan,
penyuluhan gizi dan kesehatan, bimbingan mental
dan keagamaan.
Beberapa persiapan untuk
merawat lansia di rumah
 Jalan keluar atau masuk kamar dibuat bebas hambatan
 Hindari ubin licin, barang-barang berserakan
 Cukup penerangan
 Lengkapi dengan alat-alat komunikasi yang mudah
dijangkau
 Letakkan TV dan radio pada posisi yang baik
 Pengamanan pada tangga
 Penyesuaian alat-alat dapur
 Penyesuaian di ruang duduk
 Bentuk dan ukuran kursi seukuran dengan kursi makan
dan berlengan
 Kamar mandi atau WC dilengkapi beberapa pegangan
6. Pusat layanan dan perawatan lanjut usia
yang berbasis masyarakat
 Kegiatan ketrampilan rumah tangga, kerajinan tangan, memahat, melukis,
terjemahan buku, masak memasak
 Kegiatan latihan fisik meliputi kebugaran jasmani, hidroterapi, fisioterapi,
okupasi terapi.

Kegiatan ini dilakukan oleh masy./organisasi sosial


(LSM) atau pemerintah dengan supervisi dari
DepKes dan DepSos.
STEREOTIPE PSIKOLOGIK
ORANG LANJUT USIA
Sifat stereotype dipengaruhi oleh kehidupan masa muda,
stereotype lansia dibagi menjadi :

1. Tipe Konstruktif
 Integritas baik

 Menikmati hidup

 Toleransi tinggi

 Humoris

 Fleksible dan tahu diri

 Menerima fakta-fakta proses menua, pensiun, dan masa akhir


2. Tipe Ketergantungan (dependent)
 Masih dapat diterima di masyarakat
 Pasif, tak berambisi, tahu diri
 Tak inisiatif dan bertindak tidak praktis
 Sering dikuasai istri
 Lebih senang pensiun, tak suka kerja, suka ma/mi

3. Tipe Defensive
 Dulunya memiliki pekerjaan yang tidak stabil
 Selalu menolak bantuan
 Emosi tak terkontrol
 Memegang teguh kebiasaan
 Tak suka menjadi tua/masa pensiun
4. Tipe Bermusuhan (hostility)
 Menganggap orang lain sebagai penyebab kegagalan,
selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga
 Menjadi tua dianggap tidak ada yang baik, takut mati, iri
hati pada yang muda
 Selalu mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan yang
aktif

5. Tipe Membenci/Menyalahkan Diri Sendiri (Selfhaters)


 Kritis dan menyalahkan diri sendiri
 Tak brambisi
 Mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi
 Perkawinan biasanya tak bahagia, sedikit hobi
 Menerima fakta pada proses menua, dan menerima
kematian sebagai pembebasan dari penderitaan
MASALAH FISIK, PSIKOSOSIAL &
KULTURAL YANG LAZIM PADA LANSIA
MASALAH FISIK
Pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh :
 Panca indera : presbiop, presbiakusis, gangguan pembauan dan
pengecepan, elastisitas kulit yang menurun, lemak meningkat
 Pernafasan pendek
 GI : motilitas usus lambat sehingga cepat kenyang, gangguan
BAB, keracunan
 Elastisitas pembuluh darah menurun  tekanan darah tinggi
 Fungsi ginjal dan kandung kemih menurun  inkontinentia uri,
keracunan
 Gn hormonal (menopouse, diabetes)
 Genetalia  ereksi menurun, nyeri senggama
 Otak, daya ingat menurun, waktu tidur memendek, mudah
jatuh
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN KULTURAL
 Kebanyakan lansia di Indonesia masih terngantung pada orang lain
terutama nak
 Tinggal bersama keluarga merupakan kebiasaan umum bila
seorang lanjut usia (Asia) ditinggal meninggal oleh pasangan
 Negara-negara ASEAN masih banyak mempertahankan budaya
dengan model extended family system.
 Lansia di Indonesia masih berkualitas rendah (71,2% belum pernah
sekolah formal terutama di pedesaan) (Boedhoi-Darmojo, 1991)
 Di Australia 57% lansia tinggal berdua dengan suami/istri, 32,3%
hidup sendirian, 10,5% tinggal dengan keluarga (Andrews et.al,
1993)
 Rasa kesepian bagi lansia di negara-negara barat
 Masalah pension (kehilangan financial, kehilangan status,
kehilangan teman, kehilangan pekerjaan/kegiatan (Brocklehurst,
1987)
 Masalah psikologik : sikap lansia sendiri terhadap proses menua
dengan adanya kemunduran badaniah, kebingungan
(disengagement theory, penarikan diri dari masyarakat atau diri
pribadinya satu ama lain)
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Lansia
1. Pengkajian
Pengkajian psikososial lanjut usia (lansia) adalah
tercapainya integritas diri yang utuh. Pemahaman
secara keseluruhan menyebabkan lansia berusaha
membimbing generasi berikutnya (anak dan cucu)
berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak
mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan
menyesali masa lalunya karena tidak merasakan
hidupnya bermakna.
a.Data objektif b.Data subjektif
Diagnosa Perawatan
1.Resiko putus asa
Intervensi :
a. Diskusikan cara mengatasi
hambatan dan motivasi keinginan
lansia untuk mengobati penyakit fisik
yang dialaminya
b. Bantu lansia bersosialisasi
bertahap
c.Fasilitasi untuk ikut
kelompok lansia
Diagnosa keperawatan
2. Gangguan citra tubuh
Intervensi :
a.Diskusikan persepsi klien
tentang citra tubuhnya dahulu
dan saat ini, perasaan dan
harapan terhadap citra
tubuhnya
b.Bantu klien untuk
meningkatkan fungsi bagian
tubuh yang terganggu

Anda mungkin juga menyukai