Anda di halaman 1dari 56

ASKEP HDR

PRAKTISI MENGAJAR 2023


Tujuan Pembelajaran

1. Mampu mengkaji data masalah keperawatan


harga diri rendah.
2. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan
3. Mampu melakukan tindakan keperawatan kepada
pasien
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan kepada
keluarga
5. Mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan
keluarga
6. Mampu mendokumentasikan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan
7. Mampu mendokumentasikan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan sesuai Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
Tujuan Pembelajaran

1. Mampu mengkaji data masalah


2. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan
3. Mampu melakukan tindakan keperawatan kepada
pasien
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan kepada
keluarga
5. Mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan
keluarga
6. Mampu mendokumentasikan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan
7. Mampu mendokumentasikan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan SESUIA
STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA
(SDKI)
PENGERTIAN

Harga diri rendah adalah tidak berharga, tidak berarti,


dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
(Keliat, 2006)

Harga diri dapat terjadi secara situasional(trauma) atau


kronis (kritik diri yang telah berlangsung lama) dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung
(stuart & sundeen, 2006)
Konsep diri: semua ide, pikiran, perasaan individu
tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan
dengan orang lain.

#Harga diri rendah: kondisi seseorang yang


berpendapat, berpikir, bahwa dirinya adalah
individu yang tidak berharga dibandingkan dengan
orang lain #
KOMPONEN KONSEP DIRI

Cit ir i
ra s d
tub ti ta
uh n
I de

Konsep Diri
KONSEP DIRI

Ide
e ran al
P di
ri
Harga diri
Citra Tubuh

• Semua pikiran, perasaan, ide seseorang


terhadap kondisi fisiknya.
• Setiap orang tidak sempurna.
• Yang terutama adalah penerimaan terhadap
kesempurnaan maupun ketidaksempurnaan
kondisi fisiknya.
Identitas Diri
• Pengenalan, pemahaman, ide seseorang tentang
dirinya, bahwa ia adalah individu yang unik, mempunyai
ciri-ciri khusus, dan terpisah dari individu yang lain.
• Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari
orang lain.
• Mengakui jenis kelamin sendiri.
• Memandang berbagai aspek diri sebagai suatu
keselarasan.
• Menilai diri sesuai penilaian masyarakat.
• Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang
akan datang.
• Mempunyai tujuan dan nilai yang disadari
Ideal Diri

• Kondisi ideal, yang diinginkan terjadi,


harapan-harapan individu yang diharapkan
terjadi dalam hidupnya.
• Harus lebih tinggi dari kondisi saat ini.
• Realistis, memungkinkan untuk dicapai.
Peran
• Persepsi individu tentang dirinya sebagai individu yang mampu atau
tidak mampu melaksanakan fungsi sesuai dengan status yang
disandangnya.
• Sangat dipengaruhi oleh rasa pencapaian diri.
• Kejelasan perilaku yang sesuai dengan peran dan pengetahuannya
tentang peran yang diharapkan.
• Respons/tanggapan yang konsisten dari orang yang berarti
terhadap perannya.
• Kesesuaian norma budaya dan harapannya dengan perannya.
• Perbedaan situasi yang dapat menimbulkan penampilan peran yang
tidak sesuai.
Harga Diri
• Persepsi, pikiran, dan perasaan diri sebagai individu
yang punya nilai dan berharga dibandingkan dengan
orang lain.
• Apabila ideal diri tercapai maka harga diri juga akan
makin tinggi.

Stuart dan Sundeen (2002) menyatakan bahwa ada empat


hal yang dapat meningkatkan harga diri anak
• memberi kesempatan untuk berhasil,
• menanamkan idealisme,
• mendukung aspirasi/ide,
• membantu membentuk koping.
Kepribadian yang Sehat

1. Citra tubuh positif dan sesuai.


2. Ideal diri realistis.
3. Harga diri tinggi.
4. Penampilan peran memuaskan.
5. Identitas jelas.
Respon Adaptif Respon
Maladaptif

Aktuali Konsep Harga Kerancu Deperso


sasi Diri Diri Diri an nalisasi
Positif Rendah Identi
tas
1. Aktualisasi Diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang postip dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
2. Konsep diri Positip
Pengalaman yang postip dalam beraktualisasi diri
3. Harga diri rendah
Transisi antara respon adaptip dan mal adaptip
4. Identitas kacau
Identitas gagal dalam mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian masa
dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi :
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
gangguan harga diri

• Perkembangan Individu.
• Ideal diri tidak realistis.
• Ganguan Fisik Dan Mental
• Sistem Keluarga yang Tidak Berfungsi
• Pengalaman traumatic yang berulang,
misalnya akibat aniaya fisik, emosi, seksual.
Tanda dan gejala

• Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat


penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
• Rasa bersalah terhadap diri sendiri
(mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
• Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
• Percaya diri kurang (sukar mengambil
keputusan)
• Mencederai diri (akibat dari harga diri yang
rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)
• Ekspresi rasa malu/bersalah
• Menolak umpan balik positif
• Kontak mata kurang
• Tidak asertif/pasif
• Perasaan tidak mampu
• Penurunan produktifitas
• Pandangan hidup yang pesimis
(Carpenito, Lynda juall 2000:256)
Penyebab harga diri rendah

• Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka


disfungsional. Berduka disfungsional merupakan pemanjangan
atau tidak sukses dalam menggunakan respon intelektual dan
emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi
konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan.
• Harga diri rendah juga sering disebabkan karena adanya koping
indivindu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik
positif, kurangnya system pendukung, kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik negative,
disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal.
• Tanda dan gejalanya: Rasa bersalah, adanya penolakan,
marah, sedih dan menangis, perubahan pola makan, tidur,
mimpi, konsentrasi dan aktivitas serta mengungkapkan tidak
berdaya
Akibat dari harga diri rendah
• Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial
: menarik diri  Menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.

• Tanda dan gejala : Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul,


menghindar dari orang lain (menyendiri), komunikasi
kurang/tidak ada.
Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat, tidak ada kontak mata, klien sering
menunduk, berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-
cakap dan Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
Masalah dan data yang perlu dikaji
serta Diagnosa keperawatan
• Isolasi sosial : menarik diri
• Data Subyektif:

- Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup


lagi
- Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain

• Data Obyektif:
- Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang
lain
- Ekspresi wajah kosong
- Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
- Suara pelan dan tidak jelas
• Harga diri rendah kronik
• Data subyektif
-Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
-Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
-Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
-Mengungkapkan dirinya tidak berguna

• Data obyektif
-Mengkritik diri sendiri
-Merusak diri sendiri /orang lain
-Menarik diri dari hubungan social
-Tampak mudah tersinggung
-Tidak mau makan dan tidak tidur
-Perasaan malu
-Tidak nyaman jika jadi pusat perhatian
Diagnosa keperawatan

• Harga diri rendah


• Isolasi sosial
• Risiko bunuh diri
KOMPLIKASI

1.Perilaku kekerasan
2.Halusinasi pendengaran dan halusinasi
penglihatan
3.Waham
A. Pengkajian

Identitas klien dan penanggung jawab


Alasan masuk rumah sakit
Faktor predisposisi

Faktor perkembangan terlambat


Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.

Faktor komunikasi dalam keluarga


Komunikasi peran ganda.
Tidak ada komunikasi.
Tidak ada kehangatan.
Komunikasi dengan emosi berlebihan.
Komunikasi tertutup.
Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas
dan komplik orang tua.
Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis,
tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.

Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi,
menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah,
identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri
negatif dan koping destruktif.

Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak,
pembesaran vertikel.
Faktor presipitasi

Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan system syaraf pusat, kurangnya
latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas
sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isoalsi
social, kurangnya dukungan social, tekanan kerja (kurang terampil
dalam bekerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi
dan ketidakmamapuan mendapat pekerjaan.
Sikap
Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya
diri), merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan keterampilan
diri), kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang (tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif,
perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidak
adekuatan penanganan gejala.
* Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik
yang dirasakan klien.

Status Mental
Pengkajian pada status mental meliputi:

Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.


Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.
Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.
Alam perasaan: suasana hati dan emosi.
Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen
Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.
Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai
dengan informasi.
Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan
dapat mempengaruhi proses pikir.
Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.
Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.
Memori
Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun
berlalu.
Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan
pada saat dikaji.
Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan
menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana.
Kemampuan penilaian: apakah terdapat masalah ringan sampai
berat.
Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang
diri.
Mekanisme koping

Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.


Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan
berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain.
Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal.
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan pd pasien:

1. Tujuan:

a. Pasien dpt mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yg dimiliki


b. Pasien dpt menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Pasien dpt menetapkan/memilih kegiatan yg sesuai dgn kemampuan
d. Pasien dpt melatih kegiatan yg sdh dipilih sesuai kemampuan
e. Pasien dpt menyususn jadwal u/melakukan kegiatan yg sdh dilatih

2. Tindakan Keperawatannya :

a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yg dimiliki


b. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Membantu pasien menetapkan/memilih kegiatan yg sesuai dgn
kemampuan
d. Melatih kemampuan yg dipilih pasien
e. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yg dipilih
• SP 1 Pasien :Mendiskusikan kemampuan dan
aspek positif yg dimiliki pasien,membantu
pasien menilai kemampuan yg masih dpt
digunakan, mambantu pasien
melatih/menetapkan kemampuan yg akan
dilatih,melatih kemampuan yg sdh dipilih dan
menyususn jadwal pelaksanaan kemampuan yg
telah dilatih dalam rencana harian.
• SP2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan
lain yg sesuai dgn kemampuan pasien.
• Latihan dpt dilanjutkan u/kemampuan lain smp
semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan
yg dimiliki akan menambah harga diri pasien
Tindakan keperawatan pd keluarga
1. Tujuan:

a.Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yg dimiliki pasien


b.Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yg masih dimiliki pasien
c.Keluarga memotivasi pasien u/melakukan kegiatan yg sdh dilatih dan memberi pujian atas
keberhasilan pasien
d.Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien

2. Tindakan keperawatan:
a.Diskusikan masalah yg dihadapi o/klg dlm merawat pasien
b.Jelaskan kpd klg ttg HDR yg ada pd pasien
c.Diskusi dgn klg kemampuan yg dimiliki pasien dan memuji pasien atas kemampuannya
d.Jelaskan cara2 merawat pasien dgn HDR
e.Demontrasikan cara merawat pasien HDR
f.Beri kesempatan kpd klg u/mempraktekkan cara merawat pasien dgn HDR spt yg perawat
demontrasikan
g.Bantu keluarga menyususn rencana kegiatan pasien dirumah.
• SP 1 Keluarga: Mendiskusikan masalah yg
dihadapi klg dlm merawat pasien di rmh,
menjelaskan ttg pengertian, tanda dan gejala
HDR,menjelaskan cara merawat pasien dan
demontrasikan cara merawat pasien HDR, dan
memberi kesempatan kpd klg u/mempraktekkan
cara merawat.
• SP2 Keluarga : Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat pasien dgn
masalah HDR langsung kpd pasien
• SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang
bersama klg
C. EVALUASI

• Kemampuan pasien dan keluarga


• Kemampuan perawat

D .DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

E. TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

F. PERTEMUAN KELOMPOK KELUARGA


PRAKTISI MENGAJAR

ASKEP HDR
SDKI
Harga Diri Rendah Kronis [SDKI
D.0086]

• Harga diri rendah kronis merupakan diagnosis


keperawatan yang didefinisikan sebagai evaluasi
atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau
ketidakmampuan klien seperti tidak berarti,
tidak berharga, tidak berdaya, yang berlangsung
dalam waktu lama dan terus menerus.
• Diagnosis ini diberi kode D.0086, masuk dalam
kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Tanda dan Gejala
•Untuk dapat mengangkat diagnosis harga diri rendah kronis, Perawat harus
memastikan bahwa minimal 80% dari tanda dan gejala dibawah ini muncul pada
pasien, yaitu:
•DS:
•Menilai diri negatif (mis: tidak berguna, tidak tertolong)
•Merasa malu/bersalah
•Merasa tidak mampu melakukan apapun
•Meremehkan kemampuan mengatasi masalah kehilangan
•Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
•Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
•Menolak menilaian positif tentang diri sendiri
• DO:
• Enggan mencoba hal baru
• Berjalan menunduk
• Postur tubuh menunduk
• Bila minimal 80% data diatas tidak tampak pada
pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan
masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan,
atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam
sub kategori integritas ego pada SDKI.
• Penulisan Diagnosis

• Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti


penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
• [masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
• Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
• Harga diri rendah kronis berhubungan dengan gangguan
psikiatri dibuktikan dengan menilai diri tidak berguna, merasa
malu, merasa tidak mampu melakukan apapun, merasa tidak
memiliki kelebihan, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang
diri sendiri, enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk,
postur tubuh menunduk.
• Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
• Harga diri rendah kronis b.d gangguan psikiatri d.d menilai diri tidak
berguna, merasa malu, merasa tidak mampu melakukan apapun, merasa
tidak memiliki kelebihan, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang
diri sendiri, enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk, postur tubuh
menunduk.
• Perhatikan:
• Masalah = harga diri rendah kronis
• Penyebab = gangguan psikiatri
• Tanda/gejala = menilai diri tidak berguna, dst
• b.d = berhubungan dengan
• d.d = dibuktikan dengan
Luaran
• Perhatikan:

• Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan


selama 3 x 24 jam, maka harga diri
• Ekspektasi = Meningkat
• Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
• Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran
keperawatan sesuai SLKI.”
Intervensi

• Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien,


perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
• Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat
harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi
tanda/gejala.
• Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran
keperawatan.
• Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk
diagnosis harga diri rendah kronis adalah:
1. Manajemen perilaku
2. Promosi harga diri
3. Promosi koping
Manajemen Perilaku (I.12463)
Promosi Harga Diri (I.09308)

• Intervensi promosi harga diri dalam Standar


Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
kode (I.09308).
• Promosi harga diri adalah intervensi yang
dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan
penilaian perasaan/persepsi terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri.
Promosi Koping (I.09312)

• Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode
(I.09312).
• Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan
oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif
dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor
dan/atau kemampuan menggunakan sumber-
sumber yang ada.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai