Anda di halaman 1dari 103

MASALAH KESWA

PADA
KLIEN PENYALAHGUNAAN NAPZA
Tujuan pembelajaran
1. Menjelaskan napza
2. Menjelaskan pengaruh penyalahgunaan napza
3. Mengkaji data penyalahgunaan dan ketergantungan
napza
4. Menetapkan diagnosa keperawatan
5. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien
6. Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga
7. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga
mengatasi masalah napza
8. Menjelaskan penangulangan napza
PENGERTIAN

UU 35/2009
Narkotika
zat atau obat yang berasal dari tanaman /bukan, baik
sintetis / semisintetis yang dapat menyebabkan:
 penurunan / perubahan kesadaran
 hilangnya rasa
 mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
 dapat menimbulkan ketergantungan

02/26/2024 3
Napza
 Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya

 Bahan / zat yang bila masuk ke dalam tubuh


akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan
saraf pusat / otak, yang dapat menyebabkan
gangguan pada fisik, psikis dan fungsi sosial.
• Narkotika

Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis


yang dapat menyebabkan turunnya kesadaran,
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri dan
perubahan kesadaran yang menimbulkan
ketergantungna akan zat tersebut secara terus
menerus. Contoh narkotika yang terkenal adalah
seperti ganja, heroin, kokain, morfin, amfetamin,
dan lain-lain.
• Psikotropika

psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis maupun


semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (RI No.
996/MENKES/SK/VIII/2002). Zat yang tergolong dalam
psikotropika (Hawari, 2006) amphetamine, ektasy
(metamfetamin), dan fenfluramin. Amphetamine sering
disebut dengan speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph.
Zat adiktif
Zat Adiktif lainnya adalah Bahan yang tidak termasuk ke dalam
golongan narkotika atau psikotropika, tetapi menimbulkan
ketergantungan, antara lain seperti alkohol, tembakau, sedatif
hipnotika dan inhalansia
PENGGOLONGAN NARKOTIKA MENURUT UU 35/2009
GOLONGAN I
 Dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
 Dalam jumlah terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah
mendapatkan persetujuan menteri atas rekomendasi Kepala BPOM (pasal 8).
 Termasuk narkotika golongan I adalah opium, heroin, kokain, ganja, metakualon,
metamfetamin, amfetamin, MDMA, LSD, fensiklidin.
PENGGOLONGAN NARKOTIKA MENURUT UU 35/2009
GOLONGAN II
• berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan
• digunakan dalam pengobatan sebagai pilihan terakhir.
• Termasuk dalam golongan ini adalah morfin, petidin, metadon.

GOLONGAN III
• berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan
• Digunakan dalam terapi.
• Termasuk dalam golongan ini adalah kodein, bufrenorfin.

02/26/2024 9
 Penggolongan Psikotropika
 Psikotropika Golongan I
Adalah Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan ketergantungan, misal :
LSD, MDMA
 Psikotropika Golongan II
Adalah Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan ketergantungan, misal :
ampetamin, metilfenidad
 Psikotropika Golongan III
Adalah Psikotropika yang berkhasiat dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan ketergantungan, misal : barbiturat
 Psikotropika Golongan IV
Adalah Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
rendah mengakibatkan ketergantungan, misal :
diazepam, lorazepam
TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA
a. Pemakaian coba-coba (eksperimental use) yang
bertjuan hanya ingin mencoba memenuhi rasa
ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti
menggunakannya dan sebagian lain meneruskan.
b. Pemakaian sosial (social use) yang bertujuan hanya
untuk bersenang-senang ( saat rekreasi atau
santai). Sebagian pemakai tetap bertahan pada
tahap ini, namun sebagian lagi meningkat ke
tahapan selanjutnya.
c. Pemakaian situasional (situational use), pemakaian
pada saat mengalami keadaan
tertentu(ketegangan,kesedihan,kekecawaan),
dengan maksud menghilangkan perasaan tersebut.
d. Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai pola
penggunaan yang bersifat patologis/klinis
(menyimpang), minimal satu bulan lamanya, dan telah
terjadi gangguan fungsi sosial atau pekerjaannya.
e. Ketergantungan (dependence), telah terjadi toleransi
dan gejala putus zat, bila pemakaian zat dihentikan
atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya.
Jenis napza
 Opiat  Kokain
 Ganja  Inhalansia
 Sedatif hipnotik  Nikotin
 Amfetamin  Kafein
 Alkohol  Halusinogen
Opiat (morfin, heroin)
Ganja (cimeng, gele’)
Sedatif hipnotik (benzodiazepin)
JENIS ZAT BERDASARKAN EFEK
JENIS CONTOH ISTILAH GAUL EFEK
Amfetamin, Gangguan sistem saraf
Stimultan Metamfetamin, Cocain, Shabu, Kristal, Inex (termasuk stroke), serangan
Nikotin, Caffein, Khat jantung
Alkohol, Benzodiazepin, Brem, Oplosan, Mengantuk dan kelelahan,
Depresan Solvents, Canabis (Low Bopeng, Boti, Mumbul penurunan fungsi kognitif dan
D) memori

Canabis (High D), LSD,


Mescaline, MDMA Berkeringat, perasaan panas
Halusinogen (ekstasi), Magic Inex, Jamur/Mushroom dan dingin, sulit tidur dan sulit
Mushrooms, Bunga konsentrasi
Kecubung, PCP, Ketamin

Opioid Heroin, Opium, Morfin, Putaw, Si Putih, Etep Mengubah fungsi saraf panca
Codein indra

Ganja, Inhalan, Miraa Mata merah dan mengantuk,


Lainnya (Khat), Ketamin Cimeng, Gelek, Chat paranoia dan halusinasi, kejang-
kejang hingga kematian

02/26/2024 18
PATOFISIOLOGI
- Manusia  cenderung pleasure seeking

- Pengalaman (sensasi) yang menyenangkan dicatat di otak pada brain reward


system:
• Nucleus Accumbens (Nac), Ventral Tegmental Area (VTA), Locus Coeruleus (LC),
Periaqueductal Grey (PAG), amygdala, medial fore-brain bundle yang berisi
serabut dopaminergik dari Nac dan VTA ke korteks pra-frontal.

- Dalam hal adiksi, neurotransmiter yang paling penting berperan adalah dopamin
(neurotransmiter kenikmatan)

02/26/2024 19
BILA SESEORANG MENGGUNAKAN HEROIN, ZAT AKAN MENCAPAI OTAK SECARA CEPAT LALU
MENGAKTIVASI RESEPTOR OPIAT DI OTAK, TERMASUK SISTIM REWARD (VTA, NUKLEUS AKUMBENS,
KORTEKS SEREBRAL).

AKTIVASI RESEPTOR OPIAT MENYEBABKAN PENINGKATAN PELEPASAN NT DOPAMIN DI SINAPS


SEHINGGA TERJADI EFEK EUFORIA, RELAKSASI

PELEPASAN BERLEBIHAN DOPAMIN DAN STIMULASI REWARD CIRCUIT INI MENYEBABKAN ADIKSI
02/26/2024
02/26/2024 20 20
PATOFISIOLOGI (2)
Neurotransmiter, narkotika dan zat psikoaktif lain
berpengaruh pada kerja otak melalui reseptor yang terdapat
pada sinaps dan dinding sel saraf.

Di dalam otak terdapat senyawa endogen yang berkaitan


dengan rasa nyaman termasuk menghilangkan rasa nyeri
dan kecemasan seperti
- endorfin (= morfin),
- anandamida (= marihuana/ THC),
- dopamin (= kokain, amfetamin),
- asetilkolin (= nikotin)
02/26/2024
02/26/2024 21 21
02/26/2024 22
PATOFISIOLOGI (3)
Setiap jenis narkotika dan zat psikoaktif lainnya
mempengaruhi kinerja neurotransmiter tertentu sehingga
terjadi:
 perubahan perilaku (menjadi lebih aktif / menjadi lamban),
 perasaan (euforia),
 proses pikir (lebih cepat atau lebih lamban),
 isi pikir (waham),
 persepsi (halusinasi),
 kesadaran (menurun atau lebih siaga)

Bila zat psikoaktif yang dikonsumsi berlebih dapat terjadi


intoksikasi akut sampai overdose
02/26/2024
02/26/2024 23 23
PATOFISIOLOGI (4)
Pemakaian narkotika jangka lama maka akan terjadi :
Toleransi
 Toleransi seluler  Reseptor menjadi kurang responsif terhadap
narkotika, sehingga untuk timbulnya sensasi (euforia) seperti semula
diperlukan jumlah yang lebih banyak
 Toleransi metabolik  Toleransi juga bisa terjadi karena metabolisme
narkotika oleh hepar menjadi lebih cepat.
 Toleransi behavioral  Orang yang semula cukup menikmati efek euforik
dengan 1 linting ganja, secara psikologis ingin menambah rasa euforik
dengan menambah jumlah linting ganja.
Produksi endorfin dalam tubuh akan berkurang.
 Bila pada suatu saat orang itu menghentikan atau mengurangi jumlah
morfin yang dikonsumsinya, maka tubuh orang itu akan kekurangan
morfin / endofin, yang secara klinis akan bermanifestasi dalam bentuk
gejala putus opioida. 02/26/2024
02/26/2024 24 24
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN

Faktor Individu (genetik,kurang pd,gangguan kepribadian)


Penelitian pada kembar identik (monozigot)  faktor genetik berperan pada ketergantungan
kokain, ganja, psikostimulan, opiat

Faktor fisiko tinggi:


 Hiperaktif
 Tidak tekun
 Sulit memusatkan perhatian
 Mudah kecewa dan menjadi agresif atau destruktif
 Mudah murung
 Cenderung makan berlebihan
 Merokok mulai pada usia dini (saat masih di SD)
 Sadis (terhadap saudara atau hewan piaraan)
 Sering berbohong, mencuri dan melanggar tata tertib
 Memiliki taraf kecerdasan perbatasan (borderline)
02/26/2024
02/26/2024 25 25
- FAKTOR LINGKUNGAN :
KELUARGA, SEKOLAH , TEMPAT KERJA

- FAKTOR KEMUDAHAN MENDAPATKAN ZAT


- FAKTOR KETIDAKTAHUAN AKAN BAHAYA
NARKOBA.
Tergolong: heroin (putauw, petewe, hero atau pete),
berwarna: putih (tergantung pada kontaminannya) dan cara penggunaan : “dragon”
(nge-dreg), injeksi, dan merokok

Tanda-tanda ketergantungan dan putus zat


Gangguan fisik :
Radang hati (Hepatitis C ), TBC, pneumonia, malnutrisi, radang kulit, gangguan
mentruasi, HIV/AIDS (karena tukar menukar jarum suntikan), abses, emboli,
endokarditis, heroin baby

Tanda-tanda putus zat :


Ada problema psikiatri status withdrawal atau sakauw, tubuh sakit sekali, mata
merah,hidung berair, diare, suicide, tindak kekerasan, depresi berat sampai skizofrenia
KANABIS
Nama julukan:
kannabis, gelek, cimenk, nisan, sayal, marihuana, hashish. Senyawa kimiawi
aktif: delta THC

Tanda-tanda ketergantungan dan putus zat


Penggunaan lama : panik, bingung, ketawa & bicara sendiri, tidak tahan cahaya,
halusinasi, perasaan diikuti orang, waham curiga, sindrom tidak bermotivasi,

Kerusakan organ tubuh:


organ reproduksi, infeksi pernafasan, carcinogenic agents, emphysema,
kardiovaskuler, immunitas, neurologi

Problema sosial : DO sekolah, PHK, kenakalan remaja, terlibat hukum

Tanda 2 putus zat. yaitu sukar tidur, hiperaktif, dan hilangnya nafsu makan.
Tanda-tanda gejala overdosis, yaitu ketakutan, daya pikir menurun, denyut
nadi tidak teratur, napas tidak teratur, dan mendapat gangguan jiwa.
 Meninmgkatkan aktivasi sistem respon stres
 Sindrom amotivasi
 Perubahan tingkat neurotransmitter
 Psikosis pada mereka yang rentan
 Meningkatkan risiko cancer, terutama paru,
kepala dan leher
 Penyakit pernafasan (batuk, phlegm) dan
infeksi paru
 Gangguan sistem kekebalan
 Menghambat pertumbuhan janin
STIMULAN

ADA 3 BENTUK:
-Tablet atau suntikan amfetamin (disingkat ‘amfet’ atau pil diet)
- Tablet ecstasy (2-4 metyl dioxy methamphetamine atau MDMA)
- Bubuk metamfetamin (atau shabu)

TANDA-TANDA KETERGANTUNGAN DAN PUTUS ZAT


Khusus ecstasy, digunakan untuk tripping, dapat menimbulkan: sindrom
keracunan air atau dehidrasi, kerusakan otak dan halusinasi yang reversibel
Sabu /metamphetamin : Pandangan kabur, Pusing, Peningkatan detak
jantung,Sakit kepala,Tekanan darah tinggi,Kurang nafsu makan,Nafas cepat,
Gelisah

GEJALA PUTUS ZAT :


lemas, depressi, murung berkepanjangan
METHAMFETAMIN
Ekstasi

EKSTASI
Kokain

KOKAIN
• Sejenis stimulansia dengan potensi
ketergantungan yang sangat kuat
• Bubuk putih mirip bumbu masak, berasal dari
daun Erythroxylon coca (Amerika Selatan)
• Macam2: crack, free based cocain dan crystal
• Digunakan dg cara: sneefing (disedot melalui
lubang hidung) atau disuntikkan
LSD
LSD
PCP

PCP
- Tergolong zat yang dapat mendatangkan halusinasi
Contohnya : cendawan/jamur, kaktus, LSD (lysergic acid
diethylamide), PCP (pencyclidine phosphat)
- Gangguan Psikiatri:
reaksi panik, schizophrenic like syndrome
- Gangguan fisik:
Dehidrasi, malnutrisi, infeksi respirasi.kematian: overdosis, tindak
kekerasan
Deskripsi:
Tembakau berasal dari daun tumbuhan tembakau,
mengandunglebih dari 4,000 zat kimia dan lusinan
gas (utamanya carbon monoxida)

Cara penggunaan: Dirokok ,dikunyah

Efek segera:
Nikmat; relaksasi; konsentrasi meningkat, pelepasan
glukosa; tekanan darah-pernafasan-debar jantung
naik
Simtom Putus Zat:
– Defisit kognitif/ atensi
– Gangguan tidur
– Nafsu makan naik
– Hostilitas
– Iritabilitas
– Energi rendah
– Sakit kepala
 Aneurysma
 Katarak
 Kanker (paru dan lainnya)
 Bronkhitis kronis
 Emphysema
 Gejala Asma
 Penyakit paru sumbatan
 Sakit jantung (stroke, serangan jantung)
 Penyakit Vascular
 Mengganggu kehamilan, tumbuhnya janin
 Kematian

43
02/26/2024 45
- Intoksikasi: euforia, cadel, nistagmus, ataksia, bradicardi,
hipotensi, kejang, koma. Pada keadaan berat reflek bisa
negatif
- Keadaan Putus Alkohol: halusinasi, ilusi (bad dream),
kejang, Delirium Tremens, gemetar, keluhan
gastrointestinal, muka merah, mata merah dan hipertensi

- Gangguan fisik : radang hati sampai kanker hati, gastritis,


ulkus peptikum, pneumonia, gangguan vaskuler dan
jantung, defisiensi vitamin, fetal alcohol syndrome
 Penurunan jumlah seldarah --> anemia, luka/sakit lambat
sembuh
 Otak rusak, gangguan memori, lupa akan kejadian, penglihatan
buruk, bicara cadel, kendali motor lamban
 Tekanan darah naik, pembuluh mengeras, sakit jantung
 Sirosis hati , sakit kuning dan diabetes
 Disfungsi sistem kekebalan
 Luka lambung, perdarahan dan gastritis
 Kurang vitamin B termasuk Thiamin
 Penyusutan testis dan ovarium
 Membuat janin gugur atau tidak tumbuh
KOMPONEN
+
OTAK
YANG PALING DI RUSAK NARKOBA

1. Daya Analisis
2. Daya Sintesa
3. Daya Analogi
4. Logika Berfikir
+
5. Daya Nalar
6. Spatial 2 & 3 Dimensi
7. Daya Antisipasi
8. Daya Memori
PENGGUNA STIMULAN (METAMFETAMIN)
SARKOMA KAPOSI
WASTING
JAMUR DI MULUT
Other
Internet
Shopping
crimes/
addictions

Roots of Addictions:
Loneliness, fear, shame,
grief, anger,
hereditary Soil of Addictions:
Other abuses: Physical, spiritual,
emotional, sexual.
http://www.addictions.co.uk/statistics.asp Modified from members.fortunecity.com/. ../addictiontree.gif
Tanda dan gejala
 Intoksikasi adalah gejala yang timbul saat
mengkonsumsi napza

 Putus zat adalah gejala yang timbul saat


mengurangi atau menghentikan penggunaan
napza
Opiat (morfin, heroin)
Intoksikasi Putus zat
Eforia Nyeri
Mengantuk Mata dan hidung berair
Banyak tidur Perasaan panas dingin
Bicara cadel Diare
Konstipasi Gelisah
Penurunan kesadaran Tidak bisa tidur
Ganja (cimeng, gele’)
Intoksikasi
Eforia
Mata merah, mulut kering
Banyak bicara dan tertawa
Nafsu makan meningkat
Gangguan persepsi

Putus zat jarang ditemukan


Sedatif hipnotik
(benzo: bil BK, lexotan)
Intoksikasi Putus zat
Pengendalian diri kurang Cemas
Jalan sempoyongan Tangan gemetar
Mengantuk Perubahan persepsi
Memperpanjang tidur Gangguan daya ingat
Hilang kesadaran Tidak bisa tidur
Alkohol (bir, wiski, arak)
Intoksikasi Putus zat

Mata merah Cemas, depresi


Bicara cadel Muka merah
Jalan sempoyongan Tangan gemetar
Perubahan persepsi Mual muntah
Kemampuan menilai (↓) Tidak bisa tidur
Amfetamin ekstasi (inex), shabu-shabu
Intoksikasi Putus zat
Selalu bergerak Cemas
Berkeringat Depresi
Gemetar Kelelahan
Cemas, depresi Energi berkurang
Paranoid Tidur meningkat
Ciri-ciri ketergantungan
 Toleransi (semakin lama penggunaan zat,
semakin dibutuhkan dosis yang lebih banyak
untuk mendapatkan efek yang sama)

 Gejala putus zat (gejala yang timbul karena


mengurangi / menghentikan penggunaan)

 Sugesti (kerinduan yang kuat sekali untuk


menggunakan kembali)
Penyebab
 Ingin tahu / coba-coba / eksperimen
 Pergaulan sosial / rekreasi
 Situasi
 Penyalahgunaan
 Ketergantungan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya
penggunaan
1. Faktor individu

 Ciri-ciri kepribadian yang berisiko untuk


menyalahgunakan napza, misalnya selalu merasa
rendah diri, mudah kecewa, suka coba-coba /
bereksperimen dan bersikap antisosial.
2. Faktor lingkungan

 Lingkungan pergaulan yang kurang baik: keluarga


dengan komunikasi yang tidak efektif,
 Kelompok sebaya yang menggunakan napza
 Banyaknya tempat untuk memperoleh /
memperjualbelikan napza
 Pengaruh dari masyarakat yang longgar dalam
pengawasan (hukum yang tidak berjalan / tidak tegas
yang menyebabkan peredaran napza secara gelap terus
berlangsung.
3. Faktor zat

 Zat itu sendiri memberikan kenikmatan,


 Mudah diperoleh
 Harga terjangkau atau diperoleh dengan gratis /
tanpa keluar biaya.
Dampak penggunaan napza
1. Heroin (putau)
 Perilaku manipulatif, antisosial, hepatitis C, HIV-
AIDS, kematian karena over dosis

2. Benzodiazepam (pil BK, lexotan)


 Hilangnya kesadaran, kurangnya pengendalian,
perkelahian, tindak kejahatan (menipu / mencuri /
merampok sampai membunuh), sering tidak
menyelesaikan tugas, membolos, prestasi sekolah
menurun, keluar dari sekolah.
3. Ganja (cimeng, gele’)
 Gangguan persepsi (sepuluh menit dirasakan seperti
satu jam, jarak 10 meter dipersepsikan sebagai jarak
100 meter
 Sinestesia (saat mendengar musik, melihat warna-
warna cemerlang disekitarnya)
 Sindroma amotivasional menurunnya kemampuan
membaca, berbicara dan berhitung; perhatian sekitar
berkurang sampai tidak bereaksi dipanggil; kurang
semangat bersaing
 Penyakit pada paru-paru.
4. Alkohol (bir, wiski, arak)
 Gangguan lambung, penyakit hati, jantung, susunan
saraf / otak, kemunduran daya ingat, perubahan
persepsi, koordinasi, penurunan kemampuan menilai,
kecelakaan, tindak kejahatan

5. Amfetamin (ekstasi, shabu-shabu)


 gangguan jantung, pernapasan, depresi, paranoid
(perasaan terancam / curiga yang dapat mengakibatkan
timbulnya kekerasan pada diri sendiri atau orang lain),
kematian karena perangsangan yang berlebihan pada
susunan saraf pusat (otak).
FASE DAN CIRI
PENGGUNA NARKOBA
Pengguna yang coba-coba

• Suka menyendiri
• Cara bergaulnya berubah
• Cara berpakaiannya berubah
• Hobinya berubah
• Prestasi belajarnya menurun
• Sering keluar malam
• Pola makannya berubah
Pengguna tetap

 Sering bangun terlambat


 Sering menyendiri
 Sering tidak masuk sekolah
 Di skors dari sekolah
 Mempunyai problema dengan keuangan
 Dikamar mandi berlama-lama
 Berat badan menurun
 Sering berontak dan mudah tersinggung
Pengguna yang kecanduan

 Bicaranya Pelo, ngoceh tidak karuan, suka ketawa.


 Jalannya sempoyongan, gemetaran, penglihatan kabur.
 Hidungnya beler/ingusan, ngiler, giginya kotor.
 Mata merah, sayup, cekung, keluar air mata.
 Suka bohong, mudah marah, suka merayu.
 Jarang mandi, pakaian kumuh, rambut kusam
 Wajah kelihatan tua, badan kurus, kulit keriput.
 Tidak peduli pada norma kesopanan & lingkungan.
 Tidak bergairah/ malas belajar/prestasi menurun.
Penanggulangan
masalah napza
 Pencegahan:
 Deteksi dini
 Pendidikan efektif
 Pengobatan:
 Detoksifikasi tanpa subsitusi
 Detoksifikasi dengan subsitusi
 Pemulihan
 Rehabilitasi: keagamaan, terapi komunitas
 Terapi psikososial
Rentang Respon Koping Penggunaan Zat

Adaptif Maladaptif

Alamiah Kadang memakai Sering memakai Tergantung pd


Aktivitas Fisik Rokok, kopi, Rokok, kopi, Rokok, kopi,
Meditasi Alkohol, obat resep Alkohol, obat resep Alkohol,
nakotika Tergantung
Pada narkotika
ASUHAN KEPERAWATAN ADIKSI
NAPZA
 Detoksifikasi ~ penanganan gejala putus zat
 Recovery/Rehabilitasi ~ menguatkan koping
konstruktif, menghindar penyalahgunaan zat
 Relaps ~ menguatkan koping
 Infeksi ~ penanggulangan masalah fisik,
menyiapkan pasien kemunginan terburuk
yang mungkin terjadi.
Pengkajian
1. Riwayat penggunaan napza:
 Apa jenis zat yang digunakan ?
 Kapan terakhir menggunakan zat ?
 Bagaimana cara menggunakan zat ?
 Berapa banyaknya zat yang biasa digunakan perhari?
 Apa tanda dan gejala yang dirasakan?
 Apa penyebab menggunakan zat ?
 Apakah pernah mengurangi / berhenti ? Karena apa ?
 Berapa kali mencoba berhenti ? Kapan paling lama ?
 Apa yang telah dilakukan untuk berhenti ?
 Apa yang menyebabkan pakai lagi ?
2. Riwayat pengobatan:

 Apakah pernah over dosis ? Apakah pernah


dirawat karena over dosis ?
 Apakah pernah dirawat untuk detoksifikasi ?
Berapa kali ? Kapan terakhir ?
 Apakah ada penyakit serius yang dialami akibat
penggunaan zat ?
 Apakah pernah mengikuti rehabilitasi ? Kapan ?
Berapa lama ?
Diagnosa keperawatan
 Koping individu tidak efektif: belum mampu
mengatasi keinginan menggunakan zat
 Gangguan sensori persepsi
 Gangguan proses pikir
 Gangguan proses keluarga
Tujuan tindakan pada pasien
 Pasien dapat:
1. Mengenali dampak penggunaan zat
2. Meningkatkan motivasi untuk berhenti
3. Mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
4. Meningkatkan kemamp menyelesaikan masalah
5. Mengubah gaya hidup
6. Mengatasi gejala intoksikasi atau putus zat dengan
terapi psikofarmaka
Tindakan keperawatan
pada pasien
1. Diskusikan bersama pasien tentang:

 Dampak penggunaan zat (kesehatan, hubungan


sosial, pendidikan / pekerjaan, ekonomi / keuangan,
hukum)
 Cara meningkatkan motivasi berhenti
 Cara menyelesaikan masalah yang sehat
 Gaya hidup yang sehat
 Diskusikan cara mengontrol keinginan:

 Menghindar: (tidak pergi ke tempat-tempat yang


ada pengedar, tidak bergabung / bergaul dengan
pengguna)
 Mengalihkan: (menyibukkan diri dengan aktivitas
yang padat dan menyenangkan)
 Menolak: (mengatakan tidak, walaupun ditawarkan
gratis dan tetap mengatakan tidak, walaupun sekali
saja)
2. Latih pasien:

 Mengontrol keinginan menggunakan zat


 Mengenali situasi yang berisiko tinggi
 Kondisi emosi negatif, misalnya kesal, dituduh pakai lagi
 Konflik dengan orang lain, misalnya bertengkar karena
dilarang keluar rumah atau dituduh mencuri
 Tekanan sosial, misalnya dipaksa sebagai syarat untuk
bergabung dengan kelompok tertentu
 Cara mengontrol keinginan menggunakan zat
dengan cara:
 Menghindar, misalnya: tidak pergi ke tempat-tempat
yang ada pengedar, tidak bergabung / bergaul dengan
pengguna
 Mengalihkan, misalnya: menyibukkan diri dengan
aktivitas yang padat dan menyenangkan
 Menolak, misalnya: mengatakan tidak, walaupun
ditawarkan gratis dan tetap mengatakan tidak, walaupun
sekali saja.
 Cara menyelesaikan masalah yang sehat
 Cara / gaya hidup yang sehat
Mengevaluasi pasien
 Pasien mampu:
 Menyebutkan dampak penggunaan zat
 Menggunakan cara-cara:
 Mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
 Menyelesaikan masalah yang sehat
 Menerapkan gaya hidup yang sehat
 Berhenti menggunakan zat
TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NAPZA
DENGAN GANGGUAN
SENSORI PERSEPSI
Tujuan
 Pasien akan mengurangi ketergantungan
 Pasien akan diorientasikan pada orang waktu,
tempat
 Pasien akan melaporkan gejala putus zat
 Pasien akan menginterpretasikan lingkungan
secara tepat
 Pasien akan mengakui dan menceritakan
halusinasi atau wahamnya
Tindakan
 Berikan dukungan perawatan fisik: Tanda Vital,
Nutrisi, Hidrasi, wasapada jika kejang
 Berikan obat sesuai jadwal detoksifikasi
 Kaji orientasi sesering mungkin, orientasikan pasien
waktu, tempayt, orang
 Observasi gejala-gejala putus zat dan laporkan
 Jelaskan intervensi keperawatan, staf yg konsisten,
cahaya ruangan redupm, hindari kebisingan, anjurkan
teman yg dipercaya atau keluarga utk menyertai
 Anjurkan pasien menceritakan halusinasi atau waham,
jelaskan kaitan antara gejala tersebut dg zat adiktif
Tujuan tindakan pada keluarga
 Keluarga dapat merawat pasien
Tindakan keperawatan
pada keluarga
1. Diskusikan bersama keluarga tentang:

 Masalah yang dialami keluarga


 Penyalahgunaan / ketergantungan zat (tanda dan
gejala, penyebab dan akibat)
 Proses penyembuhan pasien (pencegahan,
pengobatan dan pemulihan)
Kondisi pasien yang perlu dirujuk
 Intoksikasi berat,
 penurunan kesadaran, jalan sempoyongan,
penglihatan (persepsi) terganggu, kehilangan
pengendalian diri, curiga berlebihan, melakukan
kekerasan / menyerang orang lain

 Gejala putus zat


 nyeri, mual sampai muntah, diare, tidak bisa tidur,
gelisah, tangan gemetar, cemas berlebihan, depresi
(murung berkepanjangan)
 Latih keluarga:
 Meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti / hindari
sikap-sikap yang dapat mendorong pasien pakai lagi:
 mencurigai / menuduh pasien pakai lagi)
 Mengenal ciri-ciri pasien pakai lagi
 memaksa minta uang, ketahuan berbohong,
ada tanda dan gejala intoksikasi
 Membantu pasien: menghindar atau mengalihkan
perhatian dari keinginan untuk pakai lagi
 Memberikan pujian bila pasien dapat berhenti walaupun
1 hari, 1 minggu atau 1 bulan
 Mengawasi pasien minum obat
Mengevaluasi keluarga
 Keluarga mampu:

 Menyebutkan proses penyembuhan pasien


 Meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti
 Memotivasi pasien menggunakan cara-cara
mengontrol keinginan menggunakan zat
 Mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu di rujuk
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai