Anda di halaman 1dari 61

ANALISIS

NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA

KULIAH TOKSIKOLOGI KLINIK


PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
TAHUN 2019
NAPZA
(NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, ZAT ADIKTIF)

Adalah yang ketika Dikonsumsi Akan


Mempengaruhi Sistem Saraf Pusat
TIGA KELOMPOK NAPZA BERDASARKAN SIFAT
PENGARUHNYA TERHADAP PEMAKAI

1. Stimulan: merangsang sistem saraf pusat

2. Depresan: menekan sistem saraf pusat

3. Halusinogen: mengacaukan sistem saraf pusat


STIMULAN
• Menimbulkan perasaan segar, bersemangat,
tidak lelah, tidak lapar, rasa nikmat, bahagia,
disorientasi mental, rasa cemas tinggi, mudah
tersinggung, gugup, sulit tidur, mual-mual,
merasa haus terus menerus, keringat dingin,
hipertensi
• Memberikan rasa nikmat, bahagia
• Amphetamine, Metamphetamine (Shabu),
XTC–Ecstasy (3,4 methylenedioxy-N-
Methylamphetamine), Kokain/Crack, Kafein,
Alkohol*, marijuana*
*) dalam jumlah sedikit
DEPRESAN
• Efek mengantuk sampai tidur,
menimbulkan perasaan
nyaman dan tenang,
mempengaruhi koordinasi
gerakan, konsentrasi

• Opiat : heroin (PT), Barbiturat :


hipnotik – sedative, Marijuana
– Ganja, Oxycodon
(oxyContin), Benzodiazepin,
alkohol
HALUSINOGEN
• Menyebabkan halusinasi,
sangat dipengaruhi oleh
perasaan saat itu, dapat
menyebabkan perilaku
yang memalukan atau
membahayakan

• Jamur kotoran sapi, Bunga


kaktus, Lem (Aica, Aibon)
NAPZA BERDASARKAN CARA PAKAI, BENTUK,
BAHAN

• Cara pakai: dihisap/hirup,


dikunyah, ditelan, disuntikkan

• Bentuk: cair, padat, kristal,


lem, kertas, bentuk-bentuk
natural (daun, biji, bunga,
getah)

• Bahan: natural dan sintetik


ALASAN MENGGUNAKAN NAPZA

• Coba – coba: rasa ingin tahu


• Pengobatan
• Tekanan lingkungan: ingin
diterima kelompoknya
• Tuntutan pekerjaan
• Budaya
• Adiksi
NARKOTIKA
Pengertian Narkotika
Menurut UU No.35 tahun 2009 tentang narkotika :

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman


atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan
Penggolongan Narkotika
Menurut UU No.35 tahun 2009 tentang narkotika :
• Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: heroin, kokain, ganja.
• Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.
• Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Codein
1. Ganja/Kanabinoid
• Status Legal :
Narkotika Golongan I

• Nama dan sinonim produk kanabis:


Bhang, Cannabis Indica, Chanvre, Charas, Dagga, Ganja, Guaza,
Hashish, Mariyuana dll.

• Kanabis mengandung beberapa jenis senyawa kimia yang disebut


kanabinoid. Empat kandungan mayor adalah :
a. Δ-9-tetrahydrocannabinol (THC) : paling menyebabkan efek
psikologik
b. Cannabinol (CBN)
c. Cannabidiol (CBD)
d. Cannabichromene(CBCh)
• TOKSIKOKINETIK :
Jalur Paparan dan bioavaibilitas: terutama Inhalasi atau sebagai rokok
(18-50%). Kadang dengan Oral (6-20%)
Adsorbsi : Ganja yang masuk melalui hidung atau mulut, sampai ke
tenggorokan, terus ke bronkus, kemudian masuk ke paru-paru dan
diserap oleh pembuluh darah kapiler, lalu dibawa ke jantung untuk
dipompa ke seluruh tubuh.
Metabolisme : Hepatik 95%
Waktu paruh : pengguna sering, Δ9-THC : 2 jam, asam Δ9-THC-11-oik :
120 jam, sedangkan pada pengguna jarang berturut-turut 1,5 jam dan
144 jam
Ekskresi : Urin 25%; Feses 65%
• Toksikodinamik :
Tetrahydrocannabinol (THC), bahan aktif utama dalam ganja, mengikat
dan mengaktifkan reseptor spesifik cannabinoid, yang banyak terdapat di
bagian otak yang mengendalikan ingatan, pikiran, konsentrasi, persepsi
waktu dan kedalaman, dan gerakan terkoordinasi. Dengan mengaktifkan
reseptor ini, THC mengganggu fungsi normal mereka.

• Metabolit THC:
Waktu paruhnya panjang dapat lebih dari 20 jam sehingga THC terdapat
dalam tubuh dalam waktu lama sampai 12 hari setelah konsumsi
terakhir.
Pada pengguna yang jarang, metabolit dapat terdeteksi dalam urin
dalam 1-3 hari tergantung dari metode pemeriksaan, pada pengguna
kronis, metabolit dapat terdeteksi 1 minggu atau lebih.
2. Opiat : Morfin/Heroin
• Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :
 Alamiah (opiat) : ganja, morfin, opium, kodein
 Semi sintetik : heroin/putaw, hidromorfin
 Sintetik : meperidin, propoksifen, metadon

• Status Legal :
Morfin : Narkotika Golongan II
Heroin : Narkotika Golongan I

• Dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin
kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putauw (kekuatan 10
kali melebihi morfin). Opioid sintetik mempunyai kekuatan 400 kali
lebih kuat dari morfin.
Keterangan :
(a) morphine, (b) codeine, (c) heroin, dan (d) 6-monoacetylmorphine
(MAM).
• TOKSIKOKINETIK :
Jalur paparan : Morfin: inhalasi, oral injeksi dan rokok; Heroin: hirupan,
isapan, suntikan subkutan, atau intravena
Bioavaibilitas : 25 % (oral); 100%(Intravena)
Metabolisme: di Hati
Waktu paruh : 2-3 jam
Ekskresi : Urin 90 % sebagai morfin-O-glukoronida. Dapat dideteksi
hingga 20-40 jam
Untuk mengkonfirmasi pemakaian heroin dapat dilakukan pemeriksaan
MAM (waktu deteksi 2-8 jam).
• Toksisitas :
Trias toksisitas opioid klasik adalah depresi SSP, depresi pernapasan, dan
miosis. Tingkat kesadaran dapat bervariasi dari euforia hingga disforia
dan dari sedasi ringan sampai koma. Pasien dapat megalami
hyporeflexic, hypothermia, atau hypotensi.
3. Kokain
• Status Legal :
Narkotika Golongan I

• Nama dan sinonim :


• koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih

• Kokain adalah alkaloid dengan nama kimia benzoilmetilecgonin yang


didapatkan dari daun tanaman Erytoxylus coca.
• Kokain merupakan salah satu narkotika yang banyak disalahgunakan.
• Bentuk yang dihisap disebut “crack” atau kokain base yang bersifat sangat
adiktif, dan efeknya cepat.
TOKSIKOKINETIK :
• Jalur paparan :intra nasal, intra vena, intra muskuler, oral dan dihirup.

• Metabolisme : di Hati.

Diubah menjadi 2 mayor metabolit yaitu Benzoylecgonin dan ecgonin


metil ester. Metabolit minor : norkokain, teridentifikasi dalam urin.
• Waktu Paruh : 1 jam

• Eksresi : di Urin; dalam bentuk asli (1-9 %), benzoylecgonin (35-54 %)


dan ecgonin metil ester (32-49 %).
• Target utama pemeriksaan adalah kokain serta metabolitnya
benzoylecgonin dan ecgonin metil ester. Puncak kadar kokain dalam
plasma dicapai dalam waktu singkat setelah penghirupan atau injeksi (24
jam)
TOKSIKODINAMIK
• Kokain merupakan stimulant yang kuat terhadap susunan saraf pusat,
mempertinggi kesiagaan, mencegah nafsu makan, menyebabkan
keinginan untuk tidur dan euphoria (perasaan senang yang
berlebihan) yang kuat.
PSIKOTROPIKA
Pengertian Psikotropika
Menurut UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika :

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun


sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku
Penggolongan Psikotropika
Menurut UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika :
• Golongan I : Psikotropika yg hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan &
tidak digunakan dlm terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: MDMA (ekstasi), LSD (Lysergic Acid Diethylamid).
• Golongan II : Psikotropika yg berkhasiat pengobatan & dpt digunakan dalam terapi
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Amfetamin, metamfetamin, fenetilin.
• Golongan III : Psikotropika yg berkhasiat pengobatan & banyak digunakan dlm terapi
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Amobarbital, pentazozin, pentobarbital
• Golongan IV : Psikotropika yg berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam, nitrazepam, alprazolam,
fenobarbital, klordiazepoksida
1. Amfetamin

• Setelah mengkonsumsi dosis oral sebanyak 2,5-15 mg amfetamin,


kadar puncak dalam plasma sebesar 30-170 μg/mL akan dicapai dalam
2 jam.
• Kadar dalam darah >500 μg/mL, bisa menyebabkan kematian
Metabolisme & Eksresi

• Amfetamin mulai terdeteksi dalam urin setelah 20 menit


pemakaian.
• Amfetamin dikeluarkan dalam bentuk aslinya 20-30 %,
sedangkan 25 % adalah bentuk asam hipurat dan asam benzoat
(deaminasi) serta metabolit terhidroksilasi sebagian sebagai
konjugat.
• Kecepatan dan jumlah zat yang dikeluarkan dalam bentuk aslinya
bergantung pada pH urin.
• Dalam urin yang alkali : 45 % zat yang dikeluarkan dalam 24 jam,
2 % adalah bentuk asli,
• Dalam urin yang asam : 78% dikeluarkan dalam 24 jam, 68%
adalah bentuk bebas.
2. Metamfetamin

• Istilah lain : Shabu


• Metamfetamin melepaskan sejumlah besar dopamin di
otak, menyebabkan perasaan senang dan euforia.
Metabolisme & Eksresi

• Metamfetamin dikeluarkan dalam bentuk aslinya (44%) dan


metabolit mayornya yaitu amfetamin (6-20%) dan 4-
hidroksimethamfetamin (10%).

• Seperti amfetamin, keasaman urin meningkatkan kecepatan


keluaran (ekskresi) dan prosentase zat dalam bentuk asli yang
dikeluarkan.

• Target analisis adalah zat Metamfetamin dan atau Amfetamin


dalam bentuk bebas
3. MDMA

• Merupakan derivat amfetamin


• Nama lain “X-TC atau ecstasy”
Metabolisme & Eksresi

• Kebanyakan derivat amfetamin dengan cepat diabsorbsi


dari saluran pencernaan.

• Bentuk aslinya dikeluarkan dalam urin (65%)

• Sehingga target analisis adalah zat induk yang bersangkutan


dalam urin.
4. Benzodiazepin

• Benzodiazepin adalah suatu kelompok obat-obatan yang berfungsi


sebagai anti kejang, relaksan otot, hipnotik dan tranqulizer (obat
penenang).
• Kelompok obat ini sering diberikan bersama dengan obat-obatan anti
depresan.
TOKSIKOKINETIK
• Absorbsi dan distribusi
Benzodiazepin digunakan secara oral, injeksi, dan sublingual.
Diabsorbsi secara cepat dan menyeluruh setelah konsumsi oral
dengan puncak kadar plasma dicapai dalam waktu 30-90 menit.
Bioavailabilitas 70% dengan protein binding dalam plasma masing-
masing diazepam (98-99%), desmethyldiazepam (99%),

• Metabolisme dan ekskresi


Benzodiazepin dimetabolisir di hepar dengan reaksi N-demetilasi, 3
hidroksilasi dan konjugasi asam glukoronat. Metabolit aktif adalah
desmetildiazepam serta oxazepam dan tenazepam dengan waktu
paruh 20 – 40 jam. Ekskresi terutama dalam bentuk metabolitnya
dalam urin. Ekskresinya lambat, 71 % dari dosis terdeteksi di urin, 10
% di feses. Diazepam dan N-desmetildiazepam tetap ada di dalam
darah setelah pemberian dosis dalam waktu yang lama.
Metabolisme & Eksresi
• Jenis zat golongan benzodiazepin yang paling banyak disalahgunakan yaitu:
diazepam (valium), klordiazepoksid (librium), nitrazepam (mogadon),
bromazepam (lexotan).

• Absorbsi dan distribusi


Benzodiazepin digunakan secara oral, injeksi, dan sublingual. Diabsorbsi secara
cepat dan menyeluruh setelah konsumsi oral dengan puncak kadar plasma
dicapai dalam waktu 30-90 menit. Bioavailabilitas 70% dengan protein binding
dalam plasma masing-masing diazepam (98-99%), desmethyldiazepam (99%),

• Metabolisme dan ekskresi


Benzodiazepin dimetabolisir di hepar dengan reaksi N-demetilasi, 3 hidroksilasi
dan konjugasi asam glukoronat. Metabolit aktif adalah desmetildiazepam serta
oxazepam dan tenazepam dengan waktu paruh 20 – 40 jam. Ekskresi terutama
dalam bentuk metabolitnya dalam urin. Ekskresinya lambat, 71 % dari dosis
terdeteksi di urin, 10 % di feses. Diazepam dan N-desmetildiazepam tetap ada
di dalam darah setelah pemberian dosis dalam waktu yang lama.
ANALISIS
NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA
ANALISIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
DALAM SAMPEL BIOLOGIS
• Pemeriksaan Pendahuluan(Screening test)
Pemeriksaan laboratorium sebagai upaya penyaring untuk mengetahui
ada/tidaknya dan jenis obat yang menimbulkan efek toksis atau efek
gangguan kesehatan.
Method:
1. Card/Strip Test (immunoassay)
2. Reaksi Warna (Kimia).
• Pemeriksaan Konfirmasi
Pemeriksaan lanjutan yang lebih akurat, dilakukan apabila hasil
pemeriksaan pendahuluan (screening test) memberi hasil positif
Method : kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas tandem
Spektroskopi massa (GC/MS), kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC), dll
SPESIMEN
Jenis Spesimen :
1. URIN (paling sering di gunakan, terutama untuk screening;
deteksi penggunaan narkoba yang baru mengkonsumsi)
2. DARAH, berupa serum/plasma antikoagulan Na-citrate
(digunakan untuk paparan/konsumsi baru dan
direkomendasikan jika specimen urin tidak bisa diperoleh)
3. Muntahan/Isi Lambung : diambil semua (Jika waktu sejak
asupan zat toksik sampai pasien diperiksa dokter/tenaga
medis kurang dari 4 jam, sampel yang dianjurkan untuk
diperiksa adalah isi perut, muntahan, dan cairan lambung.
4. RAMBUT : paparan kronis (dan tidak dideteksi dalam
darah/urin); terbatas untuk kasus medicolegal dan forensik
SPESIMEN
SPESIMEN
Penanganan Spesimen :
• Urin segar, jika tidak segera diektraksi maka disimpan di freezer,
• Urin ditampung pada wadah botol plastik yang kering, bersih dan
bertutup ulir dengan volume tidak boleh kurang dari 20 mL dan diberi
lebel: nama pasien, tanggal pengambilan, tempat pengambilan dan
informasi lain yang dibutuhkan.
• Urin dapat disimpan dalam suhu kamar selama 24 jam pada 4-10ºC
selama 2-3 hari, bila lebih dari 3 hari dibekukan dalam freezer
Pengiriman spesimen :
Pengiriman barang bukti berupa Darah dan Urin : jangka waktu setelah
pengambilan sampel darah/urin sampai dengan diterima di laboratorium
haruslah tidak melebihi 24 jam, sampel disimpan dalam suhu dingin / 0ºC
atau dalam termos dingin yang diberi ice pack selama pengiriman
PREPARASI SAMPEL
Persiapan spesimen dilakukan terutama untuk pemeriksaan kuantitatif
atau pemeriksaan konfirmasi.

Biasanya sebelum dilakukan analisis, spesimen darah dan atau urin


dilakukan proses ekstraksi untuk memperoleh analit yang dicurigai.

• EKSTRAKSI

Pemisahan/isolasi spesimen dengan pelarut organik pada pH


tertentu dari zat-zat yang mengganggu berdasarkan dengan
kelarutannya. Hasil ekstraksi disaring dan dikeringkan sehingga
didapat residu yang dapat dianalisis
Ekstraksi Sampel Darah/serum/plasma
Ekstraksi Sampel Urin/Cairan Lambung
Komposisi Fraksi A, B, C dan D
Pemeriksaan Skrining
Penafsiran hasil
• Analisis kualitatif dari sampel biologik akan memberikan informasi
apakah subyek yang bersangkutan menggunakan obat terlarang atau
tidak.
• Adanya metabolit menunjukkan bahwa zat/obat tersebut telah
dikonsumsi dan termetabolisme dalam tubuh.
• Pemeriksaan skrining positif berarti suatu obat/metabolitnya terdapat
dalam urin sebanyak/lebih banyak dari batas deteksi alat (cut off).
• Pengeluaran dari tubuh dan konsentrasinya dalam urin bergantung pada
faktor-faktor : cara pemakaian, lama dan seringnya penggunaan, fungsi
organ, kecepatan metabolisme obat, kondisi fisik dari subyek, umur,
jenis kelamin, waktu pengambilan sampel, pengenceran dll.
1. Immunoassay (Card/Stip Test)
1.Sampel : urine
2.Metode : Imunokromatografi Kompetitif
3.Prinsip :
Test didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG anti-narkoba yang
mengandung enzim-substrat (ada dalam keadaan bebas di zone S)
merupakan “Antibodi Pendeteksi dalam Strip”, oleh narkoba dalam
sampel/urine “Antigen dalam Sample” atau narkoba yang telah
dikonjugasikan dalam strip (zona T) “Antigen dalam Strip Test”.
• Jika dijenuhi oleh narkoba dalam sampel (sampel positif narkoba), maka
IgG anti narkoba tidak akan berikatan dengan narkoba yang ada di zona T,
sehingga pada zona T tidak terjadi reaksi enzim-subtrat yang berwarna.
• Sebaliknya jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba) atau hanya sebagian
dijenuhi (sampel mengandung narkoba dalam jumlah di bawah ambang
batas pemeriksaan/cut off value), maka IgG anti-narkoba akan berikatan
dengan narkoba yang ada di zona T secara penuh atau sebagian, sehingga
terjadi reaksi enzim-substrat yang berwarna penuh atau samar-samar.
4. Alat dan Bahan : Strip test Narkoba
5. Cara Kerja :
a. Biarkan strip test dalam suhu kamar.
b. Buka penutup strip test, kemudian celupkan strip test tersebut secara
vertical ke dalam sample urine selama 10-15 detik.
c. Ketika strip test dicelupkan tidak boleh melewati batas garis yang
paling bawah Zona Sample (S).
d. Tempatkan test strip itu pada bidang datar, baca hasil setelah 5-10
menit.
6. Interpretasi Hasil
• Positif : Hanya terbentuk pita pink pada Control (C)
• Negatif : Terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T)
• Invalid : Tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T)
atau terbentuk pita pink pada Test (T) sedangkan pada Control (C)
tidak terbentuk pita pink
LIHAT VIDEO
Prinsip
Imunokromatografi
Kompetitif

Casette Strip
KETERANGAN
• Pemeriksaan skrining yang memberikan hasil negatif tidak
dilanjutkan dengan pemeriksaan konfirmasi.
• Bila hasil pemeriksaan Card/Strip Test Positif belum menjamin +
(positif) untuk spesimen yang diperiksa, pemeriksaan harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan Konfirmasi.
• Untuk pemeriksaan penyidikan/penegakan hukum, pemeriksaan
konfirmasi yang diakui adalah yang menggunakan metoda GC/MS
atau HPLC.
• Untuk menjaga mutu pemeriksaan setiap 10 kali pemeriksaan
spesimen urin lakukan pemeriksaan minimal terdapat 1 kontrol urin
positif dari jenis zat yang diperiksa dan kontrol negatif (blanko urin).
2.Reaksi Warna
Beberapa metode untuk tes Skrining Golongan
Narkotika dan Psikotropika :
1. Metode Marquis 5. Metode Bratton Marshall
2. Metode Mecke 6. Metoda Liebermann
3. Metode Frohde 7. Metode Fast Blue B
4. Metode Simon 8. Tes Duquenois

Pemeriksaan hanya untuk mengarahkan kemungkinan jenis zat


yang terdapat dalam sampel, sehingga hasilnya harus dilanjutkan
dengan tes konfirmasi karena zat selain Narkoba juga mempunyai
kemungkinan memberikan hasil yang sama (false positif).
1. Metode Marquis
PRINSIP
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa dengan formaldehid
dalam suasana asam sulfat pekat

REAGEN
Pereaksi Marquis: 8-10 tetes formaldehid 40 % diteteskan ke dalam 10 mL asam
sulfat pekat, Eter, Natrium hidroksida (NaOH) 4 N, Etanol 95 %

CARA KERJA (Sampel Urin)


• Masukkan 3 mL urin ke dalam tabung sentrifus
• Tambahkan NaOH 4 N sampai pH 9-10
• Ekstraksi dengan 5 mL eter, kemudian mix dan sentrifus
• Ekstrak eter pisahkan dan uapkan sampai kering
• Residu larutkan dalam 1 mL etanol 95 % (secukupnya), keringkan lagi
• Tambahkan 1 tetes larutan pereaksi Marquis
2. Metode Mecke
PRINSIP
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa dengan asam
selenius dalam suasana asam sulfat pekat

REAGEN
Pereaksi Mecke : 0,25 gram asam selenius larutkan dalam 25 mL asam
sulfat pekat panas, Eter, Natrium hidroksida (NaOH) 4 N, Etanol 95 %

CARA KERJA (Sampel Urin)


• Masukkan 3 mL urin ke dalam tabung sentrifus
• Tambahkan NaOH 4 N sampai pH 9-10
• Ekstraksi dengan 5 mL eter, kemudian mix dan sentrifus
• Ekstrak eter pisahkan dan uapkan sampai kering
• Residu larutkan dalam 1 mL etanol 95 % (secukupnya), keringkan lagi
• Tambahkan 1 tetes larutan pereaksi Mecke
3. Metode Frohde
PRINSIP
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa dengan asam
molibdat/natrium molibdat dalam suasana asam sulfat pekat

REAGEN
Pereaksi Frohde : 1,0 gram asam molibdat/natrium molibdat larutkan
dalam 100 mL asam sulfat pekat panas, larutan akhir haruslah tak
berwarna, Eter, Natrium hidroksida (NaOH) 4 N, Etanol 95 %

CARA KERJA (Sampel Urin)


• Masukkan 3 mL urin ke dalam tabung sentrifus
• Tambahkan NaOH 4 N sampai pH 9-10
• Ekstraksi dengan 5 mL eter, kemudian mix dan sentrifus
• Ekstrak eter pisahkan dan uapkan sampai kering
• Residu larutkan dalam 1 mL etanol 95 % (secukupnya), keringkan lagi
• Tambahkan 1 tetes larutan pereaksi Mecke
Interpretasi Hasil
Interpretasi Hasil Metode Frohde
4. Metode Simon
PRINSIP
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa dengan
Reagen Simon dalam suasana basa
REAGEN
• Pelarut I = 20 % larutan sodium karbonat akuos
• Pelarut II = 50 % larutan asetaldehida etanolik
• Pelarut III = 1 % larutan sodium nitroprusida akuos
• Eter, Natrium hidroksida (NaOH) 4 N, Etanol 95 %
CARA KERJA (Sampel Urin)
• Lakukan dulu seperti pada metode Marquis, langkah a-e
• Letakkan sejumlah kecil sampel pada plat tetes dan campurkan dengan
larutan I satu tetes, lalu tambahkan 2 tetes larutan II, kemudian
tambahkan beberapa tetes larutan III memberikan warna biru untuk
metamfetamin dan amin sekunder lain. Amfetamin dan amin primer
lain memberikan warna merah muda perlahan sampai merah cherry.
Tes ini dapat membedakan amfetamin dan metamfetamin
Interpretasi Hasil Metode Simon
5. Metode Bratton Marshall
PRINSIP
Pembentukan senyawa berwarna violet dengan natrium nitrit dan asam
sulfamat dalam suasana asam
REAGEN
Asam sulfat (H2SO4) 10 %, Natrium nitrit (NaNO2) 0,1 % harus dibuat baru,
Asam sulfamat 0,5 %, N-1 naftilendiamin dihidroklorid 0,1 %
CARA KERJA (Sampel Urin)
• Ke dalam tabung reaksi masukkan 4 mL urin
• Tambahkan 1 tetes H2SO4 10 % dan 1 tetes natrium nitrit 0,1 %
• Biarkan selama 0,5 menit
• Tambahkan 1 tetes larutan asam sulfamat 0,5 % dan biarkan 0,5 menit
• Teteskan larutan N-1 naftilendiamin dihidroklorid 0,1 %

INTERPRETASI HASIL
Apabila terbentuk warna violet secara perlahan-lahan diduga spesimen
mengandung Nitrazepam, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut (Konfirmasi Test).
6. Metode Liebermann
PRINSIP
Sampel yang diperiksa setelah diekstraksi dengan eter pada pH 3-4 (HCl
2N), bereaksi dengan NaNO2 dalam suasana H2SO4 pekat membentuk
senyawa berwarna. Tes dilakukan untuk memberi warna jelas pada fenol
REAGEN
HCl 2N, Eter, Pereaksi Liebermann: 1g NaNO2 atau KNO2 dalam 10 mL
H2SO4 pekat
CARA KERJA (Sampel Urin)
• Ke dalam tabung reaksi masukkan 2 mL urin kemudian tambahkan HCl
2 N sampai pH 3-4
• Ekstraksi dengan 5 mL eter selama 15 menit
• Kemudian sentrifus selama 5 menit
• Keringkan ekstrak di waterbath
• Residu yang didapat tambahkan 2-3 tetes pereaksi Liebermann
Pengganggu Hasil
Hasil yang tidak tepat juga dimungkinkan bila ada penambahan
zat-zat tertentu pada sampel misalnya:

• Menambahkan cuka, asam askorbat, jus lemon/jeruk nipis,


deterjen/sabun, garam dapur, tetes mata/hidung, pemanis
(sakarin), pemutih pakaian; atau

• Minum banyak, penggunaan diuretik, penambahan air pada


sampel atau mengganti dengan sampel lain.
Perhatian !!!!
• Keselamatan kerja
Semua petugas yang berkaitan dengan pengambilan, pengiriman
dan terutama pemeriksaan sampel harus mengetahui dan
mentaati prosedur keamanan kerja seperti pemakaian sarung
tangan dan alat perlindungan diri lain terutama dengan adanya
penyakit seperti hepatitis dan AIDS.

• Menjaga kerahasiaan
Setiap informasi tentang donor sampel dan hasil analisis harus
tetap terjaga kerahasiaannya. Laporan harus diberikan hanya
kepada petugas yang berwenang

Anda mungkin juga menyukai