• Metabolit THC:
Waktu paruhnya panjang dapat lebih dari 20 jam sehingga THC terdapat
dalam tubuh dalam waktu lama sampai 12 hari setelah konsumsi
terakhir.
Pada pengguna yang jarang, metabolit dapat terdeteksi dalam urin
dalam 1-3 hari tergantung dari metode pemeriksaan, pada pengguna
kronis, metabolit dapat terdeteksi 1 minggu atau lebih.
2. Opiat : Morfin/Heroin
• Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :
Alamiah (opiat) : ganja, morfin, opium, kodein
Semi sintetik : heroin/putaw, hidromorfin
Sintetik : meperidin, propoksifen, metadon
• Status Legal :
Morfin : Narkotika Golongan II
Heroin : Narkotika Golongan I
• Dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin
kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putauw (kekuatan 10
kali melebihi morfin). Opioid sintetik mempunyai kekuatan 400 kali
lebih kuat dari morfin.
Keterangan :
(a) morphine, (b) codeine, (c) heroin, dan (d) 6-monoacetylmorphine
(MAM).
• TOKSIKOKINETIK :
Jalur paparan : Morfin: inhalasi, oral injeksi dan rokok; Heroin: hirupan,
isapan, suntikan subkutan, atau intravena
Bioavaibilitas : 25 % (oral); 100%(Intravena)
Metabolisme: di Hati
Waktu paruh : 2-3 jam
Ekskresi : Urin 90 % sebagai morfin-O-glukoronida. Dapat dideteksi
hingga 20-40 jam
Untuk mengkonfirmasi pemakaian heroin dapat dilakukan pemeriksaan
MAM (waktu deteksi 2-8 jam).
• Toksisitas :
Trias toksisitas opioid klasik adalah depresi SSP, depresi pernapasan, dan
miosis. Tingkat kesadaran dapat bervariasi dari euforia hingga disforia
dan dari sedasi ringan sampai koma. Pasien dapat megalami
hyporeflexic, hypothermia, atau hypotensi.
3. Kokain
• Status Legal :
Narkotika Golongan I
• Metabolisme : di Hati.
• EKSTRAKSI
Casette Strip
KETERANGAN
• Pemeriksaan skrining yang memberikan hasil negatif tidak
dilanjutkan dengan pemeriksaan konfirmasi.
• Bila hasil pemeriksaan Card/Strip Test Positif belum menjamin +
(positif) untuk spesimen yang diperiksa, pemeriksaan harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan Konfirmasi.
• Untuk pemeriksaan penyidikan/penegakan hukum, pemeriksaan
konfirmasi yang diakui adalah yang menggunakan metoda GC/MS
atau HPLC.
• Untuk menjaga mutu pemeriksaan setiap 10 kali pemeriksaan
spesimen urin lakukan pemeriksaan minimal terdapat 1 kontrol urin
positif dari jenis zat yang diperiksa dan kontrol negatif (blanko urin).
2.Reaksi Warna
Beberapa metode untuk tes Skrining Golongan
Narkotika dan Psikotropika :
1. Metode Marquis 5. Metode Bratton Marshall
2. Metode Mecke 6. Metoda Liebermann
3. Metode Frohde 7. Metode Fast Blue B
4. Metode Simon 8. Tes Duquenois
REAGEN
Pereaksi Marquis: 8-10 tetes formaldehid 40 % diteteskan ke dalam 10 mL asam
sulfat pekat, Eter, Natrium hidroksida (NaOH) 4 N, Etanol 95 %
REAGEN
Pereaksi Mecke : 0,25 gram asam selenius larutkan dalam 25 mL asam
sulfat pekat panas, Eter, Natrium hidroksida (NaOH) 4 N, Etanol 95 %
REAGEN
Pereaksi Frohde : 1,0 gram asam molibdat/natrium molibdat larutkan
dalam 100 mL asam sulfat pekat panas, larutan akhir haruslah tak
berwarna, Eter, Natrium hidroksida (NaOH) 4 N, Etanol 95 %
INTERPRETASI HASIL
Apabila terbentuk warna violet secara perlahan-lahan diduga spesimen
mengandung Nitrazepam, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut (Konfirmasi Test).
6. Metode Liebermann
PRINSIP
Sampel yang diperiksa setelah diekstraksi dengan eter pada pH 3-4 (HCl
2N), bereaksi dengan NaNO2 dalam suasana H2SO4 pekat membentuk
senyawa berwarna. Tes dilakukan untuk memberi warna jelas pada fenol
REAGEN
HCl 2N, Eter, Pereaksi Liebermann: 1g NaNO2 atau KNO2 dalam 10 mL
H2SO4 pekat
CARA KERJA (Sampel Urin)
• Ke dalam tabung reaksi masukkan 2 mL urin kemudian tambahkan HCl
2 N sampai pH 3-4
• Ekstraksi dengan 5 mL eter selama 15 menit
• Kemudian sentrifus selama 5 menit
• Keringkan ekstrak di waterbath
• Residu yang didapat tambahkan 2-3 tetes pereaksi Liebermann
Pengganggu Hasil
Hasil yang tidak tepat juga dimungkinkan bila ada penambahan
zat-zat tertentu pada sampel misalnya:
• Menjaga kerahasiaan
Setiap informasi tentang donor sampel dan hasil analisis harus
tetap terjaga kerahasiaannya. Laporan harus diberikan hanya
kepada petugas yang berwenang