Oleh :
MAOLISA PRIHATINI
YUNDA ASTIRA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 NARKOTIKA
Narkotika adalah obat, bahan, zat dan bukan tergolong makanan. Jika
diminum, dihisap, ditelan, atau disuntikkan dapat menyebabkan ketergantungan
dan berpengaruh terhadap kerja otak, demikian pula fungsi vital organ tubuh lain
(jantung, peredaran darah, pernapasan, dll).
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Menurut
undang-undang narkotika dibagi menurut potensi ketergantungannya sebagai
berikut.
• Narkotika Golongan I : berpotensi sangat tinggi menyebabkan
ketergantungan, tidak digunakan dalam terapi. Contoh heroin, kokain, ganja,
putaw (heroin tidak murni berupa bubuk).
• Narkotika Golongan II : berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan,
digunakan dalam terapi. Contoh morfin dan petidin.
• Narkotika Golongan III : berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan,
banyak digunakan dalam terapi. Contoh kodein.
A. Ganja
Ganja adalah tanaman yang termasuk dalam family Cannabaceae,
kadang dikenal sebagai Cannabinaceae. Umumnya, ganja dianggap
mono-spesifik (Cannabis sativa L.) yang dibagi menjadi beberapa
subspesies antara lain (C. sativa subsp. sativa, C. sativa subsp. Indica, C.
sativa subsp. ruderalis, C. sativa subsp. spontanea, C. sativa subsp.
kafiristanca). Namun, perbedaan kimia dan morfologis dimana ganja telah
terpecah menjadi subspesies ini seringkali tidak mudah terlihat, tampaknya
akibat modifikasi lingkungan, dan bervariasi secara kontinyu. Oleh karena
itu cukup disebut Cannabissativa untuk semua jenis tanaman ganja.
Ganja adalah tanaman tahunan, tegak, bervariasi dari 0,2-6 m,
sebagian besar 1-3 m, bercabang, berbunga, dengan ciri morfologi seperti:
5) Cara Kerja :
a. Biarkan strip test dalam suhu kamar.
b. Buka penutup strip test, kemudian celupkan strip test tersebut
secara vertical ke dalam sample urine selama 10-15 detik.
c. Ketika strip test dicelupkan tidak boleh melewati batas garis
yang paling bawah Zona Sample (S).
d. Tempatkan test strip itu pada bidang datar, baca hasil setelah
5-10 menit
6) Interpretasi Hasil :
Positif : Hanya terbentuk pita pink pada Control (C)
Negatif : Terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T)
Invalid : Tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T)
atau terbentuk pita pink pada Test (T) sedangkan pada Control (C)
tidak terbentuk pita pink.
B. Heroin dan Morfin
Opioid digunakan secara klinis untuk analgesia dan anestesi dan
tersedia secara tidak sengaja untuk penyalahgunaan oral, inhalasi, atau
parenteral. Tanaman opium, Papaver somniferum, adalah sumber
opium. Tanaman ini mengandung lebih dari 20 alkaloid, termasuk morfin
dan kodein. Mengubah struktur morfin menghasilkan banyak opioid
semisintetik, termasuk heroin, hydrocodone, hydromorphone, dan
thebaine (prekursor oxycodone dan naloxone).
Morfin, kodein, opium dan derivat semi sintetik dari morfin, termasuk
golongan obat yang disebut opiat. Opiat adalah anlgesik yang kuat juga
merupakan obat yang sering disalahgunakan karena menyebabkan
euphoria, relaksasi, serta rasa senang yang berlebihan. Opiat dihasilkan
dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian
dengan proses tertentu menghasilkan putauw dimana putauw
mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik yang
mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin.
Toksokinetika
a. Absorbsi dan distribusi
Sebagian besar opioid oral diserap sepenuhnya dari saluran
pencernaan dan mencapai kadar puncak dalam 1 sampai 1 ½ jam.
Metabolisme lintas pertama (first-pass) signifikan, menghasilkan
bioavailabilitas rendah. Sebagai contoh, bioavailabilitas morfin oral
hanya 22- 24%. Sebaliknya, kodein dan metadon memiliki rasio potensi
oral/parenteral yang lebih tinggi dan memiliki bioavailabilitas 60-79%.
Ikatan protein morfin 0% sedangkan metabolitnya 20 – 40%. Morfin dan
meperidin sering diberikan secara intramuskular, namun penyerapan
meperidin tidak menentu oleh rute ini. Menghirup asap heroin atau
merokok yang dicelupkan ke dalam heroin menunjukkan farmakokinetik
serupa dengan heroin intravena. Heroin yang dihirup dan intravena
mencapai kadar puncak dalam waktu 1 sampai 5 menit dan dengan
cepat menurun ke tingkat deteksi dalam 30 menit. Heroin masuk ke
dalam tubuh, dengan berbagai cara termasuk hirupan, isapan, suntikan
subkutan, atau intravena.
c. Toksisitas
Trias toksisitas opioid klasik adalah depresi sistem syaraf pusat, depresi
pernapasan, dan miosis. Tingkat kesadaran dapat bervariasi dari euforia
hingga disforia dan dari sedasi ringan sampai koma. Pasien dapat
megalami hyporeflexic, hypothermia, atau hypotensi. Penyalahgunaan
opioid secara intravena dapat menyebabkan banyak komplikasi medis,
termasuk endokarditis; emboli paru septik; pneumonia aspirasi;
tuberkulosis; trombosis vena; talk dan tepung maizena (dari bahan
pencampur) sampai ke retina, paru-paru, hati, dan ginjal; nefropati
heroin-morfin; tetanus; hepatitis; infeksi virus imunodefisiensi;
pneumotoraks; pseudoaneurysms; aneurisma mycotic; abses; selulitis;
septic arthritis; myopathy; osteomielitis; botulisme luka; myelitis; dan
pseudo obstruksi usus sekunder akibat impaksi feses.
C. Kokain
Klasifikasi Kokain termasuk narkotika golongan I. Kokain adalah alkaloid
dengan nama kimia benzoilmetilecgonin yang didapatkan dari daun tanaman
Erytoxylus coca. Zat ini dapat dipakai sebagai anaestetik (pembius) dan
memiliki efek merangsang jaringan otak bagian sentral. Pemakaian zat ini
menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh
dan gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri, mual, dan
muntah. Kokain merupakan salah satu narkotika yang banyak disalahgunakan.
Bentuk yang dihisap disebut “crack” atau kokain base yang bersifat sangat
adiktif, dan efeknya cepat.
Toksokinetika Kokain masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara seperti
intra nasal, intra vena, intra muskuler, oral dan dihirup. Kokain merupakan
stimulant yang kuat terhadap susunan saraf pusat, mempertinggi kesiagaan,
mencegah nafsu makan, menyebabkan keinginan untuk tidur dan euphoria
(perasaan senang yang berlebihan) yang kuat. Kokain mengalami metabolisme
dalam tubuh, hanya 1% dari dosis yang dikeluarkan dalam urin dalam bentuk
yang tidak berubah.
2.2 PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif dan
susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku, yang dibagi menurut potensi yang menyebabkan
ketergantungan sebagai berikut :
. Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
A. Amphetamin
1. Methampetamine
Salah satu turunan amphetamine adalah methamphetamin.
Methamphetamine merupakan obat perangsang yang sangat kuat.
Methampetamin adalah suatu obat yang dengan kuat mengaktifkan
sistem tertentu di dalam otak. Ia berkaitan erat secara kimiawi
dengan amphetamine namun efek methamphetamin pada sistem
saraf pusat lebih besar. Kedua obat tersebut digunakan untuk
tujuan medis, khususnya dalam pengobatan obesitas, namun
penggunaan untuk terapi terbatas.
Penggunaan obat ini akan mengakibatkan suatu keadaan
selalu terjaga, meningkatnya kegiatan fisik, menurunnya nafsu
makan, meningkatnya respirasi, hipotermia dan euforia. Efek
lainnya termasuk sikap mudah marah, insomnia, kebingungan,
gemetar, kejang, gelisah, paranoid dan sikap agresif.
C. Shabu-Shabu
Shabu-shabu adalah psikotropika yang sangat berbahaya
karena potensi menimbulkan ketergantungannya kuat. Psikotropika
ini berbentuk kristal bening seperti butiran gula, tetapi ukurannya
sedikit lebih besar sehingga ada yang menyebutnya crystal meth.
Shabu-shabu pada awalnya digunakan sebagai stimulan.Pada
saat Perang Dunia oleh tentara Jerman,
D. Barbiturat
Barbiturat memberikan spektrum depresi sistem saraf pusat
yang luas, dari sedasi ringan hingga koma, dan telah digunakan
sebagai obat penenang, hipnotis, obat bius (anesthetics) dan
anticonvulsants (obat penghambat kejang). Perbedaan utama antara
sebagian besar produk-produk ini adalah berapa lama mereka
memberikan efek dan berapa lama efek ini berlangsung. Barbiturat
diklasifikasikan sebagai sangat cepat, cepat, sedang, dan beraksi
lama.
Barbiturat yang beraksi cepat menyebabkan anesthesia dalam
sekitar 1 menit sesudah penggunaan melalui pembuluh darah. Yang
saat ini digunakan untuk tujuan medis salah satunya adalah obat
methohexital (Brevital ®). Penyalahguna Barbiturat memilih Barbiturat
yang beraksi cepat dan sedang yang mencakup Amorbabital (Amytal),
Pentobarbital (Nembutal ®), Secobarbital (Seconal ®), dan Tuina
(produk kombinasi Amorbarbital dan Secobarbital). Setelah
penggunaan secara oral, permulaan aksi adalah antara 15-40 menit,
dan efek berlangsung hingga 6 jam. Obat-obatan ini terutama
digunakan untuk insomnia dan sedasi sebelum operasi.
Saat ini sudah terdapat test strip yang dapat mendeteksi penambahan
zat-zat yang dapat menyebabkan hasil pemeriksaan invalid atau negatif palsu.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila dicurigai kelainan integritas urin. Pada
setiap test strip ini terdapat 7 bantalan untuk mendeteteksi kadar kreatinin, nitrit,
glutaraldehid, pH, berat jenis, oksidan dan piridinium chlorchromat pada urin.
B. Rapid Test
Dalam pemeriksaan narkoba ada beberapa cara salah satunya dengan
menggunakan Rapid Test. Rapid Test ini menggunakan Strip / Stick Test dan
Card Test.
a. Strip/Stick Test
Dalam pemeriksaan Strip/Stick Test tersebut ada yang
menggunakan 3 parameter yaitu Amphetamine (AMP), Marijuana (THC),
Morphine (MOP), dan ada yang menggunakan 6 parameter yaitu
Amphetamine (AMP), Methamphetamine (METH), Cocaine (COC),
Morphine (MOP), Marijuana (THC), dan Benzidiazephine (BZO).
Strip/Stick Test ini telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
dibuat dalam bentuk imunokromatografi kompetitif kualitif yang praktis,
tidak memerlukan tenaga terampil dan cepat (hasil dapat diperoleh dalam
3-10 menit). Dengan sampel urin teknik ini memiliki sensitivitas sesuai
dengan standard Nasional Institute on Drug Abuse (NIDA, sekarang
SAMHSA), dan dengan spesifisitas 99,7%.
Jika pada pemeriksaan Strip/Stick Test ini menggunakan metode
imunokromatografi kompetitif kualitif yang ditandai hasil positif dengan
terbentuk hanya 1 garis yaitu pada area control, dan hasil negative dengan
terbentuk 2 garis yaitu pada area control dan test, dan invalid apabila
terbentuk garis pada test atau garis tidak terbentuk sama sekali. Perlu
diingat untuk pemeriksaan ini, pembacaan hasil harus dilakukan saat 5
menit dan tidak boleh melebihi 10 menit karena akan terbentuk hasil yang
positif palsu.
b. Card Test
Card Test ini sama dilakukan seperti Strip/Stick Test yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Yang membedakan, jika Strip/Stick Test ini
dicelupkan pada wadah yang sudah diisi dengan urin, sedangkan pada
Card Test ini urin yang diteteskan pada zona sample sekitar 3-4 tetes urin.
c. Tes Darah
Selain dilakukan pemeriksaan urin dan rapid test seperti Strip/Stick
dan Card Test, dapat dilakukan tes darah. Pada pengguna narkoba, akan
didapat hasil SGOT dan SGPT yang meningkat karena biasanya
pemakaian narkoba dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya
hepatomegali.
d. Sampel Rambut
Cara ini dinilai lebih mantap dibandingkan tes urin untuk
memastikan seseorang pecandu narkoba atau tidak. Ada beberapa
kelebihan dari analisis rambut bila dibandingkan dengan tes urin. Salah
satunya adalah narkoba dan metabolisme narkoba akan berada dalam
rambut secara abadi dan mengikuti pertumbuhan rambut yang berlangsung
sekitar 1 inchi per 60 hari. Sedangkan, kandungan narkoba dalam urin
segera berkurang dan menghilang dalam waktu singkat.
Berikut ini disediakan tabel pemeriksaan tes darah dan tes rambut
tentang mendeteksi keberadaan narkoba.
Jenis Narkoba Tes Darah Tes Rambut
Amphetamin 12 jam Hingga 90 hari
Methamphetamin 1-3 hari Hingga 90 hari
Ekstasi (MDMA) 3-4 hari Hingga 90 hari
Cannabis 2-3 hari untuk pengguna Hingga 90 hari
ringan, 2 minggu untuk
pengguna berat
Kokain 2-10 hari Hingga 90 hari
Morfin 1-3 hari Hingga 90 hari
Metadon 24 jam Hingga 90 hari
PCP 1-3 hari Hingga 90 hari
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif.
Narkotika adalah obat, bahan, zat dan bukan tergolong makanan. Jika diminum,
dihisap, ditelan, atau disuntikkan dapat menyebabkan ketergantungan dan
berpengaruh terhadap kerja otak, demikian pula fungsi vital organ tubuh lain
(jantung, peredaran darah, pernapasan, dll). Pemeriksaan narkoba dilakukan
untuk mengetahui apakah seseorang merupakan pengguna narkoba atau tidak.
Jenis-jenis narkoba dapat digolongkan menjadi 5 jenis yaitu golongan amfetamin,
opiat, barbiturat, benzodiazepine, dan mariyuana (ganja).
Untuk menentukan pemakaian narkoba pada seorang individu,
pemeriksaan narkoba seringkali dilakukan menggunakan berbagai spesimen
seperti darah, urin, cairanoral, rapid test ataupun sampel rambut. Cara mengatasi
penyalahgunaan narkoba diantaranya adalah dengan preventif, kuratif, serta
rehabilitatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Standridge JG, Adams SM, Zotos AP. Urine Drug Screening:A Valuable
Office
2. Procedure. Am Fam Physician. 2010;81(5):635-640
3. Dasgupta A. The Effects of Adulterants and Selected IngestedCompounds
on Drugsof-Abuse Testing in Urine. Am J Clin Pathol 2007;128:491-503
4. Jaffee WB, Trucco E, Levy S, Weiss RD. Is this urine really negative? A
systematic review of tampering methods inurine drug screening and testing.
Journal of Substance Abuse Treatment 33 (2007) 33– 42
5. Lum G, Mushlin B. Urine Drug Testing: Approachesto Screening and
Confirmation Testing. Laboratory Medicine (june 2004),number 6,volume 35
6. Melanson SEF, Bskin L, Magnani B, Kwong TC, Dizon A, Wu AHB.
Interpretation and Utility of Drug of Abuse ImmunoassaysLessons From
Laboratory Drug Testing
7. Surveys. Arch Pathol Lab Med. 2010;134:735–739)
8. Moeller Ke, Lee KC, Kissack JC. Urine Drug Screening:Practical Guide for
CliniciansMayo Clin Proc. January 2008;83(1):66-76
9. Zanjani BR. False Positive and False Negative Results in Urine Drug
Screening Tests: Tampering Methods and Specimen Integrity Tests.
Archives. 2014;1:102-108.
10. Reisfield GM, Goldberger BA, Bertholf RL. ‘False-positive’ and ‘false-negative’
test resultsin clinical urine drug testing.Bioanalysis (2009) 1(5), 937–952
11. Reisfield GM, Salazar E, Bertholf RL. Review:Rational Use and Interpretation
of UrineDrug Testing in Chronic Opioid Therapy.Annals of Clinical &
Laboratory Science, 2007; 37: 4.