Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH IMUNOLOGI

TRANSPLANTASI

Mellova Amir, Dr. Dra.M.Sc.

Disusun Oleh:

M. Ridwan Rizki Saputra 16330769


Wahyu Sri Widiowati 17330712
Yurika Rosyda 17330715
Lia Amura 17330722

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

MAKALAH MATA KULIAH IMUNOLOGI tersebut dengan tepat waktu dan baik.

Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah

diberikan kepada kami berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, kami

bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat saya

sebutkan satu persatu, yang telah membantu proses penyelesaian tugas makalah ini.

Melalui kata pengantar ini kami meminta maaf bilamana di dalam pembuatan makalah

ini terdapat kekurangan kata yang kurang tepat dan menyinggung perasaan pembaca. Kami

juga berharap kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................2

2.1 Pengertian ................................................................................................... 2

2.2 Dasar-Dasar Transplantasi........................................................................... 2

2.3 Penolakan dan Reaksi Allograft..................................................................4

2.4 Pencegahan Penolakan Tandur............................................................... 5

2.5 Seleksi Penderita...................................................................................... 5

2.6 Organ/Sel yang Ditransplantasikan......................................................... 6

BAB III PENUTUP...................................................................................................11

3.1 Kesimpulan................................................................................................ 11

DAFTAR PUSATAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam dunia kedokteran, transplantasi (pencangkokan) dapat diartikan
sebagai usaha memindahkan sebagian dari bagian tubuh (jaringan atau organ) dari satu
tempat ke tempat lain. Transplantasi organ seperti pencangkokan ginjal, jantung, dan
sebagainya Berdasarkan hubungan genetik antara donor dengan resipien. Teknik
transplantasi, dimungkinkan untuk memindahkan suatu organ atau jaringan tubuh
manusia yang masih berfungsi baik, baik dari orang yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal, ke tubuh manusia lain.

Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transpalntasi tidak dapat


dihindari dalam menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan keberhasilan teknik
transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya
keterampilan dokter-dokter dalam melakukan transplantasi, upaya transplantasi mulai
diminati oleh para penderita dalam upaya penyembuhan yang cepat dan tuntas. Untuk
mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penembuhan suatu penyakit tidak
dapat bagitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama, hukum,
atau sosial budaya ikut mempengaruhinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan transplantasi ?
2. Apa saja dasar-dasar transplantasi ?
3. Organ apa aja yang dapat ditransplantasi ?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transplantasi serta dasar-dasar
transplantasi
2. Mengetahui organ apa saja yang dapat ditransplantasi
3. Mengetahui reaksi penolakan pada transplantasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Transplantasi berasal dari bahasa Inggris to transplant, yang berarti to move


from one place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Adapun pengertian menurut ahli ilmu kedokteran, transplantasi ialah


pemindahan jaringan atau organ dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Yang
dimaksud Jaringan disini ialah kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang
sama dan mempunyai fungsi tertentu. Yang dimaksud dengan Organ ialah kumpulan
jaringan yang mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan yang
mempunyai fungssi tertentu, seperti jantung, hati, dan lain-lain.

Kemampuan untuk mengganti atau memperbaiki jaringan yang rusak, atau


bahkan seluruh bagian merupakan impian dari para dokter. Transplantasi termasuk
inovasi alternatif dalam dunia bedah kedokteran modern, meski telah dilakukan
beberapa abad sebelumnya secara sederhana. Perkembangan dunia bedah beberapa
dekade terakhir, kajian dan studi mengenai transplantasi meramaikan perkembangan
ilmu kedokteran karena merupakan tantangan medis tersendiri di Indonesia.

Hukum Transplantasi adalah bahwa tandur akan diterima bila resepien dan
donor memiliki gen histokompatibilitas tertentu yang sama. (Baratawidjaja. 2016)

2.2. Dasar-Dasar Transplantasi


A.      Istilah Khusus

 Autograft : Memakai jaringan sendiri, misalnya kulit sehat untuk menggantikan


kulit dengan luka bakar atau pembuluh darah yang sehat untuk menggantikan
arteri koroner yang tersumbat.
 Isograft : Transfer jaringan individu yang genetik identik. Misalnya antara
kembar yang identik.
 Homograft : Donor dan resipien dari spesies yang sama tetapi genetik tidak
identik.
 Heterograft : Donor dan resipien dari spesies yang berbeda. Seperti dari
simpanse kepada manusia.

2
B. Dasar Genetik
1) Histokompatibel dan Histoinkompatibel

Jaringan dengan sifat antigenik sama disebut histokompatibel, tidak


menginduksi respons imun dan menimbulkan penolakan tandur. Jaringan yang
menunjukkan perbedaan antigenik bermakna, disebut histoinkompatibel dan
menginduksi penolakan tandur.

2) Antigen Histokompatibel Mayor

Gen histokompatibel adalah gen yang menentukan apakah tandur dapat


diterima. Banyak lokus gen yang dapat menolak tandur, tetapi yang terpenting
adalah gen MHC. Dengan kekecualian beberapa lokus yang ekspresinya kurang
diketahui, produk gen MHC diekspresikan dalam kopi tunggal (heterozigot
atau hemizigot) atau 2 kopi (homozigot).

3) Antigen Histokompatibel Minor

Antigen histokompatibel minor biasanya lebih lemah dibandingkan antigen


MHC dan diduga merupakan antigen yang dijadikan sasaran pada penolakan
dengan awitan lambat. Contohnya antara lain golongan nonABO dan antigen
yang berhubungan dengan kromosom seks.

4) Antigen Histokompatibel Non-MHC

Antigen histokompatibel non-MHC tidak banyak diketahui, kecuali bahwa hal


itu meliputi molekul yang di sandi oleh sejumlah besar gen ayng tersebar di
antara kromosom (termasuk X dan Y). Pada prinsipnya setiap fragmen peptide
yang dibawa ke permukaan sel dan dipresentasikan atau ke MHC-I atau MHC-
II dapat berperan sebagai antigen hiskompatibel. Fragmen demikian dapat
berasal dari protein sitosolik atau dari debris sel yang dimakan atau dirusa
fagosit. Yang penting adalah bahwa molekul disandi dalam sel donor dan tidak
berasal dari bahan infeksi.

C. Jaringan Khusus
A. Jaringan Yang Sedikit Mengekspresikan MHC
Beberapa jaringan tandur alogenik seperti hati, hanya menimbulkan reaksi lemah.
Hal tersebut disebabkan karena jaringan hati hanya sedikit mengekspresikan
molekul MHC

3
B. Sesquestered Antigen
Kornea dan lensa mata tidak memperoleh pasokan aliran limfe sehingga tidak
terjadi proses pengenalan dan penolakan. Contoh Sesquestered Antigen lainya
adalah testis dan selaput otak.

2.3. Penolakan Dan Reaksi Allograft

A. Spesifitas Dan Memori

Penolakan allograf terjadi dengan spesisfitas, memori dan kecepatan penolakannya


bervariasi menurut jaringan terlibat. Pada umumnya, tandur kulit ditolak lebih cepat
disbanding jaringan lain seperti ginjal dan jantung.

Tandur dari donor singeneik dengan cepat diterima resipien dan mendapat
vaskularisasi dan berfungsi normal. Tandur yang berasal donor alogeneik akan
diterima untuk sementara dan mendapat vaskularisasi, tetapi selanjutnya akan
terjadi penolakan yang lamanya tergantung dari derajat inkompatibilitas

B. Mekanisme

Sistem imun yang berperan pada proses penolakan adalah system imun yang juga
berperan terhadap mikroba

1) Peran selular
Reaksi penolakan pada umumnya berlangsung sesuai respon CMI. Gejala timbul
sesudah terjadi vaskularisasi : mula-mula terjadi invasi tandur oleh sel limfosit
dan monosit melalui pembuluh darah. Reaksi inflamasi ini segera menimbulkan
kerusakan pembuluh darah yang di ikuti nekrosis jaringan tandur.
2) Peran Antibodi
Sel alogenik dapat dihancurkan melalui hipersensitivitas tipe II yang melibatkan
antibodi humoral.

C. Jenis Penolakan
1. Penolakan Hiperakut

Penolakan hiperakut terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam sesudah
transplantasi, hal ini karena pada individu sudah terdapat antibody terhadap
tandur/ antigen donor, akibat tranplantasi atau tranfusi darah atau kehamilan
sebelumnya.

4
2. Penolakan Akut

Penolakan akut terlihat pada resipien yang sebelumnya tidak disensitasi terhadap
tandur.Penolakan biasanya terjadi setelah 10 hari setelah transplantasi.
Penolakan akut disertai pembesaran ginjal yang disertai rasa sakit, penurunan
fungsi dan aliran darah serta sel darah dan protein dalam urin.

3. Penolakan Tersembunyi Dan Lambat

Penolakan tersembunyi dan lambat mungkin ditimbulkan oleh kompleks imun


atau pembentukan kompleks dengan antigen larut asal ginjal yang dicangkokan.
Efek dan infeksi antara factor selular dan humoral pada penolakan tandur adalah
cukup kompleks.

4. Penolakan Kronis

Penolakan kronis menimbulkan hilangnya fungsi organ yang dicangkokan


secara perlahan dalam beberapa bulan sampai tahun sesudah organ berfungsi
normal. Hal itu disebabkan oleh sensitivitas yang timbul terhadap antigen tandur
atau oleh timbulnya intoleransi terhadap sel T. Kadang timbul sesudah
pemberian imunosupresan dihentikan. Infeksi yang ada akan mempermudah
timbulnya penolakan yang kronik.

2.4 Pencegahan Penolakan Tandur

Golongan darah dan molekul MHC di antara berbagai individu berbeda. Reaksi
penolakan dapat dikurangi dengan menggunakan anggota keluarga sebagai donor, tissue
typing dan obat immunosupresi. Reaksi imun yang menimbulkan penolakan tandur
bersifat spesifik yang disertai memori. Allograf kulit pada manusia biasanya ditolak
dalam 10-14 hari, tetapi bila allograf kedua dari individu yang sama dicangkokkan lagi,
resipien akan menolaknya lebih cepat, biasanya dalam 5-7 hari.

2.5. Seleksi Penderita

Kriteria seleksi penderita untuk transplantasi bervariasi di antara berbagai


senter. Usia lanjut, sepsis berat, osteoporosis, kecenderungan perdarahan atau
kontraindikasi lainnya terhadap dosis tinggi steroid menjadikan penderita sulit diterima
sebagai resipien potensial.

5
Tabel 1. Seleksi Donor dan Resipien Yang Diperlukan Untuk Memperoleh

Hasil Transplantasi Yang Baik

Asal orang hidup Donor memiliki dua ginjal yang berfungsi dengan baik
Tidak menularkan penyakit
Tidak ada kelainan pembuluh darah
Asal orang mati Fungsi ginjal baik
Tidak ada infeksi (sepsis klinis, HIV)
Tidak ada eganasan atau penyakit sistemik (diabetes,
hipertensi)
Seleksi resipien ABO kompatibel (tidak identic)
Reaksi silang serum dengan sel T donor negative
HLA mirip sebanyak mungkin

Tabel 2 Transplantasi Umum

Transplan Keterangan
Ginjal Hidup atau dari jenazah, semakin sedikit ketidaksesuaian MHC
angka keberhasilannya meningkat, harus ABO kompatibel
Jantung Matching penting, namun seringkali waktu yang terbatas
menjadi penyulit
Hati Tidak ada bukti bahwa matching mempengaruhi masa hidup
tandur, penolakan tidak seagresif organ lainnya
Tandur kulit Kebanyakan bersifat autologous, tetapi allograft dapat
digunakan pada penderita luka bakar
Tandur kornea Matching (MHC II) hanya diperlukan bila tandur sebelumya
teravakularisasi
Sel punca Respon Host vs Graft atau Graft vs Host mungkin terjadi.
Tandur harus dicocokkan dengan baik dan diberikan terapi anti
penolakan. Sel imun pejamu dirusak oleh iradiasi sebelum
transplantasi (mencegah Host vs Graft). Sel T dihilangkan dari
tandur (mencegah Graft vs Host) dengan menggunakan
antobodi monoclonal dan komplemen

2.6 Organ/Sel Yang Dapat Ditransplantasikan

6
Untuk sejumlah penyakit, transplantasi merupakan satu-satunya cara pengobatan.
Jaringan yang tersedia untuk trasnplantasi dapat berasal dari berbagai sumber. Biasanya
diperoleh dari donor hidup voluntir atau dari kadaver.
a. Ginjal
Transplantasi dilakukan pada ginjal tingkat akhir dengan menggunakan ginjal
asal anggota keluarga atau mayat sebagai donor. Matching lokus HLA-B dan HLA-
DR sangat penting. Matching lokus HLA-A tidak memberikan keuntungan yang
lebih bila resipien mendapat pengobatan dengan imunosupresan seperti siklosporin.

Adanya sensitifitas terhadap antigen donor yang sudah terjadi sebelum


transplantasi juga penting diketahui karena dapat merugikan. Hal tersebut misalnya
terjadi akibat transplantasi terdahulu yang menimbulkan antibody anti-HLA.
Antibody anti-HLA juga dapat digunakan sebagai indicator dan adanya reaksi
penolakan. Mereka yang sebelum transplantasi tidak mengandung anti-HLA, tetapi
kemudian mengandungnya, menunjukkan masa hidup rendah (12%) sebaliknya,
mereka yang sebelumnya menunjukkan anti-HLA dan kemudian tidak menunjukkan
lagi, mempunyai masa hidup tinggi (100%). IL-2 dalam serum dapat pula digunakan
sebagai petanda dan penolakan.

b. Jantung dan Paru


Meskipun HLA matching dapat menguntungkan pada transplantasi jantung
dan paru, namun hal tersebut sering tidak sempat dilakukan. Masa hidup satu tahun
mencapai 80% pada penderita yang ditangani dengan baik. Penolakan dini jantung
yang menunjukkan adanya peningkatan ekspresi MKC-I dapat diukur dengan
perubahan elektrokardiogram dan biopsi miokard. Adanya perubahan tersebut
menunjukkan diperlukannya dosis imunosupresan yang lebih tinggi.

c. Hati
Hati merupakan imonugen yang lemah dan masa hidup satu tahun melebihi
70%. Mismatch HLA sering tidak praktis dan tidak menunjukkan keuntungan pula,
tetapi anti-HLA pada resipien dapat menimbulkan kerusakan saluran empedu.

d. Kornea

7
Transplantasi kornea sangat efektif dan berhasil untuk waktu yang lama.
Tempat kornea tersebut terlindung dari aliran limfe sehingga biasanya tidak
mempunyai kapiler (sesquestered antigen). Bila terjadi vaskularisasi (misalnya
akibat trauma) maka risiko penolakan bertambah. Matching HLA-DR mempunyai
keuntungan dan imunosupresan yang menggunakan tetes steroid juga diperlukan
untuk mencegah penolakan.

Kornea diperoleh dari cadaver donor. Resipien yang menerima donor kornea
dari cadaver tidak memerlukan HLA typing atau imunsupresif sistemik karena
penolakan kornea tidak terjadu kecuali bila tandur menjadi tervaskularisasi.

e. Kulit
Transplantasi kulit terbanyak dilakukan dengan jaringan autologous, namun
dalam keadaan luka bakar yang berat kadang digunakan tandur kulit asing yang
disimpan dalam keadaan beku di bank organ/jaringan. Tandur ini tidak mengandung
elemen selular hidup dan tidak tumbuh pada pejamu, hanya merupakan sebagai
penutup biologis. Tandur ditinggalkan untuk beberapa hari tetapi pada umumnya
diganti. Tandur kulit ologenik murni menggunakan kulit yang hidup dari donor
hidup. Penolakan dapat dicegah dengan imunosupresan. Hal ini sebenarnya tidak
diinginkan oleh karena korban dengan luka bakar beresiko tinggi mengalami infeksi
dan pengurangan imunosupresan meningkatkan risiko tersebut.

f. Pankreas
Transplantasi pancreas enunjukkan keberhasilan yang pada penderita DM
menormalkan ambang insulin. Akhir-akhir ini tingkat keberhasilan 1 tahun
transplantasi pancreas dilaoporkan 55%. Transplantasi tidak perlu mengunakan
seluruh pancreas. Hanya dengan mentransplantasikan pulau-pulaunya saja, fungsi
pancreas dapat kembali normal.

g. Sumsum tulang
Sumsung tulang sangat imunogenik dan donor terbaik adalah saudara kembar
yang HLA identic. Kompatibilitas ABO tidaklah terlalu penting, oleh karena sel
darah merah sudah disingkirkan dari sumsum tulang dan sel asal tidak menunjukkan
antigen ABO. Resipien sudah mendapat iradiasi total dan atau dosis tinggi
imunosupresan sebelum dilakukan transplantasi untuk mengurangi risiko penolakan

8
GvHD. Pada transplantasi sumsum tulang selalu ada risiko terjadinya komplikasi
GvHD, mwngingat sumsum tulang mengandung sel T matang. Oleh karena itu
selalu diusahakan untuk menurunkan jumlah sel T tersebut ( misalnya melalui biji
besi magnetic yang dilapisi antibody), meskipun tindakan tersebut tidak selalu
meningkatkan keberhasilan.

Sel T yang aloreaktif mengerahkan sel-sel efektor pejamu ke tempat


transplantasi yang biasanya terjadi dalam 4 minggu (GvHD akut). Organ yang
dijadikan sasaran adalah hati (terutama epitel bilier), kulit dan saluran cerna. Reaksi
kronis dapat terjadi kemudian, biasanya menyusul GvHD akut yang respinsif
terhadap peningkatan dosis imunosupresan, akhirnya resipien sering menjadi sangat
rentan terhadap infeksi/virus oportunistik.

h. Sel Punca
Transplantasi sel punca dilakukan pada defisiensi imun, aplsia hematologis dan
untuk mengganti sumsum tulang pada penderita yang mendapat pengobatan agresif
seperti leukemia. Masa hidup berbeda tergabtung dari berat dan jenis penyakit yaitu
70% pada anemia aplastic dan 10-50% pada leukemia. Transplantasi sel punca
menjanjikan pengobatan cara baru menunjukkan harapan untuk memperoleh
regenerasi jaringan yang rusak sehingga akan menguntungkan untuk berbagai
cedera seperti luka bakar, cedera sumsum tulang dan beberapa penyakit lainnya
(artritis, diabetes, penyakit kardiovaskular dan saraf seperti penyakit Alzheimer dan
Parkison).
1) Sel Punca Asal Janin
Kemampuan transfer sel punca yang sehat yang dapat seIf-renewing dan
memproduksi sel baru dan/atau jaringan merupakan hal yang menguntungkan
pada berbagai cedera (misalnya luka bakar, cedera korda spinalis) dan penyakit-
penyakit seperti artritis reumatoid, DM, penyakit kardiovaskular, penyakit
Alzheimer dan Parkinson. Hal ini merupakan terapi baru pada beberapa hal,
tetapi pada hal lain merupakan kelanjutan dari terapi sebelumnya. Transplantasi
pulau Langerhans telah digunakan untuk mengobati DM, tetapi sel yang
ditransplantasikan menunjukkan umur terbatas.

Transplantasi sel punca dapat memperbaharui sel-sel sehingga dapat


memperbaharui sel-sel sehingga dapat merupakan terapi pengganti potensial
9
yang permanen. Sel punca embrionik memiliki kemampuan yang lebih luas
untuk regenerasi yang terbukti pada eksperimen dengan hewan; tetapi
penggunaannya pada manusia masih terbatas oleh pertimbangan praktis dan etis.

2) Sel Punca Donor Dewasa


Transplantasi sel punca hematopoietik asal sumsum tulang, darah perifer
atau darah umbilikus merupakan satu-satunya cara untuk kemungkinan sembuh
pada penderita dengan berbagai penyakit. Seperti dengan transplantasi
umumnya, penolakan sering terjadi, tetapi transplantasi sel punca dapat
menimbulkan komplikasi unik yang fatal karena sel imunokompeten sebagai
tandur mengenal pejamu sebagai asing dan menimbulkan serangan imun.
Aplikasi primemya sampai saat ini adalah penggunaan sel punca hematopoietik
pada transplantasi sumsum tulang.

Sel punca embrionik memiliki kapasitas regenerasi yang lebih luas,


namun kegunaannya pada manusia masih terbatas oleh pertimbangan praktis
dan etis. Sebenamya, setiap kelainan sumsum tulang dapat dikoreksi dengan
transplantasi sel punca sehat misalnya bila tidak ada kelainan sel (anemia
aplastik) dan keganasan atau defek fungsi. Risiko transplantasi adalah tinggi dan
keberhasilannya tergantung dari keseimbangan antara berat penyakit terhadap
risiko prosedur.

BAB III
PENUTUP

10
3.1 Kesimpulan
Transplantasi merupakan proses pemindahan atau pencangkokan jaringan atau
organ tubuh dari suatu atau seorang individu ke tempat yang lain pada individu itu atau
ke tubuh individu lain.
Dalam dunia kedokteran jaringan atau organ tubuh yang dipindah disebut graft
atau transplant; pemberi transplant disebut donor; penerima transplant disebut kost atau
resipien.
Transplantasi dapat di bagi menjadi : Autograft, Isograft, Homograft,
Heterograft. Autograft dan isograft biasanya memberikan hasil yang baik, sedang
allograft sering di tolak.

DAFTAR PUSTAKA

11
Baratawidjaja K. Rengganis I, 2016. Imunologi Dasar Edisi Ke-11 (Cetakan Ke-2). Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta

Mustika,Dewi. 2010. Transplantasi. Universitas Brawijaya Malang

12

Anda mungkin juga menyukai