TRANSPLANTASI
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
MAKALAH MATA KULIAH IMUNOLOGI tersebut dengan tepat waktu dan baik.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
diberikan kepada kami berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, kami
bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah membantu proses penyelesaian tugas makalah ini.
Melalui kata pengantar ini kami meminta maaf bilamana di dalam pembuatan makalah
ini terdapat kekurangan kata yang kurang tepat dan menyinggung perasaan pembaca. Kami
juga berharap kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 11
DAFTAR PUSATAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transplantasi serta dasar-dasar
transplantasi
2. Mengetahui organ apa saja yang dapat ditransplantasi
3. Mengetahui reaksi penolakan pada transplantasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Hukum Transplantasi adalah bahwa tandur akan diterima bila resepien dan
donor memiliki gen histokompatibilitas tertentu yang sama. (Baratawidjaja. 2016)
2
B. Dasar Genetik
1) Histokompatibel dan Histoinkompatibel
C. Jaringan Khusus
A. Jaringan Yang Sedikit Mengekspresikan MHC
Beberapa jaringan tandur alogenik seperti hati, hanya menimbulkan reaksi lemah.
Hal tersebut disebabkan karena jaringan hati hanya sedikit mengekspresikan
molekul MHC
3
B. Sesquestered Antigen
Kornea dan lensa mata tidak memperoleh pasokan aliran limfe sehingga tidak
terjadi proses pengenalan dan penolakan. Contoh Sesquestered Antigen lainya
adalah testis dan selaput otak.
Tandur dari donor singeneik dengan cepat diterima resipien dan mendapat
vaskularisasi dan berfungsi normal. Tandur yang berasal donor alogeneik akan
diterima untuk sementara dan mendapat vaskularisasi, tetapi selanjutnya akan
terjadi penolakan yang lamanya tergantung dari derajat inkompatibilitas
B. Mekanisme
Sistem imun yang berperan pada proses penolakan adalah system imun yang juga
berperan terhadap mikroba
1) Peran selular
Reaksi penolakan pada umumnya berlangsung sesuai respon CMI. Gejala timbul
sesudah terjadi vaskularisasi : mula-mula terjadi invasi tandur oleh sel limfosit
dan monosit melalui pembuluh darah. Reaksi inflamasi ini segera menimbulkan
kerusakan pembuluh darah yang di ikuti nekrosis jaringan tandur.
2) Peran Antibodi
Sel alogenik dapat dihancurkan melalui hipersensitivitas tipe II yang melibatkan
antibodi humoral.
C. Jenis Penolakan
1. Penolakan Hiperakut
Penolakan hiperakut terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam sesudah
transplantasi, hal ini karena pada individu sudah terdapat antibody terhadap
tandur/ antigen donor, akibat tranplantasi atau tranfusi darah atau kehamilan
sebelumnya.
4
2. Penolakan Akut
Penolakan akut terlihat pada resipien yang sebelumnya tidak disensitasi terhadap
tandur.Penolakan biasanya terjadi setelah 10 hari setelah transplantasi.
Penolakan akut disertai pembesaran ginjal yang disertai rasa sakit, penurunan
fungsi dan aliran darah serta sel darah dan protein dalam urin.
4. Penolakan Kronis
Golongan darah dan molekul MHC di antara berbagai individu berbeda. Reaksi
penolakan dapat dikurangi dengan menggunakan anggota keluarga sebagai donor, tissue
typing dan obat immunosupresi. Reaksi imun yang menimbulkan penolakan tandur
bersifat spesifik yang disertai memori. Allograf kulit pada manusia biasanya ditolak
dalam 10-14 hari, tetapi bila allograf kedua dari individu yang sama dicangkokkan lagi,
resipien akan menolaknya lebih cepat, biasanya dalam 5-7 hari.
5
Tabel 1. Seleksi Donor dan Resipien Yang Diperlukan Untuk Memperoleh
Asal orang hidup Donor memiliki dua ginjal yang berfungsi dengan baik
Tidak menularkan penyakit
Tidak ada kelainan pembuluh darah
Asal orang mati Fungsi ginjal baik
Tidak ada infeksi (sepsis klinis, HIV)
Tidak ada eganasan atau penyakit sistemik (diabetes,
hipertensi)
Seleksi resipien ABO kompatibel (tidak identic)
Reaksi silang serum dengan sel T donor negative
HLA mirip sebanyak mungkin
Transplan Keterangan
Ginjal Hidup atau dari jenazah, semakin sedikit ketidaksesuaian MHC
angka keberhasilannya meningkat, harus ABO kompatibel
Jantung Matching penting, namun seringkali waktu yang terbatas
menjadi penyulit
Hati Tidak ada bukti bahwa matching mempengaruhi masa hidup
tandur, penolakan tidak seagresif organ lainnya
Tandur kulit Kebanyakan bersifat autologous, tetapi allograft dapat
digunakan pada penderita luka bakar
Tandur kornea Matching (MHC II) hanya diperlukan bila tandur sebelumya
teravakularisasi
Sel punca Respon Host vs Graft atau Graft vs Host mungkin terjadi.
Tandur harus dicocokkan dengan baik dan diberikan terapi anti
penolakan. Sel imun pejamu dirusak oleh iradiasi sebelum
transplantasi (mencegah Host vs Graft). Sel T dihilangkan dari
tandur (mencegah Graft vs Host) dengan menggunakan
antobodi monoclonal dan komplemen
6
Untuk sejumlah penyakit, transplantasi merupakan satu-satunya cara pengobatan.
Jaringan yang tersedia untuk trasnplantasi dapat berasal dari berbagai sumber. Biasanya
diperoleh dari donor hidup voluntir atau dari kadaver.
a. Ginjal
Transplantasi dilakukan pada ginjal tingkat akhir dengan menggunakan ginjal
asal anggota keluarga atau mayat sebagai donor. Matching lokus HLA-B dan HLA-
DR sangat penting. Matching lokus HLA-A tidak memberikan keuntungan yang
lebih bila resipien mendapat pengobatan dengan imunosupresan seperti siklosporin.
c. Hati
Hati merupakan imonugen yang lemah dan masa hidup satu tahun melebihi
70%. Mismatch HLA sering tidak praktis dan tidak menunjukkan keuntungan pula,
tetapi anti-HLA pada resipien dapat menimbulkan kerusakan saluran empedu.
d. Kornea
7
Transplantasi kornea sangat efektif dan berhasil untuk waktu yang lama.
Tempat kornea tersebut terlindung dari aliran limfe sehingga biasanya tidak
mempunyai kapiler (sesquestered antigen). Bila terjadi vaskularisasi (misalnya
akibat trauma) maka risiko penolakan bertambah. Matching HLA-DR mempunyai
keuntungan dan imunosupresan yang menggunakan tetes steroid juga diperlukan
untuk mencegah penolakan.
Kornea diperoleh dari cadaver donor. Resipien yang menerima donor kornea
dari cadaver tidak memerlukan HLA typing atau imunsupresif sistemik karena
penolakan kornea tidak terjadu kecuali bila tandur menjadi tervaskularisasi.
e. Kulit
Transplantasi kulit terbanyak dilakukan dengan jaringan autologous, namun
dalam keadaan luka bakar yang berat kadang digunakan tandur kulit asing yang
disimpan dalam keadaan beku di bank organ/jaringan. Tandur ini tidak mengandung
elemen selular hidup dan tidak tumbuh pada pejamu, hanya merupakan sebagai
penutup biologis. Tandur ditinggalkan untuk beberapa hari tetapi pada umumnya
diganti. Tandur kulit ologenik murni menggunakan kulit yang hidup dari donor
hidup. Penolakan dapat dicegah dengan imunosupresan. Hal ini sebenarnya tidak
diinginkan oleh karena korban dengan luka bakar beresiko tinggi mengalami infeksi
dan pengurangan imunosupresan meningkatkan risiko tersebut.
f. Pankreas
Transplantasi pancreas enunjukkan keberhasilan yang pada penderita DM
menormalkan ambang insulin. Akhir-akhir ini tingkat keberhasilan 1 tahun
transplantasi pancreas dilaoporkan 55%. Transplantasi tidak perlu mengunakan
seluruh pancreas. Hanya dengan mentransplantasikan pulau-pulaunya saja, fungsi
pancreas dapat kembali normal.
g. Sumsum tulang
Sumsung tulang sangat imunogenik dan donor terbaik adalah saudara kembar
yang HLA identic. Kompatibilitas ABO tidaklah terlalu penting, oleh karena sel
darah merah sudah disingkirkan dari sumsum tulang dan sel asal tidak menunjukkan
antigen ABO. Resipien sudah mendapat iradiasi total dan atau dosis tinggi
imunosupresan sebelum dilakukan transplantasi untuk mengurangi risiko penolakan
8
GvHD. Pada transplantasi sumsum tulang selalu ada risiko terjadinya komplikasi
GvHD, mwngingat sumsum tulang mengandung sel T matang. Oleh karena itu
selalu diusahakan untuk menurunkan jumlah sel T tersebut ( misalnya melalui biji
besi magnetic yang dilapisi antibody), meskipun tindakan tersebut tidak selalu
meningkatkan keberhasilan.
h. Sel Punca
Transplantasi sel punca dilakukan pada defisiensi imun, aplsia hematologis dan
untuk mengganti sumsum tulang pada penderita yang mendapat pengobatan agresif
seperti leukemia. Masa hidup berbeda tergabtung dari berat dan jenis penyakit yaitu
70% pada anemia aplastic dan 10-50% pada leukemia. Transplantasi sel punca
menjanjikan pengobatan cara baru menunjukkan harapan untuk memperoleh
regenerasi jaringan yang rusak sehingga akan menguntungkan untuk berbagai
cedera seperti luka bakar, cedera sumsum tulang dan beberapa penyakit lainnya
(artritis, diabetes, penyakit kardiovaskular dan saraf seperti penyakit Alzheimer dan
Parkison).
1) Sel Punca Asal Janin
Kemampuan transfer sel punca yang sehat yang dapat seIf-renewing dan
memproduksi sel baru dan/atau jaringan merupakan hal yang menguntungkan
pada berbagai cedera (misalnya luka bakar, cedera korda spinalis) dan penyakit-
penyakit seperti artritis reumatoid, DM, penyakit kardiovaskular, penyakit
Alzheimer dan Parkinson. Hal ini merupakan terapi baru pada beberapa hal,
tetapi pada hal lain merupakan kelanjutan dari terapi sebelumnya. Transplantasi
pulau Langerhans telah digunakan untuk mengobati DM, tetapi sel yang
ditransplantasikan menunjukkan umur terbatas.
BAB III
PENUTUP
10
3.1 Kesimpulan
Transplantasi merupakan proses pemindahan atau pencangkokan jaringan atau
organ tubuh dari suatu atau seorang individu ke tempat yang lain pada individu itu atau
ke tubuh individu lain.
Dalam dunia kedokteran jaringan atau organ tubuh yang dipindah disebut graft
atau transplant; pemberi transplant disebut donor; penerima transplant disebut kost atau
resipien.
Transplantasi dapat di bagi menjadi : Autograft, Isograft, Homograft,
Heterograft. Autograft dan isograft biasanya memberikan hasil yang baik, sedang
allograft sering di tolak.
DAFTAR PUSTAKA
11
Baratawidjaja K. Rengganis I, 2016. Imunologi Dasar Edisi Ke-11 (Cetakan Ke-2). Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta
12