Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

IMUNOLOGI
“TRANSPLANTASI”

Dosen Pengampu :
Dr. Apt. Refdanita, M.Si

Disusun oleh :
1. Charrenia Eliani (20334005)
2. Halimatussadiah (20334022)
3. Ferdinan Rivaldo Silalahi (20334024)
4. Reno Galatiano (20334023)
5. Purwanto (21334770)

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah  ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Transplantasi.
Kami berharap makalah ini bisa menjadi prasarana dalam mempermudah mata kuliah
Imunologi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan 4
BAB II 5
2.1. Pengertian 5
2.2. Dasar Dasar Transplantasi 5
2.3. Penolakan Dan Reaksi Allograft 8
a. Spesifitas Dan Memori 8
b. Mekanisme 8
c. Jenis Penolakan 9
2.4. Pencegahan Penolakan Tandur 9
2.5. Seleksi Penderita 10
2.6. Jenis-Jenis Transplantasi 10
2.7. Komponen-Komponen Transplantasi 11
2.8. Metode Transplantasi 11
2.9. Jenis dan Kedudukan Alat dan Jaringan Tubuh Yang Khusus 11
2.10. Organ/Sel Yang Dapat Ditransplantasikan 12
BAB III 16
3.1. Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Transplantasi adalah merupakan proses pengambilan sel, jaringan atau organ, disebut
dengan graft , dari satu individu dan memindahkannya ke individu yang lain. Individu yang
memberikan graft disebut dengan donor, sedangkan yang mendapatkan graft disebut dengan
resipien. Apabila graft ditempatkan pada lokasi anatomi normalnya maka prosedur ini disebut
dengan transplantasi orthotopik, sedangkan jika ditempatkan pada lokasi lain maka disebut
dengan transplantasi heterotropik. Istilah lain yang termasuk dalam transplantasi adalah
transfusi yang berarti memindahkan sel darah atau plasma dalam sirkulasi dari satu individu
pada individu yang lain..
Transplantasi merupakan tindakan pilihan bila suatu alat atau jaringan tubuh yang vital
rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi atau rusak permanen akibat proses penyakit
(Baratawidjaja, 2009). Transplantasi sebagai suatu pendekatan terapi telah berkembang
selama 40 tahun terakhir sehingga saat ini, transplantasi ginjal, hepar, jantung, paru, pancreas
dan sumsum tulang secara luas telah digunakan. Lebih dari 30.000 transplantasi ginjal,
jantung, paru, liver, danpancreas dikerjakan di Amerika setiap tahun. Saat ini, transplantasi
dari organ dan sel lainnya sedang dikembangkan (Abbas et al, 2007).
Imunologi transplantasi penting terkait dengan dua alasan, yaitu selain karena respon
rejeksi imunologi yang hingga saat ini masih menjadi barier utama pada proses transplantasi,
respon imun terhadap molekul allogeneik model studi mekanisme aktivasi limfosit.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Transplantasi?
2. Apa saja Dasar Dasar Transplantasi?
3. Apa saja Jenis-Jenis Transplantasi?
4. Apa saja Metode Transplantasi?
5. Organ apa saja yang dapat di transplantasi pada oragan tubuh?
1.3. Tujuan
yaitu untuk memenuhi tugas makalah dalam mengisi materi pembelajaran. Tujuan
lainnya yaitu dengan mempelajari materi transpalasi organ tubuh ini kita dapat mengetahui
bagaimana hukumnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
“Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yaitu To Transplant, yang berarti To Move
From One Place to Another, artinya berpindah dari satu tempat ke tempat lain.”
Transplantasi menurut istilah kedokteran berarti tindakan medis untuk memindahkan
organ atau jaringan tubuh manusia kepada manusia yang lain atau tubuhnya sendiri. Definisi
lain menyebutkan transplantasi sebagai pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya
hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik. Transplantasi organ tubuh manusia adalah pemindahan seluruh atau sebagian
organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh
yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi
pada penerima.
Menurut pasal 1 ayat 5 undang undang kesehatan,transplantasi organ adalah
rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang
berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan organ dan atau jaringan tubuh. pengertian lain mengenai transplantasi organ
adalah berdasarkan UU no 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakan
medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh
orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau
organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak terkait dengannya:
pertama, donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat untuk
dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit, atau terjadi kelainan.
Kedua: resepien, yaitu orang yang menerima organ tubuh dari donor yang karena satu dan
lain ha, organ tubuhnya harus diganti. Ketiga, tim ahli, yaitu para dokter yang menangani
operasi transplantasi dari pihak donor kepada pasien.

2.2. Dasar Dasar Transplantasi


Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima dapat dibedakan menjadi :
1. Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam

5
tubuh orang itu sendiri.
2. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatau jaringan atau organ dari tubuh
seseorang ke tubuh orang lain.
3. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke
tubuh spesies lainnya.
Istilah khusus pada tranplantasi didasarkan pada asal jaringan tubuh yang
dicangkokkan dari donor ke resipien.
- Autograft : Transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu
yang sama.
- Isograft : Transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari saudara
kembar.
- Allograft : Transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu lain
dalam species yang sama.
- Xenograft : Transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari species
yang berbeda misalnya, ginjal baboon ditransplantasikan kepada manusia.

Istilah-istilah umum yang terdapat pada transplantasi adalah sebagai berikut:


- Hukum transplantasi, Hukum transplantasi mengemukakan bahwa transplant akan
diterima jika donor dan resipien mempunyai gen histokompatibilitas tertentu yang
sama. Berdasarkan penelitian, sistem autograft dan isograft dapat memberikan hasil
yang baik, sedangkan allograft memberikan hasil yang kurang baik (ditolak).
Umumnya allograft ditolak karena reaksi imun yang ditimbulkan oleh limfosit dan
produknya(sistem allograft dianggap benda asing). Reaksi tersebut dipengaruhi
olehsel memory sehingga jaringan kedua yang dicangkokkan dari donor yang sama
akan mengakibatkan penolakan kembali yang lebih cepat.

6
- Histokompabilitas, adalah kemampuan seseorang untuk menerima transferan dari
orang lain jika tidak terjadi respon imun
- Gen histokompabilitas, merupakan gen yang menentukan apakah transplan diterima
atau ditolak tubuh. Gen yang dapat menolak transpaln banyak , tetapi gen yang
terpenting adalah gen Major HistocompabilityComplex (MHC).
- Antigen transplantasi, Sebelum transplantasi dilakukan, maka harus ditentukan
terlebih dahulu kompabilitas donor dan resipien untuk mendapatkan hasil yang baik
dan meminimalisasikan penolakan.
a. Antigen golongan darah
Kompabilitas golongan darah ABO merupakan yang terpenting. Antigen ABO
merupakan golongan darah yang ditemukan pada permukaan eritrosit dan
genyang memberi kodenya adalah polimorfik. Antigen karbohidrat ditemukan
padaeritrosit dan beberapa jaringan lain. Sebagian besar manusia mempunyai
antibodi (isohemaglutinin) yang mengenal antigen tersebut. Olah karena ituorang
bergolongan darah A mempunyai antigen terhadap B, orang bergolongan darah B
mempunyai antigen terhadap B, orang yang bergolongan darah O'Mempunyai
antigen terhadap A dan B, dan orang yang bergolongan darah ABtidak
mempunyai antigen terhadap golongan darah manapun.
b. Tissue typing
Merupakan identifikasi antigen MHC. MHC kelas I menetukan antigen
permukaan semua sel dalam badan yang memiliki nukleus yang dapat menjadi
sasaran penolakan pada transplantasi atas pengaruh sel T sitotoksik, antibodi,dan
komplemen. Gen-gen yang memberi kode molekul MHC adalah polimorfik.
Antigen yang ditentukan lokus A dan B memberikan respons kuat,sedangkan
antigen yang ditentukan oleh lokus C memberikan respons lemah.Antigen MHC
kelas II merupakan antigen terpenting pada penolakan transplan.Transplan tidak
akan bekerja atau hidup jika donor dan resipien tidak mempunyai satu haplotip
DR yang sama. Sel T helper resipien akan memberikan respon terhadap antigen
donor, sedangkan sel T helper donor akan memberikan respon yang sama
terhadap antigen resipien yang mengakibatkan matinya transplan.
c. Antigen histokompabilitas minor
Antigen histokompabilitas minor antara lain adalah golongan selain ABO dan
antigen yang berhunbungan dengan kromosom seks. Umumnya lebih lemah dari

7
antigen MHC dan merupakan antigen yang dijadikan sasaran pada penolakan
dengan awitan lambat (Baratawidjaja 2002: 246).
- Sel Passenger
merupakan sel leukosit donor yang terdapat dalam jaringan transplan. Sel
passenger sangat penting dalam mensensitasi sel Thelper resipien terhadap
antigen donor. Interaksi terjadi pada sel-seltersebut diakibatkan karena
keduanya mempunyai profil MHC kelas II.Leukosit dapat berpindah keluar
dari transplan dan masuk ke dalam sistemlimfe resipien.
- Crossmatching
merupakan sistem pencocokan antara jenis jaringan donor dan resipien dalam
golongan darah ABO dan dalam spesifitas molekul MHC kelas I dan II
sebanyak mungkin. Semakin tinggi kecocokan antara donor dan resipien
maka akan semakin tinggi survival.Crossmatching dilakukan untuk menguji
serum resipien terhadap antibodi preformed HLA donor. Jika serum pasien
tidak menghancurkan limfosit donor, Mixed Lymphocyte Reaction (MLR)
dapat dilakukan untuk menentukan apakah sel donor merangsang
blastogenesis dengan adanya limfosit resipien. Antigen ABO penting
digunakan karena diekspresikan pada banyak jenis sel dan antibodinya sudah
ada pada resipien yang inkompatibel dapat menimbulkan kerusakan jaringan
transplan. Lokus MHC dan MHM penting digunakan karena MHC
merupakan penyebab induksi terkuat dari reaksi penolakan yang ditimbulkan
melalui sel T.Karena MHC sangat polimorfik, menemukan donor resipien
yang cocok sangat sulit

2.3. Penolakan Dan Reaksi Allograft


a. Spesifitas Dan Memori
Penolakan allograf terjadi dengan spesisfitas, memori dan kecepatan
penolakannya bervariasi menurut jaringan terlibat. Pada umumnya, tandur kulit
ditolak lebih cepat disbanding jaringan lain seperti ginjal dan jantung.
Tandur dari donor singencik dengan cepat diterima resipien dan mendapat
vaskularisasi dan berfungsi normal. Tandur yang berasal donor alogencik akan
diterima untuk sementara dan mendapat vaskularisasi, tetapi selanjutnya akan terjadi
penolakan yang lamanya tergantung dari derajat inkompatibilitas

8
b. Mekanisme
Sistem imun yang berperan pada proses penolakan adalah system imun yang
juga berperan terhadap mikroba
● Peran selular
Reaksi penolakan pada umumnya berlangsung sesuai respon CMI. Gejala timbul
sesudah terjadi vaskularisasi: mula-mula terjadi invasi tandur oleh sel limfosit
dan monosit melalui pembuluh darah. Reaksi inflamasi ini segera menimbulkan
kerusakan pembuluh darah yang di ikuti nekrosis jaringan tandur.
● Peran Antibodi
Sel alogenik dapat dihancurkan melalui hipersensitivitas tipe II yang
melibatkan antibodi humoral.

c. Jenis Penolakan
1. Penolakan Hiperakut
Penolakan hiperakut terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam sesudah
transplantasi, hal ini karena pada individu sudah terdapat antibody terhadap
tandur/ antigen donor, akibat tranplantasi atau tranfusi darah atau kehamilan
sebelumnya
2. Penolakan Akut
Penolakan akut terlihat pada resipien yang sebelumnya tidak disensitasi terhadap
tandur.Penolakan biasanya terjadi setelah 10 hari setelah transplantasi.
Penolakan akut disertai pembesaran ginjal yang disertai rasa sakit, penurunan
fungsi dan aliran darah serta sel darah dan protein dalam urin.
3. Penolakan Tersembunyi Dan Lambat
Penolakan tersembunyi dan lambat mungkin ditimbulkan oleh kompleks imun
atau pembentukan kompleks dengan antigen larut asal ginjal yang dicangkokan.
Efek dan infeksi antara factor selular dan humoral pada penolakan tandur adalah
cukup kompleks.
4. Penolakan Kronis
Penolakan kronis menimbulkan hilangnya fungsi organ yang dicangkokan secara
perlahan dalam beberapa bulan sampai tahun sesudah organ berfungsi normal.
Hal itu disebabkan oleh sensitivitas yang timbul terhadap antigen tandur atau
oleh timbulnya intoleransi terhadap sel T. Kadang timbul sesudah pemberian
imunosupresan dihentikan. Infeksi yang ada akan mempermudah timbulnya

9
penolakan yang kronik

2.4. Pencegahan Penolakan Tandur


Golongan darah dan molekul MHC di antara berbagai individu berbeda. Reaksi
penolakan dapat dikurangi dengan menggunakan anggota keluarga sebagai donor, tissue
typing dan obat immunosupresi. Reaksi imun yang menimbulkan penolakan tandur bersifat
spesifik yang disertai memori. Allograf kulit pada manusia biasanya ditolak dalam 10-14 hari,
tetapi bila allograf kedua dari individu yang sama dicangkokkan lagi, resipien akan
menolaknya lebih cepat, biasanya dalam 5-7 hari.

2.5. Seleksi Penderita


Kriteria seleksi penderita untuk transplantasi bervariasi di antara berbagai senter. Usia
lanjut, sepsis berat, osteoporosis, kecenderungan perdarahan atau kontraindikasi lainnya
terhadap dosis tinggi steroid menjadikan penderita sulit diterima sebagai resipien potensial.

➢ Seleksi Donor dan Resipien yang diperlukan untuk memperoleh hasil Transplantasi
yang baik
Asal orang hidup:
➢ Donor memiliki dua ginjal yang berfungsi dengan baik
➢ Tidak menularkan penyakit
➢ Tidak ada kelainan pembuluh darah
Asal orang mati :
➢ Fungsi ginjal baik
➢ Tidak ada infeksi (sepsis klinis, HIV)
➢ Tidak ada eganasan atau penyakit sistemik (diabetes,hipertensi)
Seleksi resipien
➢ ABO kompatibel (tidak identic)
➢ HLA mirip sebanyak mungkin
➢ Reaksi silang serum dengan sel T donor negative

2.6. Jenis-Jenis Transplantasi


1. Autotransplantasi
- Yaitu transplantasi antara dua individu yang sama , bisa disebut juga transplantasi
Autologi.

10
- Organnya : Kulit, ginjal, pancreas, tulang, limpa dan darah
2. Isotransplantasi
- Transplantasi antar dua individu dengan genetik yang sama, disebut juga transplantasi
Isologi.
- Pada manusia, pencangkokan ini dilakukan untuk setiap organ pada saudara kembar
satu telur.
3. Alotransplantasi
- Transplantasi pada dua individu yang spesiesnya sama.
- Pada manusia disebut juga Homotransplantasi/transplantasi Alogen.
- Secara klinis transplantasi ini dapat dilakukan oleh dua individu dengan ada/tidak
adanya hubungan keluarga.
- Donor yang digunakan bisa dari donor hidup atau dari mayat.
- Pada transplantasi ini seluruh organ dapat dicangkok, tetapi dengan syarat :
● Ada persiapan system HLA.
● Golongan darah ABO
4. Xenotransplantasi
- Transplantasi pada dua individu yang berbeda spesies asal, yaitu : dari hewan ke
manusia ( contoh : simpanse & manusia).
- Pencangkokan dapat dilakukan pada tiap organ

2.7. Komponen-Komponen Transplantasi


Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :
1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang
sudah meninggal.
2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada
bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain. Disamping itu, ada dua komponen penting
yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu :
a. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup
yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk
hidup dengan kekurangan jaringan atau organ.
b. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima atau organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ
tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.

11
2.8. Metode Transplantasi
Semakin berkembangnya ilmu tranplantasi modern, ditemukan metode-metode
pencangkokan, seperti :
1. Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh Dr.
George E.Green.
2. Pencangkokan jantung, dari jantung ke kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard,
walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.
3. Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita
Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.

2.9. Jenis dan Kedudukan Alat dan Jaringan Tubuh Yang Khusus
1. Jenis Jaringan Khusus
Beberapa jaringan transplan allogeneic hanya menimbulkan reaksi lemah. Hal
Tersebut terjadi karena jaringan tersebut hanya mempunyai beberapa moleku lMHC
permukaan.
2. Kedudukan Alat atau Jaringan Tubuh Yang Khusus
Lokasi transplan yang jauh dari sistem imun resipien (seperti kornea), tidak
mempunyai aliran limfe dan allograft kornea umumnya tidak mensensitisasi resipien.

2.10. Organ/Sel Yang Dapat Ditransplantasikan


Untuk sejumlah penyakit, transplantasi merupakan satu-satunya cara pengobatan.
Jaringan yang tersedia untuk trasnplantasi dapat berasal dari berbagai sumber. Biasanya
diperoleh dari donor hidup voluntir atau dari kadaver.
a. Ginjal
Transplantasi dilakukan pada ginjal tingkat akhir dengan menggunakan ginjal asal
anggota keluarga atau mayat sebagai donor. Matching lokus HLA-B dan HLA DR
sangat penting. Matching lokus HLA-A tidak memberikan keuntungan yang lebih bila
resipien mendapat pengobatan dengan imunosupresan seperti siklosporin,
Adanya sensitifitas terhadap antigen donor yang sudah terjadi sebelum transplantasi
juga penting diketahui karena dapat merugikan. Hal tersebut misalnya terjadi akibat
transplantasi terdahulu yang menimbulkan antibody anti-HLA. Antibody anti-HLA
juga dapat digunakan sebagai indicator dan adanya reaksi penolakan. Mereka yang
sebelum transplantasi tidak mengandung anti-HLA, tetapi kemudian mengandungnya,
menunjukkan masa hidup rendah (12%) sebaliknya, mereka yang sebelumnya

12
menunjukkan anti-HLA dan kemudian tidak menunjukkan lagi, mempunyai masa
hidup tinggi (100%). IL-2 dalam serum dapat pula digunakan sebagai petanda dan
penolakan.
b. Jantung dan Paru
Meskipun HLA matching dapat menguntungkan pada transplantasi jantung dan paru,
namun hal tersebut sering tidak sempat dilakukan. Masa hidup satu tahun mencapai
80% pada penderita yang ditangani dengan baik. Penolakan dini jantung yang
menunjukkan adanya peningkatan ekspresi MKC-I dapat diukur dengan perubahan
elektrokardiogram dan biopsi miokard. Adanya perubahan tersebut menunjukkan
diperlukannya dosis imunosupresan yang lebih tinggi.
c. Hati
Hati merupakan imonugen yang lemah dan masa hidup satu tahun melebihi 70%.
Mismatch HLA sering tidak praktis dan tidak menunjukkan keuntungan pula, tetapi
anti-HLA pada resipien dapat menimbulkan kerusakan saluran empedu.
d. Kornea
Transplantasi komea sangat efektif dan berhasil untuk waktu yang lama. Tempat
komea tersebut terlindung dari aliran limfe sehingga biasanya tidak mempunyai
kapiler (sesquestered antigen). Bila terjadi vaskularisasi (misalnya akibat trauma)
maka risiko penolakan bertambah. Matching HLA-DR mempunyai keuntungan dan
imunosupresan yang menggunakan tetes steroid juga diperlukan untuk mencegah
penolakan.
Komea diperoleh dari cadaver donor. Resipien yang menerima donor kornea dari
cadaver tidak memerlukan HLA typing atau imunsupresif sistemik karena penolakan
kornea tidak terjadu kecuali bila tandur menjadi tervaskularisasi.
e. Kulit
Transplantasi kulit terbanyak dilakukan dengan jaringan autologous, namun dalam
keadaan luka bakar yang berat kadang digunakan tandur kulit asing yang disimpan
dalam keadaan beku di bank organ/jaringan. Tandur ini tidak mengandung elemen
selular hidup dan tidak tumbuh pada pejamu, hanya merupakan sebagai penutup
biologis. Tandur ditinggalkan untuk beberapa hari tetapi pada umumnya diganti.
Tandur kulit ologenik murni menggunakan kulit yang hidup dari donor hidup.
Penolakan dapat dicegah dengan imunosupresan. Hal ini sebenarnya tidak diinginkan
oleh karena korban dengan luka bakar beresiko tinggi mengalami infeksi dan

13
pengurangan imunosupresan meningkatkan risiko tersebut.
f. Pankreas
Transplantasi pancreas enunjukkan keberhasilan yang pada penderita DM
menormalkan ambang insulin. Akhir-akhir ini tingkat keberhasilan 1 tahun
transplantasi pancreas dilaoporkan 55%. Transplantasi tidak perlu mengunakan
seluruh pancreas. Hanya dengan mentransplantasikan pulau-pulaunya saja, fungsi
pancreas dapat kembali normal.
g. Sumsum tulang
Sumsung tulang sangat imunogenik dan donor terbaik adalah saudara kembar yang
HLA identic. Kompatibilitas ABO tidaklah terlalu penting, oleh karena sel darah
merah sudah disingkirkan dari sumsum tulang dan sel asal tidak menunjukkan antigen
ABO. Resipien sudah mendapat iradiasi total dan atau dosis tinggi imunosupresan
sebelum dilakukan transplantasi untuk mengurangi risiko penolakan GvHD. Pada
transplantasi sumsum tulang selalu ada risiko terjadinya komplikasi GvHD,
mwngingat sumsum tulang mengandung sel T matang. Oleh karena itu selalu
diusahakan untuk menurunkan jumlah sel T tersebut (misalnya melalui biji besi
magnetic yang dilapisi antibody), meskipun tindakan tersebut tidak selalu
meningkatkan keberhasilan Sel T yang aloreaktif mengerahkan sel-sel efektor pejamu
ke tempat transplantasi yang biasanya terjadi dalam 4 minggu (GvHD akut). Organ
yang dijadikan sasaran adalah hati (terutama epitel bilier), kulit dan saluran cerna.
Reaksi kronis dapat terjadi kemudian, biasanya menyusul GvHD akut yang respinsif
terhadap peningkatan dosis imunosupresan, akhirnya resipien sering menjadi sangat
rentan terhadap infeksi/virus oportunistik.
h. Sel Punca
Transplantasi sel punca dilakukan pada defisiensi imun, aplsia hematologis dan untuk
mengganti sumsum tulang pada penderita yang mendapat pengobatan agresif seperti
leukemia. Masa hidup berbeda tergabtung dari berat dan jenis penyakit yaitu 70%
pada anemia aplastic dan 10-50% pada leukemia. Transplantasi sel punca menjanjikan
pengobatan cara baru menunjukkan harapan untuk memperoleh regenerasi jaringan
yang rusak sehingga akan menguntungkan untuk berbagai cedera seperti luka bakar,
cedera sumsum tulang dan beberapa penyakit lainnya (artritis, diabetes, penyakit
kardiovaskular dan saraf seperti penyakit Alzheimer dan Parkison).
1. Sel Punca Asal Janin

14
Kemampuan transfer sel punca yang sehat yang dapat self-renewing dan
memproduksi sel baru dan/atau jaringan merupakan hal yang menguntungkan
pada berbagai cedera (misalnya luka bakar, cedera korda spinalis) dan penyakit
penyakit seperti artritis reumatoid, DM, penyakit kardiovaskular, penyakit
Alzheimer dan Parkinson. Hal ini merupakan terapi baru pada beberapa hal,
tetapi pada hal lain merupakan kelanjutan dari terapi sebelumnya Transplantasi
pulau Langerhans telah digunakan untuk mengobati DM, tetapi sel yang
ditransplantasikan menunjukkan umur terbatas Transplantasi sel punca dapat
memperbaharui sel-sel sehingga dapat memperbaharui sel-sel sehingga dapat
merupakan terapi pengganti potensial yang permanen. Sel punca embrionik
memiliki kemampuan yang lebih luas untuk regenerasi yang terbukti pada
eksperimen dengan hewan; tetapi penggunaannya pada manusia masih terbatas
oleh pertimbangan praktis dan etis.
2. Sel Punca Donor Dewasa
Transplantasi sel punca hematopoietik asal sumsum tulang, darah perifer atau
darah umbilikus merupakan satu-satunya cara untuk kemungkinan sembuh
pada penderita dengan berbagai penyakit. Seperti dengan transplantasi sel
umumnya,penolakan sering terjadi, tetapi transplantasi punca dapat
menimbulkan komplikasi unik yang fatal karena sel imunokompeten sebagai
tandur mengenal pejamu sebagai asing dan menimbulkan serangan imun.
Aplikasi primemya sampai saat ini adalah penggunaan sel punca
hematopoietik pada transplantasi sumsum tulang.
Sel punca embrionik memiliki kapasitas regenerasi yang lebih luas, namun
kegunaannya pada manusia masih terbatas oleh pertimbangan praktis dan etis.
Sebenamya, setiap kelainan sumsum tulang dapat dikoreksi dengan transplantasi sel
punca schat misalnya bila tidak ada kelainan sel (anemia aplastik) dan keganasan atau
defek fungsi. Risiko transplantasi adalah tinggi dan keberhasilannya tergantung dari
keseimbangan antara berat penyakit terhadap risiko prosedur.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Transplantasi merupakan proses pemindahan atau pencangkokan jaringan atau organ
tubuh dari suatu atau seorang individu ke tempat yang lain pada individu itu atau ke tubuh
individu lain.
Dalam dunia kedokteran jaringan atau organ tubuh yang dipindah disebut graft atau
transplant; pemberi transplant disebut donor; penerima transplant disebut kost atau resipien.
Transplantasi dapat di bagi menjadi Autograft, Isograft, Homograft, Heterograft.
Autograft dan isograft biasanya memberikan hasil yang baik, sedang allograft sering di tolak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja K. Rengganis I, 2016. Imunologi Dasar Edisi Ke-11 (Cetakan Ke-2).


FakultasKedokteran UI. Jakarta
Mustika, Dewi. 2010. Transplantasi. Universitas Brawijaya Malang

17

Anda mungkin juga menyukai