Anda di halaman 1dari 40

PEMICU 6

HUMANIORA
Chalishah Shifa Martiana - 405210024
LEARNING ISSUES
1. MM. Definisi, Jenis, Tujuan dan Syarat Transplantasi
2. MM. Pandangan Agama tentang Transplantasi
3. MM. Peranan dari Hukum, Etika Kedokteran terhadap
Transplantasi
4. MM. Dampak Positif dan Negatif Transplantasi
5. MM. Solusi Pencegahan Transplantasi Ilegal
LI 1
definisi, jenis, tujuan, syarat
transplantasi
definisi transplantasi
● KBBI
Pemindahan jaringan tubuh dari satu tempat ke tempat lain.
● Kamus Dorland
Pemindahan sebagian/seluruh jaringan & organ tertentu dari suatu tempat ke
tempat lain pada tubuhnya sendiri/tubuh orang lain dengan persyaratan & kondisi
tertentu.
• Bahasa Inggris
‘to transplant’  ‘to move from one place to another’ (berpindah dari satu tempat
ke tempat yang lain)
• Soekidjo Notoatmodjo,
Tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia kepada
tubuh manusia yang lain atau tubuhnya sendiri.

https://kbbi.web.id/transplantasi
http://digilib.unila.ac.id/32487/2/PEMBAHASAN.pdf
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/viewFile/1318/1069
Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010,
● Gale Encyclopedia of Medicine
Pengangkatan jaringan dari satu bagian tubuh untuk implantasi ke bagian lain
dari tubuh, atau pengangkatan jaringan atau organ dari satu orang dan implantasi
dalam individu lain dengan operasi.

● WHO
Transplant is the transfer of human cells , tissues or organs from a donor to a
recipient with the aim of restoring functions in the body.

● PP No. 18 Tahun 1981 (LN 1981 No. 23 Tentang bedah Mayat Klinis dan Bedah
Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau jaringan Organ Tubuh Manusia)
Rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan atau jaringan
organ tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam
rangka pengobatan untuk menggantikan alat atau jaringan organ tubuh yang tidak
berfungsi dengan baik.

http://www.who.int/transplantation/activities/GlossaryonDonationTransplantation.pdf
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/viewFile/1318/1069
PP No. 53 Tahun 2021
Tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh
PASAL 1
● Transplantasi adalah pemindahan organ dan jaringan dari pendonor ke resipien guna
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan resipien.
● Organ adalah kelompok beberapa jaringan yang bekerja sama untuk melakukan fungsi
tertentu dalam tubuh.
● Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai bentuk dan faal/fungsi yang sama dan
tertentu, yang berdasarkan kemampuan regeneratifnya terdiri atas jaringan yang dapat
pulih kembali dan jaringan yang tidak dapat pulih kembali.
● Pendonor adalah orang yang menyumbangkan Organ dan/atau Jaringan tubuhnya
kepada resipien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
resipien.
● Resipien adalah orang yang menerima Organ dan/atau Jaringan tubuh Pendonor untuk
tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/163994/pp-no-53-tahun-2021
Tujuan transplantasi
Menurut Sa’ad di bukunya yang berjudul “Transplantasi dan
Hukuman Qisas Delik Pelukaan” pada dasarnya transplantasi
bertujuan untuk:
1. Kesembuhan dari suatu penyakit
2. Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan, atau sel yang telah
rusak 
3. Mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

http://digilib.unila.ac.id/32487/2/PEMBAHASAN.pdf
jenis transplantasi
SIFAT PEMINDAHAN ORGAN/JARINGAN KE TUBUH LAIN
JENIS OBJEK
(RESIPIEN)
1. Transplantasi jaringan
1. Autograft
2. Transplantasi organ
2. Allograft
3. Xenograft
KONDISI PENDONOR
MENURUT CHRISDIONO M. ACHADIAT, ADA 3 KATEGORI
3. Transplantasi donor hidup
4. Autologous
4. Transplantasi donor mati / jenazah 
5. Homologous
6. Heterologous

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/viewFile/1318/1069
Chrisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman, EGC, Jakarta, 1007,
SYARAT
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016)
Pasal 12
(1) Setiap calon Pendonor dan calon Resipien harus terdaftar di Komite Transplantasi Nasional,
setelah memenuhi persyaratan.
(2) Pendaftaran pada Komite Transplantasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi.
Pasal 18 
Persyaratan untuk terdaftar sebagai calon Pendonor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) meliputi
1. Persyaratan administratif
2. Persyaratan medis. 
Pasal 20
(1) Persyaratan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b, merupakan pemeriksaan
medis awal dan skrining oleh rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ atas permintaan
dari Komite Transplantasi Nasional atau Perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi
terhadap calon Pendonor yang telah melakukan pendaftaran.
(2) Pemeriksaan medis awal dan skrining sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
memastikan kelayakan sebagai Pendonor dilihat dari segi kesehatan Pendonor. 
PASAL 19
Persyaratan administratif untuk mendonorkan organ adalah:
1.Menyerahkan surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP (surat izin praktek).
2.Berusia 18 tahun atau lebih (harus dibuktikan dengan KTP, kartu keluarga, atau akta
kelahiran).
3.Membuat pernyataan tertulis tentang kesediaan donor dalam menyumbangkan organ
tubuhnya secara sukarela tanpa meminta imbalan.
4.Memiliki alasan menyumbangkan organ tubuhnya kepada penerima organ secara sukarela.
5.Mendapat persetujuan dari suami/istri, anak yang sudah dewasa, orang tua kandung, atau
saudara kandung donor.
6.Membuat pernyataan bahwa donor memahami indikasi, kontraindikasi, risiko, prosedur
transplantasi, panduan hidup pasca transplantasi, serta pernyataan persetujuannya.
7.Membuat pernyataan tidak melakukan penjualan organ ataupun perjanjian khusus lain
dengan pihak penerima organ.
syarat transplantasi
Berdasarkan Deklarasi Geneva tahun 1948, transplantasi organ tubuh
manusia boleh dilakukan apabila: 
• Transplantasi merupakan upaya terakhir dalam pengobatan 
• Tujuan utamanya bersifat klinis dan bukan eksperimental 
• Pelaksanaanya prosedural dan proporsionalitas 
• Dilakukan oleh sebuah tim yang minimal terdiri dari dokter
spesialisasi bedah dengan sub spesilisasi.
Ditinjau pada PP 18/1981 bahwa transplantasi dapat dilaksanakan apabila: 
• Apabila donor hidup, calon donor harus diberitahu lebih dahulu oleh dokter
yang merawatnya mengenai sifat, akibat dan kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi setelah operasi serta dokter yang bersangkutan yakin
bahwa calon donor  mengerti dan menyadari sepenuhnya mengenai hal-hal
yang disampaikan oleh dokter yang bersangkutan.
• Jika donor meninggal dunia, maka dengan persetujuan yang dibuat sendiri
oleh donor sebelum ia meninggal dunia dengan disetujui oleh keluarga
terdekat. Sebagaimana Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan No 290 Tahun
2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
• Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas sesuatu
kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi

http://digilib.unila.ac.id/32487/2/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
syarat donor hidup
• Tidak mengganggu kesehatan dan fungsi tubuh dari pendonor.
• Secara sadar mengetahui dan mengerti resiko yang dihadapi
• Tidak mengalami tekanan psikologis. Hubungan psikis dan emosi
yang baik.
syarat donor mati
• Sistem izin (toestemming system): sistem ini menyatakan bahwa
transplantasi baru dapat dilakukan jika ada persetujuan dari donor
secara sadar sebelum meninggal.
• Sistem tidak berkeberatan (geen bezwaar system): dalam sistem ini
transplantasi organ dapat dilakukan sejauh tidak ada penolakan
dari pihak donor. 
• Dilakukan setelah fungsi otak, pernapasan dan atau denyut jantung
seseorang  berhenti. Penentuan kematian harus dilakukan oleh dua
orang dokter yang tidak ada sangkut pautnya dengan dokter yang
akan melakukan transplantasi (pasal 12 PP No 18/1981)
pihak yang terlibat
• Terkait dengan pelaksanaan transplantasi organ tubuh yaitu pendonor, resipien dan dokter yang
menangani operasi transplantasi dari pihak donor ke resipien.
• Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia yang selanjutnya disebut PP
18/1981 menyebutkan bahwa donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan atau jaringan
tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan. 
• Ketentuan umum Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 38 tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Transplantasi Organ yang selanjutnya disebut Permenkes 38/2016
mendefinisikan resipien  yaitu: orang yang menerima organ tubuh dari pendonor untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 
• Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan No 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran yang selanjutnya disebut sebagai Permenkes 290/2008 mendefinisikan dokter dan
dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi
baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai
peraturan perundang-undangan.
LI 2
Pandangan agama terhadap
transplantasi
ISLAM
• Ulama klasik membolehkan transplantasi selama tidak mendapatkan organ lainnya dan tidak
menimbulkan mudharat. Sebagian dari ulama memperbolehkannya transplantasi organ.
• Yusuf Qardhawi membolehkan, akan tetapi sifatnya tidak mutlak melainkan bersyarat. Maka
dari itu, tidak dibenarkan mendonorkan sebagian tubuh yang akan meninggalkan darar
atasnya, tidak pula mendonorkan organ tubuh yang hanya satu-satunya dalam tubuh, seperti
hati dan jantung.

Mayoritas ulama memperbolehkan tranplantasi berdasarkan argumen berikut :


1. Transplantasi yang bertujuan perbaikan (Qs. An-Nisa ayat 29)
● “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.”
2. Transplantasi yang didasari pada kedaruratan (Al-an’am ayat 119)
● “Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang
disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia)
benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang melampaui batas.”
3.

Transplantasi didasari pada kebutuhan (Al-Maidah ayat 2)


● “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
● Tubuh yang sekarang dimiliki milik allah ,dan tidak ada yang boleh mengeluarkan organ di dalamnya
apalagi untuk keuntungan komersial,seorang muslim tidak bisa sembarangan mendonorkan bagian
tubuhnya karena tubuhnya merupakan titipan dari Allah
● menurut Umar R.A, Islam memperbolehkan Transplantasi Organ dengan Syarat :
• Resipien (penerima organ) berada dalam keadaan darurat yang mengancam dirinya setelah
menempuh berbagai upaya pengobatan yang lama.
• Pencangkokan tidak akan menimbulkan akibat atau komplikasi yang lebih gawat.
• Telah disetujui oleh wali atau keluarga korban dengan niat untuk menolong bukan untuk
memperjual-belikan.

● dalam fatwa MUI, transplantasi organ manusia ke dalam tubuh yang lain diperbolehkan asalkan
melalui hibah.
● jika organ diambil dari tubuh seseorang yang telah meninggal juga diperbolehkan, dengan syarat
harus disaksikan oleh dua dokter ahli. transplantasi dihukumi haram jika didasari bukan karena suatu
kebaikan hidup orang.
● Transplantasi diharamkan bila didasari tujuan komersial,tidak boleh diperjual belikan dan di
perbolehkan Asal sesuai syariat dan syaratnya terpenuhi.
● Dan seseorang harus lebih mengutamakan kesehatan atau keselamatan dirinya daripada menolong
orang lain dengan cara mengorbankan dirinya sendiri,jika akan  berakibat fatal maka hukumnya akan
haram. 
● beberapa syarat untuk penerima donor diantaranya: 
1. benar-benar dalam keadaan darurat yang dapat mengancam jiwanya
2. transplantasi tidak mengakibatkan penyakit yang lebih gawat
KATOLIK
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian:
• KGK 2296      Transplantasi organ tubuh tidak dapat diterima secara moral, kalau pemberi atau yang bertanggung
jawab untuk dia tidak memberikan persetujuan dengan penuh kesadaran. Sebaliknya, transplantasi sesuai dengan
hukum susila dan malahan dapat berjasa sekali, kalau bahaya dan risiko fisik dan psikis, yang dipikul pemberi,
sesuai dengan kegunaan yang diharapkan pada penerima. Langsung menyebabkan keadaan cacat atau kematian
seseorang, selalu dilarang secara moral, meskipun dipakai untuk menunda kematian orang lain.
• KGK 2300    Jenazah orang yang telah mati harus diperlakukan dengan hormat dan penuh kasih dalam iman dan
dalam harapan akan kebangkitan.
• KGK 2301      … Penyerahan organ tubuh secara cuma-cuma sesudah kematian, diperbolehkan dan dapat sangat
berjasa …
• KGK 2295    Penelitian dan eksperimen yang dilakukan pada manusia, tidak dapat membenarkan tindakan-tindakan
yang bertentangan dengan martabat manusia dan dengan hukum moral. Juga persetujuan dari orang yang
bersangkutan tidak membenarkan tindakan-tindakan semacam itu. Eksperimen yang dilakukan pada seorang manusia,
tidak diperbolehkan secara moral, kalau ia membawa bahaya bagi kehidupannya atau bagi keutuhan fisik dan psikisnya
yang tidak sebanding atau yang dapat dihindarkan. Eksperimen semacam itu lebih bertentangan dengan martabat
manusia, kalau dilakukan tanpa pengetahuan dan persetujuan orang yang bersangkutan atau orang yang bertanggung
jawab untuk mereka.
• KGK 2297        ….Kecuali kalau ada alasan-alasan terapi yang kuat, amputasi, pengudungan (mutilasi) atau sterilisasi
dari orang-orang yang tidak bersalah, merupakan pelanggaran terhadap hukum susila (Bdk. DS 3722).

http://www.katolisitas.org/mendonorkan-organ-tubuh-bolehkah/
● Jadi prinsipnya, transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan secara moral, asalkan dipenuhi hal-hal
berikut ini:
• 1. Pemberian organ tubuh di saat pendonor masih hidup dapat dilakukan asalkan:1) hal itu disetujui
oleh sang pendonor sendiri (tidak dipaksakan kepadanya) atau oleh orang yang secara sah berbicara
atas namanya; 2) donor tersebut sungguh dapat menolong orang yang menerima dan tidak
membahayakan kesehatan sang pendonor itu sendiri. 3) donor itu bukan berupa tindakan amputasi,
mutilasi, sterilisasi yang dilakukan terhadap orang yang tidak bersalah, tanpa alasan medis yang
kuat.
• 2. Pemberian organ tubuh di saat pendonor sudah meninggal adalah suatu perbuatan yang sah dan
dapat menjadi perbuatan yang terpuji, asalkan: 1) pada saat organ tersebut diambil, pendonor
tersebut sungguh- sungguh telah meninggal dunia; 2) pada saat diambilnya organ tersebut, harus
tetap diadakan dalam sikap penghormatan terhadap tubuh yang sudah meninggal dunia tersebut; 3)
jenazah donor tersebut tetap harus dimakamkan dengan hormat.

http://www.katolisitas.org/mendonorkan-organ-tubuh-bolehkah/
KRISTEN
Salah satu argumen yang mendukung donasi organ adalah kasih dan belas kasih yang
ditunjukkan oleh tindakan ini. Amanat untuk 'mengasihi sesamamu' yang diberikan oleh
Yesus (Matius 5:43-48), Paulus (Roma 13:9), dan Yakobus (Yakobus 2:8), namun
sebetulnya dapat dilacak sejauh Imamat 19:18. Sejak permulaan di dalam Perjanjian Lama,
umat Allah telah diperintah untuk menunjukkan kasih mereka kepada Allah dan kepada
sesama mereka. Bersedia menjadi donor organ mungkin merupakan contoh sikap rela
berkorban bagi sesama kita

Teladan utama dalam mengorbankan diri adalah Yesus Kristus yang menyerahkan tubuh-
Nya bagi umat manusia. Ada segelintir orang yang menganggap donasi organ tubuh
sebagai bentuk mutilasi terhadap tubuh mereka. Seringkali mereka menggunakan ayat
seperti 1 Korintus 6:19-20 sebagai ayat acuan bahwa organ tubuh tidak boleh diambil dari
tubuh seseorang. Paulus, dalam tulisannya kepada jemaat di Korintus, memberi wawasan
terhadap perbedaan antara tubuh jasmani ketika mati dan tubuh rohani pada waktu
kebangkitan. Kita diberitahu bahwa tubuh jasmani , yakni “daging dan darah,” tidak dapat
masuk ke dalam kerajaan Allah (1 Korintus 15:50). 
BUDDHA
• Pendonoran organ setelah kematian seseorang dengan tujuan memperbaiki hidup
orang lain jelas merupakan tindakan amal – yang membentuk landasan cara hidup
spiritual.
• Dana adalah istilah Pali dalam ajaran Buddha untuk amal atau kedermawanan.
Kesempurnaan nilai ini terdiri dari praktiknya dalam 3 cara yaitu:
• Persembahan atau pembagian harta materi atau kepemilikan duniawi;
• Persembahan organ tubuh sendiri;
• Persembahan jasa untuk menyelamatkan kehidupan, bahkan dengan risiko
mengorbankan nyawa sendiri bagi kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain yang
membutuhkan.

Sri Dhammananda. Keyakinan umat Buddha. Jakarta: Ehipassiko Foundation; 2010


• Menurut pandangan agama Buddha, transplantasi organ bila sesuai dengan prosedur
dan syarat yang berlaku (mendapat persetujuan dari donor dan tidak membahayakan
kesehatan donor) diizinkan.
• Namun jika dilakukan tanpa seizin donor atau ahli waris melanggar Pancasila Buddhis
sila kedua, yaitu : “aku bertekad melatih diri untuk menghindari pengambilan barang
yang tidak diberikan”
• Berdana berupa organ merupakan Dana Paramita, yang dapat meningkatkan nilai
kehidupan manusia di dalam kehidupan yang akan datang.
• Dana paramita ini dapat digolongkan lagi atas : 
• Dana, 
• Atidana (yang lebih tinggi), dan
• Mahatidana (yang tertinggi). 

Para penerima Dana dapat dibagi atas tiga kategori, yaitu : 
1. Dana kepada teman dan keluarga;
2. Dana kepada yang membutuhkan, yang miskin, yang menderita dan yang tidak
berdaya;
3. Dana kepada para Bhikkhu dan para brahmana.

Sri Dhammananda. Keyakinan umat Buddha. Jakarta: Ehipassiko Foundation; 2010


LI 3
Peranan hukum, etika
kedokteran terhadap
transplantasi
HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH NO 18 TH 81
• Pasal 10: Transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dengan pasal 2 huruf a dan b, yaitu harus
dengan persetujuan tertulis penderita dan/atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia
• Pasal 11:
• Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang ditunjuk oleh MenKes
• Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan
• Pasal 12: Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan oleh 2 (dua) orang
dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.
• Pasal 14: Pengambilan alat dan/atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan yang
meninggal dunia dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga tersebut

Etika Kedokteran & Hukum kesehatan Edisi 3, M. Jusuf Hanafiah & Amri Amir
• Pasal 15: Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan/atau jaringan
tubuh manusia diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang
bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya,
termasuk dokter konsultan mangenai sifat operasi, akibat-akibat dan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya
harus yakin benar bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari
sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut
• Pasal 16: Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas
suatu kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi
• Pasal 17: Dilarang memperjual belikan alat dan/atau jaringan tubuh
manusia
• Pasal 18: Dilarang mengirim atau menerima alat dan/atau jaringan tubuh
manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negeri

Etika Kedokteran & Hukum kesehatan Edisi 3, M. Jusuf Hanafiah & Amri Amir
• UU KESEHATAN NO 23 TH 92
• Pasal 33:
1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan
transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfusi darah, implan obat dan atau alat
kesehatan, serta bedah plastik dan rekonstruksi.
2. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang
untuk tujuan komersial
• Pasal 34:
1. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dilakukan di sarana kesehatan
tertentu.
2. Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seseorang donor harus memperhatikan
kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan donor dan ahli waris atau
keluarganya
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan peraturan pemerintah

Etika Kedokteran & Hukum kesehatan Edisi 3, M. Jusuf Hanafiah & Amri Amir
PASAL KODEKI
• Dilakukan jika ada indikasi berlandaskan beberapa pasal:
• Pasal 2: Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran
tertinggi
• Pasal 10: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya
melindungi hidup insani
• Pasal 11: Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita.
• Dokter harus menguasai, mengembangkan dan memanfaatkan iptek
transplantasi untuk kesehatan pasien dan keluarganya
ETIKA KEDOKTERAN
● Transplantasi diperbolehkan dan merupakan upaya terakhir dalam
menolong orang pasien dalam kegagalan fungsi organ, dari segi
kedokteran dilandasi dengan pasal : 

• Pasal 2, Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya


menurut ukuran tertinggi
• Pasal 7d, Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajibannya melindungi hidup insani
● Pasal 10, Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk
kepentingan pasien
Menurut Soenarto - New Sense Of Bioethics

● Belief in God or Faith  Harus percaya pada Allah. Saling menghormati di antara
pemeluk agama yang berbeda. 
● Beneficence  Dalam hal transplantasi organ tujuan kebaikan tersebut dapat hilang
apabila lebih tinggi risikonya.
● Non Maleficence  Setiap operasi transplantasi yang dijalankan selalu mengandung
resiko. Mempersiapkan team dokter yang mumpuni dibantu dengan teknologi yang
memadai dapat meminimalkan resiko kegagalan operasi. 
● Respect for autonomy Bahwa mendonorkan organ merupakan perbuatan mulia.
Keputusan untuk mendonorkan organ merupakan keputusan (otonomi pendonor)
yang diputuskan sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
● Justice   Prinsip keadilan dalam donasi dan Transplantasi Organ lebih relevan
terhadap alokasi organ, yang menyangkut kepada perlakuan yang adil, sama dan
sesuai dengan kebutuhan pasien yang tidak terpengaruh pada faktor lain. 
LI 4
Dampak positif negative
transplantasi
DAMPAK POSITIF
• Menghindari prosedur tertentu yang memakan waktu lebih
panjang seperti dialisis atau cuci darah
• Meningkatkan angka harapan hidup meningkat.
• Menjalani hidup dengan lebih sehat dan rasa sakit yang
sebelumnya dirasakan bisa hilang
• Meningkatkan kualitas hidup meningkat
• Mengurangi risiko terjadinya kecacatan
• Mengurangi jenis operasi yang harus dilakukan
• Mengurangi jenis obat yang harus diminum
• Mengurangi waktu yang harus dihabiskan di rumah sakit
DAMPAK POSITIF
Resipien
○Organ/jaringan baru akan bekerja seperti organ/ jaringan normal
○Penderita akan merasa lebih sehat
○Penderita tidak perlu melakukan dialisis (utk ginjal)
○Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar
○Menjalani hidup dengan lebih sehat dan rasa sakit yang sebelumnya dirasakan bisa
hilang
○ Meningkatkan kualitas hidup
○ Mengurangi risiko terjadinya kecacatan

Pendonor :
• mendapatkan pahala/berkat,
• Pendonor dapat menyelamatkan satu/lebih kehidupan
• Memajukan penelitian ilmiah, sehingga banyak kehidupan yang dapat diselamatkan
• Meningkatkan kualitas hidup recipient
DAMPAK NEGATIF
Bagi Resepien :
• Meningkatnya kemungkinan terkena infeksi
• Terjadi penolakan organ oleh tubuh (hyperacute,acute,chronic)
• Efek samping dari obat imunosupresan
• Potensi Kanker
DAMPAK NEGATIF
Bagi Pendonor :
● Risiko kematian sekitar 3 hingga 5 dalam 1.000 kejadian donasi liver.
● Kemungkinan gagal organ tubuh dan memerlukan transplantasi organ di
waktu mendatang bagi donor.
● Risiko infeksi luka dan komplikasi ringan lainnya bagi donor.
● Masalah jantung, stroke, dan pembentukan gumpalan darah di kaki atau
paru-paru.
● Kebocoran empedu dapat terjadi pada sekitar 5% hingga 15% pasien. Pada
sebagian besar kasus, masalah ini dapat terselesaikan tanpa memerlukan
pembedahan.
● Penyumbatan paru-paru secara tiba-tiba yang terjadi apabila saluran darah di
paru-paru Anda terhalangi oleh gumpalan darah yang mungkin sudah
mengalir ke paru-paru dari bagian tubuh lainnya.
● Pendarahan intra-abdominal.
LI 5
Solusi pencegahan transplantasi
ilegal
KESIMPULAN
• Seorang calon donor harus kompeten untuk membuat keputusan.
Ini termasuk kemampuan untuk memahami sifat dan kemungkinan
risiko yang terlibat dalam menjadi donor.
• Calon donor harus diberi informasi yang memadai untuk membuat
keputusan donasi. Harus diberikan informasi tentang sifat dan
kemungkinan risiko dan manfaat.
• Calon donor tidak boleh dipaksa dan seharusnya diizinkan untuk
berubah pikiran tentang menjadi donor hingga saat-saat terakhir
sebelum operasi agar dapat menghormati otonomi individu
SOLUSI
• Harus menetapkan sistem transplantasi organ yang diatur, standar,
dan etis
• Menciptakan kesadaran pada dokter dan masyarakat
• Meningkatkan fasilitas dan menstandarkan perawatan medis
• Menegakkan undang-undang untuk transplantasi dan memberi
edukasi kepada pihak rumah sakit karena pada akhirnya, dokter
dan ahli bedah transplantasi memiliki tanggung jawab untuk
memastikan bahwa organ yang mereka transplantasi diperoleh
dengan menjunjung standar etika tertinggi.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai