Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

TRANSPLANTASI ORGAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

 RAHMI ( 220240014)
 JULIATI. (22024
 MELANY MARLYN (22024

KELAS : FIKES A

DOSEN PENGAJAR : RASIDAH WAHYUNI SARI, SKM, M. Kes

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE PARE

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

S1 KESEHATAN MASYARAKAT

PAREPARE 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT,pada kesempatan


ini penulis dapat merampungkan penyusunan makalah yang berjudul
“TRANSPLANTASI ORGAN” dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kita
curahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang dan sangat di nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat kelak. Penulis tentunya menyadari bahwa masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca makalah ini, agar
kedepannya dapat lebih baik lagi. Dan apabila terdapat kesalahan dari makalah
ini,penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam pembuatan
makalah ini,khususnya kepada dosen kita Ibu Rasidah Wahyuni Sari, SKM, M.
Kes yang telah membimbing kami dalam pembuatan/penyusunan makalah ini.

Parepare,23 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A.Latar Belakang....................................................................................................4

B.Rumusan Masalah...............................................................................................4

C.Tujuan dan Manfaat.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Pengertian dan tujuan transplantasi organ.....................................................5

B. Jenis jenis transplantasi organ.........................................................................5

C. .Aspek hukum dan peraturan perundangan undangan yang berkaitan dengan


transplantasi ..................................................................................................7

D. Peraturan hukum transplantasi


organ...............................................................7

E. Aspek Etik Transplantasi organ.......................................................................8

F. Aspek Hukum Pidana terrhadap pengaturan Transplantasi Organ Tubuh


Manusia di Indonesia.......................................................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A.Kesimpulan.......................................................................................................10

B.Saran..................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Transplantasi menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 1


Pasal I Ayat 5 adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh
sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau
jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Jenis-jenis transplantasi
yang umumnya terjadi adalah Autograft, yaitu pemindahan dari satu tempat
ke tempat lain dalam tubuh itu sendiri. Hal ini sering terjadi pada kasus
bedah plastik.Mengganti organ tubuh yang sakit atau rusak sama sekali
bukanlah inovasi abad modern. Jeft. E. Zhorne menyatakan bahwa sejak
awal abad ke-8 SM, para ahli bedah Hindu telah melakukan transplantasi
kulit untuk mengganti hidung yang hilang karena penyakit sifilis, perang
fisik, atau hukuman atas suatu kejahatan.
plantasi,homo transplantasi (Allotransplantasi), heterotransplantasi
adalan merupakan jenis transplantasi organ lainnya yang juga sudah dikenal
di dunia kedokteran bedah. Pada transplantasi darimanusia ke manusia
(alotransplantası), senng kali teradi penolakan.penolakan ni sebagian besar
dapat diatasi dengan penyesuaian donor dan penerima, disertai dengan
pemberian obat yang menekan respons imun. Risiko penolakan pada
xenotransplantasi lebilh berat karena perbedaan antara donor dan penerima
jauh lebih besar. Xenotransplantasi juga dapat mentransmisikan infeksi
(seperti virus) dari binatang ke manusia. Retrovirus menjadi perhatian utama
karena banyak contoh virus pindah dan satuu spesies ke spesies lain dan
saling menginfeksi.Retrovirus tidak selalu menimbulkan tanda atau gejala
penyakit yang jelas pada awalnya. Kalau ada retrovirus saat
xenotransplantasi dan menginfeksi penerima, 1a dapat menyebar dan bisa
menjadi pembawa infeksi pada populasi yang luas sebelum terjadi infeksi
nyata Kalau xenotranplantasi menjadi pilihan untuk terapi pada manusia,
maka diperlukan penelitian yang meliputi preklinik dan klinik.Transplantasi
organ di dunia kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan yang mula yang
bertujuan untuk menyehatkan'mengembalikan fungsi organ seseorang
sehingga kualitas hidup mereka meningkat.
Namun, pelaksanaanya harus didasarkan atas peraturan hukum yang
berlaku dan standar operasional prosedur yang berlaku di tiap rumah sakit
sebagai penyedia pelayanan transplantasi organ.
Kasus transplantasi organ yang sering terjadi antara lain adalah transplantasi
hati dan ginjal.Hingga Kni, dikenal dua jenis cara donor organ, yaitu lewat
organ tubuh yang didonorkan orang yang masih hidup (ortho living
transplantation OLT) dan organ tubuh orang yang sudah meninggal
(kadaver).

B.Rumusan masalah

1. Apa pengertian dan tujuan transplantasi organ ?


2. Apa saja jenis jenis transplantasi organ ?
3. Apa saja aspek hukum dan peraturan perundangan undangan Yang
berkaitan dengan transplantasi organ ?

4. Bagaimana peraturan hukum transplantasi organ ?

5. Apa saja aspek Etik transplantasi organ ?

6. Aspek Hukum Pidana Terhadap Pengaturan Transplantasi Organ Tubuh


Manusia di Indonesia

C.Tujuan dan Manfaat

a) Tujuan

Tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami tujuan transplantasi organ


dari berbagai sudut pandang yang berlaku

b) Manfaat

Manfaat dari makalah ini, baik bagi penyusun maupun pembaca dapat menjadi
sarana penambah wawasan serta pengetahuan Tentang transplantasi organ
BAB II

PEMBAHASAN

A. .Pengertian dan tujuan transplantasi organ

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, transplantasi adalah: “tindakan medis untuk


memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia yang
lain atau tubuhnya sendiri.” Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yakni ‘to
transplant’ yang berarti ‘to move from one place to another’ artinya: ‘berpindah
dari satu tempat ke tempat yang lain’.

Di dalam PP No. 18 Tahun 1981 yang dimuat dalam LN 1981 No. 23 tentang
‘Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau
Jaringan Organ Tubuh Manusia’, dirumuskan pengertian sebagai berikut:
“Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan
atau jaringan organ tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh
orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat atau jaringan organ
tubuh yang tidak berfungsi dengan baik” (Pasal 1 butir (f) PP No. 18 Tahun 1981.

Tujuan organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian


tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak
dapat berfungsi lagi. Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk
tujuan kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33
ayat 2 UU 23/ 1992).

Di Indonesia transplantasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang


memiliki kewenangan, yang melakukannya atas dasar adanya persetujuan dari
donor maupun ahli warisnya (pasal 65 ayat 1 UU No. 36/2009). Dokter yang
melakukan transplantasi adalah dokter yang bekerja di RS yang ditunjuk oleh
Menkes (pasal 11 ayat 1 PP 18/1981).

B. Jenis jenis transplantasi organ

Ratna Suprapti Samil mendefinisikan transplantasi sebagai: “pemindahan


suatu jaringan atau organ tertentu dari suatu Berdasarkan sifat pemindahan organ
atau jaringan tubuh yang dipindahkan ke tubuh yang lain, transplantasi dibedakan
atas:
1. Autograft, yaitu: Pemindahan organ jaringan atau organ dari satu tempat
ke tempat lain dalam tubuh pasien sendiri. Misalnya, operasi bibir
sumbing, misalnya dari pantatnya Atau mengalami kegagalan organ
tubuhnya dengan organ tubuh dirinya sendiri atau organ tubuh orang lain.
Di samping pertimbangan medis dan kesehatan, tranplantasi juga harus
mempertimbangkan dari segi non mempertimbangkan dari segi non medis
yakni agama, budaya, hukum, kepercayaan dan sebagainya:
2. Allograft, yaitu:Pemindahan jaringan atau organ dari tubuh ke tubuh yang
lain yang sama spesiesnya, yakni antara manusia dengan manusia.10
Transplantasi ‘allograft’ yang sering terjadi dan tingkat keberhasilannya
tinggi antara lain: transplantasi ginjal, dan kornea mata. Di samping itu
juga sudah terjadi transplantasi hati, meskipun keberhasilannya belum
tinggi.
3. Xenograft, yaitu: Pemindahan jaringan atau organ dari satu tubuh ke
tubuh lain yang tidak sama spesiesnya, misalnya anatar spesies manusia
dengan binatang. Yang sudah terjadi contohnya pencangkokan hati
manusia dengan hati baboon, meskipun tingkat keberhasilannya masih
kecil.
Menurut Nyoman Suwasti, pemindahan organ tubuh dapat terjadi dari tubuh sendiri
ke tubuh orang lain, sehingga dari sudut penerima transplantasi dapat dibedakan
menjadi:
1. Auto-transplantasi, adalah : Pemindahan suatu jaringan atau organ untuk ke
tempat lain dari tubuh orang itu sendiri.
2. Homo-transpalantasi, adalah:Pemindahan suatu organ atau jaringan dari
tubuh seseorang ke tubuh orang lain.
3. Hetero transplantasi, adalah: Pemindahan suatu jaringan atau organ dari
suatu spesies ke tubuh spesies lainnya.

Chrisdiono M. Achadiat mengatakan bahwa dalam dunia kedokteran, dikenal ada


tiga kategori transplantasi, yaitu:
1. Transplantasi autologous, yakni : Pemindahan organ tubuh dari satu bagian
tubuh ke bagian tubuh lainnya, pada orang yang sama, misalnya pemindahan
kulit paha ke tangan atau wajah. Dalam hal ini donor dan resipien adalah
orang yang sama.
2. Transplantasi homologous, yakni: Pemindahan organ tubuh dari satu orang
kepada orang lain. Donor dalam keadaan hidup ataupun dalam keadaan
sudah meninggal. Contoh transplantasi homologous dari donor yang sudah
meninggal adalah kornea mata.
3. Transplantasi heterologous, yakni:Pemindahan organ dari spesies yang
berbeda, misalnya tulang rawan hewan untuk mengganti katub jantung
manusia. Jika organ yang dipasang pada resipien adalah buatan manusia,
tidak disebut sebagai transplantasi, melainkan ‘implant’.

C. Aspek hukum dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan


dengan transplantasi organ.
Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh
dipandang
sebagai suatu usaha mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan
manusia. Dalam PP No. 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah
mayat anatomis dan transplantasi alat serta janngan tubuh manuSia,
tercantum pasal-pasal tentang transplantasi sebagai berikut :
1. Pasal-Pasal
a. Pasal 1
1) Alat tubuh manusia adalh kumpulan jarman-janngan tubuh yang
dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk sertabfaal
(fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
2) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal
(fungsi) yang sama dan tertentu.
3) Transplan tasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk
pemindahan dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh
orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan
atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
4) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan
tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan
5) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan, dan atau
denyut jantung seseorang telah berhenti.

b..Bab V Pasal 10

dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan


ketentuan-ketentuan sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (a)
dan (b), yaitu dengan persertujuan tertulis penderita dan atau keluarganya
yang terdekat setelah penderita meninggal dunia.

c..Pasal 11
1) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh mamusia hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
2) Transplantasi alat dan atau jaringan tuübuh manusia tidak boleh
dilakukan oleh dokter yang merawat atau yang mengobati donor
yang bersangkutan.
d. Pasal 12

Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan oleh 2(dua)


orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang
melakukan transplantasi.

e . Pasal 13

Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (a), Pasal 14dan


Pasal 15 dibuat di atas kertas bermeterai dengan 2(dua) orang saksi.

f Pasal 14

Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan


transplantasi atau Bank Mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,
dilakukan dengan persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.

g. Pasal 15

1) Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat atau jaringan tubuh


manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor yang
bersangkutan terlebih dahulu diberi tahu oleh dokter yang
merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai operas, akibat-
akibatnya, da kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
2) Dokter sebagamana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin
benar,bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari
sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.

h.Pasal 16

Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas
kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi

i. Pasal 17

Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia.

j.Pasal 18

Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh


manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negeri. Sebagai penjelasan
Pasal 17 dan 18, disebutkan bahwa alat dan atau jaringan tubuh manusia
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap insan tidaklah
sepantasnya dijadikan objek untuk mencari keuntungan. Pengiriman alat dan
atau jaringan tubuh manusia ke dan dari luar negeri haruslah dibatasi dalam
rangka penelitian ilmah, kerjasama dan saling menolong dalam keadaan
tertentu.

K. Pasal 20

Pelanggaran terhadap ketentuan tentang transplantasi akan diancam pidana


kurungan selama-lamanya 3bulan atau setinggi-tingginya Rp.7500, dan dapat juga
dikenai tindakan administratıt. Ancaman pidana tersebut ditetatapkan berdasarkan
ketentuan staatsblad Tahun 1927 .Nomor 1927 Nomor 346 yang menetapkan
bahwa kecuali apabila dengan Ordonnanthie ditetapkan lain, maka dalam
"peraturan pelaksanaan" dapat ditetapkan sebagai hukuman kurungan terhadap
pelanggar peraturan dan disertai barang perampasan tertentu atau tidak,bagi
pelanggaran ketentuan dalam transplantasi.

2. Undang-Undang

Undang-undang yang mengatur tentang transplantasi beserta sanksi atas


pelanggarannya juga terdapat pada UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
dan peraturan periklanan yang turut mendukung dilaksanakannya tranplantasi
organ secara baik adalah sebagai berikut:

a.UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 33:

1) Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat


dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfusi
darah, implan obat dan atau alat kesehatan serta bedah plastik dan
rekonstruksi.
2) Tranplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah
sebagamana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk
tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersil

b.UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 34:

1) Transplantasi organ dan atau jaaringan tubuh hanya dapat


dilakukan oleh nakes yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dilakukan disarana tertentu.
2) Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor
harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada
persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya.

D Pengaturan Hukum transplantasi organ


Di Indonesia pengaturan hukum transplantasi organ adalah dalam UU
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan PP No. 18/1981 tentang Bedah
Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis, serta Transplantasi Alat dan
Jaringan Tubuh Manusia. PP ini merupakan pelaksanaan dari UU No. 9/1960
tentang Pokok-pokok Kesehatan, yang telah dicabut.

E. Aspek Etik transplantasi organ

segi etik kedokteran, tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi,

berlandaskan beberapa pasal dalam KODEKI, yaitu

1. Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut


ukuran tertinggi.
2. Pasal 10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya
melindungi hidup insani.
3. Pasal 11. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita.

Selain di atas menurut beberapa sumber cara berpikir tentang masalah-masalah


etis yang menyangkut transplantasi adalah :

A . Menbenarkan bahwa orang yang masih hidup memberikan sebuah organ kepada
orang lain. Dalam konteks ini ada tiga alasan untuk membenarkan pemberian organ:

1. Kewajiban berbuat baik yang menuntut bahwa kita membantu orang lain,
jika risiko bagi kita sendiri tidak seberapa;
2. Manfaat yang diperoleh si resipien dari segi usia dan kualitas kehidupan
3. Risiko-risiko terbatas yang dialami oleh sang donor.

B. James Nelson menyebutkan lima prinsip yang masih tetap berlaku sebagai cara
untuk mengevaluasi suatu transplantasi tertentu:

1. Transplantasi merupakan upaya terakhir.


2. Maksud pernyataan pertama adalah kesehatan pasien (bersifar klinis dan
bukan eksperimental)
3. Persetujuan dengan prosedur haruslah bebas dan berdasarkan informasi.
4. Perlindungan terhadap yang tidak bersalah
5. Proporsionalitas. Manfaat yang dibawakan prose dur, harus mengimbangi
risiko dan biaya. Kriterium ini tidak saja memperhatikan kualitas kehidupan,
tapi juga mempertimbangkan juga fisibilitas medis.
E . Aspek Hukum Pidana Terhadap Pengaturan Transplantasi Organ Tubuh
Manusia di Indonesia

BbbSecara medis, maka masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan


teknologi transplantasi semakin dapat diatasi oleh para pakar medis, namun
masalah-masalah etis dan yurudis tampaknya tidaklah demikian mudah untuk dapat
diselesaikan dengan mudah dan tuntas. Masalahmasalah tersebut antara lain
berkaitan dengan:

 Resipien (penerima organ tubuh);


 Donor (pemberi organ tubuh);
 Hal persetujuan.

1. Resipien (penerima organ tubuh)

Manusia normal mempunyai dua buah ginjal, satu di pinggang kiri dan satu di
pinggang kanan. Tuhan telah menciptakan sedemikian rupa sehingga walaupun
hanya satu ginjal yang dimiliki, manusia masih dapat hidup dan bekerja
sebagaimana biasanya. Tetapi bila keduanya rusak, maka ia terancam kematian.
Salah satu pilihan pengobatannya adalah dengan haemodialisis (cuci darah). Hal ini
memerlukan biaya yang tidak sedikit atau sangat mahal, di samping penderita
menajdi sangat tergantung pada mesin cuci darah tersebut.

Resipien/penerima biasanya berada dalam suatu posisi yang menguntungkan


karena bila transplantasi ginjal tadi tidak berhasil dalam artian bila ginjal donor
tersebut tidak sesuai atau ditolak oleh sistem kekebalan tubuh resipien, pasienpasien
masih dapat hidup melalui haemodialisis seperti biasa.

J.E. Murray, sampai saat ini keberhasilan transplantasi ginjal sudah mencapai
delapan puluh persen lebih sehingga secara etis dapat diterima. Berdasarkan Pasal
64 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa: ’penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh ....’, dengan demikian secara yuridis pun hal melakukan
transplantasi dapat diterima.

.2. Donor (pemberi organ tubuh manusia)

Menurut Kartono Mohamad, hanya ada tiga jenis transplantasi organ yang dapat
diambil dari donor hidup (living donor) yaitu: transplantasi ginjal, kulit dan sumsung
tulang. Jadi transplantasi organ lainnya seperti kornea mata, jantung, paruparu,
diambil dari donor mati (cadaver).

Sebenarnya pengambilan organ yang berasal dari donor hidup seperti ginjal,
sebenarnya tidak bertentangan dengan tujuan ilmu kedokteran ialah penyembuhan,
sedangkan pengambilan organ tubuh yang sehat sebenarnya berlawanan dengan
penyembuhan.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Transplantasi menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 1 Pasal


I Ayat 5 adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri
dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik. Jenis-jenis transplantasi yang umumnya terjadi
adalah Autograft, yaitu pemindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh
itu sendiri. Hal ini sering terjadi pada kasus bedah plastik.Mengganti organ tubuh
yang sakit atau rusak sama sekali bukanlah inovasi abad modern. Jeft. E. Zhorne
menyatakan bahwa sejak awal abad ke-8 SM, para ahli bedah Hindu telah
melakukan transplantasi kulit untuk mengganti hidung yang hilang karena
penyakit sifilis, perang fisik, atau hukuman atas suatu kejahatan.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, transplantasi adalah: “tindakan medis untuk


memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia yang
lain atau tubuhnya sendiri.” Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yakni ‘to
transplant’ yang berarti ‘to move from one place to another’ artinya: ‘berpindah
dari satu tempat ke tempat yang lain’.

Di dalam PP No. 18 Tahun 1981 yang dimuat dalam LN 1981 No. 23 tentang
‘Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau
Jaringan Organ Tubuh Manusia’, dirumuskan pengertian sebagai berikut:
“Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan
atau jaringan organ tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh
orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat atau jaringan organ
tubuh yang tidak berfungsi dengan baik” (Pasal 1 butir (f) PP No. 18 Tahun 1981.

B.saran

Bagi Masyarakat Selalu berusaha meningkatkan dan mengembangkan


pengetahuan tentang

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat. M. Chrisdiono, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam


Tantangan Zaman, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC, Jakarta, 2007.

Fuady, Munir., Sumpah Hippocrates (Aspek Hukum Malpraktek Dokter), Citra


Aditya Bakti, Bandung, 2005,

Guwandi, J., Hukum Medik (Medical Law), FK-UI, Jakarta, 2004.

Handayani, Trini., Fungsionalisasi Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Organ


Tubuh Manusia, Mandar Maju, Bandung, 2012.

Isfandyarie, Anny., Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter, Prestasi
Pustaka Publisher, Jakarta, 2006.

Machmud, Syahrul., Penegakan Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter


Yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Mandar Maju, Bandung,

Marpaung, Leden., Azas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,

2005.

Notoatmodjo, Soekidjo., Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,


2010.
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, UU No. 21 Tahun 2007,

Anda mungkin juga menyukai