Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia kedokteran timur maupun barat, pada umumnya diyakini bahwa setiap
penyakit ada obatnya. Ada penyakit yang dapat diobati dengan hanya pemberian obat yang
sederhana, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan yang relatif rumit, seperti transplantasi
organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian organ tubuh
pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang lain.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada pasien
gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan pesat.
Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ, penemuan obat-obatan anti
penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan dapat ditransplantasikan.
Dalam beberapa kepustakaan disebutkan bahwa transplantasi organ sudah dilakukan
sejak tahun 600 SM, dimana saat itu Susruta dari India telah melakukan transplantasi kulit.1,2
Gereja Katolik mencatat pada abad ke 3, seorang pastur melakukan transplantasi kaki pada
seorang umatnya dengan kaki dari jenazah seorang Ethiopia.3 John Hunter (1728-1793) dianggap
sebagai pioneer dalam bedah eksperimental termasuk transplantasi atas keberhasilannya dalam
membuat kriteria teknik bedah untuk menghasilkan jaringan transplantasi yang tumbuh di tempat
yang baru. Seiring dengan ditemukannya golongan darah sistem ABO dan Rhesus oleh Wiener
dan Landsteiner pada abad ke 20, angka keberhasilan transplantasi mengalami peningkatan.2,6
Menurut data dari WHO tranplantasi organ telah dilakukan di 91 negara di dunia. Pada
tahun 2005 ada sekitar 66.000 ribu transplantasi ginjal, 21.000 transplantasi hati, dan 6000
transplantasi ginjal dilakukan diseluruh dunia.3 di China, pada tahun 1999 tercatat hanya 24
transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78. Jumlah tersebut semakin
meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali transplantasi. Sedangkan menurut laporan dari Mayo
Clinic lebih dari 101,000 orang tengah menanti untuk operasi transplantasi organ tubuh, dan dari
jumlah tersebut setiap tahunnya meningkat terus, dan ironisnya tidak semua orang yang
membutuhkan donor tersebut akan mendapatkan donor sebagaimana yang diharapkan. Setiap
harinya 19 orang meninggal dalam penantian untuk mendapatkan donor organ.4
Di Indonesia menurut Usul Majadi Sinaga dalam pidato pengukuhan guru besarnya di
Universitas Sumatera Utara mengatakan ada lebih 100.000 orang penderita gagal ginjal di
Indonesia, yang membutuhkan donor ginjal.5 Sedangkan Menteri Kesehatan Dr dr Endang
Rahayu Sedyaningsih sebagaimana dikutip dari harian Kompas Senin 15 Maret 2010, lebih dari
600 orang membutuhkan cangkok hati di Indonesia.
Transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan
pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh
ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi
ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima dengan organ
lain yang masih berfungsi dari donor .6

Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
Walaupun transplantasi organ dan atau jaringan tersebut telah lama dikenal dan hingga
dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat
dilakukan begitu saja karena masih harus dipertimbangkan dari segi nonmedik, yaitu dari segi
agama, hukum, budaya, etika, dan moral. Karena itu diperlukan kerja sama yang saling
mendukung antara pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka
masyarakat), dengan pemerintah dan swasta.1

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan transplantasi organ?
2. Apa jenis transplantasi organ?
3. Bagaimana aspek hukum yang mengatur tentang pelaksanaan transplantasi organ tubuh
manusia di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mengetahui aspek medikolegal transplantasi organ tubuh manusia.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui definisi transplantasi organ tubuh manusia.
b. Mengetahui jenis-jenis transplantasi.
c. Mengetahui aspek hukum transplantasi organ tubuh manusia.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Transplantasi Organ


A. Definisi
Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transpalntasi tidak dapat
dihindari dalam menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan keberhasilan teknik
transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya
keterampilan dokter – dokter dalam melakukan transplantasi, upaya transplantasi mulai
diminati oleh para penderita dalam upaya penyembuhan yang cepat dan tuntas. Untuk
mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penembuhan suatu penyakit tidak
dapat bagitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama, hukum,
atau social budaya ikut mempengaruhinya.
Transplantasi berasal dari bahasa Inggris to transplant, yang berarti to move from
one place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain.Adapun pengertian
menurut ahli ilmu kedokteran, Transplantasi ialah pemindahan jaringan atau organ dari
tempat yang satu ke tempat lainnya. Yang dimaksud Jaringan disini ialah kumpulan sel-
sel (bagian terkecil dari individu) yang sama dan mempunyai fungsi tertentu. Yang
dimaksud dengan Organ ialah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda
sehingga merupakansatu kesatuan yang mempunyai fungssi tertentu, seperti jantung, hati,
dan lain-lain. (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil Muktamar NU, HL. 484)
Transplantasi adalah perpindahan sebagian atau seluruh jaringan atau organ dari
satu individu pada individu itu sendiri atau pada individu lainnya baik yang sama maupun
berbeda spesies. Saat ini yang lazim di kerjakan di Indonesia saat ini adalah pemindahan
suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga
menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian
organ dari satu tubuh ke tubuhyang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di
tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak
berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. 1,2
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, transplantasi adalah
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal
dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti
jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.2
Donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan atau jaringan tubuhnya
kepada orang lain untuk tujuan kesehatan. Donor organ dapat merupakan organ hidup
ataupun telah meninggal. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan
atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri.2 Transplantasi
organ dapat dikategorikan sebagai ‘life saving’ sedangkan transplantasi jaringan
dikategorikan sebagai ‘life enhancing’.3

B. Tujuan
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian
tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat
berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama (auto
transplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar spesies yang
berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium
terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi menanggung beban
karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu penyakit. Pasal 64 UU No 36 tahun
2009 menyatakan bahwa transplantasi merupakan salah satu pengobatan yang dapat
dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan dan
tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (Pasal 64 ayat 2UU No 36 tahun 2009).
Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuh merupaka
anugerah Tuhan YME sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk mencari
keuntungan atau komersial.

C. Teknik dan Komplikasi Transplantasi Organ


Transplantasi bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang
yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Hal-hal yang terkait dengan
prosedur dan akibat Transplantasi adalah:
1. Pre Transplantasi
a. Persiapan dan Evaluasi Pasien
Persiapan dan evaluasi pasien yang ekstensif sangat penting setiap
transplantasi organ, jaringan, sel tertentu memiliki prosedur sendiri-sendiri yang
akan dijelaskan kemudian, akan tetapi secara umum yang harus dilakukan adalah:
• Riwayat dan pemeriksaan fisik yang lengkap.
• Evaluasi terhadap kekuatan psikologis dan emosi .
• Pemeriksaan dengan CT (computed tomography) scan atau MRI (magnetic
resonance imaging)
• Test jantung dengan electrocardiogram (EKG) atau echocardiogram
• Periksa paru-paru dengan photo dada (x-ray) dan pulmonary function tests
(PFTs)
• Konsultasi dengan ahli lain dalam team transplantasi misalnya dengan dokter
gigi, maupun dokter gizi .
• Test darah lengkap, hitung darah, kimiadarah dan skrinning terhadap viruses
like hepatitis B, CMV, and HIV
• Human LeukocyteAntigen(HLA)

b. Pencarian donor yang sesuai


Mengidentifikasi siapa yang akan menjadi donor utama setelah melalui
proses pencocokan donor. Pencarian donor yang cocok berguna untuk mengurangi
beratnya penolakan dari tubuh resipien terhadap organ yang didonorkan, maka
sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki kesesuaian yang
semaksimal mungkin. ABO dan HLAnya.
2. Saat operasi transplantasi berlangsung
a. Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan Setiap operasi apapun selaku
memiliki resiko. Resiko dapat diminimalkan dengan
b. Pemakaian obat-obat immunosupresanyang poten Pencangkokan organ, jaringan
maupun sel merupakan suatu proses yang rumit. Dalam keadaan normal, sistem
kekebalan akan menyerang dan menghancurkan jaringan asing (keadaan ini
dikenal sebagai penolakan transplantasi). Antigenadalah zat yang dapat
merangsang terjadinya suatu reaksi kekebalan, yang ditemukan pada permukaan
setiap sel di tubuh manusia. Jika seseorang menerima jaringan dari donor, maka
antigen pada jaringan yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan
kepada tubuh resipien bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing. Selain
kesamaan golongan darah yang hal lain yang penting adalah human leukocyte
antigen(HLA) merupakan antigen yang paling penting pada pencangkokan
jaringan. Semakin sesuai antigen HLAnya, maka kemungkinan besar
pencangkokan akan berhasil.
3. Pasca Operasi
a. Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien (hyperacute, acute or
chronic) Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi jika sistem kekebalan resipien
tidak dikendalikan, maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak. Penolakan
biasanya terjadi segera setelahorgan dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru
tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan bisa
bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif
meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak
jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam,
menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
Penemuan obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan telah meningkatkan
angka keberhasilan pencangkokkan. Tetapi obat tersebut juga memiliki resiko.
Pada saat obat menekan reaksi sistem kekebalan terhadap organ yang
dicangkokkan, obat juga menghalangi perlawanan infeksi dan penghancuran
benda asing lainnya oleh sistem kekebalan. Penekanan sistem kekebalan yang
intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada minggu-minggu pertama setelah
pencangkokkan atau jika terlihat tanda-tanda penolakan. Berbagai jenis obat bisa
bertindak sebagai immunosupresan adalah :
• Cyclosporins (Neoral, Sandimmune, SangCya). Obat ini bekerja dengan cara
menghambat aktivasi T-cell, sehingga mencegah T-cells dari serangan organ
yang ditransplantasikan.
• Azathioprines (Imuran). Obat ini mengganggu sinstesis dari DNA dan RNA
termasuk juga dari pembagian cell.
• Monoclonal antibodies, termasuk basiliximab (Simulect), daclizumab
(Zenpax), dan muromonab (Orthoclone OKT3). Obat ini bekerja dengan cara
menghambat penyatuan interleukin-2, yang akan melambatkan produksi T-cells
dalam pasien imune sistem.

Disamping itu dapat terjadi infeksidan sepsisakibat dari obat


immunosuppressantdrugs yang diperlukan untuk menekan penolakan, kemudian
kelainan Post-transplant lymphoproliferative(bentuk dari lymphomaakibat dari
immunesuppressants), juga terjadi ketidak seimbangan elektrolite termasuk
including kalsium and fosfate yang dapat menimbulkan masalahdiantaranya pada
tulang. Juga mungkin terjadi Efek lainnya gangguan pencernaan, meradang dan
bernanahnya pencernaan dan esophagus, hirsutism(pertumbuhan rambut tidak
terkendali pada pria), hair loss, kegemukan, jerawatan, diabetes mellitus type 2,
hypercholesterolemia, dan lainnya.
b. Kematian.
Akibat penekanan anti penolakan maka menyebakan penurunan kekebalan
tubuh yang berakibat dapat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga
menimbulkan dapat menimbulkan komplikasi hingga berakibat kematian.

C. Tenaga Kesehatan yang Berwenang


Di Indonesia transplantasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kewenangan, yang melakukannya atas dasar adanya persetujuan dari donor
maupun ahli warisnya (pasal 34 ayat 1 UU No. 23/1992). Karena transplantasi organ
merupakan tindakan medis, maka yang berwenang melakukannya adalah dokter. Dalam
UU ini sama sekali tidak dijelaskan kualifikasi dokter apa saja yang berwenang. Dengan
demikian, penentuan siapa saja yang berwenang agaknya diserahkan kepada profesi
medis sendiri untuk menentukannya.
Secara logika, transplantasi organ dalam pelaksanaannya akan melibatkan
banyak dokter dari berbagai bidang kedokteran seperti bedah, anestesi, penyakit dalam,
dll sesuai dengan jenis transplantasi organ yang akan dilakukan. Dokter yang
melakukan transplantasi adalah dokter yang bekerja di RS yang ditunjuk oleh Menkes
(pasal 11 ayat 1 PP 18/1981). Untuk menghindari adanya konflik kepentingan, maka
dokter yang melakukan transplantasi tidak boleh dokter yang mengobati pasien (pasal
11 ayat 2 PP 18/1981)

E. Syarat Pelaksanaan Transplantasi


Pada transplantasi organ yang melibatkan donor organ hidup, pengambilan organ
dari donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan. Pengambilan
organ baru dapat dilakukan jika donor telah diberitahu tentang resiko operasi, dan atas
dasar pemahaman yang benar tadi donor dan ahli watis atau keluarganya secara sukarela
menyatakan persetujuannya (pasal 32 ayat 2 UU No. 23/1992). Syarat dilaksanakannya
transplantasi adalah:
1. Keamanan : tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima organ. Secara
umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga kesehatan, kelengkapan sarana dan
alat kesehatan.
2. Voluntarisme : transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa dilakukan jika
telah ada persetujuan dari donot dan ahli waris atau keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU
No. 23/1992). Sebelum meminta persetujuan dari donor dan ahli waris atau
keluarganya, dokter wajib memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada
donor (pasal 15 PP 18/1981).

F. Klasifikasi Transplantasi
Dilihat dari segi mana transplantasi diperoleh, maka dapat dibedakan sbb :
a. Pencangkokan organ tubuhnya sendiri (ototransplantasi), artinya organ yang
dicangkokan dari tubuhnya sendiri, seperti mengambil kulit kepala atau paha untuk
dipindahkan ke tangan dsb.
b. Pencangkokan organ tubuh manusia yang satu kepada manusia yang lainnya.
c. Pencangkokan tubuh hewan kepada manusia (heterotransplantasi), seperti dari
simanse kepada manusia.
Mengenai pencangkokan tubuh manusia yang satu kepada manusia yang lainnya dapat
diklasifikasikannya menjadi 3 (tiga) tipe :
a. Donor dalam keadaan hidup sehat.
b. Donor dalam keadaan hidup koma.
c. Donor dalam keadaan mati.
Sedangkan pencangkokan dari organ tubuh hewan dapat dibedakan menjadi
a. Hewan yang najis.
b. Hewan yang suci.
Dilihat dari segi dasar motif transplantasi dapat dibedakan :
a. Penyembuhan penyakit kronis yang mengancam jiwa.
b. Pemulihan cacat tubuh / praktek kedokteran.
c. Hanya ingin memperoleh kenikmatan dan pemuasan individual semata.
Melihat dari pengertian diatas, kita bisa membagi transplantasi itu pada 2 (dua) bagian :
1. Transplantasi Jaringan, seperti pencangkokan cornea mata.
2. Transplantasi Organ, seperti pencangkokan ginjal, jantung dan sebagainya.
Melihat dari hubungan genetik antara donor (pemberi jaringan atau organ yang
ditransplantasikan) dan resipien (orang yang menerima pindahan jaringan atau organ),
ada 3 (tiga) macam pencangkokan, yaitu :
1. Auto Transplantasi, yaitu transplantasi dimana donor resipiennya satu individu.
Seperti seorang yang pipinya dioperasi, untuk memulihkan bentuk, diambilkan
daging dari bagian badannya yang lain dalam badannya sendiri.
2. Homo Transplantasi, yakni dimana transplantasi itu si donor dan resipiennya
individu yang sama jenisnya, (jenis disini bukan jenis kelamin, tetapi jenis
manusia dengan manusia). Pada homo transplantasi ini bisa terjadi donor dan
resipiennya dua individu yang masih hidup; bisa juga terjadi antara donor yang
telah meninggal dunia yang disebut cadaver donor, sedang resipien masih hidup.
3. Hetero Transplantasi, yaitu donor dan resipiennya dua individu yang berlainan
jenisnya, seperti transplantasi yang donornya adalah hewan sedangkan
resipiennya manusia. (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil
Muktamar NU, HL. 484).
Pada kasus auto transplantasi hampir selalu tidak pernah mendatangkan reaksi
penolakan, sehingga jaringan atau organ yang ditransplantasikan hampir selalu dapat
dipertahankan oleh resipien dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pada homo transplantasi dikenal adanya 3 (tiga) kemungkinan :
1. Apabila resipien dan donor adalah saudara kembar yang berasal dari
satu telur, maka transplantasi hampir selalu tidak menyebabkan reaksi
penolakan. Pada golongan ini hasil transplantasinya serupa dengan hasil
transplantasi pada auto transplantasi.
2. Apabila resipien dan donor adalah saudara kandung atau salah satunya
adalah orang tuanya, maka reaksi penolakan pada golongan ini lebih besar
daripada golongan pertama, tetapi masih lebih kecil daripada golongan
ketiga.
3. Apabila resipien dan donor adalah dua orang yang tidak ada hubungan
saudara, maka kemungkinan besar transplantasi selalu menyebabkan
reaksi penolakan.
Pada waktu sekarang homo transplantasi paling sering dikerjakan dalam klinik,
terlebih-lebih dengan menggunakan cadaver donor, karena :
1. Kebutuhan organ dengan mudah dapat dicukupi, karena donor tidak
sulit dicari.
2. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, terutama
dalam bidang immunologi, maka reaksi penolakan dapat ditekan
seminimal mungkin.
Pada hetero transplantasi hampir selalu menyebabkan timbulnya reaksi penolakan
yang sangat hebat dan sukar sekali diatasi. Maka itu penggunaannya masih terbatas pada
binatang percobaan. Tetapi pernah diberitakan adanya percobaan mentransplantasikan
kulit babi yang sudah di-iyophilisasi untuk menutup luka bakar yang sangat luas pada
manusia. Sekarang hampir semua organ telah dapat ditransplantasikan, sekalipun
sebagian masih dalam taraf menggunakan binatang percobaan, kecuali otak, karena
memang tehnisnya sulit. Namun demikian pernah diberitakan bahwa di Rusia sudah
pernah dilakukan percobaan mentransplantasikan “kepala” pada binatang dengan hasil
baik. (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil Muktamar NU, HL. 484-485).

MACAM-MACAM DONOR TRANSPLANTASI


1. TRANSPLANTASI AUTOLOGUS, yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam
tubuh itu sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.
2. TRANSPLANTASI ALOGENIK, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama
spesiesnya, baik ada hubungan keluarga atau tidak.
3. TRANSPLANTASI SINGENIK, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang
identik, misalnya pada kasus kembar identik.
4. TRANSPLANTASI XENOGRAFT, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang
tidak sama spesiesnya.

2.2. Aspek Medikolegal Transplantasi Organ


1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 64
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui
transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan,
bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

Pasal 65
(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan
pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat
dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.

Pasal 67
(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman spesimen
atau bagian organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Pasal 68
(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan pemasangan implan
obat dan/atau alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 192
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh
dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

2. UU No 44 Tahun 2009

3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis,


Bedah Mayat Anatomis dan Transplantasi Alat Kerja serta Jaringan Tubuh
Manusia
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 tentang bedah mayat
klinis, bedah mayat anatomis dan transplantasi alat kerja serta jaringan tubuh manusia,
tercantum pasal-pasal tentang transplantasi sebagai berikut:

Pasal 1
a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh
beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh
tersebut.
b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang
sama dan tertentu.
c) Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka
pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi
dengan baik.
d) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada
orang lain untuk keperluan kesehatan.
e) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang
berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan, dan atau denyut jantung seseorang
telah berhenti.
Ayat yang di atas mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas, karena itu
IDI dalam seminar nasionalnya telah mencetuskan fatwa tentang masalah mati yang
dituangkan dalam SK PB IDI No. 336/PB IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988 yang
disusul dengan SK PB IDI No. 231/PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut dinyatakan
bahwa seseorang dikatakan mati, bila fungsi spontan pernapasan dan jantung telah
berhenti secara pasti (irreversibel), atau terbukti telah terjadi kematian batang otak.
Selanjutnya dalam PP di atas terdapat pasal-pasal berikut:

Pasal 10
Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan huruf b, yaitu
harus dengan persetujuan tertulis penderita dan/ atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia.

Pasal 11
a. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang ditunjuk oleh menteri kesehatan.
b. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan
oleh dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.

Pasal 12
Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan oleh dua orang dokter
yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.

Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a, pasal 14 dan pasal15 dibuat
di atas kertas berm aterai dengan 2 orang saksi.

Pasal 14
Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau Bank
Mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis
keluarga yang terdekat.

Pasal 15
a. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan tubuh
manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih
dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan
mengenai operasi, akibat-akibatnya, dan kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi.
b. Dokter sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 harus yakin benar, bahwa
calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari
pemberitahuan tersebut.

Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas kompensasi material apapun
sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjualbelikan alat atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke
dan dari luar negeri. Sebagai penjelasan pasal 17 dan 18, disebutkan bahwa alat dan atau
jaringan tubuh manusia sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap insan tidaklah
sepantasnya dijadikan objek untuk mencari keuntungan. Pengiriman alat dan atau jaringan tubuh
manusia ke dan dari luar negeri haruslah dibatasi dalam rangka penelitian ilmiah, kerjasama dan
saling menolong dalam keadaan tertentu.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 Tentang


Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor.

Pasal 16
(1) Penyelenggaraan pemanfaatan organ donor dilakukan dengan penerapan dan penapisan
teknologi kesehatan.
(2) Penerapan dan penapisan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
norma agama, moral, dan etika.
(3) Pemanfaatan organ donor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah donor
dinyatakan mati batang otak.
(4) Selain organ sebagaimana dimaksud ayat (1) pemanfaatan dapat dilakukan dalam bentuk
jaringan dan/atau sel.

Pasal 17
(1) Organ yang berasal dari mayat dapat diperoleh atas persetujuan calon donor sewaktu masih
hidup.
(2) Tata cara pelaksanaan donor organ dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

4.
4. Aspek Agama
a. Transplantasi Menurut Islam
Pandangan 5 (lima) agama di Indonesia tentang Transplantasi Organ pada
umumnya “diperbolehkan” dan sangat dianjurkan, karena merupakan sumbangan
kemanusiaan yang sangat terpuji dan merupakan wujud kasih sayang sesama manusia.

b. Transplantasi Menurut Kristen


Hal itu tertulis dalam Kitab Matius 22 : 38-39:
“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap akal budimu. Kasihilah
sesama manusia seperti dirimu sendiri”.
Transplantasi Menurut Kristen
Pada umumnya Gereja memperkenankan transplantasi organ tubuh, adalah Injil
Kehidupan, menurut pandangan Iman Kristen transplantasi organ merupakan salah satu
bentuk perbuatan yang terpuji karena dapat membantu orang yang kesehatan tubuhnya
terganggu atau sakit dan juga ingin menyelamatkan jiwa seseorang. Apabila donor organ
tubuh adalah seorang yang telah meninggal dunia, maka tidak timbiul masalah normal.
Seorang yang mungkin berkehendak untuk mendonorkan tubuhnya dan
memperuntukkannya bagi tujuan-tujuan yang berguna, yang secara moral tidak bercela
dan bahkan luhur dan punya keinginan untuk menolong orang yang sakit dan menderita
maka keputusan ini tidak dikutuk melainkan dibenarkan. Kaitan transplantasi organ
menurut Firman Tuhan :
Kejadian 2 : 21 – 22 , lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak,
ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup
tempat itu dengan daging.

c. Transplantasi Menurut Katolik


Pencangkokan ditegaskan Paus Yohanes Paulus I pada September 1978 :
Mendonorkan anggota tubuh setelah meninggal adalah sumbangan kemanusiaan
yang mulia dalam rangka memperbaiki dan memperpanjang hidup sesamanya. Katolik
melihat organ jaringan donasi / sebagai tindakan amal dan cinta. Transplantasi secara
moral dan etis dapat diterima oleh Vatikan.
d. Transplantasi Menurut Hindu
Tertulis dalam kitab Dharma Sastra Sarasamuccaya, antara lain Saras III. 39 :
Sudah menjadi hukum keluarga bahwa saat kematian telah tiba tinggallah jasmani
yang tidak berguna dan pasti dibuang. Maka itu, berusahalah berbuat berdasarkan darma
sebagai sahabatmu untuk mengantarkan engkau ke dunia bahagia kekal.
Menurut ajaran Hindu transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan dengan alasan,
bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar dia bebas dari
penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama,
mulia dan luhur, dari keutuhan organ tubuh manusia yang telah meninggal. Tetapi sekali
lagi, perbuatan ini harus dilakukan diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas
tanpa pamrih dan bukan dilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan material.
Prinsip kesadaran utama yang diajarkan dalam agama Hindu adalah bahwa badan
identitas kita yang sesungguhnya bukanlah badan jasmani ini, melainkan adalah
Jiwatman (roh). Badan jasmani merupakan benda material yang dibangun dari lima zat
(Panca Maha bhuta) dan akan hancur kembali menyatu ke alam makrokosmos dan tidak
lagi mempunyai nilai guna. Sedangkan Jiwatman adalah kekal, abadi, dia tidak mati pada
saat badan jasmani ini mati, senjata tidak dapat melukaiNya, api tidak bisa
membakarNya, angin tidak bisa mengeringkan-Nya dan air tidak bisa membasahi-Nya.
Dari sudut pandang Agama Hindu transplantasi organ tubuh manusia
diperkenankan dengan dasar alasan kemanusiaan secara sukarela untuk menolong nyawa
manusia lain, yang tidak diperkenankan menjadikan organ tubuh manusia sebagai objek
jual beli secara komersial. Tindakan transplantasi harus didahului dengan serangkaian
prosedur yang harus dilalui oleh pasien, selain prosedur test kesehatan terdapat prosedur
yang wajib dilakukan oleh pasien yaitu membuat persetujuan secara tertulis tentang
kesediannya menjalani transplantasi organ. Agama Hindu tidak melarang umatnya untuk
melaksanakan transplantasi organ tubuh dengan dasar yajna (pengorbankan tulus iklas
dan tanpa pamrih) untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia.
Transplantasi sebagai salah satu bentuk pelaksanaan ajaran Panca Yajna terutama
Manusa Yajna serta disesuaikan dengan adat desa setempat karena Agama Hindu sangat
fleksibel dan mengikuti perkembangan zaman.

e. Transplantasi Menurut Budha


Berdana berupa organ merupakan Dana Paramita, yang dapat meningkatkan nilai
kehidupan manusia di dalam kehidupan yang akan datang.

Transplantasi Menurut Hukum Positif


Aspek hukum Transplantasi organ Pengaturan mengenai transplantasi organ dan atau
jaringan tubuh manusia telah diatur dalam hukum positif di Indonesia. Dalam UU No. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan bagi pelaku pelanggaran baik yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan dan dalam Pasal 81 ayat (1)a, Pasal 81 ayat (2)a, Pasal 80 ayat (3), dan sanksi
administratif terhadap pelaku pelanggaran yang melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan
tubuh manusia yang diatur dalam Pasal 20 ayat (2) PP No. 81 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat
Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang, yang berisi ketentuan mengenai jenis perbuatan dan sanksi pidana
bagi pelaku yang terdapat dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 11, Pasal 13,
dan Pasal 17, dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling sedikit Rp. 120.000.000, (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 600.000.000, (enam ratus juta rupiah).

ASPEK ETIKA
Donasi dan Transplantasi dipandang dari Sudut Etika
Sebagaimana disebutkan diatas dalam transplantasi dibutuhkan dua pihak yaitu pemberi
donor dan penerima donor. Pemberi donor bisa digolongkan kedalam donor hidup dan donor
mati. Donor hidup dapat berasal dari keluarga dan non keluarga. Akan tetapi dalam
perkembangannya saat ini dimana kemiskinan dan tingginya tingkat kebutuhan akan organ
menyebabkan timbulnya donor komersial yaitu orang yang memberikan organnya dengan
imbalan uang.
Transplantasi dipandang dari sudut Etika harus dipertimbangkan dari sudut 4 (empat)
prinsip dasar Biomedikal Etik yaitu :
1. Hormat pada Otonomi (Respect for autonomy)
Bahwa mendonorkan organ merupakan perbuatan mulia. Keputusan untuk
mendonorkan organ merupakan keputusan (otonomi pendonor) yang diputuskansendiri
tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
2. Tidak berbuat jahat atau membahayakan (Non Malefincence)
Setiap operasi transplantasi yang dijalankan selalu mengandung resiko. Donor
harus diberi penjelasan mengenai resiko yang akan apabila melakukan pendonoran.
Mempersiapkan team dokter yang mumpuni dibantu dengan teknologi yang memadai
dapat meminimalkan resiko kegagalan operasi. Untuk operasi transplantasi ginjal
(nephretocmy) tingkat kegagalan yang dilaporkan sekitar 0,03%.
3. Berbuat kebaikan (Beneficence)
Prinsip berbuat kebaikan mendikte kita untuk berbuat baik kepada orang lain,
terutama apabila tidak terkandung resiko bagi si pemberi kebaikan. Dalam hal
tranplantasi organ tujuan kebaikan tersebut dapat hilang apabila lebih tinggi resikonya.

4. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dalam Donasi dan Transplantasi Organ lebih relevan terhadap
alokasi organ, yang menyangkut kepada perlakuan yang adil, sama dan sesuai dengan
kebutuhan pasien yang tidak terpengaruh pada faktor lain.
Terkait dengan rasa keadilan tersebut dalam alokasi Donasi dan Transplantasi
Organ menimbulkan isu etika sebagai berikut:
a. Tahap I : Kekurangan Organ
b. Tahap II : Donor Organ

BAB III
PENUTUP
Transplantasi merupakan salah satu pilihan terapi yang sedang berkembang pesat.
Organ untuk transplantasi dapat diambil dari donor hidup atau donor jenazah dengan
mempertimbangkan keuntungan dan kekurangan dari masing masing jenis donor . Saat ini,
kendala terbesar dalam pelaksanaan transplantasi baik di dunia maupun di Indonesia adalah
kurangnya organ donor yang kemudian melahirkan permasalahan komersialisasi organ.
Penggunaan donor jenazah adalah salah satu bentuk upaya untuk mengatasi
kekurangan organ. Sayangnya, implementasi medikolegal transplantasi organ dengan donor
jenazah di Indonesia hingga saat ini masih kurang. Penelitian ini dilakukan di 2 Rumah
Sakit di Semarang yang tercatat pernah melakukan transplantasi ginjal dengan donor hidup,
namun hanya salah satunya yang pernah menjalankan transplantasi kornea dari donor
jenazah.
Hambatan yang ditemui dari aspek medis dapat dibagi menjadi hambatan yang ditemui
dari pihak dokter atau Rumah Sakit sebagai penyelenggara dan dari pihak pasien sebagai
pihak penerima. Hambatan dari pihak penyelenggara adalah kekurangan sumber daya
manusia yang kompeten, kurangnya fasilitas, serta kurang aktifnya dokter dalam
mensosialisasikan transplantasi organ dari donor jenazah kepada pasien. Solusi untuk
masalah ini adalah dengan pengadaan atau pengikutsertaan tim dokter dalam pelatihan
khusus, pengupayaan penyediaan fasilitas, permintaan bantuan dana kepada Pemerintah yang
akan mampu mendorong kepercayaan diri dokter untuk lebih giat mensosialisasikan perihal
transplantasi organ dengan donor jenazah.
Sedangkan hambatan dari pihak pasien adalah kuatnya paradigma yang menyatakan
bahwa seharusnya jenazah dikebumikan dalam keadaan utuh serta kurangnya kesadaran
akan arti penting sebuah organ bagi kehidupan manusia lainnya. Untuk hambatan dari aspek
hukum adalah inkonsistensi dasar hukum yang menjadi acuannya sehingga perlu dibentuk
Peraturan Pemerintah yang baru mengikuti Undang-Undang yang saat ini berlaku berserta
Permenkes yang mengikutinya serta sosialisasi kepada dokter dan Rumah Sakit, dan masarakat
umum. Selain itu, perlu juga dibentuk peraturan perundangan yang mengatur perihal penyediaan
dana tambahan untuk pengadaan fasilitas pendukung untuk menunjang transplantasi organ
dari donor jenazah
BAB IV
SARAN

1. Upaya yang dilakukan oleh manusia untuk dapat mempertahankan kelangsungan


hidupnya dapat dilakukan dengan semaksimla mungkin. Oleh sebab itu, sebaiknya para
dokter tidak menyalahgunakan keahlian dalam transplantasi untuk tujuan-tujuan
komersila semata seperti jual beli organ.
2. Dengan penerapan ketentuan hukum kesehatan bagi para pelaku yang melakukan
praktek jual beli organ tubuh manusia akan meminimalisasi bahkan menanggulangi
tindakan dan memindahkan organ tersebut yang tentunya hanya dapat dilakukan oleh
dokter.
3. Para penjual organ juga harus menyadari kalau menjual organ tubuh kita sendiri dapat
membahayakan kesehatan dan dapat menyebabkan kematian.
4. Hendaknya tim RS mengadakan atau mengikutsertakan tim dokter dalam pelatihan
khusus serta mengupayakan permintaan bantuan dana kepaga pihak pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan fasilitas penunjang.
5. Dokter juga hendaknya lebih giat mensosialisasikan perihal transplantasi organ dari
donor jenazah kepada pasien, dengan harapan pasien dapat membuka pemikiran akan
pentingnya transplantasi organ dari donor jenazah dan menggeser paradigma yang telah
lama tumbuh, menimbang besasrnya keuntungan dan banyaknya perihal yang akan
tertolong dengan ketersediaan organ dari donor jenazah.
6. Pemerintah segera membentuk mengundangkan dan mensosialisasikan peraturan
pelaksanaan terkait dengan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia serta
DPR bersama dengan Presiden segera merevisi UU No. 10 Tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai