Anda di halaman 1dari 30

Case Report Session

Kematian Mendadak

OLEH:
Afifah Ikhwan 1210313014
Dessi Hardiyanti 1210313076
Nana Sri Rahayu 1210311020
Nurhayani Fatimah 1210312112
Putri Amanda 1210312051
Putri Indah Permata 1210312110
Sarianti Br Simbolon 1210313088
SM Rezvi 1210313017
Teda Faadhila 1210312106
Tika Suryani 1210313083
Budi Junio 1310311060
Muhammad Reza N 1740312223

Preseptor:

dr. Taufik Hidayat, MSc, Sp.F

BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2017

1
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Ilustrasi Kasus
2.1 Identifikasi Mayat
2.2 Kronologi Kejadian
2.3 Hasil Pemeriksaan Luar
BAB 3 Pembahasan
3.1 Aspek Medikolegel
3.2 Aspek Patologi Forensik
3.3 Etiologi dan Patofisiologi
3.4 Manifestasi Klinis
3.5 Aspek Tanatologi
BAB 4 Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran VeR

2
KEMATIAN MENDADAK
Oleh
Kelompok 3

ABSTRAK
Pada hari Kamis siang tanggal 16 November 2017, korban ditemukan
tergeletak di lantai kamar tidur anaknya dengan posisi telentang dengan kedua
tangan di atas kepala pada pukul 14.30 WIB. Ketika ditemukan korban sudah
tidak bernyawa. Keluarga meminta bantuan tetangganya untuk membawa ke
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Korban dinyatakan meninggal pukul 15.30
WIB. Kemudian korban dibawa kebagian ke bagian forensic RSUP Dr M
Djamil Padangdan dilakukan pemeriksaan luar pada tanggal 16 November
2017 pukul 16.30 WIB
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dari aspek medikolegal
belum terpenuhi pernyataan administrasi untuk dilakukannya pemeriksaan
luar terhadap korban, dikarenakan surat permintaan visum (SPV) belum
diberikan penyidik. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan dalam hal 133
KUHAP. Pada praktek sehari-hari sering SPV dating belakangan, hal ini dapat
memaklumi mungkin karea alas an yang tidak memungkinkan untuk melapor
kepolisi. Sehingga pada kasus ini, pada korban tetap dilakukan pemeriksaan
luar. Selain itu, pada korban seharusnya dilakukan pemeriksaan autopsi
Pada pemeriksaan luar jenazah ditemukan pada punggung kanan
bawah terdapat luka lecet geser disertai bengkak sewarna dengan kulit .

Kata kunci: kematian mendadak, surat permintaan visum.

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Kematian mendadak berasal dari kata sudden unexpected natural death


yang didalamnya terkandung kriteria penyebab yaitu kematian natural (akibat
penyakit, kondisi kelemahan karena usia tua). Kematian mendadak diartikan
sebagai kematian yang datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan dengan
batasan waktu sejak timbul gejala sampai terjadi kematian kurang dari 24 jam.
Kasus kematian mendadak yang dikonsulkan ke dokter oleh penyelidik apabila
kematian tersebut terjadi tanpa riwayat penyakit dan tanpa saksi, yang
menimbulkan kecurigaan apakah terdapat unsur pidana didalamnya.1

Pada kasus kematian mendadak yang dikonsulkan ke dokter, maka akan


dilakukan identifikasi penyebab kematian tersebut. Identifikasi yang dilakukan
dari pemeriksaan luar dari korban, hingga dilakukan pemeriksaan dalam.
Pemeriksaan yang penting dan wajib dilakukan adalah pemeriksaan histopatologik
dan/ atau toksikologik. Hasil indentifikasi itu bertujuan untuk menemukan proses
penyakit dan atau adanya cedera untuk mendapatkan diagnosis atau kesimpulan
mengenai sebab kematian. 2

Menurut sistem tubuh, lesi yang menyebabkan kematian mendadak dapat


dibagi atas, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit sistem resipirasi
(epiglottis, asma), penyakit pada otak dan lesi intrakranial lain (rupture aneurisma
berry, perdarahan serebral, meningitis), penyakit sistem gastrointestinal, penyakit
sistem urogenital, lain-lain (epilepsi).3

Pada tahun-tahun terakir ini, penyebab kematian mendadak tersering


adalah akibat penyakit kardiovaskuler. Prevalensi kematian mendadak pada
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2010-2012, lebih sering pada laki-
laki (87.5%) dari pada perempuan (12.5%). Pada penelitian kedokteran forensic
FK UI tahun 1990 ditemukan kasus kematian mendadak lebih sering pada laki-
laki dari pada perempuan.3

Kesimpulan atau identifikasi sebeb kematian dapat dibagi menjadi dalam


tiga kelompok. pertama, ditemukan kelainan organik yang derajat dan lokasinya

4
dapat menjadi penyebab kematian, misalnya, infark mokard, apopleksi serebri.
Kedua, ditemukan kelainan organik yang dapat menerangkan kematiannya,
namun tidak dapat ditunjukkan secara langsung sebagai penyebab kematian,
misalnya aterosklerosis berat, sirosis hepatis, kanker, keadaan hipertoni. Ketiga,
tidak ditemukan penyebab kematian, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
histopatologik, toksikologik, bakteriologik, dan biokimiawi, keadaan ini dikenal
dengan determined causes atau otopsi negatip. Frekuensi kasus yang ketigaa
didunia 1-3%, sedangkan di Indonesia belom ada data yang pasti akibat banyak
kasus yang tidak ditentukan secara tuntas.2

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah


case report session dengan judul ”Sudden Death”.

5
BAB 2
ILUSTRASI KASUS

2.1 Identitas Mayat


Nama : FA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 tahun
Alamat : Tarandam, Padang

2.2 Kronologis Kejadian


Menurut keterangan istri korban, pada Kamis siang tanggal 16
November 2017 korban ditemukan tergeletak di lantai kamar tidur anaknya
dengan posisi telentang dengan kedua tangan di atas kepala pada pukul 14.30
WIB. Ketika ditemukan korban sudah tidak bernyawa. Keluarga meminta
bantuan tetangganya untuk membawa ke RSUP Dr. M. Djamil Padang.

2.3 Hasil Pemeriksaan Luar


1) Label terikat pada mayat: Tidak ada

2) Tutup mayat
- Kain panjang merah bercorak daun ukuran 203.5 cm x 108 cm, merek
motif cap cent.
- Kain panjang ungu bercorak daun ukuran 213 cm x 108 cm, merek
motif halus cap cent.

6
3) Perhiasan mayat: tidak ada
4) Pakaian mayat
- Kemeja berwarna pink putih bergaris memanjang kebawah, berlengan
panjang bahan katun,merek ‘Ultima’ ukuran L, ada robekan pada baju
bagian punggung bawahberukuran 5.5 cm x0.4 cm, ada bercak
kemerahan pada punggung atas baju berukuran 7 cm x 5 cm dan di
punggung bawah baju berukuran 20 cm x 20 cm. Baju basah dibagian
ketiak dan sisi samping bawah.
- Celana panjang bahan panjang jeans,warna biru tua, merek ‘Levi
Straurs & Co’ ukuran w30 L 32 tipe sol, 2 saku masing- masing di
depan dan dibelakan tanpa isi, panjang 92 cm lebar 43 cm dalam
keadaan basah.
- Celana dalam bahan kau, warna putih kebiruan merek ‘ Cityman’.

7
5) Benda di samping mayat: Tidak ada.
6) Kaku mayat terdapat pada:
- Sendi lutut kanan dan kiri sukar dilawan
- Rahang bawah, sukar dulawan
- Pergelangan tangan, mudah dilawan
7) Lebam mayat terdapat pada:
- Wajah, warna keunguan, hilang dengan penekanan
- Leher, warna keunguan, hilang dengan penekanan
- Dada bagian atas, warna keunguan, hilang dengan penekanan
- Telinga, warna keunguan, hilang dengan penekanan
- Punggung bagian atas, warna keunguan, hilang dengan penekanan.

8) Mayat adalah seorang laki-laki bangsa indonesia, ras mongoloid berumur


56 tahun, kulit sawo matang, gizi sedang, panjang tubuh 162 cm,berat
badan tidak ditimbang, zakar disunat.

8
9) Identifikasi khusus
- Pada lengan atas kanan sisi dalam terdapat daging tumbuh berukuran
0,4 cm x 0,4 cm x 0,4 cm diatasnya terdapat 1 rambut berwarna hitam.
- Pada pipi bawah kanan terdapat tahi lalat berwarna hitam berukuran 0,4
cm x 0,4 cm x 0,2 cm.
- Pada punggung kanan bagian tengah terdapat tahi lalat tidak menimbul
berwarna kecoklatan berukuran 0,6 cm x 0,6 cm.
- Pada tungkai atas kanan sisi belakang terdapat tahi lalat tidak menimbul
berwarna kecoklatan berukuran 0,7 cm x 0,6 cm.
- Pada tungkai atas kiri sisi depan terdapat tahi lalat tidak menimbul
berwarna kecoklatan berukuran 0,9 cm x 0,9 cm.
- Pada punggung kaki kiri terdapat tahi lalat yang tidak menimbul
berwarna kecoklatan berukuran 0,5 cm x 0,5 cm.
- Pada utut kiri terdapat jaringan parut berwarna keputihan berukuran 0,6
cm x0,4 cm x0,1 cm.
- Tepat dibawah batas tumbuh rambut belakang terdapat daging tumbuh
berwarna kecoklatan berukuran 0,4 cm x 0,4 cm x 0,2 cm.
10) a. Rambut kepala berwarna hitam dan sedikit putih, tumbuhnya lurus,
panjang 10 cm.
b. Alis mata berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang 1 cm.
c. Bulu mata berwarna hitam, tumbunya lentik, panjang 2.5 cm
d. Kumis berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjangnya 1 cm
e. Jenggot tidak ada.
11) a. Mata kanan tertutup, mata kiri tertutup
b. Selaput bening mata jernih
c. Teleng mata hitam, diameter 5 mm
d. Warna Tirai Coklat
e. Selaput bola mata pucat
f. Selaput kelopak mata pucat.
12) a. Hidung sedang
b. telinga Oval
c. Mulut tertutup, lidah tidak terjulur/ tergigit.

9
13) Gigi geligi jumlah 27 buah, rahang kanan atas jumlah 5 ( 6,7,8 tidak ada),
rahang kiri atas jumlah 6. Rahang kanan bawah jumlah 8 (semua gigi
palsu), rahang kiri bawah jumlah 8 (insisivus 1 dan 2 gigi palsu, gigi no 4
akar gigi)
14) a. Dari lubang mulut terdapat air keruh berlendir.
b. Dari lubang hidung tidak ada keluar apa-apa
c. Dari lubang telinga kanan tidak ada keluar apa-apa
d. Dari lubang telinga kiri tidak ada keluar apa-apa
e. Dari lubang kemaluan tidak ada keluar apa-apa.
f. Dari lubang pelepasan tidak ada keluar apa-apa.
15) Temuan Luka pada tubuh
pada punggung kanan bawah tepat pada garis pertengahan belakang 8 cm
dari taju atas belakang tulang usus, terdapat luka lecet geser dari arah
kanan bawah kekiri atas berukuran 6,5 cm x 3 cm disertai bengkak
sewarna dengan kulit berukuran 5 cm x 0,5 cm.

16) Patah tulang tidak ada


17) Temuan lain-lain tidak ada

Kesimpulan

Pada pemeriksaan mayat seorang laki-laki berusia 56 tahun, ditemukan


adanya luka lecet pada punggung kanan bawah akibat kekerasan tumpul. Sebab
kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam (
autopsi ). Perkiraan saat kematian sekitar 8 -12 jam sebelum pemeriksaan (
tanggal 16 November 2018 ) pukul 07.00- 09.00 WIB.

10
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Aspek Medikolegal padaNatural Sudden Death

Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu


tindakan atau usaha agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik
oleh keluarga, masyarakat dan yang pasti adalah pihak penyiidik (polisi) , salah
satu modus operandus yang bisa dilakukan adalah dengan cara membawa jenazah
tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal di perjalanan
ketika menuju ke rumah sakit (Death on Arrival) dimana sebelumnya korban
mengalami serangan suatu penyakit (natural sudden death). 4

Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional yang mempunyai


kewenangan untuk memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat
hati-hati dalam mengeluarkan dan menandatangani surat kematian pada kasus
kematian mendadak (sudden death) karena dikhawatirkan kematian tersebut
setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian yang terjadi akibat
suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter lakukan
dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani surat kematian
tersebut dapat terkena sangsi hukuman pidana2,4

Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui oleh dokter
berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu: 2,4

a. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda


kekerasan yang signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan
kematian ?
b. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang
mengarah pada keracunan ?
c. Apakah korban merupakan pasien (contoh: penyakit jantung koroner)
yang rutin datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di rumah
sakit?

11
d. Apakah korban mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan
penyakit tersering penyebab natural sudden death ?

Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang tidak wajar


berdasarkan kriteria tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus melaporkan
kematian tersebut kepada penyidik (polisi) dan tidak mengeluarkan surat
kematian. 2,4

3.2 Aspek Patologi Forensik

Pada korban ditemukan luka lecet geser pada punggung kanan bawah, dan
konjungtiva yang anemis

3.3 Etiologi dan Patofisiologi

Secara garis besar penyebab kematian mendadak, yaitu karena trauma,


keracunan dan penyakit. Insiden kematian mendadak akibat trauma dan keracunan
lebih kurang sekitar 25-30%, sementara penyakit merupakan penyebab tersering
dari terjadinya kematian mendadak dengan persentase mencapai 60-70%.
Kematian mendadak terbanyak akibat dari penyakit pada sistem jantung dan
pembuluh darah.5,6,7

Berikut ini penyebab kematian mendadak secara garis besar, yaitu:

1. Trauma

Menurut dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS, Trauma pada otak dan leher dapat
menjadi kombinasi penyebab kematian yang fatal. Hal ini terjadi ketika terjadinya
benturan pada bagian kepala yang kemudian dibarengi leher yang tertolak ke
belakang. Akibatnya, tulang leher patah dan patahnya tulang ini dapat memicu
kematian dalam waktu singkat akibat tertutupnya jalan nafas.5,9,10

Trauma lain yang bisa menyebabkan kematian mendadak adalah cedera


tulang dada ( thorax) dan panggul ( pelvis). Cedera tulang dada dapat
menyebabkan terjadinya tamponade jantung atau suatu kondisi di mana jantung
tertekan akibat benturan pada dada. Hal ini menyebabkan darah menggenang di

12
sekitar jantung di dalam tulang dada. Sedangkan cedera pada tulang panggul
menyebabkan tubuh mengalami kehilangan darah dalam jumlah banyak.5,7,8

2. Keracunan

1.) Definisi

Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik
yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan berupa sakit atau kematian.
Intoksikasi merupakan suatu keadaaan dimana fungsi tubuh menjadi tidak normal
yang disebabkan oleh sesuatu jenis racun atau bahan toksik lain.

2.) Jenis-jenis racun

Berdasarkan sumber racun dapat digolongkan menjadi:

 Racun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu opium, kokain, kurare,

aflatoksin

 Racun yang berasal dari hewan seperti bisa atau toksin ular, laba-laba, dan

hewan laut

 Racun yang berasal dari mineral seperti arsen, timah hitam dan lain-lain

 Racun yang berasal dari sintetik seperti heroin

Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi:

 Racun yang terdapat di alam bebas, misalnya gas-gas yang terdapat di

alam

 Racun yang terdapat dirumah tangga, misalanya detergen, insektisida,

pembersih(cleaners)

 Racun yang digunakan dalam pertanian, misalnya insektisida, herbisida

dan pestisida

 Racun yang digunakan dalam industri dan laboratorium, misalnya asap

dan basa kuat, logam berat

13
 Racun yang terdapat dalam makanan, misalnya sianida dalam singkong,

botulinium (racun ikan), bahan pengawet, zat adiktif

 Racun dalam bentuk obat, misalnya hipnotik, sedative

Cara kerja atau efek yang ditimbulkan:

 Lokal : pada tempat kontak akan timbul beberapa reaksi, misalnya

perangsangan, peradangan atau korosif. Contoh korosif: asam dan basa

kuat

 Sistemik : mempunyai afinitas terhadap salah satu system, misalnya

barbiturate, alkohol, morfin, mempunyai afinitas kuat terhadap SSP.

Digitalis dan oksalat terhadap jantung. CO terhadap darah.

 Lokal dan sistemik : asam karbol menyebabkan erosi lambung, sedangkan

sebagian yang diabsorpsi akan menimbulkan depresi SSP

Kriteria Diagnosis:

 Adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan racun penyebab

 Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada barang bukti

jika sisanya masih ada

 Dapat ditemukan racun atau sisa dalam tubuh/cairan tubuh korban, jika

racun menjalar secara sistemik

 Kelainan pada tubuh korban, makroskopik maupun mikroskopik sesuai

dengan racun penyebab

 Riwayat penyakit, bahwa korban tersebut benar-benar kontak dengan

Racun

14
(Butir 3 dan 4 mutlak perlu)

Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan pemeriksaan


penting yaitu:

 Pemeriksaan ditempat kejadian (TKP)

 Otopsi lengkap

 Analisis toksikologik

3. Penyakit

A. Penyakit Sistem Kardiovaskular


Penyebab terbanyak dari kematian mendadak di amerika dan negara
berkembang diantaranya adalah pennyakit kardiovaskular.
Beberapa penyakit pada sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan
mati mendadak antara lain:
1. Penyakit Jantung iskemik
2. Infark Miokard
3. Penyakit Katup Jantung
4. Miokarditis
5. Kardiomiopati

1.) Penyakit Jantung Iskemik


Dengan perhitungan kasar, sekitar 62% dari semua kematian mendadak
karena penyakit jantung, disebabkan oleh arteriosklerosis pada arteri koroner.
Terbentuknya sumbatan pada lumen cabang pembuluh darah yang partial atau
total yang luas ataupun hanya setempat dapat menyebabkan arteri tidak dapat
mengirim darah yang adekuat ke miokardium. Sebagai akibatnya akan terjadi
coronary artery insufficiency dan jantung secara tiba-tiba berhenti. Obstruksi yang
signifikan pada lumen arteri koronaria adalah jika membatasi 75% lumen atau
setidaknya 80% dari lumen yang normal harus hilang sebelum timbul infark
miokard.

15
Untuk dapat menyebabkan kematian, tidak perlu harus ada penyumbatan.
Adanya penyempitan atau penebalan, khususnya pada ramus descenden a.
coronaria sinistra, yaitu arteri yang mensuplai darah bagi sistem konduksi
(pacemaker). Dengan berkurangnya suplai darah ke tempat tersebut, yang terjadi
pada waktu melakukan kerja fisik (oleh karena ada penebalan atau penyempitan,
sehingga tidak bisa melebar sewaktu dibutuhkan), terjadi hipoksia yang diikuti
fibrilasi atrium dan berakhir dengan kematian.
Tempat dimana a. coronaria sering mengalami penyempitan, adalah:
a.) ramus descenden a. coronaria sinistra (45-64%)
b.) a. coronaria dextra (24-46%)
c.) a. circumflexa coronaria sinistra (3-10%)
d.) pangkal a. coronaria sinistra (0-10%)

Stenosis dari arteri koroner oleh ateroma sangat sering terjadi,


konsekuensinya terjadi pengurangan aliran darah ke otot jantung yang dapat
menyebabkan kematian dengan berbagai cara, yaitu:
a.) Insufisiensi koroner akibat penyempitan lumen utama akan mengakibatkan
iskemia kronik dan hipoksia dari otot-otot jantung di bawah stenosis. Otot
jantung yang mengalami hipoksia mudah menyebabkan aritmia dan fibrilasi
ventrikel, terutama bila adanya beban stress seperti olahraga atau emosi.
b.) Komplikasi dari ateroma dapat memperburuk stenosis koroner dan
kematian otot jantung yang mengikutinya. Plak ateroma ulseratif dapat pecah
atau hancur, mengisi sebagian atau seluruh pembuluh darah dengan
kolesterol, lemak dan debris fibrosa. Pecahan ini akan terbawa ke arah distal
pembuluh darah dan pada percabangan pembuluh darah menyumbat
pembuluh darah dan menyebabkan multipel mini-infark. Bagian endotel dari
plak yang hancur dapat bertindak seperti katup dan menutup total pembuluh
darah. Komplikasi lain adalah perdarahan sub-intima yang terjadi pada plak,
membesarkannya secara tiba-tiba dan menutup lumen pembuluh darah.
c.) Trombosis koroner
d.) Miokard infark, terjadi ketika stenosis berat terjadi atau terjadi oklusi total
dari pembuluh darah, bila pembuluh darah kolateral di tempat bersangkutan

16
tidak cukup memberi darah pada daerah yang bersangkutan. Infark umumnya
baru terjadi bila lumen tertutup lebih dari atau sama dengan 70%.
e.) Lesi pada sistem konduksi jantung. Efek dari infark yang besar adalah
mengurangi fungsi jantung karena kegagalan pompa dan otot yang mati tidak
dapat berkontraksi atau menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel. Infark
yang dapat dilihat dengan mata secara makroskopik tidak terjadi saat
kematian mendadak, karena perlu beberapa jam agar oklusi jantung menjadi
jelas. Tapi efek fatal dari infark dapat terjadi pada setiap saat setelah otot
menjadi iskemik.
f.) Infark miokard yang ruptur dapat menyebabkan kematian mendadak
karena hemoperkardium dan tamponade jantung. Keadaan ini umumnya
terjadi pada wanita tua, yang mempunyai miokardium yang rapuh, namun
tidak menutup kemungkinan terjadi pada semua orang. Keadaan ini
cenderung terjadi dua atau tiga hari setelah onset infark dan bagian otot yang
infark menjadi lunak. Ruptur terkadang terjadi pada septum interventrikuler,
menyebabkan ”leftright shunt” pada jantung.
g.) Fibrosis miokard, terjadi ketika infark miokard menyembuh karena
miokardium tidak dapat berprofilerasi. Sebuah daerah fibrosis yang besar di
ventrikel kirikemudian membengkak karena tekanan yang tinggi selama
sistole membentuk aneurisma jantung yang mengurangi fungsi jantung.
h.) Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan ini
memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi
mitral dan bahkan kematian. Ateroma pada arteri koroner bisa fokal dengan
plak yang irreguler dengan berbagai ukuran atau dalam jumlah sedikit dan
terlokalisir dengan sisa lumen lain pada sistem kardiovaskuler hampir normal.
Hal ini berarti setiap bagian pembuluh darah utama harus diperiksa saat
otopsi, pemotongan transversal dilakukan dengan jarak tidak lebih dari 3 mm.

2.) Infark Miokard


Infark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantung akibat insufisiensi aliran
darah. Insufisiensi terjadi karena spasme dan atau sumbatan karena sklerosis dan
trombosis. Infark miokard adalah patologik (gejala klinisnya bervariasi, kadang

17
tanpa gejala apapun), sedangkan infark miokard akut adalah pengertian klinis
(dengan gejala diagnosis tertentu). Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam
awal atau hari setelah infark dan penyebab segeranya adalah fibrilasi ventrikel.
Beberapa komplikasi infark miokard yang mungkin timbul antara lain:
 Ruptur jantung, merupakan penyebab umum timbulnya haemoperikardium
dan cardiac tamponade. Ruptur selalu terjadi selama infark. Ruptur
paling sering terjadi pada bagian distal dinding ventrikel kiri.
 Trombosis mural, tidak dapat disepelekan jika infark terjadi pada
endokardium ventrikel kiri.
 Perikarditis, terjadi bersama dengan infark transmural. Perikardium viseral
menjadi berwarna merah keunguan dengan vaskular blush pada
permukaannya.
 Fibrosis miokard, pada orang tua dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel
pada hipertensi dan meyebabkan iskemik relatif.
 Aneurisma jantung, terjadi dimana daerah fibrosis yang luas menggantikan
infark transmural sebelumnya.

Pada autopsi dapat dikenali beberapa bentuk infark miokard, yaitu: 2


 Infark laminar, lebih banyak ditemukan pada daerah subendokardial atau pada
ventrikel kiri, kadang infark luas sampai setengah atau lebih dari tebalnya
dinding.
 Infark lokal atau regional, lebih sering pada penyakit arteri koroner murni,
dan disebabkan oklusi lokal atau sumbatan yang berat pada arteri koronaria.
Besar dan posisi infark tergantung dimana oklusi terjadi. Hampir semua
infark jenis ini ditemukan pada ventrikel kiri.
Gambaran makroskopis infark miokard awal digambarkan dengan berbeda
pada banyak buku patologi, sebagian karena berbagai macam umur infark yang
digambarkan oleh penulis. Beberapa gambaran yang khas dari tingkatan infark
miokard, adalah:
 Pada 12-18 atau bahkan 24 jam pertama, tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Tanda pertama yang dapat ditemukan adalah oedem pada otot
yang terlihat pucat karena tekanan serabut otot pada pembuluh darah.

18
 Sekitar akhir hari pertama sampai hari kedua dan ketiga, daerah tersebut
menjadi berwarna kuning disertai pecahnya miosit yang menyebabkan lapisan
tampak merah. Hal ini akan memberikan gambaran “trigoid” seperti belang
pada macan.
 Setelah beberapa hari, infark menjadi lebih lembut dan rapuh, disebut
“myomalacia cordis”. Pada fase ini, 2 atau 3 hari kedepan akan terjadi ruptur
dan masuk ke kandung pericardial.
 Tiga minggu dan setelahnya, bagian tengah infark menjadi seperti gelatin,
warnanya memudar menjadi abu-abu transparan.
 Satu atau dua bulan selanjutnya, fibrosis akan mengganti otot yang mati dan
menjadi jaringan parut.

Gambaran infark miokard yang berbeda pada tiap fase dapat terlihat secara
mikroskopis. Gambaran infark tersebut antara lain:
 Perubahan awal gambaran mikroskopis infark miokard tidak spesifik.
Perubahan tersebut diantaranya oedema intersisial, kongesti, dan perdarahan
kecil.
 Periode 18-24 jam, terjadi degenerasi yang progresif pada serabut otot dan
jumlah eosinofilia bertambah. Oedema seluler mereda dan digantikan oleh
oedema interfibre, memisahkan serabut otot.
 Hari kedua sampai keempat, nukleus menjadi cekung dan membayang.
Terjadi infiltasi netrofil pada sebagian infark, kemudian digantikan oleh
mononuklear makrofag akan membersihkan debris dan fibroblas akan
menjadi kolagen selama perbaikan.
 Pada akhir minggu pertama, terjadi disitegrasi serabut otot, dan kapiler baru
dan fibroblas mulai terlihat.
 Pada minggu keempat, terjadi fibrosis awal yang lambat dan tidak merata.
3.) Penyakit Katup Jantung
Penyakit katup jantung biasanya mempunyai riwayat yang panjang.
Kematian mendadak dapat terjadi akibat rupture valvula. Kematian mendadak
juga bisa terjadi pada stenosis aorta kalsifikasi (calcific aorta stenosis) kasus ini
disebabkan oleh penyakit degenerasi dan bukan karditis reumatik. Penyakit ini

19
lebih banyak pada pria dari pada wanita dan timbul pada usia sekitar 60 tahun atau
lebih.
4.) Miokarditis
Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering terjadi pada
dewasa muda. Diagnosis miokarditis pada kematian mendadak hanya dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik. Otot jantung harus diambil
sebanyak 20 potongan dari 20 lokasi yang berbeda dari pemeriksaan ini. Pada
pemeriksaan histopatologik tampak peradangan interstisial dan atau parenkim,
edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot hingga miolisis. Infiltrasi leukosit
berinti tunggal, plasmosit dan histiosit tampak jelas. 6,7,8

5.) Kardiomiopati

Kardiomiopati adalah suatu kelainan pada miokardium yang dihubungkan


dengan disfungsi jantung dimana belum diketahui penyebab yang pasti.
Kardiomiopati bukan merupakan hasil dari arteriosklerosis, hipertensi, kongenital,
atau penyakit katup jantung. Kardiomiopati dapat digolongakan menjadi 3,yaitu:
dilated/kongesti, hipertrofi, dan restriktif - obliteratif. Pada dilated/kongesti,
jantung dengan nyata membesar, dengan miokardium yang lembek dan
perbesaran pada semua ruang. Secara mikroskopis, terdapat degenerasi dan atau
hipertrofi serat otot, fibrosis miokardium yang fokal atau difus, infiltasi sel
mononuklear, dan kadang infiltrasi lemak. 6,7,8

B. Penyakit Sistem Respirasi


Kematian biasanya melalui mekanisme perdarahan, asfiksia, dan atau
pneumothoraks. Perdarahan dapat terjadi pada tuberculosis paru, kanker paru,
bronkiektasis, abses, dan sebagainya. Sedangkan asfiksia terjadi pada pneumonia,
spasme saluran nafas, asma, penyakit paru obstruktif kronis, aspirasi darah atau
tersedak. 6,7,8

C. Penyakit Sistem Pencernaan

Kematian dapat cepat terjadi pada kasus perdarahan akibat gastritis kronis
atau ulkus duodeni. Perdarahan fatal akibat tumor jarang terjadi dan jika terjadi
maka sering akibat dari karsinoma atau leiomyoma. Kematian mendadak dapat

20
juga disebabkan oleh varises esophagus yang sering merupakan komplikasi dari
sirosis hepatis dimana mekanisme terjadinya adalah akibat dari hipertensi
portal.6,7,8

D. Penyakit Sistem Hematopoietik

1.) Limpa

Ruptur dari limpa dapat menyebabkan kolaps dan mati mendadak dengan
cepat. Limpa dapat ruptur secara spontan atau karena trauma. Hal ini terjadi jika
limpa terlibat dalam penyakit yang cukup berat yaitu infeksi mononukleosa,
hemofilia, malaria dan tifoid.

2.) Darah

Kematian mendadak tak terduga dilaporkan oleh kasus megaloblastik


anemia. Infeksi ringan juga dapat muncul sebagai pemicu terjadinya kematian
pada beberapa keadaan anemia. Hal tersebut juga dapat terjadi pada pasien
leukemia. 6,7,8

E. Penyakit Sistem Urogenital

Penyakit pada ginjal dan sistem urinaria jarang menyebabkan mati mendadak.
Ada beberapa kondisi yaitu pada pasien dengan uremia fase terminal atau dengan
koma/kejang dapat terjadi mati mendadak. 6,7,8

F. Penyakit Sistem Saraf Pusat

Kejadian mati mendadak yang berhubungan dengan penyakit sistem saraf


pusat biasanya akibat perdarahan yang dapat terjadi pada subarachnoid atau
intraserebral.

1.) Perdarahan Subarakhnoid Spontan (Non Trauma)

Perdarahan subarakhnoid spontan merupakan keadaan yang sangat berpotensi


mengancam jiwa. Penyebab dari perdarahan subarakhnoid spontan ini sangat
perlu diketahui karena akan menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Perdarahan
subarakhnoid dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat walaupun

21
mekanismenya masih belum jelas. Pada autopsi, diagnosis perdarahan
subarakhnoid terbukti sendiri (selfevident). 6,7,8

2.) Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral non traumatik umumnya disebabkan oleh


kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi (hipertensi,eklamsia), juga
dikarenakan disfungsi autoregulasi dengan aliran darah otak yang berlebihan
(cedera reperfusi, transformasi hemoragik, paparan dingin), pecahnya aneurisma
atau malformasi arteri - vena, arteriopati, perubahan hemostasis (trombolisis,
antikoagulasi, diatesis hemoragik), nekrosis hemoragik (tumor, infeksi), atau
obstruksi aliran vena (trombosis vena serebral). Perdarahan intraserebral secara
klinis ditandai dengan onset yang mendadak dan berkembang dengan cepat. 6,7,8

G.) Lain-lain

Kematian mendadak jarang terjadi pada infeksi, meskipun ada absesserebral yang
ruptur, dan kematian yang cepat berhubungan denganmeningitis (pneumokokus,
meningokokus, influenza, tuberkulosa). Akutpoliomyelitis dan ensefalitis dapat
menyebabkan kematian cepat jika jugamengenai batang otak.6,7,8

3.4 Manifestasi klinis Sudden Death

Kematian Mendadak akibat Gangguan Sistem Saraf

Kematian dari sistem organ ini (otak dan selaput otak) mencapai
17,9% dari kematian mendadak yang ditemukan pada otopsi. Adapun
penyakit-penyakit dari organ ini yang menimbulkan kematian mendadak
antara lain :11,12
a. Perdarahan serebral spontan
Perdarahan ini mnyebabkan kematian tak terduga tertinggi
mencapai 9,4% dari kasus otopsi. Kematian biasanya tidak terjadi seketika
tapi biasanya diawali pada keadaan koma sampai diagnosis dapat
ditegakkan. Perdarahan ini lebih sering menyerang umur pertengahan atau
lebih tua. Secara klinis perdarahan intrasererbral spontan sering

22
dikelirukan dengan perdarahan intracranial berhubungan dengan trauma
atau tanda-tanda kekerasan.
b. Perdarahan spontan pons dan serebellum
Dari hasil otopsi perdarahan pons ini tidak dapat terlihat karena
pons tidak dapat dibuka. Perdarahan ini dapat menyebabkan kematian
yang cepat karena terjadi penekanan pada batang otak.
C. Perdarahan subaraknoid
Perdarahan ini biasanya penting sebagai penyebab kematian
mendadak dan tak terduga. Perdarahan ini mencapai 4,7% dari total kasus
yang diotopsi dan merupakan 29% dari kelompok kasus penyakit otak dan
selaput otak.
Penyebab kematian dari kasus ini adalah pecahnya aneurisma pada
arteri serbral, lebih sering terjadi pada cabang-cabang sirkulus willisi.
D. Trombosis dan emboli serebral
Walau thrombosis tidak begitu umum mengakibatkan kematian
mendadak, namun thrombosis ini sering terjadi pada seseorang yang
menderita aterosklerosis serebral, dan komplikasi penyakit yang lain yang
dapat menyebabkan kematian mendadak. Trombosis serebral spontan dan
infark serebral tidak sulit ditemukan pada otopsi. Selama otopsi
berlangsung harus hati-hati agar thrombus dalam aurikula atau ventrikel
jantung atau dalam aorta ascending dan cabang-cabangnya dapat
ditemukan. Trombus juga bisa menyumbat arteri di otak, yang berasal dari
thrombosis di ventrikel kiri.

E. Intrakranial neoplasma
Pada otopsi sering ditemukan glioma pada kedua lobus frontal
yang menyebabkan penekanan yang fatal.
F. Abses otak, polioensefalitis dan meningitis
Abses otak yang sering akibat komplikasi dari otitis media kronik
dan mastoiditis dapat berkembang menjadi lebih parah dan dapat
menyebabkan kematian dengan cepat akibat penekanan pada serebral.

23
Polioensefalitis akut dan ensefalitis juga sering menyebabkan kematian
mendadak.
G. Infeksi sifilis
Sifilis leptomeningitis kronik ditandai dengan infiltrasi sel radang
dalam selaput piaaraknoid yang terlihat jelas di bawah permukaan pons
dan sekitar sirkulus wilisi.

Spontaneus Serebral Hemorage (Cerebral Apolexy)

Umur lebih kurang 40 tahun. Cerebral apoplexy biasanya didahului


oleh cerebral arteriosclerosis dan arterial hypertension yang kemudian
diikuti pecahnya lenticulostriate artery. Lokalisasi perdarahan paling
sering basal ganglia, jarang pada pons dan cerebellum. Korban biasanya
tidak meninggal dengan tiba-tiba tetapi didahului koma sebelum
meninggal.11
Perdarahan intra cerebral, harus dibedakan antara spontan dan traumatik :12
No. Pembeda Spontaneous Traumatic hemorrhage
hemorrhage
1. Lokalisasi Basal ganglia Di semua tempat

2. Trauma kepala Tidak ada Ada

3. Hypertensi Ada Tidak ada

Perlu diperhatikan adanya trauma pada kepala dapat menyebabkan


korban yang menderita hypertensi, tekanan darah tambah meningkat
sehingga dapat menimbulkan spontaneous cerebral hemorrhage. Harus
dibedakan: adanya trauma menyebabkan tensi naik yang menyebabkan
cerebral apoplexy atau karena korban tensinya naik sehingga jatuh karena
cerebral apoplexy.12

24
Spontaneous Subarachnoid Hemorage

Umur paling muda yang terkena spontaneous subarachnoid


hemorrhage disebabkan oleh karena rupture aneurysma cerebral artery
sebenarnya congenital, memang dinding arteri sudah lemah, dan dengan
bertambahnya umur maka aneurysma makin berkembang.Spontaneous
subarachnoid hemorrhage harus dibedakan dengan traumatic subarachnoid
hemorrhage yaitu :11
No. Pembeda Spontaneous Traumatic
hemorrhage hemorrhage

1. Trauma kepala Tidak ada Ada

2. Ruptur Aneurysma Ada Tidak ada

3. Perdarahan Diffuse Tergantung trauma

Oleh karena perdarahan diffuse, maka akumulasi darah yang cepat di


bawah permukaan otak dan meluas sepanjang fissure of Sylvius danke dalam
cistern magna dan ventrikel IV. Korban meninggal dengan cepat oleh karena
pusat-pusat vital di medulla tertekan.

Spontaneous Subdural Hemorage

Keadaan ini terjadi secara :12


1. Spontan subarachnoid hemorrhage menjadi besar dan merobek arachnoid
hingga subdural terisi darah, kadang-kadang sulit dibedakan dengan
traumatic subdural hemorrhage.
2. Rupture dari aneurysma arteri carotis interna, menimbulkan subdural
hemorrhage tanpa subarachnoid hemorrhage.
Adapun perbedaan antara spontan hemmorage dan traumatic adalah
sebagai berikut :12

25
No. Pembeda Spontaneous hemorrage Traumatic
hemorrhage

1. Trauma kepala Tidak ada Ada

2. Aneurysma Ada Tidak ada

3. Rupture sinuses Aneurysma a. carotis interna Perforating veins,


venous sinuses

3.5 Aspek Tanatologi


Tanatologi merupakan bagian dari ilmu kedokteran forensik yang
mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut.2
Pada kasus ini didapatkan telah terjadi mati somatis (mati klinis) yang
terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu sistem
saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem pernapasan.2
Beberapa waktu setelah kematian akan timbul perubahan pascamati yang
jelas, yaitu berupa tanda-tanda kematian, baik itu tanda tidak pasti maupun tanda
pasti kematian. Pada tanda tidak pasti didapatkan pernapasan dan sikulasi
berhenti, kulit pucat, tonus otot menghilang dan relaksasi, hingga pengeringan
atau kekeruhan kornea.

Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan tanda pasti kematian berupa:


1. Lebam Mayat
Lebam mayat terbentuk akibat adanya gaya tarik bumi (gravitasi) sehingga
eritrosit menempati tempat terbawah, mengisi vena dan venula, membentuk
bercak warna merah keunguan pada bagian terbawah tubuh. Pada kasus ini
ditemukan di daerah sekitar punggung, kecuali daerah yang tertekan alas
keras. Lebam mayat ditemukan hilang pada penekanan yang menandakan
perkiraan saat kematian kurang dari 8-12 jam.2

26
2. Kaku Mayat
Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah kematian. Setelah 12
jam kematian kaku mayat menjadi lengkap. Hal ini disebabkan kelenturan otot
setelah kematian masih dipertahankan akibat pemecahan cadangan glikogen
otot yang mengubah ADP menjadi ATP sehingga serabut aktin dan miosin
tetap lentur. Pada kasus mayat didapatkan pada pergelangan tangan, siku,
pergelangan kaki, lutut, leher, dagu, sukar dilawan. 2
Pada perkiraan saat kematian masih terdapat beberapa tanda pasti lain yang bisa
ditemukan, seperti penurunan suhu tubuh namun pada kasus ini tidak dilakukan
pemeriksaan. Selain itu ada juga pembusukan, adiposera dan mummifikasi,
namun pada kasus ini belum ditemukan tanda-tanda tersebut.

27
BAB 4
Kesimpulan
1. Kematian mendadak merupakan kematian yang dating secara tidak terduga
dengan batasan waktu sejak timbul gejala sampai terjadi kematian kurang
dari 24 jam. Kasus kematian mendadak ini terjadi tanpa riwayat penyakit
dan tanpa saksi, yang menimbulkan kecurigaan apakah terdapat unsur
pidana didalamnya.
2. Kematian mendadak dapat terjadi karena trauma yang dapat memicu
kematian dalam waktu yang singkat, keracunan, dan adanya penyakit.
Penyakit yang paling sering menyebabkan kematian mendadak adalah
penyakit kardiovaskular.
3. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, dari aspek medikolegal belum
terpenuhi pernyataan administrasi untuk dilakukannya pemeriksaan luar
karena surat perimintaan visum belum diberikan secara tertulis oleh
penyidik saat pemeriksaan.
4. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, dari aspek patologi
forensikditemukan luka lecet geser pada punggung kanan bawah.
5. Pada kasus ini terdapat kemungkinan korban meninggal akibat penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian mendadak terbanyak.
Cara kematian korban dapat ditentukan tidak wajar. Mekanisme kematian
pada kasus ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya iskemik atau
infark miokard.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Vijk. Sudden and Unexpected Death. TextBook of Foresnsic Medicine and


Toxicologi Fith Edition. Elsevier: New Delhi 2011. Page 100-109.
2. Budyanto, et.al. Kematian Mendadak. Dalam Buku Ilmu Kedokteran
Forensik Edisi ke dua. FKUI: Jakarta 1997. Hal 214-218.
3. Bhaskara DSM. Hasil Autopsi sebab Kematian Mendadak Tak terduga
dibagian Forensik BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. (Skripsi).
Manado : Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2014. (Diakses
26 November 2017).
4. Dahlan, Sofwan. 2008. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.

5. Kristanto, Erwin, Tjahjanegara Winardi.Kematian Mendadak (Sudden


Natural Unexpected Death).
http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm. Diakses
tanggal 27November 2017
6. Gupta S, Panchal R, Sondarva D. Original Research Paper An Approach to
Sudden Natural Deaths in Medicolegal Autopsies at Karamsad, Gujarat. J
Indian Acad Forensic Med.2011; 33(1):30-2
7. Wahyuni, Ningrum. Sudden Death.
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2011/08/04 sudden-death/, Diakses
tanggal 27November 2017
8. Gupta S, Panchal R, Sondarva D. Original Research Paper An Approach to
Sudden Natural Deaths in Medicolegal Autopsies at Karamsad, Gujarat. J
Indian Acad Forensic Med.2011; 33(1):30-2
9. Douglas P. Zipes, Hein J. J. Wellens clinical cardiology frontiers Sudden
Cardiac Death diakses pada http://circ.ahajournals.org/content/98/21/2334
27November 2017
10. Demosthenes Katritsis, Bernard J Gersh, John Camm, a clinical
perspective on sudden cardiac death, AER journal- Volume 5 Issue 3
Winter 2016 oxford univ

29
11. Mutahal, Hariadi A. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Edisi Ketiga. Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.
Jakarta: Binarupa Aksara

30

Anda mungkin juga menyukai