Kematian Mendadak
OLEH:
Afifah Ikhwan 1210313014
Dessi Hardiyanti 1210313076
Nana Sri Rahayu 1210311020
Nurhayani Fatimah 1210312112
Putri Amanda 1210312051
Putri Indah Permata 1210312110
Sarianti Br Simbolon 1210313088
SM Rezvi 1210313017
Teda Faadhila 1210312106
Tika Suryani 1210313083
Budi Junio 1310311060
Muhammad Reza N 1740312223
Preseptor:
2017
1
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Ilustrasi Kasus
2.1 Identifikasi Mayat
2.2 Kronologi Kejadian
2.3 Hasil Pemeriksaan Luar
BAB 3 Pembahasan
3.1 Aspek Medikolegel
3.2 Aspek Patologi Forensik
3.3 Etiologi dan Patofisiologi
3.4 Manifestasi Klinis
3.5 Aspek Tanatologi
BAB 4 Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran VeR
2
KEMATIAN MENDADAK
Oleh
Kelompok 3
ABSTRAK
Pada hari Kamis siang tanggal 16 November 2017, korban ditemukan
tergeletak di lantai kamar tidur anaknya dengan posisi telentang dengan kedua
tangan di atas kepala pada pukul 14.30 WIB. Ketika ditemukan korban sudah
tidak bernyawa. Keluarga meminta bantuan tetangganya untuk membawa ke
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Korban dinyatakan meninggal pukul 15.30
WIB. Kemudian korban dibawa kebagian ke bagian forensic RSUP Dr M
Djamil Padangdan dilakukan pemeriksaan luar pada tanggal 16 November
2017 pukul 16.30 WIB
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dari aspek medikolegal
belum terpenuhi pernyataan administrasi untuk dilakukannya pemeriksaan
luar terhadap korban, dikarenakan surat permintaan visum (SPV) belum
diberikan penyidik. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan dalam hal 133
KUHAP. Pada praktek sehari-hari sering SPV dating belakangan, hal ini dapat
memaklumi mungkin karea alas an yang tidak memungkinkan untuk melapor
kepolisi. Sehingga pada kasus ini, pada korban tetap dilakukan pemeriksaan
luar. Selain itu, pada korban seharusnya dilakukan pemeriksaan autopsi
Pada pemeriksaan luar jenazah ditemukan pada punggung kanan
bawah terdapat luka lecet geser disertai bengkak sewarna dengan kulit .
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
dapat menjadi penyebab kematian, misalnya, infark mokard, apopleksi serebri.
Kedua, ditemukan kelainan organik yang dapat menerangkan kematiannya,
namun tidak dapat ditunjukkan secara langsung sebagai penyebab kematian,
misalnya aterosklerosis berat, sirosis hepatis, kanker, keadaan hipertoni. Ketiga,
tidak ditemukan penyebab kematian, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
histopatologik, toksikologik, bakteriologik, dan biokimiawi, keadaan ini dikenal
dengan determined causes atau otopsi negatip. Frekuensi kasus yang ketigaa
didunia 1-3%, sedangkan di Indonesia belom ada data yang pasti akibat banyak
kasus yang tidak ditentukan secara tuntas.2
5
BAB 2
ILUSTRASI KASUS
2) Tutup mayat
- Kain panjang merah bercorak daun ukuran 203.5 cm x 108 cm, merek
motif cap cent.
- Kain panjang ungu bercorak daun ukuran 213 cm x 108 cm, merek
motif halus cap cent.
6
3) Perhiasan mayat: tidak ada
4) Pakaian mayat
- Kemeja berwarna pink putih bergaris memanjang kebawah, berlengan
panjang bahan katun,merek ‘Ultima’ ukuran L, ada robekan pada baju
bagian punggung bawahberukuran 5.5 cm x0.4 cm, ada bercak
kemerahan pada punggung atas baju berukuran 7 cm x 5 cm dan di
punggung bawah baju berukuran 20 cm x 20 cm. Baju basah dibagian
ketiak dan sisi samping bawah.
- Celana panjang bahan panjang jeans,warna biru tua, merek ‘Levi
Straurs & Co’ ukuran w30 L 32 tipe sol, 2 saku masing- masing di
depan dan dibelakan tanpa isi, panjang 92 cm lebar 43 cm dalam
keadaan basah.
- Celana dalam bahan kau, warna putih kebiruan merek ‘ Cityman’.
7
5) Benda di samping mayat: Tidak ada.
6) Kaku mayat terdapat pada:
- Sendi lutut kanan dan kiri sukar dilawan
- Rahang bawah, sukar dulawan
- Pergelangan tangan, mudah dilawan
7) Lebam mayat terdapat pada:
- Wajah, warna keunguan, hilang dengan penekanan
- Leher, warna keunguan, hilang dengan penekanan
- Dada bagian atas, warna keunguan, hilang dengan penekanan
- Telinga, warna keunguan, hilang dengan penekanan
- Punggung bagian atas, warna keunguan, hilang dengan penekanan.
8
9) Identifikasi khusus
- Pada lengan atas kanan sisi dalam terdapat daging tumbuh berukuran
0,4 cm x 0,4 cm x 0,4 cm diatasnya terdapat 1 rambut berwarna hitam.
- Pada pipi bawah kanan terdapat tahi lalat berwarna hitam berukuran 0,4
cm x 0,4 cm x 0,2 cm.
- Pada punggung kanan bagian tengah terdapat tahi lalat tidak menimbul
berwarna kecoklatan berukuran 0,6 cm x 0,6 cm.
- Pada tungkai atas kanan sisi belakang terdapat tahi lalat tidak menimbul
berwarna kecoklatan berukuran 0,7 cm x 0,6 cm.
- Pada tungkai atas kiri sisi depan terdapat tahi lalat tidak menimbul
berwarna kecoklatan berukuran 0,9 cm x 0,9 cm.
- Pada punggung kaki kiri terdapat tahi lalat yang tidak menimbul
berwarna kecoklatan berukuran 0,5 cm x 0,5 cm.
- Pada utut kiri terdapat jaringan parut berwarna keputihan berukuran 0,6
cm x0,4 cm x0,1 cm.
- Tepat dibawah batas tumbuh rambut belakang terdapat daging tumbuh
berwarna kecoklatan berukuran 0,4 cm x 0,4 cm x 0,2 cm.
10) a. Rambut kepala berwarna hitam dan sedikit putih, tumbuhnya lurus,
panjang 10 cm.
b. Alis mata berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang 1 cm.
c. Bulu mata berwarna hitam, tumbunya lentik, panjang 2.5 cm
d. Kumis berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjangnya 1 cm
e. Jenggot tidak ada.
11) a. Mata kanan tertutup, mata kiri tertutup
b. Selaput bening mata jernih
c. Teleng mata hitam, diameter 5 mm
d. Warna Tirai Coklat
e. Selaput bola mata pucat
f. Selaput kelopak mata pucat.
12) a. Hidung sedang
b. telinga Oval
c. Mulut tertutup, lidah tidak terjulur/ tergigit.
9
13) Gigi geligi jumlah 27 buah, rahang kanan atas jumlah 5 ( 6,7,8 tidak ada),
rahang kiri atas jumlah 6. Rahang kanan bawah jumlah 8 (semua gigi
palsu), rahang kiri bawah jumlah 8 (insisivus 1 dan 2 gigi palsu, gigi no 4
akar gigi)
14) a. Dari lubang mulut terdapat air keruh berlendir.
b. Dari lubang hidung tidak ada keluar apa-apa
c. Dari lubang telinga kanan tidak ada keluar apa-apa
d. Dari lubang telinga kiri tidak ada keluar apa-apa
e. Dari lubang kemaluan tidak ada keluar apa-apa.
f. Dari lubang pelepasan tidak ada keluar apa-apa.
15) Temuan Luka pada tubuh
pada punggung kanan bawah tepat pada garis pertengahan belakang 8 cm
dari taju atas belakang tulang usus, terdapat luka lecet geser dari arah
kanan bawah kekiri atas berukuran 6,5 cm x 3 cm disertai bengkak
sewarna dengan kulit berukuran 5 cm x 0,5 cm.
Kesimpulan
10
BAB 3
PEMBAHASAN
Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui oleh dokter
berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu: 2,4
11
d. Apakah korban mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan
penyakit tersering penyebab natural sudden death ?
Pada korban ditemukan luka lecet geser pada punggung kanan bawah, dan
konjungtiva yang anemis
1. Trauma
Menurut dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS, Trauma pada otak dan leher dapat
menjadi kombinasi penyebab kematian yang fatal. Hal ini terjadi ketika terjadinya
benturan pada bagian kepala yang kemudian dibarengi leher yang tertolak ke
belakang. Akibatnya, tulang leher patah dan patahnya tulang ini dapat memicu
kematian dalam waktu singkat akibat tertutupnya jalan nafas.5,9,10
12
sekitar jantung di dalam tulang dada. Sedangkan cedera pada tulang panggul
menyebabkan tubuh mengalami kehilangan darah dalam jumlah banyak.5,7,8
2. Keracunan
1.) Definisi
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik
yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan berupa sakit atau kematian.
Intoksikasi merupakan suatu keadaaan dimana fungsi tubuh menjadi tidak normal
yang disebabkan oleh sesuatu jenis racun atau bahan toksik lain.
aflatoksin
Racun yang berasal dari hewan seperti bisa atau toksin ular, laba-laba, dan
hewan laut
Racun yang berasal dari mineral seperti arsen, timah hitam dan lain-lain
alam
pembersih(cleaners)
dan pestisida
13
Racun yang terdapat dalam makanan, misalnya sianida dalam singkong,
kuat
Kriteria Diagnosis:
Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada barang bukti
Dapat ditemukan racun atau sisa dalam tubuh/cairan tubuh korban, jika
Racun
14
(Butir 3 dan 4 mutlak perlu)
Otopsi lengkap
Analisis toksikologik
3. Penyakit
15
Untuk dapat menyebabkan kematian, tidak perlu harus ada penyumbatan.
Adanya penyempitan atau penebalan, khususnya pada ramus descenden a.
coronaria sinistra, yaitu arteri yang mensuplai darah bagi sistem konduksi
(pacemaker). Dengan berkurangnya suplai darah ke tempat tersebut, yang terjadi
pada waktu melakukan kerja fisik (oleh karena ada penebalan atau penyempitan,
sehingga tidak bisa melebar sewaktu dibutuhkan), terjadi hipoksia yang diikuti
fibrilasi atrium dan berakhir dengan kematian.
Tempat dimana a. coronaria sering mengalami penyempitan, adalah:
a.) ramus descenden a. coronaria sinistra (45-64%)
b.) a. coronaria dextra (24-46%)
c.) a. circumflexa coronaria sinistra (3-10%)
d.) pangkal a. coronaria sinistra (0-10%)
16
tidak cukup memberi darah pada daerah yang bersangkutan. Infark umumnya
baru terjadi bila lumen tertutup lebih dari atau sama dengan 70%.
e.) Lesi pada sistem konduksi jantung. Efek dari infark yang besar adalah
mengurangi fungsi jantung karena kegagalan pompa dan otot yang mati tidak
dapat berkontraksi atau menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel. Infark
yang dapat dilihat dengan mata secara makroskopik tidak terjadi saat
kematian mendadak, karena perlu beberapa jam agar oklusi jantung menjadi
jelas. Tapi efek fatal dari infark dapat terjadi pada setiap saat setelah otot
menjadi iskemik.
f.) Infark miokard yang ruptur dapat menyebabkan kematian mendadak
karena hemoperkardium dan tamponade jantung. Keadaan ini umumnya
terjadi pada wanita tua, yang mempunyai miokardium yang rapuh, namun
tidak menutup kemungkinan terjadi pada semua orang. Keadaan ini
cenderung terjadi dua atau tiga hari setelah onset infark dan bagian otot yang
infark menjadi lunak. Ruptur terkadang terjadi pada septum interventrikuler,
menyebabkan ”leftright shunt” pada jantung.
g.) Fibrosis miokard, terjadi ketika infark miokard menyembuh karena
miokardium tidak dapat berprofilerasi. Sebuah daerah fibrosis yang besar di
ventrikel kirikemudian membengkak karena tekanan yang tinggi selama
sistole membentuk aneurisma jantung yang mengurangi fungsi jantung.
h.) Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan ini
memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi
mitral dan bahkan kematian. Ateroma pada arteri koroner bisa fokal dengan
plak yang irreguler dengan berbagai ukuran atau dalam jumlah sedikit dan
terlokalisir dengan sisa lumen lain pada sistem kardiovaskuler hampir normal.
Hal ini berarti setiap bagian pembuluh darah utama harus diperiksa saat
otopsi, pemotongan transversal dilakukan dengan jarak tidak lebih dari 3 mm.
17
tanpa gejala apapun), sedangkan infark miokard akut adalah pengertian klinis
(dengan gejala diagnosis tertentu). Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam
awal atau hari setelah infark dan penyebab segeranya adalah fibrilasi ventrikel.
Beberapa komplikasi infark miokard yang mungkin timbul antara lain:
Ruptur jantung, merupakan penyebab umum timbulnya haemoperikardium
dan cardiac tamponade. Ruptur selalu terjadi selama infark. Ruptur
paling sering terjadi pada bagian distal dinding ventrikel kiri.
Trombosis mural, tidak dapat disepelekan jika infark terjadi pada
endokardium ventrikel kiri.
Perikarditis, terjadi bersama dengan infark transmural. Perikardium viseral
menjadi berwarna merah keunguan dengan vaskular blush pada
permukaannya.
Fibrosis miokard, pada orang tua dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel
pada hipertensi dan meyebabkan iskemik relatif.
Aneurisma jantung, terjadi dimana daerah fibrosis yang luas menggantikan
infark transmural sebelumnya.
18
Sekitar akhir hari pertama sampai hari kedua dan ketiga, daerah tersebut
menjadi berwarna kuning disertai pecahnya miosit yang menyebabkan lapisan
tampak merah. Hal ini akan memberikan gambaran “trigoid” seperti belang
pada macan.
Setelah beberapa hari, infark menjadi lebih lembut dan rapuh, disebut
“myomalacia cordis”. Pada fase ini, 2 atau 3 hari kedepan akan terjadi ruptur
dan masuk ke kandung pericardial.
Tiga minggu dan setelahnya, bagian tengah infark menjadi seperti gelatin,
warnanya memudar menjadi abu-abu transparan.
Satu atau dua bulan selanjutnya, fibrosis akan mengganti otot yang mati dan
menjadi jaringan parut.
Gambaran infark miokard yang berbeda pada tiap fase dapat terlihat secara
mikroskopis. Gambaran infark tersebut antara lain:
Perubahan awal gambaran mikroskopis infark miokard tidak spesifik.
Perubahan tersebut diantaranya oedema intersisial, kongesti, dan perdarahan
kecil.
Periode 18-24 jam, terjadi degenerasi yang progresif pada serabut otot dan
jumlah eosinofilia bertambah. Oedema seluler mereda dan digantikan oleh
oedema interfibre, memisahkan serabut otot.
Hari kedua sampai keempat, nukleus menjadi cekung dan membayang.
Terjadi infiltasi netrofil pada sebagian infark, kemudian digantikan oleh
mononuklear makrofag akan membersihkan debris dan fibroblas akan
menjadi kolagen selama perbaikan.
Pada akhir minggu pertama, terjadi disitegrasi serabut otot, dan kapiler baru
dan fibroblas mulai terlihat.
Pada minggu keempat, terjadi fibrosis awal yang lambat dan tidak merata.
3.) Penyakit Katup Jantung
Penyakit katup jantung biasanya mempunyai riwayat yang panjang.
Kematian mendadak dapat terjadi akibat rupture valvula. Kematian mendadak
juga bisa terjadi pada stenosis aorta kalsifikasi (calcific aorta stenosis) kasus ini
disebabkan oleh penyakit degenerasi dan bukan karditis reumatik. Penyakit ini
19
lebih banyak pada pria dari pada wanita dan timbul pada usia sekitar 60 tahun atau
lebih.
4.) Miokarditis
Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering terjadi pada
dewasa muda. Diagnosis miokarditis pada kematian mendadak hanya dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik. Otot jantung harus diambil
sebanyak 20 potongan dari 20 lokasi yang berbeda dari pemeriksaan ini. Pada
pemeriksaan histopatologik tampak peradangan interstisial dan atau parenkim,
edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot hingga miolisis. Infiltrasi leukosit
berinti tunggal, plasmosit dan histiosit tampak jelas. 6,7,8
5.) Kardiomiopati
Kematian dapat cepat terjadi pada kasus perdarahan akibat gastritis kronis
atau ulkus duodeni. Perdarahan fatal akibat tumor jarang terjadi dan jika terjadi
maka sering akibat dari karsinoma atau leiomyoma. Kematian mendadak dapat
20
juga disebabkan oleh varises esophagus yang sering merupakan komplikasi dari
sirosis hepatis dimana mekanisme terjadinya adalah akibat dari hipertensi
portal.6,7,8
1.) Limpa
Ruptur dari limpa dapat menyebabkan kolaps dan mati mendadak dengan
cepat. Limpa dapat ruptur secara spontan atau karena trauma. Hal ini terjadi jika
limpa terlibat dalam penyakit yang cukup berat yaitu infeksi mononukleosa,
hemofilia, malaria dan tifoid.
2.) Darah
Penyakit pada ginjal dan sistem urinaria jarang menyebabkan mati mendadak.
Ada beberapa kondisi yaitu pada pasien dengan uremia fase terminal atau dengan
koma/kejang dapat terjadi mati mendadak. 6,7,8
21
mekanismenya masih belum jelas. Pada autopsi, diagnosis perdarahan
subarakhnoid terbukti sendiri (selfevident). 6,7,8
G.) Lain-lain
Kematian mendadak jarang terjadi pada infeksi, meskipun ada absesserebral yang
ruptur, dan kematian yang cepat berhubungan denganmeningitis (pneumokokus,
meningokokus, influenza, tuberkulosa). Akutpoliomyelitis dan ensefalitis dapat
menyebabkan kematian cepat jika jugamengenai batang otak.6,7,8
Kematian dari sistem organ ini (otak dan selaput otak) mencapai
17,9% dari kematian mendadak yang ditemukan pada otopsi. Adapun
penyakit-penyakit dari organ ini yang menimbulkan kematian mendadak
antara lain :11,12
a. Perdarahan serebral spontan
Perdarahan ini mnyebabkan kematian tak terduga tertinggi
mencapai 9,4% dari kasus otopsi. Kematian biasanya tidak terjadi seketika
tapi biasanya diawali pada keadaan koma sampai diagnosis dapat
ditegakkan. Perdarahan ini lebih sering menyerang umur pertengahan atau
lebih tua. Secara klinis perdarahan intrasererbral spontan sering
22
dikelirukan dengan perdarahan intracranial berhubungan dengan trauma
atau tanda-tanda kekerasan.
b. Perdarahan spontan pons dan serebellum
Dari hasil otopsi perdarahan pons ini tidak dapat terlihat karena
pons tidak dapat dibuka. Perdarahan ini dapat menyebabkan kematian
yang cepat karena terjadi penekanan pada batang otak.
C. Perdarahan subaraknoid
Perdarahan ini biasanya penting sebagai penyebab kematian
mendadak dan tak terduga. Perdarahan ini mencapai 4,7% dari total kasus
yang diotopsi dan merupakan 29% dari kelompok kasus penyakit otak dan
selaput otak.
Penyebab kematian dari kasus ini adalah pecahnya aneurisma pada
arteri serbral, lebih sering terjadi pada cabang-cabang sirkulus willisi.
D. Trombosis dan emboli serebral
Walau thrombosis tidak begitu umum mengakibatkan kematian
mendadak, namun thrombosis ini sering terjadi pada seseorang yang
menderita aterosklerosis serebral, dan komplikasi penyakit yang lain yang
dapat menyebabkan kematian mendadak. Trombosis serebral spontan dan
infark serebral tidak sulit ditemukan pada otopsi. Selama otopsi
berlangsung harus hati-hati agar thrombus dalam aurikula atau ventrikel
jantung atau dalam aorta ascending dan cabang-cabangnya dapat
ditemukan. Trombus juga bisa menyumbat arteri di otak, yang berasal dari
thrombosis di ventrikel kiri.
E. Intrakranial neoplasma
Pada otopsi sering ditemukan glioma pada kedua lobus frontal
yang menyebabkan penekanan yang fatal.
F. Abses otak, polioensefalitis dan meningitis
Abses otak yang sering akibat komplikasi dari otitis media kronik
dan mastoiditis dapat berkembang menjadi lebih parah dan dapat
menyebabkan kematian dengan cepat akibat penekanan pada serebral.
23
Polioensefalitis akut dan ensefalitis juga sering menyebabkan kematian
mendadak.
G. Infeksi sifilis
Sifilis leptomeningitis kronik ditandai dengan infiltrasi sel radang
dalam selaput piaaraknoid yang terlihat jelas di bawah permukaan pons
dan sekitar sirkulus wilisi.
24
Spontaneous Subarachnoid Hemorage
25
No. Pembeda Spontaneous hemorrage Traumatic
hemorrhage
26
2. Kaku Mayat
Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah kematian. Setelah 12
jam kematian kaku mayat menjadi lengkap. Hal ini disebabkan kelenturan otot
setelah kematian masih dipertahankan akibat pemecahan cadangan glikogen
otot yang mengubah ADP menjadi ATP sehingga serabut aktin dan miosin
tetap lentur. Pada kasus mayat didapatkan pada pergelangan tangan, siku,
pergelangan kaki, lutut, leher, dagu, sukar dilawan. 2
Pada perkiraan saat kematian masih terdapat beberapa tanda pasti lain yang bisa
ditemukan, seperti penurunan suhu tubuh namun pada kasus ini tidak dilakukan
pemeriksaan. Selain itu ada juga pembusukan, adiposera dan mummifikasi,
namun pada kasus ini belum ditemukan tanda-tanda tersebut.
27
BAB 4
Kesimpulan
1. Kematian mendadak merupakan kematian yang dating secara tidak terduga
dengan batasan waktu sejak timbul gejala sampai terjadi kematian kurang
dari 24 jam. Kasus kematian mendadak ini terjadi tanpa riwayat penyakit
dan tanpa saksi, yang menimbulkan kecurigaan apakah terdapat unsur
pidana didalamnya.
2. Kematian mendadak dapat terjadi karena trauma yang dapat memicu
kematian dalam waktu yang singkat, keracunan, dan adanya penyakit.
Penyakit yang paling sering menyebabkan kematian mendadak adalah
penyakit kardiovaskular.
3. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, dari aspek medikolegal belum
terpenuhi pernyataan administrasi untuk dilakukannya pemeriksaan luar
karena surat perimintaan visum belum diberikan secara tertulis oleh
penyidik saat pemeriksaan.
4. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, dari aspek patologi
forensikditemukan luka lecet geser pada punggung kanan bawah.
5. Pada kasus ini terdapat kemungkinan korban meninggal akibat penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian mendadak terbanyak.
Cara kematian korban dapat ditentukan tidak wajar. Mekanisme kematian
pada kasus ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya iskemik atau
infark miokard.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
11. Mutahal, Hariadi A. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Edisi Ketiga. Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.
Jakarta: Binarupa Aksara
30