Anda di halaman 1dari 12

Ekshumasi (Penggalian Kubur)

Pembimbing:
Dr. Andri, SpF

Disusun Oleh:

Devi Melissa 11.2015.031


Azrin Agmalina 11.2015.380
Patricia Renata 11.2016.118
Elisabeth Janice Rusli 11.2016.163
Maria Kelo 11.2016.228
Sani Euodia Laelaem 11.2016.264
Gladys Juane Patulak 11.2016.295
Fariska 11.2016.328
Angela Mitchelle Nyangan 11.2016.380
Louis Ryandi 11.2017.064

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN DAN KEHAKIMAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 5 FEBRUARI 2018 – 8 MARET 2018

Latar Belakang
Ekshumasi atau penggalian mayat kadang perlu dilakukan ketika dicurigai kematian
seseorang dianggap tidak wajar. Beberapa kasus diluar negeri, lebih banyak diminta oleh
asuransi kesehatan daripada oleh keluarga. Pada prinsipnya, keluarga berhak menolak autopsi
yang diminta oleh pihak asuransi, namun resiko yang harus dihadapi oleh keluarga adalah
kehilangan seluruh klaim yang seharusnya mereka dapatkan sebagai konsekuensi asuransi.
Dibandingkan autopsi yang segera dilakukan setelah kematian, ekshumasi membutuhkan
lebih banyak biaya tambahan untuk penggalian kubur, transport, pembersihan, biaya bagi
pemeriksa medis dan untuk penguburan kembali. Selain itu hasil pemeriksaan terhadap
jenazah yang telah lama dikubur tidak akan memberikan hasil lebih baik bila dibandingkan
dengan pemeriksaan pada jenazah yang masih baru.
Perbedaan jangka waktu post-mortem memiliki beberapa variable yang mempengaruhi
pembusukan, antara lain: faktor suhu lingkungan, kondisi tanah, dan bahan penyusun peti
mayat. Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh Department of Pathology, Occupational
Association Hospital, Bergmannsheil-Bochum selama tahun 1967-1998, didapatkan dari 371
ekshumasi, rata-rata jumlah hari setelah dikubur adalah selama 74 hari. Waktu tersingkat
adalah 9 hari dan waktu terlama 478 hari. Semuanya laki-laki berusia 27-87 tahun saat
meninggal (rata-rata 66 tahun).
Pertanyaan yang sering diajukan lebih ke arah penyakit yang diderita (93%). Dan 12%
diantaranya merupakan pertanyaan mengenai dampak kecelakaan pada korban, baik
kecelakaan itu sendiri atau gabungan dengan penyakit yang dideritanya juga. Pada 99,2%
kasus tujuan utama asuransi kesehatan adalah apakah seseorang berhak mendapatkan klaim
atau ganti rugi.
Di India penggalian jenazah jarang dilakukan karena kebiasaan di India yang membakar
jenazah dan hanya suku tertentu saja yang menguburkan jenazah. Batas waktu permintaan
dilakukan ekshumasi di tiap-tiap negara berbeda-beda. Di Perancis contohnya batas waktunya
hanya sampai 10 tahun sedangkan di Jerman batas waktunya sampai 30 tahun.
Bila penyidik dalam rangkaian penyidikannya memerlukan bantuan dokter untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka seorang dokter wajib
melaksanakan pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu, dokter perlu memahami dengan benar
peranannya dan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan terhadap jenazah yang telah

2
dikubur sehingga dapat memberi keterangan yang bermanfaat untuk kepentingan peradilan
saat dilaksanakan ekshumasi.
Definisi
Kata Ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu “ex” yang artinya keluar dan “humus”
yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah keluar dari tanah, yang artinya
menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mencari penyebab
kematiannya dan mencari identitas seseorang.1
Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang-undang dalam
rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali jenazah yang sudah
dikuburkan dan berdasarkan permintaan penyidik.2,3
Definisi ekshumasi tersebut berlaku secara universal tetapi penekanan tujuannya yang
berbeda. Diluar negeri ekshumasi diperkenankan untuk kepentingan asuransi sedangkan di
Indonesia hal tersebut belum pernah dilaporkan karena penekanan tujuan ekshumasi di
Indonesia adalah untuk kepentingan peradilan khususnya tindak pidana.1
Ekshumasi dilakukan sesuai dengan kepentingan:2
 Penggalian atau pembongkaran kuburan untuk kepentingan peradilan.
Untuk kepentingan penyidikan kepolisian kadang suatu kuburan perlu digali kembali
untuk memeriksa dan membuat visum et rapertum dari jenazah yang beberapa waktu lalu
dikubur. Hal ini terjadi atas dasar laporan atau pengaduan masyarakat agar polisi dapat
melakukan penyidikan atas kematian tidak wajar dan menimbulkan kecurigaan. Kadang
korban suatu pembunuhan atau tindak kejahatan lain dikubur disuatu tempat atau suatu
kematian pada waktu itu dianggap atau dibuat seolah-olah wajar sehingga tidak
dimintakan visum et repertum. Ternyata beberapa waktu kemudian diketahui bahwa
kematian itu tidak wajar.
 Penggalian non forensik atau bukan untuk peradilan:
- Biasanya dilakukan untuk keperluan kota-kota, pengembangan gedung-gedung dan
sebagainya atas perintah dari penguasa pemerintah setempat. Untuk pelaksanaan
biasanya ada petunjuk pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah setempat yang
bekerjasama dengan keluarga. Oleh karena itu sifatnya lebih sederhana dan sifatnya
tidak perlu ikut serta kepolisian dari segi pengamanan pelaksanaan sehingga hanya
untuk mencegah seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

3
- Kadang-kadang atas kemauan keluarga sendiri untuk memindahkan kuburan seseorang
ke kuburan lain atau ke kota lain. Untuk tujuan ini sudah ada cara tertentu dan
biasanya tidak menjadi urusan kepolisian.
- Untuk identifikasi4
Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan dan
dilakukan secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial. Semakin dini
ekshumasi dilakukan semakin baik. Selain itu pengamanan barang bukti harus dilakukan
semaksimal mungkin sejak awal penggalian dengan melibatkan ahli. Penggalian awal biasa
dilakukan oleh orang yang bukan ahli forensik, tetapi begitu sudah kelihatan ada mayat atau
peti maka menjadi bagian ahli forensik untuk melanjutkan.

Tujuan Ekshumasi2
Ada beberapa kemungkinan kenapa penggalian mayat harus ditempuh. Biasanya
berkaitan dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan keterangan mengenai penjelasan
yang masih kabur bagi penyidik atau badan lain (misalnya ausransi), seperti:
 Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian atau karena alasan-
alasan kriminal.
 Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan kematian tidak
jelas dan menimbulkan pertanyaan seperti keracunan dan gantung diri.
 Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya atau
diragukan.
 Pada kasus kriminal untuk menentukan penyebab kematian yang diragukan, misalnya
pada kasus pembunuhan yang ditutupi seakan-akan bunuh diri.

Prosedur Ekshumasi5
Bila mayat baru beberapa hari dikuburkan maka penggalian kuburan harus segera
dilakukan, tidak boleh ditunda-tunda. Tetapi bila telah beberapa bulan dikuburkan maka
penundaan beberapa hari tidak menjadi masalah yang penting. Segala persiapan harus rapi
dan lengkap. Penggalian kubur atau Ekshumasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau siang
hari, jadi hakim dan petugas yang meminta penggalian kubur harus hadir pada tempat
penggalian kuburan. Untuk pelaksanaan pembongkaran kuburan perlu persiapan dan syarat
kelengkapan serta pengadaan sarana untuk pelaksanaan penggalian.
Secara teknis, prosedur ekshumasi dibagi menjadi:

4
1. Persiapan Penggalian Kuburan:
 Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal yang menyatakan tidak berkeberatan
bahwa makam atau kuburan tersebut dibongkar.
 Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah setempat atau saksi-
saksi lain yang menyatakan bahwa kuburan tersebut memang kuburan dari orang-
orang yang meninggal yang dimaksudkan.
 Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti yang dikuasai oleh
penyidik (Kepolisian) untuk sementara.
 Surat permintaan Visum et Repertum kepada Dokter pemerintah, Dokter Polri atau
Dokter setempat untuk pemeriksaan mayat.
 Berita acara pembongkaran kuburan harus dibuat secara kronologis serta sesuai
metode kriminalistik yang membuat semua kejadian sejak pertama kali kuburan itu
dibongkar.
 Peralatan dan sarana lain yang diperlukan.
2. Pelaksanaan Penggalian Kuburan:
 Perlu dihadiri oleh dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat, pihak
keamanan, petugas pemakaman dan penggali kuburan.
 Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak keluarga atau
ahli waris atau saksi yang mengetahui dan menyaksikan penguburan.
 Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutup dengan tabir (dari bahan
apa saja).
 Mencatat kronologis acara pembongkaran kuburan:
- Siapa saja yang hadir di tempat penggalian (nama dan alamat).
- Tempat dan alamat penggalian.
- Jam berapa dimulai pemeriksaan kuburan (dari luar).
- Tanda-tanda yang ada dicatat, misalnya nisan dibuat dari apa, berapa tingginya,
dan bagaimana bentuknya.
- Identitas, nama, tanggal kematian, dan sebagainya.
- Keadaan cuaca, mendung, panas, dan sebagainya.
- Setiap mencapai kedalaman tertentu harus dicatat diukur dengan mistar dan difoto.
Misalnya jam 09.30 mencapai kedalaman 1 meter.
- Keadaan tanah, komposisi tanah, pasir, tanah liat warna merah atau coklat.

5
- Tanah yang berada disekitar jenazah diatas, dibawah dan disisi kanan kiri jenazah.
Sebaiknya harus diambil dan dimasukkan kedalam gelas kaca, yang ditempel kertas
label identitas. Sebaiknya sekurang-kurangnya dua sampel tanah diambil dengan
jarak kurang lebih 25-30 kaki dari kuburan, hal ini sangat penting pada kasus
keracunan. Pada kasus keracunan Arsenic racun akan ditemukan di tubuh jenazah
pada saat penggalian kubur dan tanah disekitar jenazah akan mengandung arsenic.
- Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti mayat dan
sebagainya dan pada kedalaman berapa meter, jangan lupa selalu dibuat fotonya.
- Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak ada peti,
jenazah diangkat dari liang lahat.
- Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan lain lain.
- Barang-barang yang ditemukan.
- Saat dokter mulai mengadakan pemeriksaan (autopsi) sampai selesai.
 Seandainya autopsi akan dilakukan di Rumah Sakit maka mayat atau peti
mayat sebagai barang bukti harus dibungkus, disegel, dan sebagainya sebelum dikirim
ke Rumah Sakit dan harus disertai dengan Berita Acara dan sebagainya. Pertimbangan
melakukan pemeriksaan di tempat atau TPU:
- Transportasi yang sulit atau tidak memungkinkan.
- Penghematan waktu.
- Mendapat hasil pemeriksaan lebih cepat.
- Menghindari kesalahpahaman pandangan masyarakat.
- Mempermudah penguburan kembali.
Pertimbangan melakukan pemeriksaan dirumah sakit:
- Pemeriksaan dapat dilakukan dengan tenang.
- Diharapkan lebih teliti.
- Mendapat hasil lebih baik karena dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih
lengkap seperti pemeriksaan histopatologik dan toksikologik.
 Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu 1 meter atau meteran dari pita
logam 2-5 meter.
 Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih oleh petugas
Polri sendiri. Tidak diperkenankan wartawan / wartawan foto berada dilokasi
pengadilan.
3. Penyerahan ke Penyidik

6
Tahapan teknis yang terakhir dari ekshumasi adalah dilakukan penyerahan kembali ke
penyidik bahwa pemeriksaan terhadap jenazah telah selesai. Dimana selanjutnya akan
dibuat berita acara pemakaman kembali dan berita acara penyerahan kembali kuburan
kepada keluarga. Selanjutnya jenazah yang telah diotopsi dimakamkan kembali.

Aspek Legal Ekshumasi6


Sebab kematian tidak dapat ditentukan hanya dari pemeriksaan luar saja. Sehingga perlu
dilakukan autopsi atau bedah mayat untuk mengetahui penyebab kematian seseorang dimana
sebelumnya pihak penyidik wajib memberitahukan kepada pihak keluarga korban bahwa
prosedur itu harus dilakukan untuk kepentingan peradilan.
Mengenai hal ini diatur dalam:
 KUHAP pasal 134 ayat (1): “Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan
terlebih dahulu kepada keluarga korban.“
 KUHAP pasal 134 ayat (2): “Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan
dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan
tersebut.“
Jika setelah penyidik menerangkan kepada keluarga korban tentang maksud dan tujuan
pembedahan mayat dengan sejelas-jelasnya tetapi keluarga korban tetap keberatan maka
keluarga dianggap dengan sengaja menghalang-halangi, merintangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan maka perbuatan itu diancam dengan pidana seperti
dalam pasal 222 KUHAP: “Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi atau
menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan dihukum dengan penjara selama-
lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus ribu rupiah.“
Penyidik menetapkan waktu 2 hari untuk menanti tanggapan dari keluarga jenazah yang
akan di autopsi, maupun untuk mencari keluarga jenazah yang tidak dikenal. Jika dalam
waktu 2 hari itu tidak ada tanggapan dari pihak keluarga atau keluarga jenazah tidak
ditemukan maka autopsi akan tetap dilaksanakan segera sesuai dengan permintaan penyidik.
Hal ini diatur dalam KUHAP pasal 134 ayat (3): “Apabila dalam waktu 2 hari tidak ada
tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik
segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-
undang ini.“

7
Jika jenazah yang akan diautopsi telah dikuburkan maka perlu dilakukan ekshumasi atau
penggalian kubur. Tentang ekshumasi atau penggalian kubur ini diatur dalam KUHAP pasal
135: “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal
134 ayat (1) undang-undang ini.“
Yang dimaksud dengan “penggalian mayat” termasuk pengambilan mayat dari semua
jenis tempat dan cara penguburan.
Karena proses penggalian mayat dan autopsi bertujuan untuk kepentingan peradilan maka
semua biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh negara. Hal tersebut sebagaimana diatur
dalam KUHAP pasal 136: “Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam bagian kedua bab XIV ditanggung oleh negara.”

Pemeriksaan terhadap Jenazah Ekshumasi (Autopsi)


Autopsi berasal dari kata auto=sendiri dan opsis=melihat. Yang dimaksud dengan autopsi
adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar
maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera,
melakukan interpretsi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta
mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian.7
Untuk diketahui, ada 3 jenis autopsi:7
 Autopsi klinik: Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, dirawat di
Rumah Sakit tapi kemudian meninggal dunia. Adapun tujuan dilakukan autopsi klinik:
- Menentukan sebab kematian yang pasti.
- Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai dengan
diagnosis postmortem.
- Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinis dan
gejala-gejala klinis.
- Menentukan efektivitas pengobatan.
- Mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit.
 Autopsi forensik: Dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan
undang-undang, dengan tujuan:
- Membantu dalam hal penentuan identitas mayat.

8
- Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian, serta saat
kematian.
- Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas
benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan.
- Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et
repertum.
- Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas
serta penuntutan terhadap orang yang bersalah.
 Autopsi anatomi: Dilakukan pada pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para
dokter.
Autopsi yang dilakukan pada ekshumasi adalah autopsi forensik. Adapun tujuan dari
medikolegalnya adalah:8
 Tuntutan kasus kriminal seperti pembunuhan, kecurigaan pada kasus keracunan, dan
kematian karena kasus abortus kriminal atau malpraktek. Hal ini berlaku secara universal
di seluruh negara.
 Penentuan penyebab kematian pada kasus perdata seperti gugatan kematian karena
kecelakaan, ganti rugi asuransi, gugatan kompensasi pekerjaan, pertanggungjawaban
untuk malpraktek, dan tuntutan untuk warisan. Hal ini hanya berlaku diluar negeri
sedangkan di Indonesia tidak.
Autopsi pada ekshumasi harus dengan bukti-bukti penting yang dikumpulkan sebaik-
baiknya, disegel dan diberi label. Penelitian secara hati-hati seharusnya dilakukan pada semua
benda yang dapat digunakan sebagai bukti. Materi-materi tersebut harus dikumpulkan
sebelum dan selama proses penggalian kubur:9
 Sampel tanah dari permukaan atas kubur.
 Sampel tanah diatas dan didalam kubur.
 Sampel tanah dari tiap sisi kubur.
 Sampel tanah dibawah kubur (jika dibawah kubur itu ada air, sampel air juga harus
diambil).
 Sampel kontrol tanah dari bagian pemakaman lainnya.
Pemeriksaan autopsi pada ekshumasi dibagi menjadi 2 bagian:8
1. Identifikasi (setiap hal harus direkam atau dibuat dokumentasi):
 Batu nisan.
 Gambaran kuburan.
9
 Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari , dan lain-lain.
Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu dilakukan.
2. Penyebab kematian:
 Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah.
 Tubuh jenazah harus difoto.
 Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh diambil untuk
pemeriksaan histologi, lalu diawetkan. Pengawet terbaik adalah alkohol.
 Semua jaringan harus dikirim untuk diperiksa. Pada kasus-kasus ekshumasi
sebaiknya disimpan semua jaringan, juga semua cairan dari kubur, rambut, kuku, dan
kulit.
Adapun teknik autopsi yang dapat digunakan antara lain:6
 Teknik Virchow: Setelah dilakukan pembukaan rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan
satu persatu dan langsung diperiksa. Dengan demikian kelainan yang terdapat pada
masing-masing organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang. Teknik ini
kurang baik digunakan pada autopsi forensik, terutama pada kasus penembakan dengan
senjata api dan penusukan dengan senjata tajam.
 Teknik Rokitansky: Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat, dan diperiksa dengan
melakukan beberapa irisan in situ, kemudian seluruh organ dikeluarkan dalam kumpulan-
kumpulan organ (en bloc). Teknik ini pun tidak baik digunakan untuk autopsi forensik.
 Teknik Letulle: Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma, dan perut
dikeluarkan sekaligus (en masse). Kepala diletakan diatas meja dengan permukaan
posterior menghadap ke atas. Plexus coeliacus dan kelenjar para aortal diperiksa, aorta
dibuka sampai arcus aortae dan Aa. renales kanan dan kiri dibuka serta diperiksa. Aorta
diputus diatas muara a. Renalis. Rectum dipisahkan dari sigmoid. Organ urogenital
dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat pada 2 tempat dan kemudian
diputus antara 2 ikatan tersebut dan usus dapat dilepaskan. Esofagus dilepaskan dari
trakhea, tetapi hubungannya dengan lambung dipertahankan. Vena cava inferior serta
aorta diputus diatas diafragma dan dengan demikian organ leher dan dada dapat dilepas
dari organ perut. Dengan pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini, hubungan
antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh.
Kerugiannya adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta”panjang”nya kumpulan organ
yang dikeluarkan sekaligus.

10
 Teknik Ghon: Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ
(bloc).
Pada autopsi jenazah yang baru meninggal, terkadang sulit menentukan penyebab
kematiannya. Apalagi pada ekshumasi dimana jenazah sudah dikuburkan beberapa hari
sampai tahun, sehingga tidak semua autopsi dapat menjelaskan tentang penyebab
kematiannya, terutama pada jenazah yang telah mengalami pembusukan.
Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa eksumasi merupakan suatu tindakan
medis yang dilakukan atas dasar undang-undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan
pidana dengan menggali kembali jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari
keluarga korban. Adapun dasar undang-undang yang dipakai untuk melakukan eksumasi ini
adalah: KUHAP pasal 134 ayat (1), (2), (3), KUHAP pasal 135, KUHAP pasal 136, dan
KUHP pasal 222. Eksumasi sendiri dapat bertujuan untuk kepentingan peradilan (forensik)
maupun bukan untuk kepentingan peradilan (non-forensik), tetapi tujuan non peradilan hanya
berlaku diluar negeri. Prosedur yang dilakukan dalam ekshumasi ini pada prinsipnya harus
dilakukan sesegera mungkin dan seteliti mungkin. Peranan dokter sangat penting dalam
eksumasi ini dimana dokter sebagai saksi ahli, harus hadir sejak penggalian kubur sampai
melakukan pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang diekshumasi dan menyimpulkan apa
yang didapatkan dari pemeriksaan tersebut dan jika memungkinkan mencari sebab kematian.

11
Daftar Pustaka
1. Amir A. Rangkaian ilmu kedokteran forensik. Edisi 2. Medan: Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 2007.
2. Gordon I, Sharpiro HA, dan Berson SD. Forensic medicine (a guide to principles). 3rd
edition. United Kingdom: Churchill Livingstone; 1988.
3. Aggrawal A. Exhumation-medical and legal aspects. Vol 2(2). New Delhi: Journal of
Forensic Medicine and Toxicology; 2001. Diunduh dari:
http://www.anilaggrawal.com/ij/vol_002_no_002/ug002_002.html, 7 Februari 2018.
4. Gresham GA, Turner AF. Post-mortem procedures. London: Wolfe Medical
Publications; 1979.
5. Sarajevo. Batajnica summary report: forensic monitoring activities. ICMP; 2004.
Diunduh dari: https://www.icmp.int/?resources=batajnica-summary-report-forensic-
monitoring-activities-2, 7 Februari 2018.
6. Idries AM. Kitab undang-undang hokum acara pidana. Dalam: Pedoman ilmu
kedokteran forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.
7. Bagian Kedokteran Forensik. Teknik autopsi forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
8. Gonzales, Thoma A, dan Vance M. Legal medicine pathology and toxicology. 2nd
edition. Appleton-Century-Crofts Inc; 1825.
9. Camps FE. Gradwohl’s legal medicine. United Kingdom: John Wright & Sons; 1968.

12

Anda mungkin juga menyukai