F, DFM
BAB. I
PENDAHULUAN
kematian seseorang dianggap tidak wajar. Ekshumasi sekarang ini di luar negeri
sering diminta ketika timbul masalah pada asuransi kesehatan. Beberapa kasus di luar
negeri lebih banyak diminta oleh asuransi kesehatan daripada oleh keluarga. Pada
prinsipnya, keluarga berhak menolak autopsi yang diminta oleh pihak asuransi,
namun resiko yang harus dihadapi oleh keluarga adalah kehilangan seluruh klaim
banyak biaya tambahan untuk penggalian kubur, transport, pembersihan, biaya bagi
pemeriksa medis dan untuk penguburan kembali. Selain itu hasil pemeriksaan
terhadap jenazah yang telah lama dikubur tidak akan memberikan hasil lebih baik bila
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 1
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
dibandingkan dengan pemeriksaan pada jenazah yang masih baru. Perbedaan jangka
antara lain : faktor suhu lingkungan, kondisi tanah, dan bahan penyusun peti mayat.
didapatkan dari 371 ekshumasi, rata-rata jumlah hari setelah dikubur adalah selama 74
hari. Waktu tersingkat adalah 9 hari dan waktu terlama 478 hari. Semuanya laki-laki
berusia 27-87 tahun saat meninggal (rata-rata 66 tahun). Pertanyaan yang sering
diajukan lebih ke arah penyakit yang diderita (93%). Dan 12% diantaranya
itu sendiri atau gabungan dengan penyakit yang dideritanya juga. Pada 99,2% kasus
tujuan utama asuransi kesehatan adalah apakah seseorang berhak mendapatkan klaim
Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang-
undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali
jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari keluarga korban.(2,3)
membakar jenazah dan hanya suku tertentu saja yang menguburkan jenazah jadi
hanya sampai 10 tahun sedangkan di Jerman batas waktunya sampai 30 tahun Bila
melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka seorang dokter
wajib melaksanakan pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu, dokter perlu memahami
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 2
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
dengan benar peranannya dan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan terhadap
jenazah yang telah dikubur sehingga dapat memberi keterangan yang bermanfaat
untuk kepentingan peradilan saat dilaksanakan ekshumasi. Di negara kita ini sering
kali ada suatu laporan tentang telah terjadimya peristiwa pembunuhan yang terlambat
disampaikan kepada penyidik, sehingga dapat menimbulkan kesulitan, baik bagi pihak
penyidik maupun bagi pihak dokter untuk melakukan tugasnya memeriksa mayat oleh
kematian bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena kebutaan tentang
hukum, masalah transportasi, saksi dibawah tekanan/ ancaman serta anggapan yang
dikerjakan dimana selain karena kasus mayat yang munculnya kemudian/ belakangan,
tetapi bisa pula karena faktor budaya/ adat (pada suku tertentu) ataupun karena
atau malpraktik.
identitas.(7)
dokter untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka
dokter wajib melaksanakan pemeriksaan tersebut. Inilah tantangan yang berat bagi
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 3
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
para dokter pada umumnya, sehingga biasanya mereka akan merujuk ke bagian
mayatnya masih bau. Mayat yang diperiksa umumnya baru beberapa hari atau
beberapa minggu di kubur, sehingga proses pembusukan masih sangat baru. Yang
diperlukan kalangan dokter dalam hal penggalian mayat ini dituntut untuk melakukan
secara lebih teliti dan seksama. Dalam hal ini perlu diingat oleh semua kalangan hasil
pemeriksaan terhadap mayat yang telah dikubur tidak akan memberikan hasil sebaik-
baiknya apabila mayat diperiksa ketika sebelum dikubur. Apabila mayat dikubur telah
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 4
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
BAB. II
DEFENISI
Kata Ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu ex yang artinya diluar dan
humus yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah diluar tanah,
yang artinya menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mencari
Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang-
undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali
jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari keluarga korban.(2,3)
Definisi ekshumasi tersebut berlaku secara universal tetapi penekanan tujuannya yang
pidana. Penggalian kuburan atau ekshumasi diperlukan untuk tujuan tertentu sesuai
dengan kepentingan.(2) :
kembali untuk memeriksa dan membuat visum et rapertum dari jenazah yang
yang beberapa waktu lalu dikubur. Hal ini terjadi atas dasar laporan atau
suatu pembunuhan atau tidak kejahatan lain dimana korban dikubur disuatu
tempat atau suatu kematian yang pada waktu itu dianggap atau dibuat seolah-
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 5
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
olah kematian wajar sehingga pada waktu itu tidak dimintakan Visum et
tidak wajar.
Oleh karena itu sifatnya lebih sederhana dan sifatnya tidak perlu ikut
kuburan seseorang ke kuburan lain atau ke kota lain. Untuk tujuan ini
sudah ada cara tertentu dan biasanya tidak menjadi urusan kepolisian.
c. Untuk identifikasi.(4)
dan dilakukan secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial.
Semakin dini ekshumasi dilakukan semakin baik. Selain itu pengamanan barang bukti
harus dilakukan semaksimal mungkin sejak awal penggalian dengan melibatkan ahli.
Penggalian awal biasa dilakukan oleh orang yang bukan ahli forensik, tetapi begitu
sudah kelihatan ada mayat atau peti maka menjadi bagian ahli forensik untuk
melanjutkan.
1. Tertangkapnya terdakwa.
keterangan mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik atau badan lain
2. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan
gantung diri.
3. Pada kasus yang identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya.
4. Pada kasus untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi. (5)
persoalan hukum. Dimana pihak keluarga korban ataupun pihak penyidik merasa
adanya kecurigaan atas kematian korban. Namun pada kasus-kasus tertentu juga untuk
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 7
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
didapat/ tertangkap dan kemudian menunjukan lokasi korban pembunuhan dikubur. (4)
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 8
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
BAB. III
KETENTUAN HUKUM EXHUMATION
kuburan ini diatur dalam pasal 135 disini terkait pula pasal 133, 134 dan 136 KUHAP.
Penyidik berhak pula untuk memerintahkan dilakukan penggalian mayat, dan bagi
sanksi hukum seperti yang tercantum dalam pasal 222 KUHP. Dalam proses
pemeriksaan mayat maka sebaiknya dokter bekerja seteliti mungkin karena apabila
tidak maka pihak peradilan/ penegak hukum dapat meragukan kebenaran hasil
pemeriksaan tersebut dan visum et repertum yang dibuat dokter mungkin tidak akan
serta yang lebih merepotkan lagi bahwa dokter dapat dituntut karena membuat
keterangan palsu, terkait dengan pasal 163 dan pasal 180 KUHAP, dan penggalian
mayat dapat dilakukan kembali.(5) Pasal-pasal yang tersebut di atas dapat diperinci
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,
Ayat 1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 9
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
Ayat 1 Dalam hal sangat diperlukan untuk keperluan pembuktian bedah mayat
Jika keterangan saksi di sidang berbeda dengan keterangan yang terdapat dalam
berita acara, hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal itu serta meminta
keterangan mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan
sidang.
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 10
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
Ayat 2 dalam hal timbul keberatan beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
permintaan tertulis. Di India dilaksanakan atas perintah seorang kepala daerah (Distrik
Magistrate) atau seorang coroner (hakim atau pegawai yang berwenang untuk
dilakukan atas perintah penyidik sesuai dengan pasal 135 KUHAP, permintaan
dilakukan dengan segera. Tetapi bila telah dikubur satu bulan atau lebih maka
penggalian kuburan dapat ditunda beberapa hari mencari waktu yang tepat, sebab
penundaan beberapa hari tidak akan membawa pengaruh buruk terhadap pemeriksaan.
Apalagi kalau tertinggal diduga hanya tulang belulang saja, tidaklah perlu terburu-
buru menentukan saat yang baik untuk melakukan pemeriksaan. Dalam hal ini
melihat sisa-sisa kekerasan pada tulang seperti fraktur atau retak tulang dan beberapa
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 11
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
jenis racun mungkin masih bisa didapat.(5) Penetapan batas waktu untuk penggalian
India dan Inggris : tidak ada batas waktu (ter masuk Indonesia)
Perancis : 10 tahun
Skotlandia : 20 tahun
Jerman : 30 tahun(7,8)
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 12
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
BAB. IV
TATA LAKSANA EXHUMATION(5)
Bila mayat baru beberapa hari dikuburkan maka penggalian kuburan harus
segera dilakukan, tidak boleh ditunda tunda. Tetapi bila telah beberapa bulan
dikuburkan maka penundaan beberapa hari tidak menjadi masalah yang penting.
Segala persiapan harus rapi dan lengkap. Penggalian kubur atau Ekshumasi sebaiknya
dilakukan pada pagi hari atau siang hari, jadi hakim dan petugas yang meminta
syarat kelengkapan serta sarana sarana tertentu serta pengadaan sarana untuk
b. Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah setempat atau
c. Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti yang
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 13
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
b. Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak keluarga atau
diperlukan kehadirannya.
c. Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutup dengan tabir (dari bahan
apa saja).
o Tanda-tanda yang ada dicatat, misalnya nisan dibuat dari apa, berapa
o Keadaan tanah , komposisi tanah, pasir, tanah liat warna merah atau
dibawah dan disisi kanan kiri jenazah. Sebaiknya harus diambil dan
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 14
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
kurang lebih 25 sampai 30 kaki dari kuburan, hal ini sangat penting
o Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti mayat
dan sebagainya dan pada kedalaman berapa meter jangan lupa selalu
dibuat fotonya.
o Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak ada
o Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan lain
lain.
e. Seandainya autopsi akan dilakukan di Rumah Sakit maka mayat atau peti
mayat sebagai barang bukti harus dibungkus, disegel dan sebagainya sebelum
dikirim ke Rumah Sakit dan harus disertai dengan Berita Acara dan
sebagainya.
Penghematan waktu.
f. Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu 1 meter atau meteran dari pita
g. Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih oleh petugas
pengadilan.
3. Penyerahan ke Penyidik
kembali.(5)
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 16
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
Kegiatan ehumation.
pemakaman.
dan pemeriksaan kepada hal yang dicurigai. Begitu pula sebelum penggalian
mengenai : jenis Kelamin, umur, panjang badan, warna dan panjang rambut,
keadaan gigi-geligi, tato kalau ada, cacat didapat atau bawaan dan lain-lain.
Biasanya jenazah tidak bisa dibawa ke rumah sakit. Akan lebih praktis kalau
harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Oleh karena itu perlengkapan
autopsi harus dibawa, termasuk ember, stoples bersih yang belum dipakai,
alkohol 95% 2 liter atau lebih, formalin 10%, kantong plastik untuk membawa
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 17
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
pada pagi hari daerah kuburan masih sunyi dan masyarakat belum banyak
hari, pemeriksaan dapat dilakukan siang hari dalam cuaca yang baik.
3. Kehadiran Petugas
4. Keamanan
sekitarnya dan dijaga oleh petugas kepolisian, oleh karena nantinya dapat
Pengenalan ini dilakukan oleh penyidik dibantu oleh penjaga kuburan dan
sanak famili korban yang hadir pada saat penggalian kuburan tersebut. Setelah
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 18
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
identifikasi kuburan sudah jelas dan tepat maka kuburan digali oleh petugas
penggali kuburan. Setelah peti tampak, lalu diukur jaraknya dari atas kuburan
sampai ke peti dan sebaiknya difoto. Kemudian peti mati dikeluarkan dan
peti tersebut diukur dan diidentifikasi oleh famili korban. Setelah peti dibuka,
mayat dikeluarkan dari peti dan diletakkan di atas meja saksi yang telah
dengan memakai masker penutup hidung untuk menghindari bau gas yang
menusuk hidung. Bila kematian korban diduga karena keracunan, maka tanah
di sekeliling mayat diambil sebanyak 500 gram dari keempat sisi mayat dan
tanah yang setentang dengan lambung mayat (di bawah lambung) diambil
juga. Tanah di sekitar diambil juga sebagai kontrol dan dimasukkan ke dalam
botol yang kering untuk pemeriksaan kimia. Bila mayat telah mengalami
diambil juga untuk pemeriksaan kimia terutama kain yang setentang daerah
punggung mayat.
6. Pemeriksaan Mayat
diinginkan yang timbul dari masyarakat, oleh karena tidak terbiasa melihat hal
sangat diharapkan oleh pihak keluarga atau ahli waris korban. Pemeriksaan di
kamar mayat memang lebih baik, dalam arti pemeriksaan dapat dilakukan
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 19
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
dengan tenang tanpa harus ditonton oleh masyarakat banyak sebagaimana bila
kamar mayat diharapkan dapat dilakukan lebih teliti, walaupun hal ini sangat
dalam larutan potasium permanganas dan memakai sarung tangan yang tebal.
Bila mayat sudah hancur semuannya, maka setiap organ yang masih tinggal
harus diambil untuk pemeriksaan kimia. Jika organ dalam tidak dijumpai lagi
maka diambil rambut, gigi, kuku, tulang dan kulit korban yang kemudian
selain tanah harus juga diambil rambut, kuku dan tulang-tulang panjang untuk
Mayat yang baru dikubur lebih berbahaya daripada mayat yang sudah
bahan yang lebih dari pada kekurangan. Hasil pemeriksaan haruslah disiapkan
hari itu juga dan visum et repertumnya hendaknya disiapkan secepatnya. (4,5,9)
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 20
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
BAB. V
AUTOPSI PADA EXHUMATION
Autopsi berasal dari kata auto = sendiri dan opsis = melihat. Yang dimaksud
terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 21
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
1. Autopsi klinik
Sakit tapi kemudian meninggal dunia. Adapun tujuan dilakukannya autopsi klinik
adalah :
2. Autopsi forensik
dengan tujuan :
saat kematian.
visum et repertum.
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 22
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
3. Autopsi anatomi.
Autopsi yang dilakukan pada ekshumasi adalah autopsi forensik. Adapun tujuan
dan kematian karena kasus abortus kriminal atau malpraktek. Hal ini berlaku
2. Penentuan penyebab kematian pada kasus perdata seperti gugatan kematian karena
jawaban untuk malpraktek, dan tuntutan untuk warisan. Hal ini hanya berlaku di
sebaik-baiknya. Untuk itu, sampel dari tanah juga harus dikumpulkan. Penelitian
secara hati-hati seharusnya dilakukan pada semua benda-benda yang dapat digunakan
sebagai bukti. Materi-materi tersebut harus dikumpulkan sebelum dan selama proses
sampel tanah dibawah kubur (jika dibawah kubur itu ada air, sampel air juga harus
diambil).
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 23
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 24
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
a. Batu nisan.
b. Gambaran kuburan.
Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu
dilakukan.
2. Penyebab kematian
c. Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di ambil untuk
sebaiknya disimpan semua jaringan, juga semua cairan dari kubur, rambu,
1. Teknik Virchow
masing-masing organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang. Teknik ini
kurang baik bila digunakan pada autopsi forensik, terutama pada kasus
2. Teknik Rokitansky
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 25
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan
dalam kumpulan-kumpulan organ (en bloc). Teknik ini pun tidak baik digunakan
3. Teknik Letulle
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma dan perut dikeluarkan
sekaligus (en masse). Kepala diletakan di atas meja dengan permukaan posterior
menghadap ke atas. Plexus coeliacus dan kelenjar para aortal diperiksa, aorta
dibuka sampai arcus aortae dan Aa. renales kanan dan kiri dibuka serta diperiksa.
Aorta diputus di atas muara a. Renalis. Rectum dipisahkan dari sigmoid. Organ
urogenital dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat pada dua
tempat dan kemudian diputus antara dua ikatan tersebut dan usus dapat
lambung dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma
dan dengan demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut. Dengan
pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini, hubungan antar organ tetap
dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh. Kerugian teknik ini
adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta agak sukar karena panjangnya
4. Teknik Ghon
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama
hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ (bloc).
Pada autopsi jenazah yang baru meninggal dunia, terkadang sulit untuk
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 26
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
jenazah yang sudah dikuburkan mulai dari beberapa hari sampai beberapa tahun
sehingga tidak semua autopsi pada ekshumasi dapat menjelaskan tentang penyebab
terutama didaerah yang beriklim panas. Walaupun hasil autopsi pada ekshumasi
menurun dengan cepat yang disebabkan pembusukan lanjut, sebaiknya tidak ada satu
usaha yang membawa hasil autopsi sedekat mungkin dengan autopsi pada
warna kehijauan pada kulit biasanya disebabkan oleh kontusio. Abrasi, laserasi, luka
robek, dan luka tembak dapat bertahan pada berbagai tingkat pembusukan. Keluarnya
darah dari mulut dan lubang hidung yang disebut purging sering diartikan salah
oleh polisi dan masyarakat awam, bahkan oleh beberapa dokter sebagai adanya
kulit dapat menyembunyikan adanya abrasi, walaupun abrasi dapat dilihat ketika
kulit. Tanda di sekeliling leher yang disebabkan oleh strangulasi dapat menjadi kabur
oleh adanya pembengkakan jaringan yang disebabkan gas. Jika terdapat larva lalat
atau serangga lain pada tubuh mayat, ahli entomologi dapat dihadirkan untuk
sudah hancur. Sidik jari mungkin dibutuhkan polisi untuk identifikasi, tapi proses
Beberapa metode digunakan untuk menormalkan jari yang membengkak antara lain
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 27
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
dengan merendam jari dalam asam asetat 20% selama 28-48 jam. Cara lain dengan
merendam jari dalam larutan gliserin. Pemeriksaan organ dalam disesuaikan dengan
tempat pembusukan. Jantung bisa rusak dan tidak berwarna, atau warna hemolisis
pada endokardium dan pembuluh darah. Arteri koroner biasanya lebih tahan
khususnya jika terjadi ateromatous atau kalsifikasi atau keduanya. Thrombus ante
mortem dapat bertahan bahkan setelah otot membusuk. Laring dapat pucat tapi
kerusakan atau fraktur pada hyoid dan tiroid dapat dilihat dengan menggunakan x-ray.
Akan sulit untuk menentukan perdarahan ante mortem pada bagian yang fraktur.
Otak mengalami pembusukan lebih cepat. Lesi yang besar seperti perdarahan
pada meningen atau intracranial dapat dinilai. Di Belgia, tepatnya di Universitas Gent,
tehnik memeriksa kepala pada tubuh yang sudah membusuk dengan cara melepaskan
dibuka dengan gergaji mesin, dan menampakkan otak menjadi dua bagian. Kemudian
diperiksa. Pemeriksaan histologi pada eksumasi sering tidak memuaskan karena sel
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 28
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
KESIMPULAN
penguburan, maka beberapa waktu kemudian dicurigai bahwa kematian pada korban
meninggalkan kecurigaan. Dapat pula terjadi bahwa tindakan tersebut terjadi karena
pelaku tindak kejahatan tertangkap dan mengakui bahwa telah melakukan penguburan
Pemeriksaan terhadap mayat yang telah dikubur tidak lebih baik apabila mayat
tersendiri.
Setiap dokter khususnya ahli kedokteran kehakiman harus bersedia setiap saat untuk
khusus pula.
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 29
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
SARAN
Sehubungan dengan topik pembahasan eksumasi ini ada beberapa hal yang ingin kami
2. Agar topik eksumasi menjadi topik yang secara khusus dibahas dalam ilmu
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 30
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM
DAFTAR PUSTAKA
1. http://geradts.com/anil/ij/vol_008_no_001/papers/paper002.html.
2. Gordon. I, H. A. Sharpiro dan S. D Berson, Forensic Medicine (a guide to
principles) third edition, Chirchill Livingstone, 1988.
3. www.yahoo.com (Anil Aggrawals Internet journal of Forensic Medicine and
Toxicology).
4. Parikh C. K, Parikhs textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology,
Medical Publication, Bombay India,1979, pp.126.
th
5. Modi NJ, Medical Jurisprudence and Toksikologi, 18 Edition, Bombay-
India, 1972, pp.88.
6. Chadha P.V, Ilmu Forensik dan Toksikologi , Alih bahasa Johan Hutauruk,
Widya Medika, Jakarta, 1975.
7. Knight B, Arnold, Simsons Forensic Medicine, 11th Edition, Oxford university
Press. Inc, New York USA, 1997, p.19.
8. Idries AM, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensic, Edisi Pertama, PT. Binarupa
Aksara, Jakarta, 1989, pp.254.
9. Nandy A, Principles of Forensic Medicine, New General Book Agency (P)
Ltd, Calcuta-India, 1995, p.184.
10. Gresham. G.A dan A. F. Turner, Post Mortem Procedures (an illustrated
textbook), Published by Wolfe Medical Publications Ltd, 1979.
11. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Karya Anda, Surabaya.
12. Camps, Francis. E, Ed. Legal Medicene, Bristol, John Wright & Sons LTD.
1968.
13. Gonzales, Thomas. A, Morgan Vance, dkk, Legal Medicine Pathology And
Toxicology second edition. Appleton-Century-Crofts Inc. 1825.
14. Teknik Autopsi Forensik, Bagian Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
15. Amir A, Kapita Selekta Kedokteran Forensik, FKUSU, Medan, 1995, pp.57.
16. www.itsoke.net/mako/vet.htm-91k
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 31