Anda di halaman 1dari 31

Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.

F, DFM

BAB. I
PENDAHULUAN

Ekshumasi atau penggalian mayat kadang perlu dilakukan ketika dicurigai

kematian seseorang dianggap tidak wajar. Ekshumasi sekarang ini di luar negeri

sering diminta ketika timbul masalah pada asuransi kesehatan. Beberapa kasus di luar

negeri lebih banyak diminta oleh asuransi kesehatan daripada oleh keluarga. Pada

 prinsipnya, keluarga berhak menolak autopsi yang diminta oleh pihak asuransi,

namun resiko yang harus dihadapi oleh keluarga adalah kehilangan seluruh klaim

yang seharusnya mereka dapatkan sebagai konsekuensi asuransi. Dibandingkan

autopsi yang segera dilakukan setelah kematian, ekshumasi membutuhkan lebih

 banyak biaya tambahan untuk penggalian kubur, transport, pembersihan, biaya bagi

 pemeriksa medis dan untuk penguburan kembali. Selain itu hasil pemeriksaan

terhadap jenazah yang telah lama dikubur tidak akan memberikan hasil lebih baik bila

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 1
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

dibandingkan dengan pemeriksaan pada jenazah yang masih baru. Perbedaan jangka

waktu post mortem memiliki beberapa variable yang mempengaruhi pembusukan,

antara lain : faktor


f aktor suhu lingkungan, kondisi tanah, dan bahan penyusun peti mayat.

Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh  Department of Pathology,

Occupational Association Hospital, Bergmannsheil-Bochum


Bergmannsheil-Bochum selama
 selama tahun 1967-1998,

didapatkan dari 371 ekshumasi, rata-rata jumlah har i setelah dikubur adalah selama 74

hari. Waktu tersingkat adalah 9 hari dan waktu terlama 478 hari. Semuanya laki-laki

 berusia 27-87 tahun saat meninggal (rata-rata 66 tahun). Pertanyaan yang sering

diajukan lebih ke arah penyakit yang diderita (93%). Dan 12% diantaranya

merupakan pertanyaan mengenai dampak kecelakaan pada korban, baik kecelakaan

itu sendiri atau gabungan dengan penyakit yang dideritanya juga. Pada 99,2% kasus

tujuan utama asuransi kesehatan adalah apakah seseorang berhak mendapatkan klaim

atau ganti rugi.(1)

Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang-

undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali

dikuburkan dan berdasarkan izin dari keluarga korban. (2,3)


 jenazah yang sudah dikuburkan

Di India penggalian
penggalian jenazah jarang dilakukan
dilakukan karena kebiasaan di
di India yang

membakar jenazah dan hanya suku tertentu saja yang menguburkan jenazah jadi

Ekshumasi relevan bagi suku tersebut. (4) Batas waktu permintaan dilakukan

Exshumasi di tiap-tiap negara berbeda-beda. Di Perancis contohnya batas waktunya

hanya sampai 10 tahun sedangkan di Jerman batas waktunya sampai 30 tahun Bila

 penyidik dalam rangkaian penyidikannya memerlukan bantuan dokter untuk

melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka seorang dokter

wajib melaksanakan pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu, dokter perlu memahami

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 2
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

dibandingkan dengan pemeriksaan pada jenazah yang masih baru. Perbedaan jangka

waktu post mortem memiliki beberapa variable yang mempengaruhi pembusukan,

antara lain : faktor


f aktor suhu lingkungan, kondisi tanah, dan bahan penyusun peti mayat.

Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh  Department of Pathology,

Occupational Association Hospital, Bergmannsheil-Bochum


Bergmannsheil-Bochum selama
 selama tahun 1967-1998,

didapatkan dari 371 ekshumasi, rata-rata jumlah har i setelah dikubur adalah selama 74

hari. Waktu tersingkat adalah 9 hari dan waktu terlama 478 hari. Semuanya laki-laki

 berusia 27-87 tahun saat meninggal (rata-rata 66 tahun). Pertanyaan yang sering

diajukan lebih ke arah penyakit yang diderita (93%). Dan 12% diantaranya

merupakan pertanyaan mengenai dampak kecelakaan pada korban, baik kecelakaan

itu sendiri atau gabungan dengan penyakit yang dideritanya juga. Pada 99,2% kasus

tujuan utama asuransi kesehatan adalah apakah seseorang berhak mendapatkan klaim

atau ganti rugi.(1)

Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang-

undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali

dikuburkan dan berdasarkan izin dari keluarga korban. (2,3)


 jenazah yang sudah dikuburkan

Di India penggalian
penggalian jenazah jarang dilakukan
dilakukan karena kebiasaan di
di India yang

membakar jenazah dan hanya suku tertentu saja yang menguburkan jenazah jadi

Ekshumasi relevan bagi suku tersebut. (4) Batas waktu permintaan dilakukan

Exshumasi di tiap-tiap negara berbeda-beda. Di Perancis contohnya batas waktunya

hanya sampai 10 tahun sedangkan di Jerman batas waktunya sampai 30 tahun Bila

 penyidik dalam rangkaian penyidikannya memerlukan bantuan dokter untuk

melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka seorang dokter

wajib melaksanakan pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu, dokter perlu memahami

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 2
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

dengan benar peranannya dan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan terhadap

 jenazah yang telah dikubur sehingga dapat memberi keterangan yang bermanfaat

untuk kepentingan peradilan saat dilaksanakan ekshumasi. Di negara kita ini sering

kali ada suatu laporan tentang telah terjadimya peristiwa pembunuhan yang terlambat

disampaikan kepada penyidik, sehingga dapat menimbulkan kesulitan, baik bagi pihak

 penyidik maupun bagi pihak dokter untuk melakukan tugasnya


tugasnya memeriksa mayat oleh

karena korban telah dikubur. Keterlambatan laporan tentang kecurigaan kejadian/

kematian bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena kebutaan tentang

hukum, masalah transportasi, saksi dibawah tekanan/ ancaman serta anggapan yang

tidak tepat tentang pemeriksaan mayat yang dilakukan sebelumnya. (5)

Walaupun tidak bisa dilakukan, penggalian kuburan kadang-kadang harus

dikerjakan dimana selain karena kasus mayat yang munculnya kemudian/ belakangan,

tetapi bisa pula karena faktor budaya/ adat (pada suku tertentu) ataupun karena

ditutupnya kuburan/ lokasi pemakaman tersebut. (6) Kasus yang umumnya

mengakibatkan penggalian mayat dilakukan adalah menyangkut :

1. Kasus-kasus kriminal, misalnya pembunuhan yang disamarkan seperti bunuh

diri, kecurigaan keracunan, kematian karena abortus provokatus kriminalis

atau malpraktik.

2. Kasus-kasus sipil, misalnya tuntutan asuransi, pertanggung jawaban kasus

malpraktik, tuntutan mengenai warisan atau masalah dalam menentukan

identitas.(7)

Dalam rangkaian penyidikannya, apabila penyidik merasa perlu bantuan

dokter untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka

dokter wajib melaksanakan pemeriksaan tersebut. Inilah tantangan yang berat bagi

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 3
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

 para dokter pada umumnya, sehingga biasanya mereka akan merujuk ke bagian

kedokteran kehakiman di rumah sakit terdekat.(2,8) Biasanya kuburan yang dibongkar

mayatnya masih bau. Mayat yang diperiksa umumnya baru beberapa hari atau

 beberapa minggu di kubur, sehingga proses pembusukan masih sangat baru. Yang

diperlukan kalangan dokter dalam hal penggalian mayat ini dituntut untuk melakukan

secara lebih teliti dan seksama. Dalam hal ini perlu diingat oleh semua kalangan hasil

 pemeriksaan terhadap mayat yang telah dikubur tidak akan memberikan hasil sebaik-

 baiknya apabila mayat diperiksa ketika sebelum dikubur. Apabila mayat dikubur telah

lama maka hasil yang diperoleh juga semakin kurang maksimal.

Proses pemindahan peti mayat saat pelaksanaan axhumation.

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 4
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

BAB. II
DEFENISI

Kata Ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu “ex” yang artinya diluar dan

“humus” yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah diluar tanah,

yang artinya menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mencari

 penyebab kematiannya dan mencari identitas seseorang.(5)

Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang-

undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali

 jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari keluarga korban. (2,3)

Definisi ekshumasi tersebut berlaku secara universal tetapi penekanan tujuannya yang

 berbeda. Di luar negeri ekshumasi diperkenankan untuk kepentingan asuransi

sedangkan di Indonesia hal tersebut belum pernah dilaporkan karena penekanan

tujuan ekshumasi di Indonesia adalah untuk kepentingan peradilan khususnya tindak

 pidana. Penggalian kuburan atau ekshumasi diperlukan untuk tujuan tertentu sesuai

dengan kepentingan.(2) :

1. Penggalian atau pembongkaran kuburan untuk kepentingan peradilan. Untuk

kepentingan penyidikan kepolisian kadang-kadang suatu kuburan perlu digali

kembali untuk memeriksa dan membuat visum et rapertum dari jenazah yang

yang beberapa waktu lalu dikubur. Hal ini terjadi atas dasar laporan atau

 pengaduan masyarakat agar polisi dapat melakukan penyidikan atas kematian

tersebut tidak wajar dan menimbulkan kecurigaan. Kadang-kadang korban

suatu pembunuhan atau tidak kejahatan lain dimana korban dikubur disuatu

tempat atau suatu kematian yang pada waktu itu dianggap atau dibuat seolah-
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 5
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

olah kematian wajar sehingga pada waktu itu tidak dimintakan Visum et

Repertum. Ternyata beberapa waktu kemudian diketahui bahwa kematian itu

tidak wajar.

2. Penggalian non forensik atau bukan untuk peradilan.

a. Biasanya dilakukan untuk keperluan kota-kota, pengembangan

gedung-gedung dan sebagainya atas perintah dari penguasa pemerintah

setempat. Untuk pelaksanaan biasanya ada petunjuk pelaksanaan yang

diatur oleh pemerintah setempat yang bekerjasama dengan keluarga.

Oleh karena itu sifatnya lebih sederhana dan sifatnya tidak perlu ikut

serta kepolisian dari segi pengamanan pelaksanaan sehingga hanya

untuk mencegah seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

 b. Kadang-kadang atas kemauan keluarga sendiri untuk memindahkan

kuburan seseorang ke kuburan lain atau ke kota lain. Untuk tujuan ini

sudah ada cara tertentu dan biasanya tidak menjadi urusan kepolisian.

c. Untuk identifikasi.(4)

Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan

dan dilakukan secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial.

Semakin dini ekshumasi dilakukan semakin baik. Selain itu pengamanan barang bukti

harus dilakukan semaksimal mungkin sejak awal penggalian dengan melibatkan ahli.

Penggalian awal biasa dilakukan oleh orang yang bukan ahli forensik, tetapi begitu

sudah kelihatan ada mayat atau peti maka menjadi bagian ahli forensik untuk

melanjutkan.

Alasan Ekshumasi (2) :

1. Tertangkapnya terdakwa.

2. Pengakuan terdakwa sudah membunuh dan mengubur seseorang.


Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 6
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

3. Adanya kecurigaan tindak pidana.

4. Pemeriksaan ulang atas permintaan hakim, karena pada awalnya sudah

diperiksa tetapi hanya pemeriksaan luar. Tetapi kemudian ada kecurigaan

 penyebab kematian karena tindak pidana maka dilakukan autopsi.

5. Awalnya dianggap mati wajar, kemudian ditemukan bukti bahwa penyebab

mati tidak wajar.

Tujuan Penggalian Kuburan :

Bila dirinci, ada beberapa kemungkinan kenapa penggalian kuburan harus

ditempuh. Biasanya berkaitan dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan

keterangan mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik atau badan lain

(misalnya asuransi), seperti:

1. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematiannya atau

karena alasan-alasan kriminal, seperti abortus kriminalis.

2. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan

kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan, seperti keracunan dan

gantung diri.

3. Pada kasus yang identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya.

4. Pada kasus untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi.  (5)

Dasar Pertimbangan Penggalian Kuburan

Dasar pertimbangan pelaksanaan penggalian mayat sebenarnya hanya kepada

 persoalan hukum. Dimana pihak keluarga korban ataupun pihak penyidik merasa

adanya kecurigaan atas kematian korban. Namun pada kasus-kasus tertentu j uga untuk

identifikasi lanjutan karena keluarga korban terlambat memperoleh informasi, ataupun

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 7
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

 pada kasus-kasus dimana kuburan dibongkar kembali karena si pelaku/ tersangka

(4)
didapat/ tertangkap dan kemudian menunjukan lokasi korban pembunuhan dikubur.

Exhumation pada korban yang dikubur tersangka, demi menghilangkan bukti.

Identifikasi pada tulang belulang, saat kegiatan exhumation.

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 8
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

BAB. III
KETENTUAN HUKUM EXHUMATION

Permintaan penyidik untuk melakukan pemeriksaan mayat dari penggalian

kuburan ini diatur dalam pasal 135 disini terkait pula pasal 133, 134 dan 136 KUHAP.

Penyidik berhak pula untuk memerintahkan dilakukan penggalian mayat, dan bagi

yang menghalang-halangi atau menolak membantu pihak peradilan dapat dikenakan

sanksi hukum seperti yang tercantum dalam pasal 222 KUHP. Dalam proses

 pemeriksaan mayat maka sebaiknya dokter bekerja seteliti mungkin karena apabila

tidak maka pihak peradilan/ penegak hukum dapat meragukan kebenaran hasil

 pemeriksaan tersebut dan visum et repertum yang dibuat dokter mungkin tidak akan

dipergunakan sebagai benda bukti di pengadilan. Pekerjaan dokter menjadi sia-sia

serta yang lebih merepotkan lagi bahwa dokter dapat dituntut karena membuat

keterangan palsu, terkait dengan pasal 163 dan pasal 180 KUHAP, dan penggalian

mayat dapat dilakukan kembali. (5)  Pasal-pasal yang tersebut di atas dapat diperinci

sebagai berikut : (11)

Pasal 135 KUHAP

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,

dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 133 ayat 2

dan pasal 134 ayat 1 undang-undang ini.

Pasal 133 KUHAP

Ayat 1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban

 baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 9
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

merupakan tindak pidana, ia mengajukan permintaan keterangan kepada ahli

kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.

Ayat 2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan

secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan

mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Pasal 134 KUHAP

Ayat 1 Dalam hal sangat diperlukan untuk keperluan pembuktian bedah mayat

tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih

dahulu kepada keluarga korban.

Pasal 163 KUHAP

Jika keterangan saksi di sidang berbeda dengan keterangan yang terdapat dalam

 berita acara, hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal itu serta meminta

keterangan mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam berita ac ara pemeriksaan

sidang.

Pasal 222 KUHAP

Barang siapa dengan sengaja mencegah menghalangi atau menggagalkan pemeriksaan

mayat untuk pengadilan dihukum penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda

sebanyak-banyaknya tiga ratus ribu rupiah.

Pasal 180 KUHAP

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 10
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

Ayat 2 dalam hal timbul keberatan beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum

terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

Ayat 3. hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian

ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).

Yang Berhak Memerintahkan Penggalian Kuburan

Pada beberapa negara terdapat perbedaan siapa – siapa yang berhak

memerintahkan penggalian kuburan, akan semuanya menyebutkan harus atau

 permintaan tertulis. Di India dilaksanakan atas perintah seorang kepala daerah (Distrik

Magistrate) atau seorang “coroner” (hakim atau pegawai yang berwenang untuk

menyelidiki penyebab kematian). Di Amerika Serikat dilaksanakan atas perintah

 jaksa. Di Skotlandia atas perintah kepala polisi daerah, sedangkan di Indonesia

dilakukan atas perintah penyidik sesuai dengan pasal 135 KUHAP, permintaan

 bantuan penggalian kuburan harus diajukan secara tertulis. (9)

Penetapan Waktu Penggalian Mayat

Pada kasus dimana penguburan baru dilakukan, maka pemeriksaan harus

dilakukan dengan segera. Tetapi bila telah dikubur satu bulan atau lebih maka

 penggalian kuburan dapat ditunda beberapa hari mencari waktu yang tepat, sebab

 penundaan beberapa hari tidak akan membawa pengaruh buruk terhadap pemeriksaan.

Apalagi kalau tertinggal diduga hanya tulang belulang saja, tidaklah perlu terburu-

 buru menentukan saat yang baik untuk melakukan pemeriksaan. Dalam hal ini

mungkin dokter masih dapat melakukan identifikasi, kadang-kadang masih dapat

melihat sisa-sisa kekerasan pada tulang seperti fraktur atau retak tulang dan beberapa

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 11
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

 jenis racun mungkin masih bisa didapat.(5) Penetapan batas waktu untuk penggalian

mayat di beberapa negara memang berbeda, seperti :

India dan Inggris : tidak ada batas waktu (ter masuk Indonesia)

Perancis : 10 tahun

Skotlandia : 20 tahun

Jerman : 30 tahun(7,8)

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 12
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

BAB. IV
TATA LAKSANA EXHUMATION(5)

Bila mayat baru beberapa hari dikuburkan maka penggalian kuburan harus

segera dilakukan, tidak boleh ditunda tunda. Tetapi bila telah beberapa bulan

dikuburkan maka penundaan beberapa hari tidak menjadi masalah yang penting.

Segala persiapan harus rapi dan lengkap. Penggalian kubur atau Ekshumasi sebaiknya

dilakukan pada pagi hari atau siang hari, jadi hakim dan petugas yang meminta

 penggalian kubur harus hadir pada tempat penggalian kuburan.

Untuk pelaksanaan pembongkaran kuburan perlu persiapan-persiapan dan

syarat kelengkapan serta sarana sarana tertentu serta pengadaan sarana untuk

 pelaksanaan penggalian. Secara teknis, prosedur ekshumasi dibagi menjadi :

1. Per si apan Penggali an Ku bur an

a. Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal yang menyatakan tidak

 berkeberatan bahwa makam atau kuburan tersebut dibongkar.

 b. Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah setempat atau

saksi-saksi lain yang menyatakan bahwa kuburan tersebut memang kuburan

dari orang-orang yang meninggal yang dimaksudkan.

c. Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti yang

dikuasai oleh penyidik (Kepolisian) untuk sementara.

d. Surat permintaan Visum et Repertum kepada Dokter pemerintah, Dokter Polri

atau Dokter setempat untuk pemeriksaan mayat Cq. penggalian kuburan.

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 13
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

e. Berita acara pembongkaran kuburan harus dibuat secara kronologis serta

sesuai metode kriminalistik yang membuat semua kejadian kejadian sejak

 pertama kali kuburan itu dibongkar.

f. Peralatan dan sarana lain yang diperlukan. \

2. Pelak sanaan Penggali an Ku bur an

a. Perlu dihadiri oleh dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat, pihak

keamanan, petugas pemakaman dan penggali kuburan.

 b. Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak keluarga atau

ahli waris atau saksi yang mengetahui dan menyaksikan penguburan

diperlukan kehadirannya.

c. Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutup dengan tabir (dari bahan

apa saja).

d. Mencatat kronologis acara pembongkaran kuburan :

o Siapa saja yang hadir di tempat penggalian (nama dan alamat ).

o Tempat dan alamat penggalian.

o Jam berapa dimulai pemeriksaan kuburan (dari luar).

o Tanda-tanda yang ada dicatat, misalnya nisan dibuat dari apa, berapa

tingginya dan bagaimana bentuknya.

o Identitas, nama, tanggal kematian dan sebagainya.

o Keadaan cuaca, mendung, panas dan sebagainya.

o Setiap mencapai kedalaman tertentu harus dicatat diukur dengan mistar

dan difoto. Misalnya jam 09.30 mencapai kedalaman 1 meter.

o Keadaan tanah , komposisi tanah, pasir, tanah liat warna merah atau

coklat dan sebagainya. Tanah yang berada disekitar jenazah diatas,

dibawah dan disisi kanan kiri jenazah. Sebaiknya harus diambil dan
Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 14
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

dimasukkan kedalam gelas kaca, yang ditempel kertas label identitas.

Sebaiknya sekurang-kurangnya dua sampel tanah diambil dengan jarak

kurang lebih 25 sampai 30 kaki dari kuburan, hal ini sangat penting

 pada kasus keracunan. Pada kasus keracunan Arsenic racun akan

ditemukan di tubuh jenazah pada saat penggalian kubur dan tanah

disekitar jenazah akan mengandung arsenic.

o Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti mayat

dan sebagainya dan pada kedalaman berapa meter jangan lupa selalu

dibuat fotonya.

o Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak ada

 peti, jenazah diangkat dari liang lahat.

o Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan lain

lain.

o Barang barang yang ditemukan.

o Saat dokter mulai mengadakan pemeriksaan (autopsi) sampai selesai.

e. Seandainya autopsi akan dilakukan di Rumah Sakit maka mayat atau peti

mayat sebagai barang bukti harus dibungkus, disegel dan sebagainya sebelum

dikirim ke Rumah Sakit dan harus disertai dengan Berita Acara dan

sebagainya.

Pertimbangan melakukan pemeriksaan di tempat atau TPU :

 Transportasi yang sulit atau tidak memungkinkan.

 Penghematan waktu.

 Mendapat hasil pemeriksaan lebih cepat.

 Menghindari kesalah pahaman pandangan masyarakat.

 Mempermudah penguburan kembali.


Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 15
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

Pertimbangan melakukan pemeriksaan di rumah sakit :

 Pemeriksaan dapat dilakukan dengan tenang.

 Diharapkan lebih teliti.

 Mendapat hasil lebih baik karena dapat dilakukan pemeriksaan yang

lebih lengkap seperti pemeriksaan histopatologik dan toksikologik.

f. Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu 1 meter atau meteran dari pita

logam 2-5 meter.

g. Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih oleh petugas

Polri sendiri. Tidak diperkenankan wartawan/ wartawan foto berada dilokasi

 pengadilan.

3. Penyer ahan ke Penyi dik

Tahapan teknis yang terakhir dari ekshumasi adalah dilakukan penyerahan

kembali ke penyidik bahwa pemeriksaan terhadap jenazah telah selesai. Dimana

selanjutnya akan dibuat :

 Berita acara pemakaman kembali.

 Berita acara penyerahan kembali kuburan kepada keluarga.

Dan yang kemudian selanjutnya jenazah yang telah diotopsi dimakamkan

kembali.(5)

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 16
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

Kegiatan ehumation.

Kegiatan exhumation (identifikasi batu nisan dan pengangkatan tubuh korban) di

 pemakaman.

Untuk melaksanakan penggalian mayat harus dilakukan ha-hal sebagai berikut (4,5,9):

1. Persiapan Penggalian Kubur an

Dokter harus mendapat keterangan yang lengkap tentang peristiwa kematian

atau modus operandi kejahatan, supaya dokter dapat memusatkan perhatian

dan pemeriksaan kepada hal yang dicurigai. Begitu pula sebelum penggalian

dilakukan, identitas mayat harus telah diberikan kepada dokter, terutama

mengenai : jenis Kelamin, umur, panjang badan, warna dan panjang rambut,

keadaan gigi-geligi, tato kalau ada, cacat didapat atau bawaan dan lain-lain.

Biasanya jenazah tidak bisa dibawa ke rumah sakit. Akan lebih praktis kalau

 pemeriksaan dilakukan di tempat. Hanya pada keadaan sangat tertentu, mayat

harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Oleh karena itu perlengkapan

autopsi harus dibawa, termasuk ember, stoples bersih yang belum dipakai,

alkohol 95% 2 liter atau lebih, formalin 10%, kantong plastik untuk membawa

sampel tanah, sabun, kapas dan kain kasa.

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 17
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

2. Waktu Yang Baik

Pelaksanaan penggalian kuburan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, karena

 pada pagi hari daerah kuburan masih sunyi dan masyarakat belum banyak

yang berdatangan untuk menyaksikan penggalian tersebut, karena panggalian

mayat masih sangat asing, sehingga kemungkinan mereka akan datang

 berbondong-bondong untuk menyaksikannya. Bila tidak memungkinkan pagi

hari, pemeriksaan dapat dilakukan siang hari dalam cuaca yang baik.

3. Kehadir an Petugas

Pada saat pelaksanaan penggalian mayat haruslah hadir: Penyidik/ Polisi

 beserta pihak keamanan, Pemerintah setempat/ Pemuka masyarakat, dokter

 beserta pembantunya, keluarga korban/ Ahli waris korban, petugas

 pemakaman / Penjaga kuburan, penggali kuburan.

4. Keamanan

Daerah di sekitar dilakukannya penggalian haruslah dipasang tirai yang tidak

tembus pandang untuk menghindari tatapan langsung dari masyarakat

sekitarnya dan dijaga oleh petugas kepolisian, oleh karena nantinya dapat

menimbulkan gangguan pada waktu penggalian dan pemeriksaan.

5. Proses Penggali an Ku bur an

Proses penggalian kuburan ini dilakukan secara praktis dengan tindakan-

tindakan pencegahan jangan timbul gangguan dari masyarakat. Pertama tentu

diperlukan pengenalan dan pemastian dimana korban dikubur. Peranan

 petugas pemakaman/ penjaga kuburan dan keluarga korban sangat penting

agar tidak salah dalam melakukan pemeriksaan dan pembongkaran kuburan.

Pengenalan ini dilakukan oleh penyidik dibantu oleh penjaga kuburan dan

sanak famili korban yang hadir pada saat penggalian kuburan tersebut. Setelah

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 18
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

identifikasi kuburan sudah jelas dan tepat maka kuburan digali oleh petugas

 penggali kuburan. Setelah peti tampak, lalu diukur jaraknya dari atas kuburan

sampai ke peti dan sebaiknya difoto. Kemudian peti mati dikeluarkan dan

setelah dibersihkan dari tanah permukaannya, barulah panjang, lebar, tinggi

 peti tersebut diukur dan diidentifikasi oleh famili korban. Setelah peti dibuka,

mayat dikeluarkan dari peti dan diletakkan di atas meja saksi yang telah

disediakan sebelumnya di pinggir kuburan. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan

dengan memakai masker penutup hidung untuk menghindari bau gas yang

menusuk hidung. Bila kematian korban diduga karena keracunan, maka tanah

di sekeliling mayat diambil sebanyak 500 gram dari keempat sisi mayat dan

tanah yang setentang dengan lambung mayat (di bawah lambung) diambil

 juga. Tanah di sekitar diambil juga sebagai kontrol dan dimasukkan ke dalam

 botol yang kering untuk pemeriksaan kimia. Bila mayat telah mengalami

 pembusukan dan mengeluarkan cairan, maka kain pembungkus mayat harus

diambil juga untuk pemeriksaan kimia terutama kain yang setentang daerah

 punggung mayat.

6. Pemer ik saan M ayat

Sebaiknya dilakukan ditempat penggalian tersebut. Hal ini mengingat masalah

transportasi, waktu yang terbuang, untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan yang timbul dari masyarakat, oleh karena tidak terbiasa melihat hal

tersebut atau menurut anggapannya bertentangan dengan kepercayaan dan

agamanya. Pemeriksaan mayat yang dilakukan di tempat penggalian juga

mempermudah petugas untuk melaksanakan penguburan kembali, dan hal ini

sangat diharapkan oleh pihak keluarga atau ahli waris korban. Pemeriksaan di

kamar mayat memang lebih baik, dalam arti pemeriksaan dapat dilakukan

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 19
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

dengan tenang tanpa harus ditonton oleh masyarakat banyak sebagaimana bila

dilakukan di tempat penggalian mayat. Dengan demikian pemeriksaan di

kamar mayat diharapkan dapat dilakukan lebih teliti, walaupun hal ini sangat

tergantung keahlian serta pengalaman dokter yang melakukan pemeriksaan.

Petugas pemeriksa mayat haruslah memakai masker yang telah dicelupkan ke

dalam larutan potasium permanganas dan memakai sarung tangan yang tebal.

Bila mayat sudah hancur semuannya, maka setiap organ yang masih tinggal

harus diambil untuk pemeriksaan kimia. Jika organ dalam tidak dijumpai lagi

maka diambil rambut, gigi, kuku, tulang dan kulit korban yang kemudian

dikumpulkan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada kasus keracunan arsen,

selain tanah harus juga diambil rambut, kuku dan tulang-tulang panjang untuk

 pemeriksaan laboratorium. Perlu diingat, dalam pemeriksaan tubuh mayat

tidak boleh disirami desifektan meskipun resiko penularan dari bakteri-bakteri

 patogen besar sekali. Tindakan ini dapat merusak bahan-bahan pemeriksaan,

terutama pada kasus-kasus keracunan, sehingga racun menjadi sukar dideteksi.

Mayat yang baru dikubur lebih berbahaya daripada mayat yang sudah

mengalami pembusukan lanjut. Begitupun, desinfektan dapat dipercikan di

sekitar kuburan untuk menghindari terhirupnya gas-gas yang berbau

merangsang. Sebelum meninggalkan tempat penggalian, setelah semuanya

diperiksa, terlebih dahulu pastikan bahan-bahan yang diperlukan sudah cukup,

untuk menghindari proses penggalian ulangan. Karena lebih baik mengambil

 bahan yang lebih dari pada kekurangan. Hasil pemeriksaan haruslah disiapkan

hari itu juga dan visum et repertumnya hendaknya disiapkan secepatnya.  (4,5,9)

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 20
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

BAB. V
AUTOPSI PADA EXHUMATION

Autopsi pada saat exhumation, yang dilakukan di tempat exhumation deng


lokasi tertutup.

Autopsi berasal dari kata auto = sendiri dan opsis = melihat. Yang dimaksud

dengan autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan

terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses

 penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretsi atas penemuan-penemuan

tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara

kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. (9)

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 21
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

(9)
Untuk diketahui, ada 3 jenis autopsi :

1. Autopsi klinik

Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, dirawat di Rumah

Sakit tapi kemudian meninggal dunia. Adapun tujuan dilakukannya autopsi klinik

adalah :

 menentukan sebab kematian yang pasti.

 menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai

dengan diagnosis postmortem.

 mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis

klinis dan gejala-gejala klinis.

 menentukan efektivitas pengobatan.

 mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit.

2. Autopsi forensik

Dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan undang-undang,

dengan tujuan :

 membantu dalam hal penentuan identitas mayat.

 menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian, serta

saat kematian.

 mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan

identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan.

 Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk

visum et repertum.

 Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan

identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah.

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 22
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

3. Autopsi anatomi.

Pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para dokter.

Autopsi yang dilakukan pada ekshumasi adalah autopsi forensik. Adapun tujuan

dari medicolegalnya adalah (13) :

1. Tuntutan kasus kriminal seperti pembunuhan, kecurigaan pada kasus keracunan,

dan kematian karena kasus abortus kriminal atau malpraktek. Hal ini berlaku

secara universal di seluruh negara.

2. Penentuan penyebab kematian pada kasus perdata seperti gugatan kematian karena

kecelakaan, ganti rugi asuransi, gugatan kompensasi pekerjaan, pertanggung

 jawaban untuk malpraktek, dan tuntutan untuk warisan. Hal ini hanya berlaku di

luar negeri sedangkan di Indonesia tidak.

Autopsi pada ekshumasi harus dengan bukti-bukti penting yang dikumpulkan

sebaik-baiknya. Untuk itu, sampel dari tanah juga harus dikumpulkan. Penelitian

secara hati-hati seharusnya dilakukan pada semua benda-benda yang dapat digunakan

sebagai bukti. Materi-materi tersebut harus dikumpulkan sebelum dan selama proses

 penggalian kubur (12) :

 sampel tanah dari permukaan atas kubur.

 sampel tanah diatas dan didalam kubur.

 sampel tanah dari tiap sisi kubur.

 sampel tanah dibawah kubur (jika dibawah kubur itu ada air, sampel air juga harus

diambil).

 sampel kontrol tanah dari bagian pemakaman lainnya.

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 23
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

Beberapa sampel tanah yang diambil saat dilakukan exhumatio


(pemeriksaan zat toksik).

Proses pengambilan sampel tanah Proses pengangkatan peti mayat

Proses penggalian tanah kuburan

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 24
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

(13)
Pemeriksaan autopsi pada ekshumasi dibagi menjadi dua bagian :

1. Identifikasi (setiap hal harus direkam atau dibuat dokumentasi)

a. Batu nisan.

 b. Gambaran kuburan.

c. Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari dan lain-lain.

Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu

dilakukan.

2. Penyebab kematian

a. Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah.

 b. Tubuh jenazah harus di foto.

c. Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di ambil untuk

 pemeriksaan histologi, lalu diawetkan. Pengawet terbaik adalah alkohol.

d. Semua jaringan harus dikirim untuk diperiksa. Pada kasus-kasus ekshumasi

sebaiknya disimpan semua jaringan, juga semua cairan dari kubur, rambu,

kuku dan kulit.

(5,14,15)
Adapun teknik autopsi yang dapat digunakan antara la in  :

1. Teknik Virchow

Setelah dilakukan pembukaan rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan satu persatu

dan langsung diperiksa. Dengan demikian kelainan-kelainan yang terdapat pada

masing-masing organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang. Teknik ini

kurang baik bila digunakan pada autopsi forensik, terutama pada kasus

 penembakan dengan senjata api dan penusukan dengan senjata tajam.

2. Teknik Rokitansky

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 25
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan

 beberapa irisan in situ, baru kemudian seluruh organ-organ tersebut dikeluarkan

dalam kumpulan-kumpulan organ (en bloc). Teknik ini pun tidak baik digunakan

untuk autopsi forensik.

3. Teknik Letulle

Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma dan perut dikeluarkan

sekaligus (en masse). Kepala diletakan di atas meja dengan permukaan posterior

menghadap ke atas. Plexus coeliacus dan kelenjar para aortal diperiksa, aorta

dibuka sampai arcus aortae dan Aa. renales kanan dan kiri dibuka serta diperiksa.

Aorta diputus di atas muara a. Renalis. Rectum dipisahkan dari sigmoid. Organ

urogenital dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat pada dua

tempat dan kemudian diputus antara dua ikatan tersebut dan usus dapat

dilepaskan. Esofagus dilepaskan dari trakhea, tetapi hubungannya dengan

lambung dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma

dan dengan demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut. Dengan

 pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini, hubungan antar organ tetap

dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh. Kerugian teknik ini

adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta agak sukar karena ”panjang”nya

kumpulan organ-organ yang dikeluarkan sekaligus.

4. Teknik Ghon

Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama

hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ ( bloc).

Pada autopsi jenazah yang baru meninggal dunia, terkadang sulit untuk

menentukan penyebab kematiannya. Apalagi autopsi pada kasus ekshumasi dimana

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 26
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

 jenazah yang sudah dikuburkan mulai dari beberapa hari sampai beberapa tahun

sehingga tidak semua autopsi pada ekshumasi dapat menjelaskan tentang penyebab

kematiannya, terutama pada jenazah yang telah mengalami pembusukan.

Dalam pekerjaan forensik, tubuh yang cepat membusuk biasa ditemukan

terutama didaerah yang beriklim panas. Walaupun hasil autopsi pada ekshumasi

menurun dengan cepat yang disebabkan pembusukan lanjut, sebaiknya tidak ada satu

kelainanpun dilewatkan. Bagaimanapun buruknya kondisi mayat, harus dilakukan

usaha yang membawa hasil autopsi sedekat mungkin dengan autopsi pada

 pemeriksaan rutin. Dari luar, proses pembusukan menimbulkan berbagai tingkatan,

warna kehijauan pada kulit biasanya disebabkan oleh kontusio. Abrasi, laserasi, luka

robek, dan luka tembak dapat bertahan pada berbagai tingkat pembusukan. Keluarnya

darah dari mulut dan lubang hidung yang disebut “purging” sering diartikan salah

oleh polisi dan masyarakat awam, bahkan oleh beberapa dokter sebagai adanya

 perdarahan. Padahal itu merupakan tingkat lanjut dari pembusukan. Pengelupasan

kulit dapat menyembunyikan adanya abrasi, walaupun abrasi dapat dilihat ketika

epidermis yang terkelupas dibuka dan dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap

kulit. Tanda di sekeliling leher yang disebabkan oleh strangulasi dapat menjadi kabur

oleh adanya pembengkakan jaringan yang disebabkan gas. Jika terdapat larva lalat

atau serangga lain pada tubuh mayat, ahli entomologi dapat dihadirkan untuk

menentukan lama kematian.

Menentukan identitas mungkin menjadi masalah jika wajah membengkak atau

sudah hancur. Sidik jari mungkin dibutuhkan polisi untuk identifikasi, tapi proses

 pembusukan dapat menyebabkan pembengkakan bahkan menghancurkan jari tangan.

Beberapa metode digunakan untuk menormalkan jari yang membengkak antara lain

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 27
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

dengan merendam jari dalam asam asetat 20% selama 28-48 jam. Cara lain dengan

merendam jari dalam larutan gliserin. Pemeriksaan organ dalam disesuaikan dengan

tempat pembusukan. Jantung bisa rusak dan tidak berwarna, atau warna hemolisis

 pada endokardium dan pembuluh darah. Arteri koroner biasanya lebih tahan

khususnya jika terjadi ateromatous atau kalsifikasi atau keduanya. Thrombus ante

mortem dapat bertahan bahkan setelah otot membusuk. Laring dapat pucat tapi

kerusakan atau fraktur pada hyoid dan tiroid dapat dilihat dengan menggunakan x-ray.

Akan sulit untuk menentukan perdarahan ante mortem pada bagian yang fraktur.

Otak mengalami pembusukan lebih cepat. Lesi yang besar seperti perdarahan

 pada meningen atau intracranial dapat dinilai. Di Belgia, tepatnya di Universitas Gent,

tehnik memeriksa kepala pada tubuh yang sudah membusuk dengan cara melepaskan

kepala dari tubuh kemudian membekukankannya sampai padat. Kepala kemudian

dibuka dengan gergaji mesin, dan menampakkan otak menjadi dua bagian. Kemudian

otak direndam kedalam cairan formalin hingga terendam keseluruhannya lalu

diperiksa. Pemeriksaan histologi pada eksumasi sering tidak memuaskan karena sel

yang telah mengalami lisis.

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 28
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

KESIMPULAN

Tujuan penggalian mayat untuk menemukan kasus-kasus kriminal dalam membantu

 proses peradilan tentang identifikasi mayat dan kemungkinan sebab-sebab kematian.

Tindakan penggalian mayat (ekshumasi) dilakukan ketika sesudah dilakukan

 penguburan, maka beberapa waktu kemudian dicurigai bahwa kematian pada korban

meninggalkan kecurigaan. Dapat pula terjadi bahwa tindakan tersebut terjadi karena

 pelaku tindak kejahatan tertangkap dan mengakui bahwa telah melakukan penguburan

terhadap korban pada tempat tertentu.

Pemeriksaan terhadap mayat yang telah dikubur tidak lebih baik apabila mayat

tersebut diperiksa ketika masih segar. Penggalian mayat memerlukan persiapan

khusus dan pelaksanaannya juga memerlukan tindakan dan kecakapan / keahlian

tersendiri.

Setiap dokter khususnya ahli kedokteran kehakiman harus bersedia setiap saat untuk

melakukan pemeriksaan dan penggalian mayat dimana memerlukan keahlian yang

khusus pula.

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 29
Pembimbing : dr. Surjit Singh Sp.F, DFM

SARAN

Sehubungan dengan topik pembahasan eksumasi ini ada beberapa hal yang ingin kami

sarankan, antara lain :

1. Agar dilakukan pendataan mengenai kasus eksumasi di Indonesia.

2. Agar topik eksumasi menjadi topik yang secara khusus dibahas dalam ilmu

kedokteran forensik agar para calon dokter mendapatkan gambaran atas

 peranannya dalam eksumasi.

Exhumation
dr. JIMS FERDINAN Page 30

Anda mungkin juga menyukai