Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS NICU

BBLR-PREMATUR, ASFIKSIA

OLEH :
Qamara Kalehismaningrat
(H1A 009 046)

PEMBIMBING :
dr. H.Tatang.A.Hidayat, Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSU PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2014

LAPORAN KASUS
Tanggal Masuk RSUP NTB
No. RM
Diagnosis Masuk
Tanggal Pemeriksaan

:
:
:
:

25 November 2014 (pukul 06.30)


550515
BBLR/Prematur, Asfiksia
25 November 2014

IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Tanggal lahir
Umur
Status
Alamat

:
:
:
:
:
:

By. Y
Laki-laki
25 November 2014 (pukul 03.00)
1 hari
Anak kandung
Cakranegara

Identitas Keluarga
Identitas

Ibu

Ayah

Nama

Ny. Yuliana Puja

Tn. Kusnadi

Umur

35 tahun

32 tahun

Pendidikan

Sarjana

SMA

Pekerjaan

Wiraswasta

Wiraswasta

HETEROANAMNESIS
Keluhan Utama : Berat badan lahir rendah, hipotermi dan Asfiksia sedang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bayi kiriman RSIA Permata Hati dengan BBLR/Prematur, Asfiksia. Bayi lahir di
RSIA Permata Hati pada tanggal 25 November 2014 pukul 03.00 melalui persalinan spontan.
Berat badan lahir 1700 gram dengan APGAR Score 4-6. Saat lahir tangis merintih, napas
sesak, tampak retraksi dinding dada, terlihat biru pada bibir & ekstremitas serta suhu tubuh di
bawah normal.
Bayi kemudian dikirim ke NICU RSUP NTB dengan keadaan umum lemah, tangis (+)
merintih, sesak napas (+), napas cuping hidung (-), retraksi (+) minimal, demam (-), biru
(-).
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Ibu mengaku bahwa ini merupakan kehamilan yang pertama. Selama hamil, ibu
pasien rutin memeriksakan kehamilannya di Praktek Dokter Spesialis ( 8 kali selama
kehamilan). Saat hamil, ibu tidak memiliki riwayat sakit. Selama kehamilannya, ibu
pasien juga rutin mengkonsumsi vitamin, tablet besi, dan susu.
Bayi lahir di RSIA Permata Hati melalui persalinan spontan. Pasien lahir pada usia
kehamilan belum cukup bulan dengan BBL 1700 gram, PB 41 cm, dan LK 26 cm, AS 46, anus (+), tangis merintih (+), sianosis (+), retraksi (+), hipotermi (+).
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis

Keadaan umum
Kesadaran
Aktivitas

: sedang
: waspada
: lemah

Ballard score

: 30-32minggu

Score Down

: 6

SpO2

: 95% (dengan O2 2 lpm)

Tanda Vital

HR :
RR :
Suhu :
CRT :

156 x/menit
55 x/menit
35,8oC
< 3 detik


Penilaian Pertumbuhan
Berat badan
: 1700 gram
Panjang badan
: 41 cm
Lingkar kepala
: 26 cm

Pemeriksaan Fisik Umum


Kepala

: bentuk kepala microchepali, simetris, ubun-ubun besar terbuka, teraba

datar,
sutura terpisah, caput suksadenum (-), cephal hematoma (-).

Wajah : warna kulit kemerahan

Mata

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), R. pupil (+/+)

isokor.
Telinga : low set ears (-/-), terbentuk sempurna, kembali sempurna setelah ditekuk
Hidung : bentuk normal, deformitas (-), napas cuping hidung (-), rhinorrhea (-),

perdarahan (-), deviasi septum (-), mukosa normal, hiperemis (-).


Mulut : sianosis sentral (-), mukosa bibir basah, mukosa bucal dbn, labio
palatoschizis (-), refleks menghisap (-).

Leher : kaku kuduk (-), pembesaran kel. tiroid (-), massa (-), warna kulit kuning (-).

Thoraks

Inspeksi

Palpasi

: pergerakan dinding dada simetris, retraksi (+) minimal, warna kulit

kuning (-), terlihat vena (+), precordial bulging (+), ictus cordis
tidak tampak, putting susu datar.
: pengembangan dinding dada simetris, kulit teraba licin, krepitasi (-),

ictus cordis ttb.


Perkusi
: Cor sde
Pulmo sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
~ Cor
: S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
~ Pulmo : bronkovesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-), stridor (-/-)
Abdomen

Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

:
:
:
:

distensi (-), warna kulit kuning (-), terlihat vena (+)


bising usus (+) normal
kulit teraba licin, massa (-), organomegali (-), turgor kulit normal
timpani (-), meteorismus (-)

Umbilicus :

tampak basah dan mulai mengering, warna kekuningan (+),

hematoma (-),

Genitalia

Ekstremitas
Atas
Bawah

edema (-), hernia umbilikalis (-).


: Rugae skrotum sedikit, testis sudah turun.

: akral dingin (+/+), pucat (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-/-).


: akral dingin (+/+), pucat (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-/-).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap (25 November 2014)


HGB
HCT
RBC
MCV
MCH
MCHC
WBC
PLT

: 14,9 g/dl
: 44, 4%
: 5,03 x 106/L
: 112,4 fl
: 37,7 pg
: 33,4 g/dl
: 23,5 x 103/L
: 281 x 103/L

Pemeriksaan Lainnya
Golongan Darah O , Rhesus (+)
GDS
: 101

RESUME

Bayi kiriman RSIA Permata Hati dengan BBLR/Prematur, Asfiksia. Bayi lahir di

RSIA Permata Hati pada tanggal 25 November 2014 pukul 03.00 melalui persalinan spontan.
Pasien lahir pada usia kehamilan belum cukup bulan dengan BBL 1700 gram, PB 41 cm, dan LK
26 cm, AS 4-6, anus (+), tangis merintih (+), sianosis (+), retraksi (+), hipotermi (+).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, denyut jantung 156

x/menit, frekuensi napas 55 x/menit, dan suhu 35,8oC. Penampakan yang terlihat, yaitu aktivitas
menurun (lemah), tampak retraksi minimal, putting susu datar, kulit tampak licin dan terlihat
vena.

DIAGNOSIS

BBLR Prematur (30-32 minggu)

Asfiksia Sedang

RENCANA TERAPI
CPAP dengan O2 8 lpm
D10% 4 tpm (mikro)
Pasang OGT
Cefotaxime 2 x 50 mg

Aminopilin inj 2 x 3,5 mg

Gentamicin inj 1x 8 mg

TINJAUAN PUSTAKA
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir.

Klasifikasi

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang

matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang

baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya
sendiri.

Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan

mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka
panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi
antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah
multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan
analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang
ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal
7%.

Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain

adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR

(1) Faktor ibu

a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c.

Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <>

d.

Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,

ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.

(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-

ekonomi dan paparan zat-zat racun.

Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

o Hipotermia
o Hipoglikemia

o Gangguan cairan dan elektrolit


o Hiperbilirubinemia
o Sindroma gawat nafas
o Paten duktus arteriosus
o Infeksi
o Perdarahan intraventrikuler
o Apnea of Prematurity
o Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) antara lain :


o Gangguan perkembangan
o Gangguan pertumbuhan
o Gangguan penglihatan (Retinopati)
o Gangguan pendengaran
o Penyakit paru kronis
o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka

waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

1). Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari

etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :


o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid terakir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

o Kenaikan berat badan selama hamil


o Aktivitas
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil

2). Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

Berat badan <2500 gr

Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Tulang rawan telinga belum terbentuk.

Masih terdapat lanugo.

Refleks masih lemah.

Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium minus;
laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

Tidak dijumpai tanda prematuritas.

Kulit keriput.

Kuku lebih panjang

3). Pemeriksaan penunjang

o Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain


o Pemeriksaan skor ballard
o Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
o Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

Penatalaksanaan/ terapi

1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau


o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu)

2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa
atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang
kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang
telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting.
ASI merupakan pilihan utama :
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling
kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan

bayi adalah sebagai berikut :

a. Berat lahir 1750 2500 gram

Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam)
bila perlu.

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum
seperti pada bayi sehat.

Apabila bayi memerlukan cairan intravena:


Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk
menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas,
kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila


bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan
bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian
menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini
dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1
minggu)

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV
secara perlahan.

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi


sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

Bayi Sehat

o Beri ASI peras melalui pipa lambung


o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.

Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)

o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama


o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan
intravena secara perlahan.
o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.

Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti
kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat
yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
o Ukur suhu tubuh dengan berkala
o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
o Jaga dan pantau patensi jalan nafas
o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan
nafas, hiperbilirubinemia)
o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung
setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)

1). Pemantauan saat dirawat

a. Terapi
o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi
dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500
o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan
telah berusia lebih dari 7 hari :
-

Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180


ml/kg/hari

Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah
pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
hingga 200 ml/kg/hari

Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

2). Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan

mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai


berikut :
o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
o Hitung umur koreksi.
o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
o Awasi adanya kelainan bawaan.

Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan

lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi
neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup
akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.

Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang

penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :


o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

Tanda kecukupan pemberian ASI:


o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.
o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes dari
payudara yg lain.

Indikasi bayi BBLR pulang:


o Suhu bayi stabil.
o Toleransi minum oral baik terutama ASI.
o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

Cara menghangatkan bayi


Cara
Petunjuk penggunaan
Konta Untuk semua bayi
k kulit Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain

KMC

Pema
ncar
panas
Inkub
ator
Ruan
gan
hanga
t

tidak mungkin dilakukan.


Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan
berat badan <1.800 g.
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya.
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau
menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500
g yang tidak dapat dilakukan KMC.
Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat.

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)


Umur (hari)

Ber
1
2
3

>1
60
80
10

<1

80

10

12

5+

15

14

15

12

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499


Umur (hari)
Pemberian

Jumlah ASI tiap 3

jam (ml/kali)

Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)

Ber
at

<
1

10
00

15
00

>2
50

bad

an

<1

25

(g)

50

00

0
10

Har
iI

80

80

cc

cc

cc

D1

10

7,

Har

%
1

i II

cc

cc

cc

D1

7,

10

12

10

90

Har

%
1

i III

cc

cc

cc

D1

7,

10

Har

%
2

13

14

11

13

10

12

0-

0-

0-

>IV

15

15

15

c
cc
cc
cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.

ASFIKSIA

Definisi

Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia


Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat

lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia
dan asidosis.
2. WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera

setelah lahir.
3. ACOG dan AAP
Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai

berikut:
-

Nilai Apgar menit kelima 0-3

Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)

Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)


-

Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular,


gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).

Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh
dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih
besar. Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak
tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai
penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis
neonatorum dan kelahiran prematur. Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah
mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti

cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar. Menurut hasil riset kesehatan
dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah
gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan
sepsis neonatorum (12.0%)

Etiologi dan Faktor Resiko


Asfiksia neonatorum terjadi karena adanya gangguan pertukaran gas serta

transport O2dari ibuke janin sehingga terdapat gangguan dalam persdiaan O 2 dan dalam
menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat disebabkan secara menahun dalam kehamilan dan
mendadak dalam persalinan.Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang
buruk dan penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung.
Towel (1996), menggolongkan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri

dari :
1.
-

Faktor Ibu
Hipoksia ibu, dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anastesia dalam sehingga akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.

Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
kekurangan pengaliran O2 ke plasenta dan janin. Misalnya : gangguan kontraksi uterus
(hipotermi, tetani uterus akibat penyakit/obat), hipotensi mendadak pada ibu akibat
perdarahan, hipertensi akibat penyakit eklampsi.

2.

Faktor Placenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi placenta.

Asfiksia janin terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta misalnya : solusi
placenta, perdarahan placenta dan placenta previa.
3.

Faktor Fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam

pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali
pusat melilit, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir.

4.

Faktor Neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena :

Pemakaian obat anastesi/analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.

Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial kelainan


kongenital pada bayi misalnya : hernia diafragma atresia, hipoplasia paru.
5.

Faktor Persalinan

Partus lama

Partus dengan tindakan (SC, Vakum Ekstraksi)

Klasifikasi

Pembagian klasifikasi asfiksia dibuat berdasarkan nilai apgar score yaitu :

1. Asfiksia berat
Apgar score 0-3, bayi memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian O 2

terkendali.
2. Asfiksia sedang
Apgar score 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian O 2 sampai bayi dapat

bernafas normal kembali.


3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-10). Dalam hal ini bayi dianggap sehat
dan tidak memerlukan tindakan istimewa

Tabel 1. Penilaian Apgar Score


Tanda
Appera

0
B

1
Tubuh

Score

2
Tubuh

dan

nce

kemera

ekstremitas

(warna

han,

kemerahan

kulit)

ekstrem
itas biru

u
c
a
t
T

Pulse

(Denyu

t nadi)

100

100 x/m

Gerakan kuat

x/m

a
k
a
d

Grimac

a
T

Geraka

(refleks

sedikit

dan menagis

k
a
d

Activit

a
L

(tonus

otot)

Geraka

Gerakan aktif

Teratur,

n lemah

Respira

h
T

tory

(usaha

bernafa

Lambat

menangis kuat

s)

k
a
d
a

Diagnosis
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya

tanda-tanda gawat janin antara lain :


1. Denyut jantung janin

Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 x/m, selama his frekuensi ini biasa turun,

tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung
umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi sampai di bawah 100 x/m diluar
his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban

Pada presentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan terus

menimbulkan kewaspadaan.Adanya meokinum air ketuban pada presentasi kepala dapat


merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan, biasanya hal ini dapat dilakukan dengan
mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin.

Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil

pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun di bawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda
bahaya oleh beberapa penulis.

Patogenesis

1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap
nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O 2 itu terus
berlangsung, maka nesovagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah rangsangan dari

nesosimpatikus. Denyut jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan
menghilang.
2. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
dalam hipoksia :
-

Jika DJJ normal dan ada mekonium, maka janin mulai hipoksia.

Jika DJJ >100 x/m dan ada mekonium, maka janin sedang hipoksia.

Jika DJJ <100 x/m dan ada mekonium, maka janin dalam keadaan gawat.

Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa, kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat
(Mochtar R, 1998).

Penanganan

1. Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain) bersihkan mulut dan jalan nafas.
2. Lakukan resusitas dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan O 2
dengan tekanan 12 mmHg dan dapat juga dilakukan pernafasan dari mulut ke mulut,
masase jantung.
3. Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat
direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
4. Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K 1-2 mg.

Tujuan Penanganan

1. Untuk mengurangi angka mortalitas dan angka morbiditas


2. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi
3. Untuk membatasi gejala lain setelah mengalami asfiksia.

Komplikasi

Komplikasi pada bayi baru lahir akibat asfiksia meliputi :

Cerebral palsy

Retardasi mental

Gangguan belajar

Apabila asfiksia ini tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan
kematian.

PEMBAHASAN

Berat badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 g tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
Pada kasus ini, berat lahir pasien adalah 1700 gram, artinya pasien termasuk bayi BBLR yang
berdasarkan masa gestasinya tergolong bayi BBLR dengan kategori Prematuritas murni, masa
gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan, karena hasil
perhitungan Ballard score menunjukkan usia kehamilan atau masa gestasi sesuai dengan berat
badan pada masa gestasi itu. Pada kasus ini perhitungan Ballard score nya menunjukkan usia
kehamilan 30-32 minggu. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi
akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang

lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. Adapun faktor
risiko BBLR pada kasus ini didapatkan kelahiran prematur.
Pada kasus di atas, pada pasien terjadi asfiksia derajat sedang dengan melihat skor

apgar masing-masing pada menit pertama dan kelima sebesar yaitu 4-6. Kemungkinan asfiksia
yang terjadi dikarenakan
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat


nafas, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, Apnea of Prematurity,
anemia. Pada kasus diatas, kita jumpai kompliksi langsung atau penyulit pada BBLR yaitu
hipotermia.

DAFTAR PUSTAKA

Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak,
edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya

Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta

Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
RSUP Sanglah, Denpasar.

Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai