Anda di halaman 1dari 36

1

CASE REPORT SESSION


BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
DENGAN ASIFIKSIA SEDANG

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak
di RSUD Tugurejo Semarang




Pembimbing :
dr. Agus, Saptanto Sp.A

Disusun Oleh :
Muhammad Dhanni Dzuhrisal
H2A009035
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD TUGUREJO
SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2014
2

I. Identitas Pasien
Nama anak : By. Ny. SR II
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No RM : 454609
Tanggal Masuk : 14 Agustus 2014
Tanggal Pemeriksaan : 15 Agustus 2014
Ibu Ayah
Nama Ny SR Tn MR
Umur 45 th 45 th
Pendidikan/Berapa tahun SD SMP
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh
Alamat Mijen, Semarang Mijen, Semarang

II. Keluhan Utama :
Berat badan lahir rendah
III. Riwayat Penyakit Sekarang :
Bayi lahir di bidan dari ibu G3P4A0, 45 tahun, hamil 36 minggu,
jenis kelamin perempuan dengan berat bayi lahir 1800 gram, bayi lahir
langsung menangis, dilahirkan secara spontan dan kembar. Saat ini
keadaan umum lemah, tangisan kurang kuat.
3

IV. Riwayat Kehamilan Ibu :
Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang ketiga. Ibu pasien tidak
ingat kapan HPHT nya. Ibu pasien biasa ANC di polindes yang diperiksa oleh bidan.
Selama hamil ibu pasien tidak pernah mengalami sakit berat ataupun sampai dirawat
di Rumah Sakit, ibu pasien mengaku selama hamil bidan Polindes sering mengatakan
darahnya turun (Hb rendah) dan selalu terlihat pucat, dan ibu pasien mengaku sering
pucat dan kurang darah sebelum hamil. Ibu pasien menyangkal menderita panas,
batuk, pilek saat kehamilannya. Riwayat minum-minum obat atau jamu-jamuan
disangkal.
V. Riwayat Persalinan :
Bayi lahir dengan spontan Berat Badan Lahir 1800 gram, panjang badan 42
cm,lingkar kepala 29 cm, lingkar lengan 7cm, anus (+). Apgar skor 6-7-8.
Menangis kurang kuat, sianosis (-), hipotermi (-).
VI. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : apatis

1. Tanda Tanda Vital :
Suhu : 36,4
o
C
DJ : 115 x/menit
Respirasi : 32 x/menit
Tekanan Darah : Tidak dievaluasi


4

2. Menilai Pertumbuhan :
Berat Badan : 1800 gram
Panjang Badan : 42 cm
Lingkar Kepala : 29 cm

3. Penampakan Umum :
Aktivitas : menurun
Warna Kulit : kemerahan
Cacat Bawaan Yang Tampak : (-)

4. Kepala
Bentuk kepala : mesocephal, simetris, lecet (-), ubun ubun besar terpisah, teraba
datar, sutura normal, craniosynostosis (-), molding (-), caput sucendaneum (-), dan
cephal hematom (-)
5. Leher
Hematom pada m. SCM (-), pembesaran kel.Tiroid (-), leher pendek (-).
6. Muka
Mata : katarak kongenital (-), SCB (-), conjunctivitis (-).
Hidung : atresia choana (-/-), napas cuping hidung (-/-), rhinore (-/-)
Mulut : palatoschizis (-), frenulum pendek (-), makroglossia (-).
Telinga :low set ears (-/-)


5

7. Thoraks
Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-).
Palpasi : gerakan diding dada simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : bronkovesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan dinding
dada (-), sianosis (-).
8. Jantung
S1 S2 tunggal regular, mur mur (-), gallop (-).
9. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen
10. umbilicus
Tampak basah dan mulai mengering, warna kuning kehijauan (-), bau (-), edema (-
), kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
11. Genitalia
Genital normal, Clitoris dan labia minora ditutupi labia mayora.

6

12. Anus dan rektum
Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.
13. Ekstremitas
Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-)
14. Tulang belakang, pinggul dan system syaraf
Dalam batas normal
VIII. Pemeriksaan Penunjang
SpO2 : 90%
GDS stik : 57 mg%

IX.Resume
Bayi lahir di bidan dari ibu G3P4A0, 45 tahun, hamil 36 minggu, jenis
kelamin perempuan dengan berat bayi lahir 1800 gram, bayi lahir langsung
menangis, dilahirkan secara spontan dan gemelli dengan Apgar Score 6-7-8.
Pasien masuk Peristi dengan keadaan umum lemah, tangisan kurang kuat, anus (+),
kelainan kongenital (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum : sedang, kesadaran :
apatis, Suhu: 36,4
o
C, HR: 115 x/menit, Respirasi : 32 x/menit, Berat Badan : 1800
gram, Panjang Badan : 42 cm, Aktivitas : menurun. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan SpO2 : 90%, GDS stik : 57 mg%




7

X. Daftar Masalah
Anamnesis
1. hamil 36 minggu
2. berat bayi lahir 1800 gram
3. dilahirkan secara spontan dan gemelli
4. bayi lahir tidak langsung menangis
Pemeriksaan Fisik
5. Keadaan umum : sedang
6. kesadaran : apatis
7. Berat Badan : 1800 gram
8. Panjang Badan : 42 cm
9. Aktivitas : menurun
Pemeriksaan Penunjang
10. SpO2 : 90%
11. GDS stik : 57 mg%

XI. Differential Diagnosis
1. BBLR : Premature murni
Small for date (SFD)
Intra Uterin Growth Retardation (IUGR)
Dismaturitas
Large for date
2. Asfiksia ringan


8


XII. Diagnosis Kerja
BBLR preterm dengan asfiksia ringan

XIII. ASSESMENT
Masalah Aktif Masalah pasif
1. BBLR preterm dengan asfiksia
ringan
2. Ekonomi kurang

XIV. INISIAL PLAN
IP DX : S :
O: Darah lengkap, Gula darah sewaktu
IP TX :
Pasang OGT
IVFD D10% 5 tts/menit (mikro)
Aminophilyn 2 x 2,5 mg
Dexametason 0,5 mg
Ranitidin 2 x 3 mg
Cefotaxim 2 x100 mg
IP MX : Keadaan umum dan tanda vital
IP EX : Edukasi kepada keluarga pasien mengenai penyakitnya

PROGNOSIS : Dubia ad bonam
9

PEMBAHASAN

Berat badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 g
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir. Pada kasus ini, berat lahir os adalah 1800 gram, artinya os termasuk
bayi BBLR yang berdasarkan masa gestasinya tergolong bayi BBLR dengan kategori
dismaturitas. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi
akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR. Adapun faktor risiko BBLR pada kasus ini didapatkan faktor ibu
yaitu ibu yang sering mengalami anemia selama hamil dan memang sering dialami
sebelum hamil. Anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Fungsi darah
adalah membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai berkurang akibatnya
pertumbuhan organ janin pun akan terhambat dan menyebabkan BBLR. Adapun
faktor risiko BBLR yang lain pada kasus ini adalah faktor plasenta yaitu kehamilan
ganda (gemelli). Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gangguan
dibandingkan janin tunggal yang tampak ada ukuran sonografi dan berat lahir.
Semakin banyak jumlah bayi semakin besar derajat retardasi pertumbuhan. Pengaruh
kehamilan kembar pada janin dapat menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil
dari rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali daripada
kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh prematuritas, berat lahir rendah,
malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar juga berpengaruh terhadap
peregangan uterus yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya partus prematurus.
10

Selain itu kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga
terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin
seperti BBLR.
Pada kasus di atas, pada pasien terjadi asfiksia derajat ringan dengan melihat
skor apgar masing-masing pada menit pertama dan kelima sebesar yaitu 6-7.
Kemungkinan asfiksia yang terjadi dikarenakan karena faktor ibu berupa anemia,
faktor fetus berupa janin kembar, faktor persalinan berupa kala II lama dan partus
dengan VE (vakum ekstraksi).
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara
lain :hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia,
sindroma gawat nafas, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler,
Apnea of Prematurity, anemia. Pada kasus diatas, kita jumpai kompliksi langsung
atau penyulit pada BBLR yaitu hipotermia.











11

TINJAUAN PUSTAKA

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction/IUGR).

Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat
kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
12

Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang
baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari
bayinya sendiri.

Epidemiologi
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena
merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal.Prevalensi BBLR
masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah.Secara
statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat lahir >
2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%.Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang
ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni
maksimal 7%.

Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat itu masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk
menurunkan angka kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan kesejahteraan
menjadi meningkat. Kejadian BBLR ini bisa dicegah bila kita mengetahui faktor-
faktor penyebabnya.

Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
13

vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR.
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu
seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran
preterm.
c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia (< 20 tahun atau >40 tahun)
d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu
perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.

Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara
lain :
- Hipotermia
- Hipoglikemia
14

- Gangguan cairan dan elektrolit
- Hiperbilirubinemia
- Sindroma gawat nafas
- Paten duktus arteriosus
- Infeksi
- Perdarahan intraventrikuler
- Apnea of Prematurity
- Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) antara lain :
- Gangguan perkembangan
- Gangguan pertumbuhan
- Gangguan penglihatan (Retinopati)
- Gangguan pendengaran
- Penyakit paru kronis
- Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
- Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.


15

1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
- Umur ibu
- Riwayat hari pertama haid terakir
- Riwayat persalinan sebelumnya
- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
- Kenaikan berat badan selama hamil
- Aktivitas
- Penyakit yang diderita selama hamil
- Obat-obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
- Berat badan <2500 gr
- Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
Tulang rawan telinga belum terbentuk.
Masih terdapat lanugo.
Refleks masih lemah.
Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup
labium minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit
testis rata.
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
Tidak dijumpai tanda prematuritas.
Kulit keriput.
16

Kuku lebih panjang
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
- Pemeriksaan skor ballard
- Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas.
- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

Penatalaksanaan/ terapi
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K
1 :

- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
- Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur
3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)

2. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk
17

menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau
selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut:
a. Berat lahir 1750 2500 gram
Bayi Sehat
- Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
- Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
- Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
- Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi
stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan
tanda-tanda siap untuk menyusu.
18

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila
bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu
apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan
untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi Sehat
- Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi
ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi
dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari
namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
- Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
- Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
19

- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
- Beri ASI peras melalui pipa lambung
- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
- Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
- Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.
- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
20

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
- Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
- Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan.
- Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.

Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal
(3)
:
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator
atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk.
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
- Ukur suhu tubuh dengan berkala
- Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
- Jaga dan pantau patensi jalan nafas
- Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
- Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
21

- Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
- Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
- Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
- Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
- Pantau berat badan bayi secara periodik
- Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan
berat lahir <1500
- Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah
180 ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi
agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.

22

2). Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :
- Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
- Hitung umur koreksi.
- Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
- Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
- Awasi adanya kelainan bawaan.

Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi
normal.Prognosis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering
disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia,
perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf,
gangguan bicara, IQ rendah.

Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
- Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR
harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu
23

- Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang
dikandung dengan baik
- Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
- Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil.
Tanda kecukupan pemberian ASI:
- BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
- Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
- BB naik pd 7 hari pertama sebanyak 20 gram/ hari.
- Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan
menetes dari payudara yg lain.
Indikasi bayi BBLR pulang:
- Suhu bayi stabil.
- Toleransi minum oral baik terutama ASI.
- Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.







24

Cara menghangatkan bayi

Cara Petunjuk penggunaan
Kontak kulit Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4
o
C) apabila cara lain
tidak mungkin dilakukan.
KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi
dengan berat badan <1.800 g.
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak
dapat merawat bayinya.
Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan,
atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang
tidak dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat.


Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)
Berat (g)
Umur (hari)
1 2 3 4 5+
>1500 60 80 100 120 150
<1500 80 100 120 140 150


25

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499
Pemberian
Umur (hari)
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30

Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)
Berat badan
(g)
<1000 1000 - <1500 1500 2500 >2500
Hari I 120 cc D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10%
Hari II 140 cc D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10%
Hari III 170 cc D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10%
Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.







26

ASFIKSIA
Definisi
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosis.
2. WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir.
3. ACOG dan AAP
Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai
berikut:
- Nilai Apgar menit kelima 0-3
- Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
- Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)
- Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular,
gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).

Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh
dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih
besar. Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak
tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai
penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis
neonatorum dan kelahiran prematur. Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah
27

mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti
cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar. Menurut hasil riset kesehatan
dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah
gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis
neonatorum (12.0%)

Etiologi dan Faktor Resiko
Asfiksia neonatorum terjadi karena adanya gangguan pertukaran gas serta
transport O
2
dari ibuke janin sehingga terdapat gangguan dalam persdiaan O
2
dan
dalam menghilangkan CO
2
. Gangguan ini dapat disebabkan secara menahun dalam
kehamilan dan mendadak dalam persalinan.Gangguan menahun dalam kehamilan
dapat berupa gizi ibu yang buruk dan penyakit menahun seperti anemia, hipertensi,
jantung.
Towel (1996), menggolongkan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi
terdiri dari :
1. Faktor Ibu
- Hipoksia ibu, dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat
analgetik atau anastesia dalam sehingga akan menimbulkan hipoksia janin
dengan segala akibatnya.
- Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan kekurangan pengaliran O
2
ke plasenta dan janin. Misalnya :
gangguan kontraksi uterus (hipotermi, tetani uterus akibat penyakit/obat),
hipotensi mendadak pada ibu akibat perdarahan, hipertensi akibat penyakit
eklampsi.


28

2. Faktor Placenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
placenta. Asfiksia janin terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta misalnya : solusi placenta, perdarahan placenta dan placenta previa.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, tali pusat melilit, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena :
- Pemakaian obat anastesi/analgetik yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
- Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial
kelainan kongenital pada bayi misalnya : hernia diafragma atresia,
hipoplasia paru.
5. Faktor Persalinan
- Partus lama
- Partus dengan tindakan (SC, Vakum Ekstraksi)

Klasifikasi
Pembagian klasifikasi asfiksia dibuat berdasarkan nilai apgar score yaitu :
1. Asfiksia berat
Apgar score 0-3, bayi memerlukan resusitasi segera secara aktif dan
pemberian O
2
terkendali.
29

2. Asfiksia sedang
Apgar score 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian O
2
sampai bayi dapat
bernafas normal kembali.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-10). Dalam hal ini bayi
dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa (Mochtar R, 1998).

Tabel 1. Penilaian Apgar Score
Tanda
Score
0 1 2
Apperance
(warna kulit)
Biru pucat Tubuh kemerahan,
ekstremitas biru
Tubuh dan ekstremitas
kemerahan
Pulse
(Denyut nadi)
Tidak ada 100 x/m 100 x/m
Grimace
(refleks)
Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat dan menagis
Activity
(tonus otot)
Lumpuh Gerakan lemah Gerakan aktif
Respiratory
(usaha bernafas)
Tidak ada Lambat Teratur, menangis kuat





30

Diagnosis
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya
tanda-tanda gawat janin antara lain :
1. Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 x/m, selama his frekuensi ini biasa
turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan
kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila
frekuensi sampai di bawah 100 x/m diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur,
hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban
Pada presentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan terus
menimbulkan kewaspadaan.Adanya meokinum air ketuban pada presentasi kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan, biasanya hal ini dapat
dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin.
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun di bawah 7,2 hal ini
dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.

Patogenesis
1. Bila janin kekurangan O
2
dan kadar CO
2
bertambah, timbullah rangsangan
terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan
O
2
itu terus berlangsung, maka nesovagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
31

Timbullah rangsangan dari nesosimpatikus. Denyut jantung janin menjadi
lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang.
2. Kekurangan O
2
juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai
tanda janin dalam hipoksia :
- Jika DJJ normal dan ada mekonium, maka janin mulai hipoksia.
- Jika DJJ >100 x/m dan ada mekonium, maka janin sedang hipoksia.
- Jika DJJ <100 x/m dan ada mekonium, maka janin dalam keadaan gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa, kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat (Mochtar
R, 1998).
Penatalaksanaan
Pada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada dengan
peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau
cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24-48 jam sebelum sembuh secara
spontan. Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan
pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode apnia kadang-kadang dan atau
konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu,
tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada. Pada kasus asfiksia berat bayi dapat
terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa
hari dan episode apnia yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik
selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. Jika bayi ini dapat
bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen.

Jika asfiksia ringan
Jika bayi tidak mendapat oksigen maka bayi mulai menyusui. Jika bayi mendapat
oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan metode
pemberian makan alternatif.
Jika asfiksia sedang atau berat
32

Pasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 12 jam pertama. Batasi volume
cairan sampai 60 ml/ Kg BB selama hari pertama dan pantau urin. Jika bayi berkemih
kurang dari 6 kali/ hari atau tidak menghasilkan urin jangan meningkatkan volume
cairan pada hari berikutnya, ketika jumlah urin mulai meningkat tingkatkan volume
cairan IV harian sesuai dengan kemajuan volume cairan. Tanpa memperhatikan usia
bayi yaitu untuk bayi yang berusia 4 hari, lanjutkan dari 60 ml/ Kg sampai 80 ml/ Kg
sampai 100 ml/ Kg jangan langsung 120 ml/ Kg pada hari pertama. Ketika konvulsi
terkendali dan bayi menunjukan tanda-tanda peningkatan respon. Ijinkan bayi mulai
menyusui. Jika bayi tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan menggunakan
metode pemberian makan alternatif. Berikan perawatan berkelanjutan.
33




34

Pencegahan Asfiksia Neonatorum
Pencegahan Secara Umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya
ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus
dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan
satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah
akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat
istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas
sektoral yang saling terkait adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan
kerjasama antar tenaga obstetri di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk
penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada
persalinan. Setiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi
persalinan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman atau menyebabkan
keterlambatan pada situasi gawat. Pada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan
kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin.
Antisipasi Dini Perlunya Dilakukan Resusitasi pada Bayi yang Dicurigai
Mengalami Depresi Pernapasan untuk Mencegah Morbiditas dan Mortilitas
Lebih Lanjut
Pada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi
pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba.
Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga
terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung jawab pada perawatan bayi
baru lahir. Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan
resusitasi yang lebih kompleks.
Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh
bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga
35

medis dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan
menyiapkan peralatan resusitasi yang diperlukan
Komplikasi
Komplikasi pada bayi baru lahir akibat asfiksia meliputi :
- Cerebral palsy
- Retardasi mental
- Gangguan belajar
Apabila asfiksia ini tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan kematian.













36

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Gambaran Kasus Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Available from :
http://ebookbrowse.com. (Accessed at April, 21
th
2012)

Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan
Anak, edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya

Elizawarda. 2003. Studi Kasus Kelola Faktor Resiko Untuk Pencegahan Berat Badan
Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2003.
Available from : http://repository.usu.ac.id.(Accessed at April, 21
th
2012)

Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta

Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak. RSUP Sanglah, Denpasar.

Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai