BAB I
PENDAHULUAN
Kelahiran bayi merupakan peristiwa yang penting bagi kehidupan seorang pasien dan
keluarganya. Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada
proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melalui jalan lahir. Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan.1
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat
hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir. Persalinan dikatakan normal apabila proses
kelahiran janin pada umur aterm (37 - 42 minggu), letak memanjang, presentasi belakang
kepala, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa
tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi.2 Persalinan normal adalah
persalinan dengan presentasi belakang kepala, kala satu antara 8-14 jam, kelahiran bayi tidak
memerlukan bantuan alat. Hampir 96% janin pada uterus memiliki presentasi kepala.3
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah power, passage, dan passenger.
Power merupakan kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan
mengejan. Passage merupakan keadaan jalan lahir. Passenger merupakan keadaan janinnya
sendiri.3 Persalinan dibagi menjadi tiga kala. Kala satu persalinan mulai ketika telah
tercapainya kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala dua persalinan dimulai
ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala tiga
persalinan dimulai segera setlah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
janin.3
Sifilis disebabkan oleh Treponema pallidum, yaitu sejenis bakteri yang berbentuk
spiral. Penularan bisa terjadi melalui tranfusi darah bila donor berada dalam tahap awal
infeksi tersebut. Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya yang
belum lahir Sifilis yang terkait dengan kehamilan adalah sifilis congenital.4
Sifilis kongenital merupakan salah satu komplikasi sifilis yang berat. Akibat langsung
penyakit ini terhadap janin antara lain: kematian janin dalam kandungan, partus prematurus,
dan partus immaturus.4 Gejala yang ditemukan pada sifilis kongenital adalah pertumbuhan
intrauterine yang terlambat, kelainan membrane mukosa, kelainan kulit, rambut dan kuku,
1
2
kelainan tulang, kelainan kelenjar getah bening (limfadenopati generalisata), kelainan organ
dalam (hepatomegali, splenomegali, nefritis, nefrosis, pneumonia), kelainan mata
(korioretinitis, glaukoma, dan uveitis), kelainan hematologi (anemia, eritroblastemia,
retikulositosis, trombositopenia), kelainan susunan saraf pusat (meningitis sifilitika akut yang
bila tidak diobati secara adekuat akan menimbulkan hidrosefalus, kejang, dan mengganggu
perkembangan intelektual).4
Dalam banyak kasus, tidak diketahui bahwa seorang ibu menderita sifilis akibat
penyakit yang dapat asimptomatik.4 Kelahiran mati atau lahirnya bayi dengan sifilis
kongenital merupakan petunjuk awal ke arah diagnosis sifilis pada ibu. Karena itu, perlu
dilakukan anamnesis tentang kemungkinan adanya kontak dengan penderita sifilis.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan utama : Cairan yang keluar dari kemaluan
Riwayat Keluhan
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan dari kemaluan sejak ± 3 jam sebelum
MRS. Pasien kemudian datang ke bidan swasta yang selanjutnya dirujuk ke RSUP
Sanglah. Pasien membawa pengantar dari bidan swasta dengan diagnosis G2P1001
umur kehamilan 41-42 minggu. Diketahui pasien menderita sifilis (+) pada umur
kehamilan 26-27 minggu di bidan. Sakit perut hilang timbul (-), gerak janin (+) baik.
Riwayat Menstruasi
Pasien mengalami menstruasi pertama kali pada usia 14 tahun. Pasien mengatakan
siklus menstruasinya teratur setiap bulannya, sekali siklus sekitar 28 hari, lamanya
menstruasi 2-5 hari, dengan volume ± 40cc. Pasien tidak ingat Tanggal Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT). Perkiraan persalinan pasien yaitu tanggal 11 Juli 2016
berdasarkan USG yang dilakukan pada tanggal 13 Juni 2016 saat usia kehamilan 39-40
minggu.
3
4
Riwayat Obstetri
1. Perempuan, 3 tahun, lahir normal pervaginam, di bidan swasta, BBL 3100 gram,
cukup bulan.
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak satu kali yaitu pada tahun 2011 dan telah memiliki satu
orang anak.
Respirasi : 20x/menit
Suhu tubuh : Axilla : 36,2oC, Rectal : 36,7oC
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 62 kg
IMT : 24,8
2. Status General
Kepala : Mata : anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+ isokor
Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : ~status obsteri
Ekstemitas : Akral hangat : ekstremitas atas +/+
ekstremitas bawah +/+
Edema : ekstremitas atas -/-
ekstremitas bawah -/-
3. Status Obstetri
Mamae
Inspeksi :
Hiperpigmentasi aerola mamae
Penonjolan glandula Montgomery (+)
Abdomen
Inspeksi :
Tampak perut membesar, disertai adanya striae gravidarum (striae livide dan
striae albicantes), tidak tampak bekas luka sayatan
Palpasi :
Pemeriksaan Leopold
I. Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah processus xhipoideus. Teraba bagian
besar bulat, lunak (kesan bokong)
II. Teraba bagian keras, datar dan memanjang di perut bagian kiri (kesan
punggung) dan teraba bagian kecil di perut bagian kanan (kesan
ekstremitas)
III. Teraba bagian bulat, keras, melenting dan susah digerakkan (kesan kepala)
IV. Bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul (divergen)
6
Tinggi fundus uteri : 35 cm ( 3 jari dibawah processus xiphoideus), His (-) Gerak
janin (+)
Auskultasi :
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri bawah umbilikus
dengan frekuensi 140x/menit.
Vagina
Vagina Toucher (Pukul 06.00 WITA) : Pembukaan 1 cm, dilatasi cervix 25%, ketuban
(-), teraba kepala denominator tidak jelas, UUK depan, penurunan Hodge I (+), Tidak
teraba bagian kecil/tali pusat.
eritromisin 500mg per oral setiap 8 jam selama 7 hari. Pasien disarankan kontrol
kembali 7 hari lagi. Saat ini pasien tidak ada keluhan baik di kulit maupun kelamin.
O : Status dermatovenerologi
Lokasi : seluruh tubuh
Effloresensi : tidak ditemukan kelainan
A : Suspek Sifilis Laten Lanjut dd/ Sifilis Laten Dini
P : Pemeriksaan laboratorium VDRL dan TPHA
8
23 Juli 2016
S : Dihubungi kembali dari bagian Obgyn dengan hasil laboratorium VDRL dan
TPHA terlampir. Keluhan pasien (-)
O : Status Dermatologi
Lokasi : Seluruh tubuh
Effloresensi : tidak didapatkan lesi kulit
VDRL 1:16
TPHA >1:5.120
A : Sifilis Laten Lanjut
P : Pemberian antibiotika sistemik (Benzatin penisilin 2,4 juta IU 1x/minggu selama 3
minggu) di poliklinik (25/7/2016)
2.5 Diagnosis
Diagnosis masuk : G2P1001 41 minggu 4 hari tunggal hidup, ketuban pecah dini
dengan infeksi sifilis. PBB 3485 gram.
Diagnosis akhir : P2002 partus spontan belakang kepala dengan infeksi sifilis.
2.6 Penatalaksanaan
Terapi : MRS
Partus ekspektatif per vaginam
Monitor : Observasi keluhan, vital sign
hamil dan pernah melakukan pemeriksaan USG sebanyak satu kali pada usia kehamilan
39 minggu. Namun terakhir saat tanggal 22 Juli 2016 pasien mengeluarkan air ketuban
di rumahnya dan pasien segera ke bidan untuk memeriksakan diri, tetapi oleh bidan
pasien dirujuk segera ke RS Sanglah
Lingkungan
Rumah : Pasien tinggal di sebuah kamar kos bersama suami dan anaknya dengan luas
kamar sekitar 4 m x 6 m. Kondisi bangunan terlihat kurang baik. Atap tidak ada
berlubang, tembok hanya diplester, lantai dikeramik. Kamar kos pasien terdiri dari 1
kamar tidur yang tergabung dengan area dapur kecil namun dapur utama dan kamar
mandi berada diluar kamar. Kamar tidur digunakan bersama-sama oleh pasien, suami
dan anaknya. Di kamar tidur tersebut berisikan 1 kasur lipat yang terasa sudah kempes, 1
lemari baju, dan 1 televisi. Kamar tidur terlihat tertata dengan baik. Tidak terlihat baju-
baju yang menumpuk di sudut ruangan dan menggantung di belakang pintu. Penerangan
kamar kurang baik dan cahaya matahari tidak dapat masuk saat pagi dan siang hari
karena jendela, ventilasi dan pintu kamar kos pasien mengarah ke barat. Di sebelah barat
kamar kos pasien terdapat bangunan rumah tetangga yang juga menghalangi sinar
matahari saat sore hari. Ventilasi kamar cukup baik dan jendela pasien dibuka saat
kunjungan. Kamar mandi bersama menggunakan toilet jongkok, penampungan air
dengan bak keramik, lantai kamar mandi masih berupa semen dan saluran pembuangan
limbah lancar. Sumber air menggunakan air dari sumur bor. Tempat tinggal pasien
berada di kompleks perumahan yang padat penduduk. Warga di sekitar rumah cukup
ramah, pasien cukup sering berinteraksi dengan warga. Sumber listrik menggunakan
PLN.
dilihat bahwa pemenuhan kebutuhan kasih sayang pasien sudah cukup terpenuhi. Pasien
juga mendapat dukungan dari tetangga di sekitar rumahnya.
Gizi
Gizi pasien tergolong kurang. Meskipun selama kehamilan nafsu makan pasien tetap
baik dan makan dengan menu seadanya namun pasien tidak melengkapinya dengan
meminum susu karena biaya hidup yang pas-pasan. Pemenuhan gizi pasien tergolong
belum cukup terlihat dari menu makanan pasien yang cenderung jarang makan daging,
ikan ataupun buah-buahan. Padahal dalam masa-masa menyusui, ibu mencukupi
kebuttuhan nutrisinya dengan makanan yang kaya akan protein dan vitamin. Sama
seperti anak pertamanya, pasien merencanakan memberikan ASI sampai umur anak
keduanya setahun. Diberikan edukasi ke pasien bahwa setelah 6 bulan pemberian ASI,
harus diikuti oleh makanan pendamping ASI seperti bubur susu atau bubur sayur.
Faktor Psikososial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Sebelum hamil pasien bekerja juga tidak
bekerja. Sehari-hari pasien hanya beraktivitas dirumah. Pasien kadang keluar rumah dan
tetap melakukan aktivitas keagaaman. Suami pasien bekerja sebagai sopir bangunan.
Pasien tinggal di rumah seperti kamar kos berukuran 4 m x 6 m. Pasien berobat sebagai
pasien umum karena tidak memiliki asuransi kesehatan apapun termasuk BPJS. Alasan
pasien tidak menggunakan BPJS karena pasien atau suaminya belum sempat untuk
mengurus surat-surat administrasi di Sumba Pasien selalu mendapat dukungan dari
suami. Hubungan keluarga harmonis. Sampai saat kunjungan, keluarga kandung pasien
14
belum sempat mengunjunginya karena asal pasien jauh. Namun keluarga pasien
senantiasa menghubungi dan memberi dukungan melalui telepon.
3.3 Saran
Melakukan komunikasi dan memberikan informasi serta edukasi yang tepat kepada
pasien dan keluarga tentang masa nifas, agar pasien dan keluarganya mengerti tentang
keadaan pasien saat ini.
Menyarankan kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi karena kebutuhan
nutrisi ketika menyusui lebih tinggi. Pasien disarankan untuk memperhatikan
makanan yang dikonsumsi karena berpengaruh terhadap kualitas ASI yang diberikan
kepada anaknya. Pasien disarankan untuk tetap makan secara teratur dan jika
memungkinkan dengan menu berimbang beragam bergizi dan mengkonsumsi vitamin
tambahan dan mineral seperti tablet besi. Disamping itu, dijelaskan pula kepada
pasien mengenai pemberian ASI mempunyai pengaruh emosional yang luar biasa
yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak dan perkembangan jiwa anak.
Menyarankan pasien dan keluarga apabila ada keluhan pasca persalinan seperti
demam atau perdarahan agar segera datang ke pusat penyedia layanan kesehatan
terdekat seperti Puskesmas.
Menyarankan pasien kontrol kembali untuk kontrol luka jahit pada kemaluan pasien
dan kontrasepsi yang digunakan.
Memberikan penjelasan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan mengenai
pentingnya cuci tangan terutama sebelum menyentuh bayinya karena bayi yang masih
blum berkembang secara baik sistem kekebalan tubuhnya akan rentan terkena infeksi.
Memberikan informasi kepada pasien agar menjaga kesehatan, istirahat yang cukup
serta mengkonsumsi makanan sehat seimbang sehingga dapat memberikan nutrisi
optimal kepada anak melalui ASI.
Sedapat mungkin pasien mengikuti program posyandu di Puskesmas terdekat untuk
dapat memantau tumbuh kembang bayinya.
15
S A A
T
P
P
T
D A
Keterangan:
T: toilet
D: dapur
P: pintu