Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan didefinisikan


sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester, trimester
satu berlangsung dalam 13 minggu, trimester kedua 14 minggu (minggu ke-14 hingga ke-
27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).1

Proses kehamilan dimulai dari pembuahan, nidasi dan plasentasi. Terjadinya


kehamilan menyebabkan sistem genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar
sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Perubahan
dapat terjadi pada uterus, vagina, ovarium dan payudara.

Persalinan (partus) merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus ke dunia luar melalui vagina. Proses persalinan ditandai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi serviks dan mendorong fetus keluar
melalui jalan lahir. Kontraksi miometrium selama persalinan akan menimbulkan rasa sakit
pada ibu. Sebelumnya timbulnya kontraksi miometrium ini, uterus harus disiapkan untuk
proses kelahiran. Miometrium tidak akan berespon sampai dengan usia kehamilan 36-37
minggu, setelah periode ini fase transisional diperlukan sampai serviks mengalami
penipisan dan perlunakan.1

Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu


persalinan, yaitu passage (jalan lahir), passenger (janin), power (kekuatan ibu), psikologi
ibu dan penolong. Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan
mengakibatkan persalinan tidak 6 berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan
komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut.2

Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih
lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan keduanya, atau
bila persalinan pervaginam tidak mungkin dapat dilakukan dengan aman.3
Indikasi lain termasuk: gawat janin 20,6%, persalinan lama dan terhambat 15,9%,
gangguan cairan ketuban 14,3%, kehamilan lewat tanggal 13,1%, gangguan ibu terkait
kehamilan 4,5%, janin mal-presentasi' 3,5%, gangguan hipertensi pada kehamilan 2,5%,
plasenta praevia 0,78%, dan penyakit umum penyulit kehamilan 0,7%.4

Sebagai dokter layanan primer, harus bisa menangani kehamilan dan persalinan
normal, dan juga mengetahui indikasi untuk tindakan sectio caesarea maka penting sekali
mengetahui proses yang terjadi selama kehamilan serta indikasi tindakan sectio caesare
dan juga penanganan persalinan.
Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Sarwono


Prawirohardjo; 2010.

2. Morales AJ et al. Multifetal pregnancy reduction. Dalam: Ethics in Obstetric and


Gynecology,1999.

3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Kehamilan multijanin. Dalam: Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU (alih bahasa).
Obstetri Williams. Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC,
2006. h. 852-897 33

4. Begum, T., Rahman, A., Nababan, H., Emdadul Hoque, D. M., Khan, A. F., Ali, T.,
& Anwar, I. (2017). Indications and determinants of caesarean section delivery:
Evidence from a population-based study in Matlab, Bangladesh. PLoS ONE,
12(11). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0188074
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. J
Umur : 16 tahun
Alamat : Desa III Jirak
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Status : Sudah menikah
Tanggal pemeriksaan : 01 Maret 2023

2.2 ANAMNESIS
- Keluhan Utama
Mau melahirkan dengan keluar air
- Keluhan Tambahan
Batuk dan sesak napas
- Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak  8 jam SMRS, pasien mengeluh keluar air dari kemaluan,
banyaknya 1 kali ganti celana dalam, jernih, dan tidak berbau. Keluhan ini
disertai dengan adanya nyeri perut hilang timbul (+), keluar lendir darah
dari jalan lahir (+), demam (-), keputihan (-), gatal pada area kemaluan (-),
nyeri saat BAK (-), riwayat perut diurut saat hamil (-), riwayat minum
jamu (-). Pasien mengaku hamil 8 bulan dan gerakan janin masih
dirasakan.

Pasien juga mengeluh batuk (+) dan sesak napas (+) sejak  4 jam
SMRS. Pasien mengaku sesak napas timbul setelah terpapar asap rokok,
sesak tidak dipengaruhi cuaca, emosi, maupun perubahan posisi. Saat
sesak, pasien masih bisa berbaring, pasien masih dapat mengucapkan kata
per kata. Pasien berobat ke Puskesmas dan dikatakan hamil 36 minggu
inpartu kala 3 fase laten dengan KPSW + KEK dengan pembukaan 1 cm.
Lalu, pasien diberikan terapi IVFD RL gtt 20 tpm, kemudian dirujuk ke
RSUD SKY untuk tatalaksana lebih lanjut.

- Riwayat Penyakit Terdahulu :


 Riwayat Penyakit Asma : Ada.

Pasien mengatakan sesak sering terjadi sejak masa kanak-kanak, akan


tetapi pasien baru mengetahui menderita asma sejak usia 15 tahun ketika
dirawat di rumah sakit 2 minggu yang lalu karena menderita sesak napas,
Pasien dikatakan menderita asma eksaserbasi akut dan mendapat obat
semprot.

 Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

 Riwayat Penyakit Hepar : disangkal

 Riwayat Penyakit Ginjal : disangkal


 Riwayat Penyakit Kencing Manis : disangkal
 Riwayat Penyakit Darah Tinggi : disangkal

- Riwayat Operasi
Pasien menyangkal pernah melakukan operasi apapun

- Riwayat Rawat inap


1 kali pada 18/2/2023 s.d. 24/2/2023 karena sesak napas

- Riwayat Menstruasi
Menarche : 10 tahun
Siklus Haid : Teratur
Panjang Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Dismenorhea : ada
Banyak : 2 – 3 pembalut/hari
HPHT : lupa
HPL :-

- Riwayat Obstetri (-)


- Riwayat ANC
 Pasien tidak pernah kontrol ke Klinik, Puskesmas, atau Rumah
Sakit selama kehamilan ini

 Riwayat imunisasi TT tidak dilakukan pada kehamilan ini


 Pasien juga mengaku tidak pernah USG selama kehamilan
- Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB.

- Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah selama 1 tahun.
Pertama kali menikah pasien berusia 15 tahun dan suami 18 tahun.

- Riwayat Ginekologi
Riwayat kanker, kista ovarium, mioma uteri disangkal. perdarahan
pervaginam diluar menstruasi disangkal.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tinggi badan : 141 cm
- Berat badan sebelum hamil : 33 kg
- Berat badan sekarang : 39,6 Kg
- Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Pernapasan : 27x/menit, teratur

Nadi : 110x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.

Suhu : 36,7°C
VAS :5
Status Generalis
- Kepala : normosefali, rambut berwarna hitam dan tidak mudah rontok
- Mata : simetris, kongjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
- Hidung : deviasi (-) sekret (-) darah (-)
- Telinga : simetris, sekret (-)
- Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), karies (-) gusi berdarah (-)
- Leher : KGB membesar (-), JVP meningkat (-)
- Thorak :

 Pulmo :

• Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi (-)

• Palpasi : stem fremitus kanan = kiri normal

• Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

• Auskultasi : Vesikuler normal +/+ Rhonki -/- Wheezing


(+/+)

 Cor : BJ I - II reguler, Murmur (-), Gallop (-)


- Abdomen : cembung, BU (+), nyeri tekan (-), striae (+), jejas (-)
- Ekstremitas : akral hangat (+), CRT < 2detik, edema (-)

Status Obstetrikus
- Pemeriksaan fisik luar :
o TFU : 4 jari di bawah procesus xiphoideus (25 cm)
o DJJ : 129 x/menit, reguler
o Palpasi:
 Leopold I : teraba bagian bulat lunak, TFU : 25 cm
 Leopold II : teraba bagian kecil di kanan dan teraba bagian
tahanan di kiri
 Leopold III : teraba bagian keras melenting
 Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP
(konvergen)
- Pemeriksaan fisik dalam :
o V/V : tidak ada kelainan
o VT : dinding vagina licin, portio tebal lunak, pembukaan 1 cm,
ketuban (-)

2.4 DIAGNOSIS BANDING

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


- USG (01/03/2023)
Kesan : hamil 33-34 minggu JTH Preskep dengan anhidramnion

- Laboratorium (01/03/2023)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Hematologi
Hemoglobin 9,5 g/dL 12-16
Hematokrit 31,2 % 37-47
Eritrosit 3,42 10^6/uL 4,2-5,4
Lekosit 66,9 10^3/uL 4,5-13
Trombosit 596 10^3/mm^3 150-400
MCV 91,2 fL 80-96
MCH 27,8 pg 27-31
MCHC 30,4 g/L 32-36
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-2
Eosinofil 0 % 0-5
Neutrofil 94 % 37-75
Limfosit 6 % 20-40
Monosit 1 % 2-10
Kimia Darah
Albumin 2,7 g/dL 3,5-5,2
Glukosa Sewaktu 274 Mg/dL 65-140
Ureum 16 Mg/dL 18-45
Kreatinin 1,42 Mg/dL 0,60-1,13
Natrium darah 137 Mmol/L 135-148
Kalium darah 3.30 Mmol/L 3,5-5,3
Klorida darah 108 Mmol/L 98-107

- Laboratorium (07/03/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 5,7 g/dL 12-16
Hematokrit 18,8 % 37-47
Eritrosit 2,05 10^6/uL 4,2-5,4
Lekosit 11,8 10^3/uL 4,5-13
Trombosit 559 10^3/mm^3 150-400
MCV 91,7 fL 80-96
MCH 27,8 pg 27-31
MCHC 30,3 g/L 32-36
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-2
Eosinofil 0 % 0-5
Neutrofil 80 % 37-75
Limfosit 16 % 20-40
Monosit 3 % 2-10
Kimia Darah
Albumin 2,7 g/dL 3,5-5,2
Ureum 28 Mg/dL 18-45
Kreatinin 0,52 Mg/dL 0,60-1,13
Natrium darah 138 Mmol/L 135-148
Kalium darah 3.50 Mmol/L 3,5-5,3
SGPT 28 U/L <25
SGOT 30 U/L <25
Asam urat 2,48 Mg/dL 2,6-6,2
2.6 RESUME
Ny. J, perempuan, 16 tahun datang ke IGD Rumah Sakit SKY pada
tanggal 01 Maret 2023 pukul 11.40 WIB, G1P0A0 dengan keluhan keluar air
disertai mulas-mulas yang hilang timbul sejak 8 jam SMRS. Gerak janin masih
aktif dirasakan pasien. Pasien mengaku bahwa menstruasinya lancar dan
pertama kali mendapatkannya yaitu usia 10 tahun dengan siklus yang teratur
selama 7 hari dan dapat mengganti pembalut 2-3 kali dalam sehari. Riwayat
tidak rutin kontrol kehamilam, tidak pernah USG, dan tidak mendapat imunisasi
TT selama kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik saat di IGD ditemukan keadaan umum tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
110x/menit, respirasi 27x/menit, suhu 36,7OC. Pada pemeriksaan status generalis
didapatkan respirasi meningkat. Pada pemeriksaan obstetrik di pemeriksaan luar
didapatkan TFU 25 cm, DJJ 129x/regular. Pada pemeriksaan Leopold I teraba
bagian bulat lunak, TFU: 25 cm, Leopold II teraba bagian kecil di kanan dan
teraba bagian tahanan di kiri, Leopold III teraba bagian keras melenting,
Leopold IV teraba bagian terbawah janin belum masuk PAP. Pada pemeriksaan
dalam ditemukan V/V tidak ada kelainan, VT ditemukan portio tebal lunak,
pembukaan 1 cm, ketuban (-).

2.7 DIAGNOSIS
Ny. J, 16 tahun, G1P0A0 hamil 33-34 minggu JTH Preskep Inpartu (preterm) kala 1
fase aktif dengan anhidramnion + asma bronkial eksaserbasi akut

2.8 PENATALAKSANAAN
- Observasi TVI, his, DJJ
- R/ Sectio Caesarea setelah stabilisasi perbaikan keadaan umum
- Puasa 6 jam pre-operasi
- IVFD Asering gtt XX tpm
- Kateter menetap catat input-output
- Oksigen NRM 10 liter/menit
- Ceftriaxone 1x2 gram (IV)
- Injeksi MgSO4 40% 4 gram (IV)
- Injeksi Dexamethasone 3x5 mg (IV)
- Nebulisasi pulmicort dan meprovent 3-4 kali
- N-asetilsistein 3x400 mg

2.9 PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam :dubia ad bonam


2.10 FOLLOW UP

Tanggal Hasil Pemeriksaan Intervensi

Rabu S : Os dirawat di ICU dari ruang operasi  Observasi TVI,


pukul 14.50 WIB dengan post SC + Post Kontraksi,
01/03/202 RJP ROSC perdarahan
3
 Ventilator PEEP =
19.00 6, FiO2 = 70%
WIB O:
 IVFD asering +
ICU Keadaan umum : lemah
oxytosin 20 IU gtt
Kesadaran : DPO XX tpm

TD : 110/75 mmHg  Asam traneksamat


3x500 mg (IV)
Nadi : 90x/menit
 Ketorolac 3x30 mg
RR : 20x/Menit (IV)
T : 36,3 C  Drip milos 2
mg/jam
SpO2 : 100%
 Drip MO 1 mg/jam

 Drip furosemid 5
Keadaan spesifik
mg/jam
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
 Drip adrenalin 0,5
konjungtiva anemis (+/+)
mcg/kgBB/menit
Thorax:
 Drip atracurium 20
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), mg/jam
wheezing (-/-)

Abdomen : datar, simetris, tampak luka


post operasi tertutup kassa (+), striae (+),
FUT teraba 2 JBPST, kontraksi baik, nyeri
tekan di luka operasi (-), massa (-), timpani
(+), BU (+) normal

Genitalia : lokhia rubra (+)

A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress +


Post RJP ROSC

Kamis S : Os habis operasi melahirkan  Observasi TVI,


kontraksi,
02/03/202 perdarahan
3
O:  On ventilator P
06.00 SimV 12 PEEP = 6
WIB Keadaan umum : lemah FiO2 = 50%
ICU Kesadaran : E4M6VT  IVFD asering +
TD : 120/82 mmHg Oxytosin 20 IU gtt
XX tpm
Nadi : 127x/menit
 Ceftriaxone 1x2
RR : 22x/Menit gram (IV)

T : 36,5 C  Asam traneksamat


3x500 mg (IV)
SpO2 : 100%
 Ketorolac 3 x 30 mg
(IV)
Keadaan spesifik  Injeksi
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+), dexamethasone 3x10
konjungtiva anemis (+/+) mg IV

Thorax:  Metronidazole 3x500


mg (IV)
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)  Drip adrenalin 0,5
mcg/kgBB/menit
Abdomen : datar, simetris, tampak luka
post operasi tertutup kassa (+), striae (+),  Drip furosemid 5
FUT teraba 2 JBPST, kontraksi baik, nyeri mg/jam
tekan di luka operasi (-), massa (-), timpani
(+), BU (+) normal  Drip atracurium 20
mg/jam
Genitalia : lokhia rubra (+)
 Drip miloz 2 mg/jam

 Os masih puasa,
A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress + GDS = 117 mg/dL
Post RJP ROSC
 Urine output = 100-
400 cc, warna kuning
jernih

Jumat S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post  Observasi TVI,


operasi kontraksi,
03/03/202 perdarahan
3
 O2 NRM 10 lpm
12.00 O:
WIB  IVFD Asering X tpm
Keadaan umum : lemah
ICU  Ceftriaxone 1x2
Kesadaran : CM (E4M6V5) gram (IV)

TD : 108/85 mmHg  Ketorolac 3 x 30 mg


(IV)
Nadi : 78x/menit
 Injeksi
RR : 20x/Menit dexamethasone 2X5
T : 36,5 C mg IV

SpO2 : 100%  Ciprofloxacin 2x500


mg tab PO
VAS : 4
 Metronidazole 3x500
mg tab PO

Keadaan spesifik  Asam mefenamat


3x500 mg tab PO
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (+/+)  Omeprazole 1x40
mg (IV)
Thorax:

Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),


wheezing (-/-)

Abdomen : datar, simetris, tampak luka


post operasi tertutup kassa (+), striae (+),
FUT teraba 2 JBPST, kontraksi baik, nyeri
tekan di luka operasi (-), massa (-), timpani
(+), BU (+) normal

Genitalia : lokhia rubra (+)

A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress +


Post RJP ROSC

Sabtu Os pindah ke bangsal perawatan  KIE


04/03/202 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post  Observasi TVI,
3 operasi, batuk berdahak (+), sesak (+), kontraksi,
demam (+), payudara bengkak perdarahan
Bangsal
O:  Mobilisasi
06.00
Keadaan umum : lemah  Diet lunak
Kesadaran : CM (E4M6V5)  Pompa ASI dan
TD : 150/100 mmHg kompres hangat
payudara
Nadi : 145x/menit
 O2 NRM 10 lpm
RR : 50x/Menit  IVFD Asering X tpm
T : 39,3 C  Ciprofloxacin 2x500
mg tab PO
SpO2 : 72% on room air -> 98% on NRM
10 lpm  Metronidazole 3x500
mg tab PO
VAS : 4
 Asam mefenamat
3x500 mg tab PO
Keadaan spesifik
 Omeprazole 1x40
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+), mg (IV)
konjungtiva anemis (+/+)
 Dexamethasone 2x5
Thorax: mg (IV)

Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (+/+),  N-asetil sistein


wheezing (+/+) 3x40 mg tab PO

Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)  Ambroxol syr 3x1
cth PO
Abdomen : datar, simetris, tampak luka
post operasi tertutup kassa (+), striae (+),  Cetirizine 2x10 mg
nyeri tekan di luka operasi (-), massa (-), tab PO
timpani (+), BU (+) normal
 Nebulisasi
Genitalia : lokhia rubra (+) pulmicont +
meprovent 4x1

 Paracetamol 3x1
A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress +
(IV)
anhidramnion + Post RJP + asma derajat
berat  Furosemide 2x20
mg (IV)

Minggu S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post  KIE


operasi (+) berkurang, batuk berdahak (+),
05/03/202 sesak (+) berkurang, demam (+)  Observasi TVI,
3 kontraksi,
O: perdarahan
12.00
Keadaan umum : tampak sakit sedang  Mobilisasi
Bangsal
Kesadaran : CM (E4M6V5)  Diet lunak
TD : 140/100 mmHg  Pompa ASI dan
Nadi : 76x/menit kompres hangat
payudara
RR : 24x/Menit
 Observasi TVI,
T : 37,8 C kontraksi,
perdarahan
SpO2 : 100% on nasal canul 3 lpm  O2 Nasal Canul 3
lpm
VAS : 2
 IVFD Asering X tpm

 Ciprofloxacin 2x500
Keadaan spesifik
mg tab PO
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
 Metronidazole 3x500
konjungtiva anemis (+/+)
mg tab PO
Thorax:
 Asam mefenamat
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), 3x500 mg tab PO
wheezing (+/+)
 Omeprazole 1x40
Abdomen : datar, simetris, tampak luka mg (IV)
post operasi tertutup kassa (+), striae (+),
nyeri tekan di luka operasi (-), massa (-),  Dexamethasone 2x5
timpani (+), BU (+) normal mg (IV)

Genitalia : lokhia rubra (+), BAK (+)  N-asetil sistein


3x40 mg tab PO

 Ambroxol syr 3x1


A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress + cth PO
asma serangan berat dengan ancaman gagal
napas  Cetirizine 2x10 mg
tab PO

 Nebulisasi
pulmicont +
meprovent 4x1

 Paracetamol 3x1
(IV)

Senin S : batuk berdahak (+), sesak (-) berkurang  Observasi TVI,


kontraksi,
06/03/202 O: perdarahan
3
Keadaan umum : tampak sakit sedang  O2 Nasal canul 3
06.00 lpm
Kesadaran : CM (E4M6V5)
Bangsal
TD : 108/85 mmHg  IVFD Asering X tpm

Nadi : 78x/menit  Ciprofloxacin 2x500


mg tab PO
RR : 20x/Menit
 Metronidazole 3x500
T : 36,5 C mg tab PO
SpO2 : 100% on NC 3 lpm  Asam mefenamat
3x500 mg tab PO
Keadaan spesifik
 Omeprazole 1x40
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+), mg (IV)
konjungtiva anemis (+/+)
 Dexamethasone 2x5
Thorax:
mg (IV)
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
 N-asetil sistein
wheezing (-/-)
3x40 mg tab PO
Abdomen : datar, simetris, tampak luka
 Ambroxol syr 3x1
post operasi tertutup kassa (+), striae (+),
FUT teraba 2 JBPST, kontraksi baik, nyeri cth PO
tekan di luka operasi (-), massa (-), timpani  Cetirizine 2x10 mg
(+), BU (+) normal tab PO
Genitalia : lokhia rubra (+), BAK (+)
 Nebulisasi
pulmicont +
meprovent 4x1
A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress +
anhidramnion + post RJP + asma bronkial  Paracetamol 3x1
(IV)

Selasa S : batuk berdahak (+), sesak (-) berkurang,  Observasi TVI,


demam (-) kontraksi,
07/03/202 perdarahan
3 O:
 O2 Nasal canul 3
06.00 Keadaan umum : lemah lpm
Bangsal Kesadaran : E4M6V5  IVFD Asering X tpm
TD : 110/80 mmHg
 Dexamethasone 2x5
Nadi : 82x/menit mg (IV)

RR : 24x/Menit  Ciprofloxacin 2x500


mg tab PO
T : 36,9 C
 Metronidazole 3x500
SpO2 : 100% on NC 3 lpm mg tab PO

 Asam mefenamat
3x500 mg tab PO
Keadaan spesifik
 N-asetil sistein
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
3x40 mg tab PO
konjungtiva anemis (+/+)
 Ambroxol syr 3x1
Thorax:
cth PO
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),  Cetirizine 2x10 mg
wheezing (-/-) tab PO
Abdomen : datar, simetris, tampak luka  Nebulisasi
post operasi tertutup kassa (+), striae (+), pulmicont +
FUT teraba 2 JBPST, kontraksi baik, nyeri meprovent 4x1
tekan di luka operasi (-), massa (-), timpani
(+), BU (+) normal  Paracetamol 3x1
(IV) KP
Genitalia : lokhia rubra (+), BAK (+)
 Rencana transfusi
PRC 3 kolf
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (07-03-2023)

 Hemoglobin = 5,7 g/dL (normal: 12-


16)

 Hematokrit = 18,8% (normal: 37-47)

A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress +


anhidramnion + post RJP + asma bronkial
+ anemia berat

Rabu S : batuk berdahak (+), sesak (+) dirasakan,  Observasi TVI,


lebih nyaman pada posisi ½ duduk kontraksi,
08/03/202 perdarahan
3 O:
 O2 NC 3 lpm
07.00 Keadaan umum : lemah
 IVFD Asering X tpm
Bangsal Kesadaran : E4M6V5
 Dexamethasone 2x5
TD : 130/90 mmHg
mg (IV)
Nadi : 84x/menit
 Ciprofloxacin 2x500
RR : 22x/Menit mg tab PO

T : 36,7 C  Metronidazole 3x500


mg tab PO
SpO2 : 100% on NC 3 lpm
 Asam mefenamat
3x500 mg tab PO
Keadaan spesifik  N-asetil sistein
3x40 mg tab PO
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (+/+)  Ambroxol syr 3x1
cth PO
Thorax:
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),  Cetirizine 2x10 mg
wheezing (-/-) tab PO
Abdomen : datar, simetris, tampak luka  Nebulisasi
post operasi tertutup kassa (+), striae (+), pulmicont +
FUT teraba 2 di atas simfisis, kontraksi meprovent 4x1 (bila
baik, nyeri tekan di luka operasi (-), massa sesak)
(-), timpani (+), BU (+) normal
 Paracetamol 3x1
Genitalia : lokhia rubra (+), BAK (+) (IV) KP
normal
 Spironolacton 1x25
mg tab PO
A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress +  Ramipril 1x1,25 mg
anhidramnion + post RJP + asma bronkial tab PO

 Furosemid 2x20 mg
(IV)

Kamis S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post  Observasi TVI,


operasi (+) berkurang, batuk berdahak (+), kontraksi,
09/03/202 sesak (-) berkurang perdarahan
3
O:  O2 NC 3 lpm
06.00
Keadaan umum : lemah  IVFD Asering X tpm
Bangsal
Kesadaran : CM (E4M6V5)  Asam mefenamat
3x500 mg tab PO
TD : 130/100 mmHg
 N-asetil sistein
Nadi : 90x/menit
3x40 mg tab PO
RR : 22x/Menit
 Ambroxol syr 3x1
T : 36,5 C cth PO

SpO2 : 100% on O2 NC 3 lpm  Cetirizine 2x10 mg


tab PO

 Nebulisasi
Keadaan spesifik pulmicont +
meprovent 4x1 (bila
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
sesak)
konjungtiva anemis (-/-)
 Paracetamol 3x1
Thorax:
(IV) KP
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)  Spironolacton 1x25
mg tab PO
Abdomen : datar, simetris, tampak luka
post operasi tertutup kassa (+), striae (+),  Ramipril 1x1,25 mg
FUT teraba 2 di atas simfisis, kontraksi tab PO
baik, nyeri tekan di luka operasi (-), massa
(-), timpani (+), BU (+) normal  Furosemid 2x20 mg
(IV)
Genitalia : lokhia rubra (+)

A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress +


anhidramnion + post RJP + asma bronkial

Jumat S : batuk (-), sesak (-), demam (-)  Observasi TVI,


kontraksi,
10/03/202 O: perdarahan
3
Keadaan umum : lemah  IVFD Asering X tpm
06.00
Kesadaran : CM (E4M6V5)  Cetirizine 2x10 mg
Bangsal
TD : 120/80 mmHg tab PO

Nadi : 78x/menit  Spironolacton 1x25


mg tab PO
RR : 20x/Menit
 Ramipril 1x1,25 mg
T : 36,5 C tab PO
SpO2 : 100% on room air  Furosemid 2x20 mg
(IV)

 Nebulisasi
Keadaan spesifik pulmicont +
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+), meprovent 4x1 KP
konjungtiva anemis (-/-)
 Paracetamol 3x1
Thorax: (IV) KP

Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),  Os boleh pulang


wheezing (-/-) hari ini

Abdomen : datar, simetris, tampak luka


post operasi tertutup kassa (+), striae (+),
FUT teraba 2 di atas simfisis, kontraksi
baik, nyeri tekan di luka operasi (-), massa
(-), timpani (+), BU (+) normal

Genitalia : lokhia rubra (+), BAK (+)


normal

A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress +


anhidramnion + post RJP + asma bronkial
BAB IV

ANALISIS KASUS
G1P0A0 hamil 33-34 minggu datang ke IGD RSUD dengan keluhan
keluhan keluar air-air banyak dari kemaluan disertai mulas-mulas yang hilang
timbul sejak 8 jam SMRS. Keluhan disertai keluar lendir darah dari jalan lahir.
Gerak janin masih aktif dirasakan pasien. Pasien juga mengeluh batuk (+) dan
sesak napas (+) sejak  4 jam SMRS. Pasien mengaku sesak napas timbul
setelah terpapar asap rokok, sesak tidak dipengaruhi cuaca, emosi, maupun
perubahan posisi. Saat sesak, pasien masih bisa berbaring, pasien masih dapat
mengucapkan kata per kata. Pasien berobat ke Puskesmas dan dikatakan hamil
36 minggu inpartu kala 3 fase laten dengan KPSW + KEK dengan pembukaan 1
cm. Lalu, pasien diberikan terapi IVFD RL gtt 20 tpm, kemudian dirujuk ke
RSUD SKY untuk tatalaksana lebih lanjut. Riwayat tidak rutin kontrol
kehamilam, tidak pernah USG, dan tidak mendapat imunisasi TT selama
kehamilan.
Pada pasien sudah terdapat tanda-tanda inpartu, yaitu Ketuban
pecah/keluar air-air banyak, keluar lendir darah. Berdasarkan anamnesis pasien
juga datang dengan keluhan sesak napas yang muncul saat terpapar asap rokok.
Pasien juga mengaku memiliki riwayat asma. Penderita asma yang berat
cenderung mengalami perburukan gejala dibanding penderita asma ringan. Jika
gejala memburuk,biasanya terjadi pada trimester kedua dan ketiga, dengan
puncak pada bulan keenam.Umumnya, peningkatan asma juga terjadi pada 4
minggu terakhir kehamilan. Selama persalinan dan melahirkan, hanya sepertiga
penderita asma yang memiliki gejala, sedangkan penderita asma yang parah
lebih mungkin mengalami eksaserbasi.
(Gluck JC, Gluck PA. Theeffect ofpregnancy on the course of
asthma.Immunol Allergy Clin NorthAm. 2006:26(1):63-80)
Pada pemeriksaan fisik saat di IGD ditemukan keadaan umum tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
110x/menit, respirasi 27x/menit, suhu 36,7OC. Pada pemeriksaan status
generalis didapatkan respirasi meningkat. Pada pemeriksaan obstetrik di
pemeriksaan luar didapatkan TFU 25 cm, DJJ 129x/regular. Pada pemeriksaan
Leopold I teraba bagian bulat lunak, TFU: 25 cm, Leopold II teraba bagian kecil
di kanan dan teraba bagian tahanan di kiri, Leopold III teraba bagian keras
melenting, Leopold IV teraba bagian terbawah janin belum masuk PAP. Pada
pemeriksaan dalam ditemukan V/V tidak ada kelainan, VT ditemukan portio
tebal lunak, pembukaan 1 cm, ketuban (-).
Pada saat terjadi serangan akut asma penanganan secara aktif dapat
dilakukan dengan melakukan hidrasi secara intravena, memberikan masker
oksigen, melakukan pemeriksaan gas darah, melakukan pengukuran FEV1,
PEFR, pulse oximetry, fetal monitoring. Penanganan lini pertama adalah
dengan menggunakan β-adrenergic agonis (subkutan, oral, inhalasi) dengan
loading dose 4-6 mg per kgBB kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,8-1
mg/kgBB/jam sampai tercapai kadar terapeutik plasma yaitu sebesar 10–20
µg/ml, dan metil- prednisolon 40-60 mg i.v. tiap 6 jam. Untuk asma berat yang
tidak berespons terhadap terapi dalam 30–60 menit dimasukkan dalam kategori
status asmatikus dan penanganan secara aktif di ICU dengan intubasi dini, serta
ventilasi mekanik.

Untuk pengobatan asma persisten ringan terapi pilihan adalah steroid


inhalasi dosis rendah yaitu budesonid, dan sebagai terapi alternatif dapat
dipakai kromolin, leukotrien reseptor anatogonis, dan teofilin (serum level 5-12
mcg/ml). Pada pasien ini diberikan Nebulisasi pulmicort dan meprovent 3-4
kali.

(American College of ObstetriciansandGynecologists. Asthma


inpregnancy.Washington DC: ACOG; 2008.)
(Creasy RK, Resnik R, IamsJD.Maternal-fetal medicine. Edisi ke-5. St.Louis:
Saunders; 2004.)

Pada pemeriksaan obstetrik pemeriksaan luar tidak ditemukan kelainan


pada janin. Pada pemeriksaan dalam, ditemukan tanda-tanda inpartu fase laten.
Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan
laboratorium dengan hasil yang didapatkan adalah Hb 9,5 g/dL, Ht 31,2%, RBC
3,42, WBC 66,9 dan PLT 596.000. Pemeriksaan kimia klinik menunjukkan nilai
GDS 274 mg/dL, Albumin 2,7 g/dL. Pada pasien ditemukan anemia ringan,
leukositosis, dan trombositosis. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hamil 33-
34 minggu JTH Preskep dengan anhidramnion. Anhidramnion didefinisikan
sebagai tidak adanya cairan amnion atau Amniotic Fluid Index (AFI) yang ≤ 2 cm
yang dapat dideteksi menggunakan pemeriksaan ultasonografi (USG).4-
Anhidramnion dapat disebabkan karena adanya ketuban pecah dini (KPD),
disfungsi plasenta, atau gangguan renal pada janin. Komplikasi dari anhidramnion
dapat berupa kompresi dari umbilicus yang menyebabkan asfiksia atau Intrauterine
Fetal Death (IUFD), gangguan struktur tulang janin, hypoplasia paru yang dapat
memburuk dan menjadi letal selama masa neonatus, serta perlunya tindakan sectio
caesarea segera.

Marva Moxey-Mims, M.D., F.A.S.N.1 and Tonse N. K. Raju, M.D.


DCH. Anhydramnios in the Setting of Renal Malformations: The National
Institutes of Health Workshop Summary. Obs Gynecol [Internet].
2018;131(6):1069–79. Available from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc
/articles/PMC5970061/pdf/nihms95512 5.pdf

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang yang telah dilakukan terhadap pasien ini. Pasien didiagnosis G1P0A0
hamil 33-34 minggu JTH Preskep Inpartu (preterm) kala 1 fase aktif
dengan anhidramnion + asma bronkial eksaserbasi akut.

Pada pasien diberikan tatalaksana sebagai berikut : Observasi TVI, his,


DJJ, Rencana Sectio Caesarea setelah stabilisasi perbaikan keadaan umum
karena anhidramnion. Puasa 6 jam pre-operasi. IVFD Asering gtt XX tpm.
Kateter menetap catat input-output. Oksigen NRM 10 liter/menit. Ceftriaxone
1x2 gram (IV). Injeksi MgSO4 40% 4 gram (IV). MgSO4 jangka lama dapat
diberikan untuk tujuan tokolitik sehingga dapat mempertahankan janin selagi
proses pematangan paru dan stabilitasi ibu. Injeksi Dexamethasone 3x5 mg (IV)
Deksametason selain sebagai obat asma juga dapat digunakan sebagai obat
akselerasi pematangan paru karena efeknya yang meningkatkan produksi
surfaktan. Nebulisasi pulmicort dan meprovent 3-4 kali untuk tatalaksana asma.
N-asetilsistein 3x400 mg diberikan untuk mengatasi batuk pada ibu.

Anda mungkin juga menyukai