PENDAHULUAN
Persalinan (partus) merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus ke dunia luar melalui vagina. Proses persalinan ditandai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi serviks dan mendorong fetus keluar
melalui jalan lahir. Kontraksi miometrium selama persalinan akan menimbulkan rasa sakit
pada ibu. Sebelumnya timbulnya kontraksi miometrium ini, uterus harus disiapkan untuk
proses kelahiran. Miometrium tidak akan berespon sampai dengan usia kehamilan 36-37
minggu, setelah periode ini fase transisional diperlukan sampai serviks mengalami
penipisan dan perlunakan.1
Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih
lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan keduanya, atau
bila persalinan pervaginam tidak mungkin dapat dilakukan dengan aman.3
Indikasi lain termasuk: gawat janin 20,6%, persalinan lama dan terhambat 15,9%,
gangguan cairan ketuban 14,3%, kehamilan lewat tanggal 13,1%, gangguan ibu terkait
kehamilan 4,5%, janin mal-presentasi' 3,5%, gangguan hipertensi pada kehamilan 2,5%,
plasenta praevia 0,78%, dan penyakit umum penyulit kehamilan 0,7%.4
Sebagai dokter layanan primer, harus bisa menangani kehamilan dan persalinan
normal, dan juga mengetahui indikasi untuk tindakan sectio caesarea maka penting sekali
mengetahui proses yang terjadi selama kehamilan serta indikasi tindakan sectio caesare
dan juga penanganan persalinan.
Daftar Pustaka
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Kehamilan multijanin. Dalam: Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU (alih bahasa).
Obstetri Williams. Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC,
2006. h. 852-897 33
4. Begum, T., Rahman, A., Nababan, H., Emdadul Hoque, D. M., Khan, A. F., Ali, T.,
& Anwar, I. (2017). Indications and determinants of caesarean section delivery:
Evidence from a population-based study in Matlab, Bangladesh. PLoS ONE,
12(11). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0188074
BAB II
STATUS PASIEN
2.2 ANAMNESIS
- Keluhan Utama
Mau melahirkan dengan keluar air
- Keluhan Tambahan
Batuk dan sesak napas
- Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 8 jam SMRS, pasien mengeluh keluar air dari kemaluan,
banyaknya 1 kali ganti celana dalam, jernih, dan tidak berbau. Keluhan ini
disertai dengan adanya nyeri perut hilang timbul (+), keluar lendir darah
dari jalan lahir (+), demam (-), keputihan (-), gatal pada area kemaluan (-),
nyeri saat BAK (-), riwayat perut diurut saat hamil (-), riwayat minum
jamu (-). Pasien mengaku hamil 8 bulan dan gerakan janin masih
dirasakan.
Pasien juga mengeluh batuk (+) dan sesak napas (+) sejak 4 jam
SMRS. Pasien mengaku sesak napas timbul setelah terpapar asap rokok,
sesak tidak dipengaruhi cuaca, emosi, maupun perubahan posisi. Saat
sesak, pasien masih bisa berbaring, pasien masih dapat mengucapkan kata
per kata. Pasien berobat ke Puskesmas dan dikatakan hamil 36 minggu
inpartu kala 3 fase laten dengan KPSW + KEK dengan pembukaan 1 cm.
Lalu, pasien diberikan terapi IVFD RL gtt 20 tpm, kemudian dirujuk ke
RSUD SKY untuk tatalaksana lebih lanjut.
- Riwayat Operasi
Pasien menyangkal pernah melakukan operasi apapun
- Riwayat Menstruasi
Menarche : 10 tahun
Siklus Haid : Teratur
Panjang Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Dismenorhea : ada
Banyak : 2 – 3 pembalut/hari
HPHT : lupa
HPL :-
- Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah selama 1 tahun.
Pertama kali menikah pasien berusia 15 tahun dan suami 18 tahun.
- Riwayat Ginekologi
Riwayat kanker, kista ovarium, mioma uteri disangkal. perdarahan
pervaginam diluar menstruasi disangkal.
Suhu : 36,7°C
VAS :5
Status Generalis
- Kepala : normosefali, rambut berwarna hitam dan tidak mudah rontok
- Mata : simetris, kongjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
- Hidung : deviasi (-) sekret (-) darah (-)
- Telinga : simetris, sekret (-)
- Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), karies (-) gusi berdarah (-)
- Leher : KGB membesar (-), JVP meningkat (-)
- Thorak :
Pulmo :
Status Obstetrikus
- Pemeriksaan fisik luar :
o TFU : 4 jari di bawah procesus xiphoideus (25 cm)
o DJJ : 129 x/menit, reguler
o Palpasi:
Leopold I : teraba bagian bulat lunak, TFU : 25 cm
Leopold II : teraba bagian kecil di kanan dan teraba bagian
tahanan di kiri
Leopold III : teraba bagian keras melenting
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP
(konvergen)
- Pemeriksaan fisik dalam :
o V/V : tidak ada kelainan
o VT : dinding vagina licin, portio tebal lunak, pembukaan 1 cm,
ketuban (-)
- Laboratorium (01/03/2023)
- Laboratorium (07/03/2023)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 5,7 g/dL 12-16
Hematokrit 18,8 % 37-47
Eritrosit 2,05 10^6/uL 4,2-5,4
Lekosit 11,8 10^3/uL 4,5-13
Trombosit 559 10^3/mm^3 150-400
MCV 91,7 fL 80-96
MCH 27,8 pg 27-31
MCHC 30,3 g/L 32-36
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-2
Eosinofil 0 % 0-5
Neutrofil 80 % 37-75
Limfosit 16 % 20-40
Monosit 3 % 2-10
Kimia Darah
Albumin 2,7 g/dL 3,5-5,2
Ureum 28 Mg/dL 18-45
Kreatinin 0,52 Mg/dL 0,60-1,13
Natrium darah 138 Mmol/L 135-148
Kalium darah 3.50 Mmol/L 3,5-5,3
SGPT 28 U/L <25
SGOT 30 U/L <25
Asam urat 2,48 Mg/dL 2,6-6,2
2.6 RESUME
Ny. J, perempuan, 16 tahun datang ke IGD Rumah Sakit SKY pada
tanggal 01 Maret 2023 pukul 11.40 WIB, G1P0A0 dengan keluhan keluar air
disertai mulas-mulas yang hilang timbul sejak 8 jam SMRS. Gerak janin masih
aktif dirasakan pasien. Pasien mengaku bahwa menstruasinya lancar dan
pertama kali mendapatkannya yaitu usia 10 tahun dengan siklus yang teratur
selama 7 hari dan dapat mengganti pembalut 2-3 kali dalam sehari. Riwayat
tidak rutin kontrol kehamilam, tidak pernah USG, dan tidak mendapat imunisasi
TT selama kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik saat di IGD ditemukan keadaan umum tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
110x/menit, respirasi 27x/menit, suhu 36,7OC. Pada pemeriksaan status generalis
didapatkan respirasi meningkat. Pada pemeriksaan obstetrik di pemeriksaan luar
didapatkan TFU 25 cm, DJJ 129x/regular. Pada pemeriksaan Leopold I teraba
bagian bulat lunak, TFU: 25 cm, Leopold II teraba bagian kecil di kanan dan
teraba bagian tahanan di kiri, Leopold III teraba bagian keras melenting,
Leopold IV teraba bagian terbawah janin belum masuk PAP. Pada pemeriksaan
dalam ditemukan V/V tidak ada kelainan, VT ditemukan portio tebal lunak,
pembukaan 1 cm, ketuban (-).
2.7 DIAGNOSIS
Ny. J, 16 tahun, G1P0A0 hamil 33-34 minggu JTH Preskep Inpartu (preterm) kala 1
fase aktif dengan anhidramnion + asma bronkial eksaserbasi akut
2.8 PENATALAKSANAAN
- Observasi TVI, his, DJJ
- R/ Sectio Caesarea setelah stabilisasi perbaikan keadaan umum
- Puasa 6 jam pre-operasi
- IVFD Asering gtt XX tpm
- Kateter menetap catat input-output
- Oksigen NRM 10 liter/menit
- Ceftriaxone 1x2 gram (IV)
- Injeksi MgSO4 40% 4 gram (IV)
- Injeksi Dexamethasone 3x5 mg (IV)
- Nebulisasi pulmicort dan meprovent 3-4 kali
- N-asetilsistein 3x400 mg
2.9 PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Drip furosemid 5
Keadaan spesifik
mg/jam
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
Drip adrenalin 0,5
konjungtiva anemis (+/+)
mcg/kgBB/menit
Thorax:
Drip atracurium 20
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), mg/jam
wheezing (-/-)
Os masih puasa,
A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress + GDS = 117 mg/dL
Post RJP ROSC
Urine output = 100-
400 cc, warna kuning
jernih
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-) Ambroxol syr 3x1
cth PO
Abdomen : datar, simetris, tampak luka
post operasi tertutup kassa (+), striae (+), Cetirizine 2x10 mg
nyeri tekan di luka operasi (-), massa (-), tab PO
timpani (+), BU (+) normal
Nebulisasi
Genitalia : lokhia rubra (+) pulmicont +
meprovent 4x1
Paracetamol 3x1
A: P1A0 Post SSTP ai maternal distress +
(IV)
anhidramnion + Post RJP + asma derajat
berat Furosemide 2x20
mg (IV)
Ciprofloxacin 2x500
Keadaan spesifik
mg tab PO
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
Metronidazole 3x500
konjungtiva anemis (+/+)
mg tab PO
Thorax:
Asam mefenamat
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), 3x500 mg tab PO
wheezing (+/+)
Omeprazole 1x40
Abdomen : datar, simetris, tampak luka mg (IV)
post operasi tertutup kassa (+), striae (+),
nyeri tekan di luka operasi (-), massa (-), Dexamethasone 2x5
timpani (+), BU (+) normal mg (IV)
Nebulisasi
pulmicont +
meprovent 4x1
Paracetamol 3x1
(IV)
Asam mefenamat
3x500 mg tab PO
Keadaan spesifik
N-asetil sistein
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
3x40 mg tab PO
konjungtiva anemis (+/+)
Ambroxol syr 3x1
Thorax:
cth PO
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), Cetirizine 2x10 mg
wheezing (-/-) tab PO
Abdomen : datar, simetris, tampak luka Nebulisasi
post operasi tertutup kassa (+), striae (+), pulmicont +
FUT teraba 2 JBPST, kontraksi baik, nyeri meprovent 4x1
tekan di luka operasi (-), massa (-), timpani
(+), BU (+) normal Paracetamol 3x1
(IV) KP
Genitalia : lokhia rubra (+), BAK (+)
Rencana transfusi
PRC 3 kolf
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (07-03-2023)
Furosemid 2x20 mg
(IV)
Nebulisasi
Keadaan spesifik pulmicont +
meprovent 4x1 (bila
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
sesak)
konjungtiva anemis (-/-)
Paracetamol 3x1
Thorax:
(IV) KP
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-) Spironolacton 1x25
mg tab PO
Abdomen : datar, simetris, tampak luka
post operasi tertutup kassa (+), striae (+), Ramipril 1x1,25 mg
FUT teraba 2 di atas simfisis, kontraksi tab PO
baik, nyeri tekan di luka operasi (-), massa
(-), timpani (+), BU (+) normal Furosemid 2x20 mg
(IV)
Genitalia : lokhia rubra (+)
Nebulisasi
Keadaan spesifik pulmicont +
Mata : pupil isokor, refleks cahaya (+/+), meprovent 4x1 KP
konjungtiva anemis (-/-)
Paracetamol 3x1
Thorax: (IV) KP
ANALISIS KASUS
G1P0A0 hamil 33-34 minggu datang ke IGD RSUD dengan keluhan
keluhan keluar air-air banyak dari kemaluan disertai mulas-mulas yang hilang
timbul sejak 8 jam SMRS. Keluhan disertai keluar lendir darah dari jalan lahir.
Gerak janin masih aktif dirasakan pasien. Pasien juga mengeluh batuk (+) dan
sesak napas (+) sejak 4 jam SMRS. Pasien mengaku sesak napas timbul
setelah terpapar asap rokok, sesak tidak dipengaruhi cuaca, emosi, maupun
perubahan posisi. Saat sesak, pasien masih bisa berbaring, pasien masih dapat
mengucapkan kata per kata. Pasien berobat ke Puskesmas dan dikatakan hamil
36 minggu inpartu kala 3 fase laten dengan KPSW + KEK dengan pembukaan 1
cm. Lalu, pasien diberikan terapi IVFD RL gtt 20 tpm, kemudian dirujuk ke
RSUD SKY untuk tatalaksana lebih lanjut. Riwayat tidak rutin kontrol
kehamilam, tidak pernah USG, dan tidak mendapat imunisasi TT selama
kehamilan.
Pada pasien sudah terdapat tanda-tanda inpartu, yaitu Ketuban
pecah/keluar air-air banyak, keluar lendir darah. Berdasarkan anamnesis pasien
juga datang dengan keluhan sesak napas yang muncul saat terpapar asap rokok.
Pasien juga mengaku memiliki riwayat asma. Penderita asma yang berat
cenderung mengalami perburukan gejala dibanding penderita asma ringan. Jika
gejala memburuk,biasanya terjadi pada trimester kedua dan ketiga, dengan
puncak pada bulan keenam.Umumnya, peningkatan asma juga terjadi pada 4
minggu terakhir kehamilan. Selama persalinan dan melahirkan, hanya sepertiga
penderita asma yang memiliki gejala, sedangkan penderita asma yang parah
lebih mungkin mengalami eksaserbasi.
(Gluck JC, Gluck PA. Theeffect ofpregnancy on the course of
asthma.Immunol Allergy Clin NorthAm. 2006:26(1):63-80)
Pada pemeriksaan fisik saat di IGD ditemukan keadaan umum tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
110x/menit, respirasi 27x/menit, suhu 36,7OC. Pada pemeriksaan status
generalis didapatkan respirasi meningkat. Pada pemeriksaan obstetrik di
pemeriksaan luar didapatkan TFU 25 cm, DJJ 129x/regular. Pada pemeriksaan
Leopold I teraba bagian bulat lunak, TFU: 25 cm, Leopold II teraba bagian kecil
di kanan dan teraba bagian tahanan di kiri, Leopold III teraba bagian keras
melenting, Leopold IV teraba bagian terbawah janin belum masuk PAP. Pada
pemeriksaan dalam ditemukan V/V tidak ada kelainan, VT ditemukan portio
tebal lunak, pembukaan 1 cm, ketuban (-).
Pada saat terjadi serangan akut asma penanganan secara aktif dapat
dilakukan dengan melakukan hidrasi secara intravena, memberikan masker
oksigen, melakukan pemeriksaan gas darah, melakukan pengukuran FEV1,
PEFR, pulse oximetry, fetal monitoring. Penanganan lini pertama adalah
dengan menggunakan β-adrenergic agonis (subkutan, oral, inhalasi) dengan
loading dose 4-6 mg per kgBB kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,8-1
mg/kgBB/jam sampai tercapai kadar terapeutik plasma yaitu sebesar 10–20
µg/ml, dan metil- prednisolon 40-60 mg i.v. tiap 6 jam. Untuk asma berat yang
tidak berespons terhadap terapi dalam 30–60 menit dimasukkan dalam kategori
status asmatikus dan penanganan secara aktif di ICU dengan intubasi dini, serta
ventilasi mekanik.