Anda di halaman 1dari 10

Nama : Faradina Amelia

NIM : 04011181823070
Kelas : Alpha 2018
LI Pemeriksaan Fisik
1. Interpretasi

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Kesadaran/ Compos
15 Compos mentis: 15
GCS mentis
AHA, 2017
Tekanan 130/80 mmHg <120/80 = Normal Usia tua 
Darah 120-129/<80=Meningkat Normal
130-139/80-89=Hipertensi stage I
Nadi 82x/menit 60-100 x/menit Normal

RR 20 16-20 x/menit Normal

Temperatur 37,2 C 35,5 – 37,2 Normal

Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Normal

Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik Normal


Tidak ada
Leher pembesaran KGB tidak membesar Normal
KGB
Simetris,
Thoraks retraksi tidak Simetris, (-) retraksi Normal
ada
Batas jantung
normal,
iktus kordis tak
Jantung tampak, bunyi Normal
jantung normal,
bising jantung
tidak ada
Stem fremitus
Paru normal, suara Normal
vesikuler
normal
Datar, lemas,
nyeri tekan (-),
Abdomen Bising usus Normal
normal

Ekstremitas Edema -/- Normal


2. Cara Melakukan Pemeriksaan Fisik
a. Menilai Kesadaran dengan Menggunakan GCS
Yang diperiksa dan dicatat adalah nilai (prestasi) pasien yang terbaik.
Bila seseorang sadar maka ia mendapat nilai 15. Nilai terendah adalah 3.

b. Tekanan Darah
Diukur pada lengan kanan dan lengan kiri; perhatikanlah apakah
tensimeter masih berfungsi dengan baik.

c. Nadi
Nilai frekuensi, isi dan irama denyut nadinya.

d. Respiratory Rate
Nilai frekuensi napas dalam 1 menit, nilai juga keteraturan, kedalaman,
dan bau pernapasan (aseton, amonia, alkohol, bahan kimia tertentu, dll).
e. Suhu Tubuh

f. Pemeriksaan Konjungtiva dan Sklera (Pemeriksaan Segmen Anterior Mata)


1) Penderita duduk berhadapan pemeriksa jarak  60 cm.
2) Periksa mata dari bagian luar kedalam, dimulai dari mata kanan
kemudian kiri; menggunakan loupe dan senter yang terang dan dapat
difokuskan dengan baik.
3) Perhatikan kulit palpebra, adakah edema, hiperemia, hematoma,
benjolan-benjolan, kulit di atas benjolan terfiksasi atau dapat
digerakkan.
4) Periksa lebar rima palpebra, kanan kiri sama lebar atau tidak, gerakan
membuka dan menutup mata, ada yang tertinggal gerak atau tidak.
5) Palpebra menutupi daerah pupil atau tidak (normalnya menutupi ± 2
mm kornea bagian superior).
6) Amati silia dan margo palpebra.
7) Kemudian palpebra superior dilipat ke arah luar (eversio), diamati
warna mukosa, adanya benjolan-benjolan sikatriks, benda asing,
bangunan-bangunan folikel, cobble’s stone, dan lain-lain.
8) Perhatikan konjungtiva bulbi, warna, oedema, bangunan-bangunan/
penonjolan- penonjolan, pelebaran pembuluh darah, berkelok-kelok
atau lurus, ikut pergerakan konjungtiva atau tidak, ada sekret atau
tidak,
9) Amati pula skleranya, adakah penipisan atau penonjolan.
10) Perhatikan kornea (menggunakan lampu senter dari arah 45 0 temporal
kornea supaya tidak silau, sesekali boleh bergerak ke nasal) : amati
kejernihan, bentuknya, ukurannya, kecembungannya, permukaan licin/
kasar, adanya pembuluh darah, pterygium, dan lain- lain.
Periksa pula sensibilitas kornea menggunakan kapas bersih yang
dipilin, dengan cara kapas disentuhkan dari arah temporal ke sentral
kornea.

g. Pemeriksaan Fisik Jantung dan Thorax

Palpasi dada anterior


Terdapat empat kegunaan yang dapat dipetik dari cara ini :

1. Mengidentifikasi area lunak

Pada palpasi apabila ditemukan otot pektoralis atau kartilago kosta


yang lunak memperkuat dugaan bahwa sakit dada yang dialami berasal
dari muskuloskeletal.

2. Penilaian abnormalitas
3. Penilaian ekspansi dada lebih lanjut

Caranya : letakkan ibu jari di sekitar tepi kosta, tangan berada di


sebelah lateral rongga dada. Setelah itu, geserkan sedikit ke arah medial
untuk mengangkat lipatan kulit yang longgar diantara kedua ibu jari.
Beritahukan pasien untuk bernapas dalam. Amati, sejauh mana ibu jari
anda menyimpang mengikuti ekspansi toraks dan rasakan pergerakan dan
simetri dari pergerakan selama respirasi.
4. Penilaianfremitustaktil
Membandingkan kedua sisi dada, gunakan permukaaan ulnar tangan anda.
Fremitus umumnya menurun atau menghilang di atas prekordium. Apabila
pemeriksaan ini dilakukan pada perempuan, geser payudara dengan
perlahan apabila diperlukan.

Perkusi

Teknik perkusi ada 2 macam :

1. Perkusi langsung
2. Perkusi tidak langsung
Teknik perkusi yang benar akan memberikan banyak informasi kepada
klinisi.

Teknik perkusi yang benar pada seorang normal (bukan kidal) adalah
sebagai berikut :

1. Hiperekstensi jari tengah tangan kiri. Tekan distal sendi interfalangeal


pada permukaan lokasi yang hendak diperkusi. Pastikan bahwa bagian
yang lain dari tangan kiri tidak menyentuh area perkusi.
2. Posisikan lengan kanan agak dekat ke permukaan tubuh yang akan
diperkusi. Jari tengah dalam keadaan fleksi sebagian, relaksasi dan siap
untuk mengetuk.
3. Dengan gerakan yang cepat namun relaks, ayunkan pergelangan tangan
kanan mengetok jari tengah tangan kiri secara tegak lurus, dengan sasaran
utama sendi distal interfalangeal. Dengan demikian, kita mencoba untuk
mentransmisikan getaran melalui tulang sendi ke dinding dada. Ketoklah
dengan menggunakan ujung jari, dan bukan badan jari (kuku harus
dipotong pendek).
4. Tarik tangan anda sesegera mungkin untuk menghindari tumpukan getaran
yang telah diberikan. Buatlah ketukan seringan mungkin yang dapat
menghasilkan suara yang jelas. Gambar 7 di atas menunjukkan teknik
perkusi yang benar.
5. Lakukan perkusi secara urut dan sistematis. Bandingkan area perkusi
kanan dan kiri secara simetris dengan pola tertentu.
Perkusi Jantung

Perkusi berguna untuk menetapkan batas-batas jantung terutama pada


pembesaran jantung atau untuk menetapkan adanya konsolidasi jaringan paru
pada keadaan de- kompensasi, emboli paru atau effusi pleura.

Perkusi batas kiri redam jantung (LBCD - left border of cardiac


dullness) dilakukan dari lateral ke medial dimulai dari sela iga 5, 4 dan 3.
LBCD akan terdapat kurang lebih 1-2 cm medial darilinea klavikularis kiri
dan bergeser lebih ke medial 1 cm pada sela iga 4 dan 3.

Batas kanan redam jantung (RBCD - right border of cardiac dullness)


dilakukan dengan perkusi bagian lateral kanan dari sternum. Pada keadaan
normal RBCD akan berada di dalam batas dalam sternum. Kepekakan RBCD
diluar batas kanan sternum mencerminkan adanya bagian jantung yang
membesar atau bergeser ke kanan. Penentuan adanya pembesaran jantung
harus ditentukan dari RBCD maupun LBCD. Kepekakan di daerah dibawah
sternum (retrosternal dullness) biasanya mempunyai lebar kurang lebih 6 cm
pada orang dewasa. Jika lebih lebar, kemungkinan adanya massa retrosternal
harus dipikirkan.
Skenario

Tn. Yanto, seorang petani, umur 58 tahun dibawa oleh keluarga ke poliklinik rumah
sakit Moh.Hoesin dengan keluhan berjalan lambat sejak 2 tahun terakhir. Awalnya penderita
mengalami gemetar pada lengan kanan dan menjalar ke lengan kiri dalam satu tahun terakhir,
jalan lambat, ayunan lengan kanan berkurang dan terasa kaku. Lebih dari 10 mengalami
gangguan tidur, kadang mengigau saat tidur dan sudah lama mengalami kesulitan buang air
besar.

Penderita tidak memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis, stroke ataupun trauma.
Keluarga penderita tidak memiliki penyakit yang sama.

Keluhan
Dua tahun terakhir  berjalan lambat  bradikinesia, dua tahun menunjukkan sifat kronis
dan prograsif dan sulit untuk diobati.

Mekanisme
Kerusakan neuron dopaminergic substansia nigra  nucleus kaudatus dan putamen hiperaktif
 sinyal output eksitasi terus-menerus  merangsang banyak otot bahkan seluruh otot 
pengurangan aktivasi otot tibialis anterior dan otot trisep surae, aktivasi berkepanjangan otot
quadriceps dan otot hamstring di sisi lain  kekakuan pasif lebih tinggi dari pergelangan
kaki  sendi kaku  postural abnormal bergoyang  jalan langkah kecil (marsche a petit
pas)  jalan lambat.

Satu tahun terakhir


1. Gemetar lengan kanan, menjalar lengan kiri  dari unilateral menjadi bilateral tapi tanpa
perburukan, pada Parkinson disease terjadi tremor unilateral awal yang berkembang
menjadi keterlibatan bilateral selama durasi penyakit  menyangkal salah satu kriteria
Red Flags: (1) Perburukan cepat fungsi gait (berjalan) sehingga memerlukan kursi roda
dalam 5 tahun pertama perjalanan penyakit; (2) secara nyata tidak ditemukan perburukan
gejala motoric dalam kurun waktu 5 tahun perjalanan penyakit, meskipun kestabilan
gejala berhubungan dengan pengobatan.

Hal ini juga menjadi manifestasi klinis Parkinson disease  hemiparkinsonisme 


mulai pada satu sisi mengalami tremor saat istirahat lalu baru dialami tubuh
kontralateral.
Mekanisme
Proses neuro degenaratif dan peningkatan aktivitas kolinergik nigrastriatal  neuron
subtansia nigra involusi  neuron dopaminergic berkurang  ketidakseimbangan
inhibitor dan eksitator  tremor.

2. Jalan lambat
Mekanisme
Kerusakan neuron dopaminergic substansia nigra  nucleus kaudatus dan putamen
hiperaktif  sinyal output eksitasi terus-menerus  merangsang banyak otot bahkan
seluruh otot  pengurangan aktivasi otot tibialis anterior dan otot trisep surae, aktivasi
berkepanjangan otot quadriceps dan otot hamstring di sisi lain  kekakuan pasif lebih
tinggi dari pergelangan kaki  sendi kaku  postural abnormal bergoyang  jalan
langkah kecil (marsche a petit pas)  jalan lambat (bradikinesia).

3. Ayunan lengan kanan berkurang dan kaku  menggunakan pemeriksaan shoulder


shaking test dengan menilai diginitas pada pasien.

4. Gangguang tidur, lebih dari 10 (kurang tau tahun, bulan, kali, atau gimana)
Mekanisme
Berkurang kadar dopamine subtansia nigra  terdapat hubungan langsung irama
sirkadian dengan dopamine.

5. Kadang mengigau saat tidur


Mekanisme
Berkurang kadar dopamine subtansia nigra  terdapat hubungan langsung irama
sirkadian dengan dopamine  mengigau.

6. Sudah lama mengalami kesulitan BAB


Mekanisme
Degenerasi neuro subtansia nigra pars kompakta  disfungsi saraf otonomi  gangguan
persarafan simpatik usus, kontraksi sfingter ani eksternal dan internal, hipertensi oto
perianal, gangguan control otot dasar pelvis dan rektum
Riwayat penyakit
1. Darah tinggi tidak ada  normal
2. Kencing manis tidak ada  normal
3. Stroke tidak ada  normal
4. Trauma tidak ada  normal

Interpretasi  tidak ada kelainan akibat penyakit metabolic, kardiovaskular, trauma yang
dapat menyebabkan lesi pada otak  kemungkinan akibat degeneratif yang timbul lebih
cepat.
Daftar Pustaka
PERDOSSI. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia.
Ratih, M., & Arindra, P. K. (2017, November 3). Vital Sign - Tekanan Darah, Nadi,
Respirasi, dan Suhu. Retrieved from Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas
Kedokteran Gigi Univesitas Gadjah Mada:
https://ibmm.fkg.ugm.ac.id/2017/11/03/vital-sign-tekanan-darah-dan-nadi/
#:~:text=Rata%2Drata%20pulsus%20orang%20dewasa,60%20kali%20permenit
%20disebut%20bradikardia.

Anda mungkin juga menyukai